ubijalar wrote:Karena sudah membelai dan mencium si hajar aswad yang mirip *e*ek...
Atau mengintip dalamnya ka'bah lewat lubang hajar aswad.
Betul tepat sekali , konon ceritanya batu item yang dicium2 ama para haji2 ***** itu memang bisa meningkatkan gairah sex kaum pria , memang amat magis sekali tapi kenyataannya memang begitu setelah muslim berhaji para pria nya makin hot aja.
Gue juga punya temen haji juga dan pengalamannya dia ceritakan ke aku tapi sayang temen gue yang dah haji itu gak mau taat ama ajarannya malah dia sering serong nyimpan bini tapi gak di kawin gara2 takut ama bini tuanya.Sebab yang pande kerja bini tua nya kok mirip ama biografinya si momed ya...mungkin kalo dah koit si bini tuanya temen gue itu bisa leluasa kale.
Muslim...muslim....kalian kok amit....amit....gebleknya!!!
moh_mad007 wrote:
Betul tepat sekali , konon ceritanya batu item yang dicium2 ama para haji2 ***** itu memang bisa meningkatkan gairah sex kaum pria , memang amat magis sekali tapi kenyataannya memang begitu setelah muslim berhaji para pria nya makin hot aja.!!!
Haji untuk cowo bang!!!, Hajjah untuk cewe, umrah dan naik haji itupun beda tujuannya. Tanya aja si Alley biar lebih jelas, dia pasti ngerti masalah yang ga penting kayak gini. Kalau ane yang jelasin rasanya kurang pantas, nanti takutnya melangkahi jatah bang Alley.
gendeng wrote:Mungkin hajar aswad itu udah mengandung virus sexual kali...
bukan virus sexual, tapi aura perempuan mens..
Tabari I:303
"When we were sitting in the mosque, Mujhid said, 'Do you see this.' I replied, you mean the Stone.' He said, 'You call it a stone.' I said, 'Is it not a stone.' He said, 'I was told by Abdallah bin Abbas that it was a white jewel that Adam took out of Paradise to wipe his tears - tears that did not stop for 2,000 years. I said, 'Why and how did it turn black.' He replied, 'Menstruating women were touching it in the Jahiliyyah'"
Mempraktekkan ajaran iblis kan? Poligami? Sesuai dengan kitab ayat dibawah ini:
3:5 Is not “lust and carnal desire” a more truthful term to describe “love” when
applied to the continuance of the race? Is not the “love” of the fawning
scriptures simply a euphemism for sexual activity, or was the “great teacher” a
glorifier of eunuchs?