http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... hr-t48423/
Karena Mas Pra tidak mau menjelaskan, DAN... postingan mas Pra di topik-topik terlalu panjang dan tidak konkusif... saya search di Google aja...
Ternyata pak Pra ini aktif juga di GRUP YAHOO astronomi_indonesia toh...... Dari pada saya tulis panjang lebar saya copy paste aja yah... Dan teori kendali Anda sempat dibahas pada tahun 2008-2009. Saking kerennya diskusi ini, MODERATOR sampai turun tangan memberhentikan pembahasan...
Awalnya mas Pra mempost:
Lalu dibalas:2008/6/28 pranoto rusmin <pranotohr@yahoo. com.sg>:
Hitungan saya begini, semoga tidak salah. (saya merujuk pada buku lain hitungannya tidak sama). Kalu pun salah, ya tinggal dikoreksi, tidak usah repot2 ya...
Kalau didefinisikan satu tahun solar adalah 365,2422 hari. Tiap tahun jumlah harinya 365, kecuali tahun kabisat, jadi 366 hari. Penambahannya pada bulan februari. Kalau dihitung
365 * 3 + 366 = 1461. Sedangkan, kalau dengan definisi di atas, 365,2422 * 4 =1460,9688
ada error sebesar 0,0312. Kalau selama kurang lebih 1282 tahun akan terjadi error 10 hari.
Kalau dalam 12820 tahun jadi error 100 hari.
Error yang terus terakumulasi inilah disebut unbounded value, yang menjadi kriteria ketidakstabilan.
Saya bukan menyalahkan, hanya mengungkapkan fakta. Yang terbukti dengan sejarah. Nanti sekitar tahun 2862 M harus dilakukan eliminasi 10 hari dari kalender masehi agar posisi tetap sinkron dengan vernal equinox.
Salam Astronomi
Pranoto
kemudianTri Laksmana wrote:
Wow, Pranoto Rusmin strikes back!!! (diiringi lagu The Imperial March, hehehehe...)
Apakah Pranoto Rusmin kembali dengan membawa senjata rahasianya yang selama ini ditunggu2 pemirsa setia astronomi_indonesia ? Apakah senjata rahasianya, sebuah kalender pamungkas pembunuh naga yang berlaku di seluruh zona waktu, akhirnya dikeluarkan? Akankah akhirnya kita melihat perhitungan njelimet Dr. Pranoto Rusmin yang memukai dan menyilaukan tanda, tanda sebuah kejeniusan ilmu kanuragannya yang selama ini kita lupakan? Gemparkah jagat persilatan? Akankah...?
Ternyata tidaaaakkk.. .Saudara- Saudara.. . Pranoto Rusmin hanya mengeluarkan perhitungan yang sudah tiga kali dibahas dalam thread yang lalu2: http://tech. groups.yahoo. com/group/ astronomi_ indonesia/ message/3856
Ternyata pertapaan Pranoto Rusmin di Gunung Hoa San selama ini hanya melakukan perhitungan yang sudah saya hitungkan 2 kali buat beliau: satu kali lewat japri dan satu kali di thread di atas... Mungkin juga Kaisar Selatan Ma'rufin Sudibyo juga sudah puluhan kali menghitungkan hal yang sama buat Si Bocah Tua Nakal Pranoto Rusmin...
Si Sesat Timur Tri Laksmana yang tak kunjung mendapatkan gelar PhD-nya kali ini cuman bisa berkata, "Ya kalender Julian memang tidak akurat, dan kalender Gregorian yang mengoreksi kalender Julian memang lebih baik tapi juga tidak akurat2 amat...tapi. ..So what geto looohhh...?? ?" Dia kembali mengulang pertanyaannya yang sudah pernah diajukan di pesan nomor 3856: "Itu memang adalah kelemahan kalender solar yang sudah kita ketahui bersama dan sudah berkali-kali diungkapkan oleh Bung Pranoto Rusmin. Lantas apa saran bung untuk memperbaiki kalender yang selama ini kita gunakan? Kalender berbasis teori kestabilan? Coba diuraikan di sini dan jangan berkelit terus, supaya diskusinya bisa maju."
