Kamu sepertinya sudah lepas dari islam, tapi masih ada "jiwa" islam melekat pada dirimu. Salah satu contohnya adalah menerapkan standar ganda.
Kamu merasa terganggu dengan orang yang jualan agama.
Tapi kemudian kamu malah "merasa berkewajiban" jualan atheisme kepada orang yang beragama.mara wrote:Saya merasa terganggu dengan "perasaan berkewajiban" mereka untuk "mengembalikan" orang2 yang tidak beragama terhadap jalan mereka.
Most people are passionate about their beliefs, whether it is belief in God or belief in atheism. And most people are also passionate about sharing their beliefs with others. It is normal. As long as you don't force your beliefs on others you'll be okay.mara wrote:Saya justru merasa berfikiran sebaliknya. Saya justru merasa berkewajiban untuk membangunkan mereka dari mimpi indah mengenai surga dan pahala dan ironisnya mereka hanya berbuat baik demi mendapatkan hal hal tersebut.
Saya juga pernah kok murtad dari kristen dan jadi atheis. Tapi ibarat orang yang sedang ngebut hampir nabrak mobil di depan, lalu banting setir habis-habisan malahan nabrak pohon. Sebagai "knee jerk response" atas kecurigaan saya terhadap Tuhan saya lalu "oversteer" ke titik oposisi yang paling ekstrim: atheisme. Tapi ternyata setelah saya pelajari atheisme saya melihat banyak sekali kelemahan dan kekurangannya. Tapi kalau kamu memang sudah mempelajari atheisme secara mendalam dan merasa cocok, itu hak kamu. Selamat yah.