Ayo, Pranoto Rusmin, PhD! Jangan mengeluh saja soal ketidakakuratan kalender, kami masih menunggu perhitungannya yang komprehensif!
Salam,
-tri-
laluFrom: pranoto rusmin <pranotohr@yahoo. com.sg>
Subject: [ RHI ] Mengapa astronom tidak dapat membuat kalender bulan untuk 24 zona waktu?
To: astronomi_indonesia @yahoogroups. com
Cc: rukyatulhilal@ yahoogroups. com
Date: Monday, June 30, 2008, 8:06 PM
Rekan2 astronom semua....
Karya hebat astronom dalam memberikan data sebagai bahan dasar sebuah kalender berbasis bulan merupakan suatu hal yang pantas dihargai. Tanpa itu, kita tidak mungkin membuat kalender berbasis bulan (termasuk astronomical calender bukan arithmetical calender). Jean meeus mampu membuat formula yang dapat menghitung new moon, fasa 1/4, fullmoon, dan fasa 3/4. Formula ini dapat diperoleh dengan rukyat atau istilah elegannya observasi yang melibatkan ribuan data dan puluhan model.
Saya acungi jempol ilmuwan2 ini. Semoga amal kebaikan mereka diterima Allah SWT.
Budaya rukyat atau observasi ini, tidak boleh hilang. Mesti ada sebagian orang yang terus mengamati pergerakan benda langit, untuk memastikan formula tersebut tetap valid. Dengan demikian, data yang digenerate oleh formula tersebut, mau sampai 4000M atau 6000M, no problemo, asalkan dengan aktivitas rukyat formula tersebut tetap dijaga. Kalau sewaktu2 terdapat error, artinya data yang digenerate formula dan kenyataan observasi tidak sama, kita harus segera lakukan perbaikan formula, dan seluruh data ke depan digenerate ulang.
itulah arti penting aktivitas rukyat atau observasi.
Setelah terdapat data newmoon dsb, kita dapat membuat kalender berbasis bulan untuk 24 zona waktu. Yang menurut saya, mesti dihitung/dihisab dengan sistem kendali. Hal inilah yang menjadikan astronom kesulitan membuatnya. Bukan tidak mungkin, siapa saja mungkin, asalkan mempelajari sistem kendali. Di seluruh tingkat penciptaan maupun pada diri manusia sendiri terdapat sistem kendali. Jadi, kita membicarakan hal yang dimiliki oleh setiap orang.
Persoalannya, saya amati ini bukan sistem kendali biasa. Dalam teori kendali dikelompokkan dalam sistem kendali linier dan non linier. Ini termasuk kendali non linier dengan TITIK KESETIMBANGAN DINAMIK. Secara teori, saya dapat buktikan error dalam kalender ini tidak terakumulasi, sehingga dalam jangka ribuan tahun tetap terbatas (bounded). Sehingga, sistem ini dikatakan stabil. Hal ini dijelaskan dalam Al Mulk ayat 3.
Saya perlu waktu untuk menyederhanakan kerumitan tersebut dalam bentuk yang mudah dimengerti.
Namun sebelum kita melangkah lebih jauh, rekan2 pasti dapat mencermati konsep ini. Time dan date keduanya didasarkan pada dua konsep. Time didasarkan pada rotasi bumi dan adanya matahari (Yassin 38). Sedangkan, date didasarkan atas siklus sinodik bulan dan pergantian hari (boleh sunset, sunrise, atau tengah malam) (yassin 37,39,40, yunus 5-6).
Ctt:kalender masehi perlu IDL (international date Line) untuk menentukan di mana date baru dimulai. Tanpa IDL kalender masehi tidak mungkin dibuat.
Mungkin sementara itu.
Semoga bermanfaat
Mas pra mempos:
dan DIMULAI LAH... KISAH TEORI KENDALI KALENDER.... *BGM: musik Imperial March-nya Star Wars*Betul Pak/rekan2 semua....
Tidak usah hal ini menjadi tambah perpecahan lagi.
Kebetulan keilmuan saya menyentuh persoalan ini. Bagi yang tidak setuju, silahkan berikan argumentasi secara ilmiah. Toh juga betul kata Pak Adi Nugroho, bagaimana pun tidak sederhana mengubah sebuah kalender yang sudah dipakai ribuan tahun. Emangnya kalender yang saya usulkan sudah diuji? saya kira perlu perjalanan panjang.
Mengomentari pernyataan Pak Abuyahya Purwanto, "Lihat saja program IICP (International Islamic Calendar Programme) yang dimotori Prof. Moh. Ilyas dari USM, Penang, umurnya sudah 30 tahun lebih tapi blm berhasil menyatukan pandangan negara2 Islam."
Memang benar, para ilmuwan kalender hijriah dunia sudah mengusulkan kalender hijriah global dengan mengadopsi konsep IDL(Int'l Date Line) kalender Masehi. Yang menurut saya kurang memiliki dasar.
Namun demikian, satu hal yang menarik, mengapa ilmuwan Indonesia masih berpegangteguh pada prinsip lokal? Mohon hal ini dipahami sebagai diskusi ilmiah, bukan mengarah pada emosi ataupun debat kusir tanpa akhir.
Kalender hijriah yang dibangun saat ini berdasarkan rukyat. (Mohon dibedakan antara membangun model berdasar rukyat berbeda dengan membangun kalender dengan rukyat).
Hal ini menjadikan kalender berdasar rukyat ini tidak dapat dipercaya keakuratannya untuk bulan depan sekalipun. Karena panjang hari pada bulan depan harus ditentukan dari pengamatan pula.
Satu kunci penting kalender hisab yang coba saya bangun adalah penentuan panjang hari dalam tiap bulan berdasarkan teori kendali. Saya akan coba jelaskan hal ini. Akan tetapi, mohon masukan rekan2, apakah benar sampai saat ini tidak ada ketentuan pasti kapan durasi hari 29 atau 30?
Saya coba dengan sistem kendali, dengan set point adalah durasi sinodik bulan (DSB), variabel yang dikendalikan adalah jumlah hari dalam satu bulan. Proses yang dilakukan hanyalah round(error +DSB). Jadilah jumlah hari dapat dipastikan berdasarkan data moonphose dari NASA.
Kalau persoalan ini terdapat solusi yang tepat, di titik inilah kita bertemu. Satu hal lagi tinggal shifting. Saya kira hal ini sangat mudah dilakukan siapapun.
Salam
Pranoto
Ada seorang anggota milis memposting
dibalas oleh mas PraFrom: Ma'rufin Sudibyo <marufins@yahoo. com>
Subject: [ RHI ] salah hitung (2) --> Re: Masehi vs Hijriah, persoalan sama hanya di lain tempat
To: astronomi_indonesia @yahoogroups. com, "Rukyat" <rukyatulhilal@ yahoogroups. com>
Date: Friday, 11 July, 2008, 2:46 PM
Mari fokus pada kalender lunar. Kalender lunar seperti kalender Hijriyyah mengenal 2 sistem perhitungan, yakni : sistem urfi (berbasis periode sinodik Bulan rata-rata) dan sistem hakiki (berbasis periode sinodik Bulan aktual).
Sistem urfi ini sama dengan perhitungan pada kalender solar. Mari kita cek. Periode sinodik Bulan rata-rata besarnya 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik, sebagaimana disimpulkan astronom Umar Khayyam dkk di observatorium Nizamiyah Baghdad pada masa keemasan daulah Bani Abbasiyah dibawah pimpinan khalif Harun al-Rasyid. Sistem urfi menggunakan rumusan 1 lunasi (baca : Bulan Hijriyyah) = 29 hari 12 jam. Sehingga dalam tiap lunasi terdapat 44 menit 2,8 detik (2.642,8 detik) yang terbuang dan setelah 1 tahun selisih waktu yang terakumulasi itu mencapai 31.713,6 detik. Jika diproyeksikan secara linier, rata-rata dalam 3 tahun lunar terdapat selisih sebesar 1 hari. Dan dalam 30 tahun selisih waktunya menjadi 951.408 detik, yang setara dengan 11 hari (1 hari = 86.400 detik). Itulah sebabnya kenapa dalam kalender lunar murni terdapat "siklus 30", dimana dalam 30 tahun lunar terdapat 11 tahun kabisat (yang umurnya 355 hari) dan 19 tahun biasa/basitah (berumur 354 hari). Dengan "siklus 30" ini maka pada akhir 30 tahun lunar itu selisih waktunya merosot menjadi tinggal 1.008 detik. Namun harus diingat bahwa selisih waktu per 30 tahun lunar ini juga tidak bisa diperhitungkan secara linier lagi, karena kurvanya pun berbentuk gergaji.
(catatan : dengan membandingkan bentuk kurva selisih waktu antara tahun lunar murni dan tahun solar, saya berpendapat Paus Gregorius XIII mendapatkan pengaruh dari pemikiran Umar Khayyam ketika mencoba mereformasi kalender solar).
Nah, dengan rumusan "siklus 30" ini maka selisih waktu dalam sistem urfi ini baru melebihi 1 hari setelah kalender berjalan selama 1.384 tahun lunar. Artinya sejak 1384 H kalender lunar berjalan sehari lebih lambat dibanding periode sinodik Bulan rata-rata, sehingga tahun 1384 H itu seharusnya ditetapkan sebagai tahun kabisat meski tahun 1382 H dan 1385 H secara teoritis juga merupakan tahun kabisat.
Namun dari beragam literatur yang ada, ternyata tak ada yang menyebutkan soal penetapan tahun 1384 H ini sebagai kabisat. Mengapa ?
Musababnya hitungan di atas menggunakan sistem urfi, sementara ahli falak berpegangan pada sistem hakiki. Dalam sistem hakiki digunakan periode sinodis Bulan aktual, yakni selang waktu diantara dua konjungsi Bulan - Matahari (ijtima') yang berurutan, tidaklah selalu sama dengan periode sinodis Bulan rata-rata. Kita bisa melihat hal ini misalnya untuk tahun 1429 H, dimana periode sinodik aktual itu lebih besar dari periode sinodik rata-rata untuk lunasi Muharram, Shaffar, Syawwal, Dzulqa'idah dan Dzulhijjah, sementara pada lunasi sisanya periode sinodik aktual malah lebih kecil dibanding periode sinodik rata-rata. Jika selisih antara yang aktual dengan yang rata-rata ini diplotkan dalam kurva, kita mendapatkan kurva sinusoidal. Dan pada akhir 1429 H kita mendapatkan selisih waktunya hanya 2.787 detik, jauh di bawah angka 31.713,6 detik sebagaimana dihasilkan sistem urfi.
Namun konjungsi adalah suatu peristiwa yang tidak bisa diindra manusia, karena pada kondisi ini kita sama sekali tak bisa melihat Bulan dengan mata ataupun alat optik, terkecuali pada saat Gerhana Matahari. Itulah sebabnya sistem kalender lunar murni seperti kalender Hijriyyah mendeteksi terjadinya konjungsi dengan cara tidak langsung yakni lewat visibilitas hilaal, dengan hilaal : Bulan sabit dalam fase yang paling tipis yang sudah bisa dilihat mata di ufuk barat sesaat setelah Matahari terbenam. Dengan demikian maka dalam praktiknya kalender Hijriyyah mendefinisikan lunasinya sebagai selang waktu diantara dua visibilitas hilaal yang berurutan. Dengan didasarkan pada visibilitas hilaal ini, maka sebenarnya operasionalisasi kalender ini tidaklah rumit karena didasarkan pada observasi dan kenampakan fisik Bulan. Dan observasi semacam ini bisa dilakukan oleh manusia siapa saja, yang belajar untuknya, tanpa peduli apa statusnya.
Jika sistem hakiki yang jadi patokan, bagaimana dengan sistem urfi? Sistem ini memang tidak menjadi rujukan utama, namun tetap digunakan sebagai alat bantu terutama untuk mengetahui apakah tahun lunar yang sedang berjalan tergolong kabisat atau bukan. Misalnya tahun 1429 H ini. Berdasarkan hitungan sistem urfi, tahun 1429 H ini tidak tergolong tahun kabisat sehingga terdiri dari 354 hari. Dan kompilasi data observasi hilaal dari tujuh lunasi yang sudah berjalan serta prediksi untuk lunasi yang tersisa menggunakan sifat keteraturan yang ada dalam data-data tersebut juga menunjukkan bahwa tahun 1429 H ini memang terdiri dari 354 hari.
Salam,
Ma'rufin
Lalu ada yang bertanya:From: pranoto rusmin <pranotohr@yahoo. com.sg>
Subject: [ RHI ] Tantangan buat Pak Ma'rufin
To: rukyatulhilal@ yahoogroups. com
Cc: astronomi_indonesia @yahoogroups. com
Date: Friday, July 11, 2008, 4:05 PM
Pak Ma'rufin boleh2 saja masih berpegangan dengan prinsip itu. Tapi, pasti hanya bersifat lokal. Cobalah Pak Ma'rufin buat paper, saya juga. Kita apply ke jurnal internasional. Di sana baru ketahuan kualitas dan kapasitas Pak Ma'rufin seberapa. Berani kan menghadapi tantangan saya secara profesional?
Inti dari teori kendali untuk menghitung jumlah hari dalam satu tahun kalender masehi atau jumlah hari dalam satu bulan kalender hijriah adalah tidak adanya akumulasi error. Jadi, kedua kalender tidak akan meleset dari data observasi yang ada. Rekan2 ahli astronomi harus menjamin nilai 1 tahun solar selalu valid, yaitu 365,2422 hari. Begitu juga perhitungan siklus sinoduk bulan dari newmoon ke newmoon juga harus dijamin melalui observasi terus menerus.
Hasilnya...kalender masehi akan selalu sinkron dengan musim. Kalender hijriah akan selalu sinkron dengan penampakan manzilah bulan untuk 24 zona waktu.
Saya kira kita perlu terbuka dan menyadari, bahwa dengan konsep kalender hijriah saat ini, jangankan untuk mendunia digunakan secara internasional, wong secara lokal saja jadi masalah. Jangan berharap mau dipakai untuk kegiatan sipil sehari-hari, untuk kegiatan ibadah saja jadi masalah. Untungnya semuanya masih dapat toleran. Kalau kita mengatakan tidak ada masalah dengan semua ini, ya lihat saja bagaimana nasib umat islam di masa depan nanti.
Ini memang hanya persoalan cabang. Namun, kalau dicermati lebih dalam, hal ini muncul karena umat islam kehilangan budaya berpikir secara logis. Salah satunya gara2 perdebatan Imam Gozali dengan Ibnu Rusyd. Yang mengakibatkan pemikiran umat islam, khususnya Sunni tertarik ke arah sufistik, meninggalkan budaya filsafat rasional. Cobalah kalau Pak Ma'rufin ada waktu baca perdebatan kedua pakar tersebut.
Menurut saya, Pak Ma'rufin perlu buat konsep baru, tanding dengan konsep saya. Jangan hanya mengungkapkan kembali hasil karya orang lain. Walau itu juga saya hargai. Tapi, itu kan sudah ada di buku. Jadi siapa saja tidak akan susah mencarinya. Coba selesaikan masalah kalender hijriah, yang masih ada saat ini. Boleh pakai konsep IDL nya Prof. Dr. M. Ilyas atau baca di moonsighting.
Saya berharap dengan tantangan profesional ini ada manfaat buat kita semua. Pak Ma'rufin tidak hanya ngutip dari buku, tapi ada hal baru, dari ide sendiri, yang dimunculkan, yang akan menambahkan sesuatu dalam keilmuan yang sdh ada.
Oke Pak Ma'rufin.
Salam
Pranoto
Lalu dibalas oleh mas PraFrom: Nidlol Masyhud <nidlol@yahoo. com>
To: rukyatulhilal@ yahoogroups. com
Sent: Friday, July 11, 2008 5:01:30 AM
Subject: Re: [ RHI ] Tantangan buat Pak Ma'rufin
Pak Pranoto,
1. Apa sih teori kendali itu? Kalau maksudnya menyesuaikan/ mengkoreksi kalender-kalender tabular menggunakan observasi empiris, ya memang itu sudah dilakan semenjak jaman jebot.
2. Apa kaitannya buku Al-Ghazali & Ibnu Rusyd dengan Logika dan Tasawuf? Dan apa pula hubungannya dengan kalender? Anda sudah pernah baca kedua buku itu..?
Harap dijawab.
Tidak harus memakai grafik, cukup dengan narasi.
Salam,
Nidlol.
dan karena penasaran saya pindah ke milis rukyathilalRupanya Pak Nidlol sudah membalas, tapi kok saya terimanya dari Pak Ma'rufin ya. Ada problem di server yahoo kelihatannya.
Pak, saya coba jawab satu per satu ya...
[Pak Nidlol]
1.. Apa sih teori kendali itu? Kalau maksudnya menyesuaikan/ mengkoreksi kalender-kalender tabular menggunakan observasi empiris, ya memang itu sudah dilakan semenjak jaman jebot.
[Pranoto]
Teori Kendali merupakan sebuah konsep tentang suatu mekanisme untuk menjadikan sesuatu sesuai dengan yang diinginkan. Misalnya di daerah tropis, kita ingin suhu di ruang tetap berada pada suhu 27 drjt celcius. Perlu ada sistem kendali, dengan set point 27 drjt celcius, ada sensor suhu ruang yang akan selalu memberikan informasi suhu ruang saat ini. Satu lagi perlu cooler atau AC. Kalau suhu ruang lebih dari 27 drjt C, cooler harus aktif, dan sebaliknya. Dengan mekanisme ini, suhu akan terjaga di 27 drjt C. Nilai 27 drjt C ini disebut titik kesetimbangan. Teori kendali berkaitan erat dengan persoalan kualitas dan kesetimbangan.
Mekanisme ini ada dalam tiap penciptaan, baik di alam maupun di dalam diri manusia sendiri. Al Mulk ayat 3.
Pak Nidlol kalau mau tahu lebih dalam dapat tanya 'mbahnya' sistem kendali non linier dari mesir: Prof. Hasan Khalil. Beliau tidak hanya diakui secara nasional di USA maupun Mesir, tapi sudah mendunia. Merupakan aset dunia saat ini.
Menurut saya, yang saya sampaikan adalah hal baru, yang belum pernah diusulkan orang. Mungkin saya salah. Untuk itu, saya berusaha terus mencari, jangan2 memang dulu pernah diusulkan orang. Tolong saja sampaikan di buku mana saya dapat membacanya.
[Pak Nidlol]
Apa kaitannya buku Al-Ghazali & Ibnu Rusyd dengan Logika dan Tasawuf? Dan apa pula hubungannya dengan kalender? Anda sudah pernah baca kedua buku itu..?
[Pranoto]
Kalau saya baca pernyataan Pak Nidlol, kelihatannya Pak Nidlol belum pernah tahu masalah ini. Karena dalam perdebatan mereka bukan menghasilkan hanya 2 buku.
Islam menganjurkan keduanya dikembangkan dalam diri manusia, baik tasawuf maupun rasio. Yang pertama lebih memperhatikan aspek batin: jiwa dan ruhani. Yang kedua lebih fokus pada daya nalar. Keduanya tidak dapat dipisahkan di dalam diri manusia. Kalau salah satu saja hilang, akan kehilangan keseimbangan hidup.
Kalau kita baca karya Imam Gozali yang cukup terkenal, Ihya Ulumuddin. Di dalamnya akan banyak menjelaskan megenai aspek2 batin. Misalnya tentang sabar, syukur, dsb. Tapi, kalau kita perhatikan, adakah penjelasan rasional mengapa kita harus bersabar? misalnya harus sabar menghadapi kata2 Pak Ma'rufin, yang mohon maaf agak ngeselin. Kalau hanya dijelaskan secara keyakinan, mungkin ya dapat. Tapi, tetap saja rasio saya masih tidak puas.
Suatu pernyataan atau kejadian dapat disebut rasional, karena berpegang pada prinsip rasio. Salah satunya adalah non kontradiktif. Hukum ini menyatakan bahwa tidak mungkin dalam satu waktu yang sama menyatakan sesuatu benar sekaligus menafikannya. Tidak mungkin saya menyatakan pendapat Pak Nidlol yang itu salah dan benar sekaligus. Kalau dibuktikan salah, ya pasti salah. atau sebaliknya.
Dalam persoalan kalender hijriah, telah terjadi ketidakrasionalan. Yang pertama, tidak mungkin di bumi yang sama ini, terjadi perbedaan hari lebih dari 24 jam. Yang kedua, tidak akan pernah ada hilal muda di akhir bulan. Kedua persoalan ini hanya dapat diurai dengan rasio bukan dengan batin (pendekatan tasawuf). Yang saya heran, Bapak2 kok tidak dapat mengerti kedua hal ini ya. Tolong dong kalau itu rasional, mana argumentasinya?
Saya kira kita semua harus berjuang, agar tidak ada pemahaman bahwa agama dan akal itu bertentangan. Agama tanpa akal, tidak akan ada tafsir dan pemahaman. Akal tanpa agama, tidak akan menemukan jalan menuju Tuhan. Keduanya mesti berjalan serasi dan seimbang.
Kalau kita tidak berusaha untuk itu, umat islam akan menjadi personal yang terpecah secara individual. Saat bicara masalah agama kita lakukan dengan dogma/keyakinan, rasio jangan dipakai. Ketika kita kerja, cari karunia dari Allah SWT, kita pakai rasio. Coba saja perhatikan, mana ada berdagang, ngitung duit, pakai batin.
Kalau bicara agama tempatnya di masjid atau pengajian, tidak boleh di milist astronomi, ini ranahnya rasionalitas. Ini pandangan yang keliru. Salah total.
Kalau dicermati lebih dalam, ini bukan masalah sepele.
Sekian dulu ya, Pak Nidlol dan Pak Ma'rufin. Soal perdebatan Imam Gozali dan Ibnu Rusyd, kita diskusikan saja sedikit2.
Salam
Pranoto
YAH TIDAK ADA KELANJUTANNYA.... JADI TEORI KENDALI PENERAPANNYA BAGAIMANA????????????Re: Teori Kendali, Rasionalitas, dan Kalender
Pak Pranoto,
1. Saya tidak bertanya tentang "teori kendali" dalam arti umum. Yang
saya tanyakan adalah teori kendali Pak Pranoto dalam persoalan
kalender hijriah ini (lihat konteks). Kalau yang Pak Pranoto maksud
dengan teori kendali itu adalah "mengkoreksi kalender-kalender tabular
menggunakan observasi empiris", ya itu bukan barang baru. Itu sudah
dilakukan oleh umat Islam sejak pertama kali mereka mengenal
kalender-kalender tabular. Jadi gak ada yang baru.
Tapi kalau bukan itu maksud Anda, lantas apa? Tolong dijelaskan..
2. Alhamdulillah, selama 5 tahun kuliah, rata-rata buku Al-Ghazali dan
Ibnu Rusyd yang telah tercetak sudah pernah saya baca. Kecuali
buku-buku Imam Ghazali yang bertajuk fiqih syafi'iyyah (Al-Wajiz,
Al-Wasith, dan Al-Basith) serta buku-buku Ibnu Rusyd yang merupakan
summary atau syarah dari buku-buku Aristotle (yang saya baca baru
'Compendio de Metaphisica'). Dua tokoh ini sangat tidak asing bagi
saya, sebab meski spesialisasi saya adalah hadits, literatur kalam dan
filsafat sudah jadi makanan kami sehari-hari.
Anda belum menjawab ketiga pertanyaan simpel saya:
"Apa kaitannya buku Al-Ghazali & Ibnu Rusyd dengan Logika dan Tasawuf?
Dan apa pula hubungannya dengan kalender? Anda sudah pernah baca kedua
buku itu..?"
Terus terang saya ragu kalau Anda sudah mengenal kedua tokoh tersebut
(apalagi mengenal karya-karyanya). Anda menyebut "perdebatan mereka
bukan menghasilkan hanya 2 buku", Padahal Imam Ghazali tidak pernah
berdebat dengan Ibnu Rusyd. Beliau sudah meninggal sekian tahun
sebelum Ibnu Rusyd dilahirkan. Yang ada adalah Al-Ghazali mengkritik
Ibnu Sina, lalu kemudian Ibnu Rusyd mengkritik Al-Ghazali (serta
sekaligus mengkritik Ibnu Sina juga). Itupun, kritik mereka bukan
dalam persoalan Tasawuf dan Rasio, apalagi dalam persoalan Prinsip
Non-Kontradiksi. Di halaman berapa dan buku apa Al-Ghazali menolak
Prinsip Non-Kontradiksi?!
Tapi okelah, anggap saya masih anak kelas 2 SD (karena kalau ga salah
di kelas 3 SD kedua tokoh ini sudah populer bagi saya). Dengan
mengasumsikan Anda paling mengerti soal Imam Ghazali dan Ibnu Rusyd,
saya akan bertanya 1 poin:
- Sebutkan 1 permasalahan yang menjadi titik perbedaan penting antara
kedua tokoh tersebut dan apa analisa Anda
Ini sebagai sambutan dari ajakan Anda: "Soal perdebatan Imam Gozali
dan Ibnu Rusyd, kita diskusikan saja sedikit2". Sekaligus sebagai
kesempatan bagi Anda untuk mendemonstrasikan klaim bahwa Anda sudah
membaca.
Dan jangan lupa, Anda belum menjawab pertanyaan saya: "Apa hubungan
perbedaan kedua tokoh itu dengan kalender?"
Persoalan "tidak mungkin ada perbedaan hari lebih dari 24 jam di satu
bumi" serta "hilal muda tidak mungkin muncul di akhir bulan", saya kok
belum menangkap ya relevansinya dengan apa yang Anda kritisi.. Tolong
dijelaskan lebih lanjut.
Pak Ma'rufin dan lain-lain menuntut Anda untuk menyodorkan konsep
matematis yang Anda janji-janjikan.. Itu jangan dilupakan, karena Anda
sudah mengklaimnya. Dan saya, punya bagian untuk mengkritisi
klaim-klaim sampingan Anda.. seperti hari dimulai jam 6 pagi, dsb.
Salam.
saya ga ketemu di milis manapun............
Tapi ada yang menarik....
TERNYATA sebelum Pak Pra mengeluarkan "Teori Kendali" Pak Pra pernah mengeluarkan "BLUE CALENDAR" yang oleh S3 pak Marufin dinyatakan sebagai psedo-sains...
Ternyata mas Pra ini "infamous" toh baik di milis Astronomi_Indonesia, maupun di milis RukyatHilal...From: Ma'rufin Sudibyo <marufins@...>
Subject: Re: [ RHI ] Tantangan buat Pak Ma'rufin
To: [email protected], "Astronomi Indonesia" <[email protected]>
Date: Friday, 11 July, 2008, 9:26 PM
Wah muncul lagi arogannya, dulu berbangga dengan gelar S3, sekarang lari ke "jurnal internasional"
Alhamdulillah paper saya sudah ada, nah bagaimana dengan anda? Sudah ada apa belum papernya?
Dan sebelum melangkah ke jurnal internasional, bisa ndak sih dijelaskan di sini, dipaparkan dulu di sini, seperti apa dasar hitungan anda. Matematikanya? Asumsi-asumsi yang digunakan? Variabel yang mempengaruhi? Sebab selama ini blue calendar anda itu muter-muter ndak jelas dimana ujung pangkalnya. Yang ditunggu hitungan kalender lunar, yang keluar malah solar. Koq jauh panggang amat dari api ?
Btw, daripada main arogan2an, mbok iyao dicoba untuk fokus. Pusatkan energi pada persoalan apa itu lunar calendar. Dan pusatkan juga pada bagaimana penyajian matematikanya. Kita berada di ranah eksak, yang terukur. Bukan campur aduk antara sains dan pseudo-sains.
Salam,
Ma'rufin
WARNING! Jangan karena posting saya anda mulai AD HOMINEM dengan mas Pra... Saya cuma mau melihat sepak terjang mas Pra di dunia maya dengan teori kendalinya...