APA KABARNYE KAUM KOMUNIS.....???

User avatar
kagakmurtad2
Posts: 791
Joined: Mon Sep 11, 2006 10:35 pm
Location: MONTREAL

Post by kagakmurtad2 »

Humanism wrote: Haha.. iya nih OOT, harusnya soal komunisme.

Nah, bagaimana Tuhan mengabarkan lewat kitab-2 suciNya? Di manakah buktinya? Tidak ada buktinya. Yang kita ketahui adalah, apapun yang tertulis tentang Tuhan, semuanya berdasarkan PIKIRAN manusia, bukan fakta, termasuk juga ayat2 suci dari kitab manapun. Nabi dan ahli agama boleh saja mengaku2 menerima wahyu Tuhan, tetapi buktinya tidak ada. Kita hanya dapat melandaskan kepercayaan kita terhadap omongan dan tulisan mereka.

Tentu saja pernyataan anda tentang Tuhan adalah benar, bahwa "kata-2 tidak mampu menjelaskan dan akal pikiran tidak sanggup mengungkapkan", dan juga "penalaran akal sangat terbatas".

Yang saya permasalahkan di sini adalah BUKTI. Saya merasa anda seorang yang percaya Tuhan, dan tentu saja sebagai seorang bijaksana, maukah anda berpikir lebih 'rendah' sedikit dan lebih sederhana, yakni cara berpikir kaum Atheis: yang mereka butuhkan adalah bukti konkret, bukti nyata, semudah itu.
jika semudah itu yang mereka minta bung Humanism, tentunya mereka akan beragama kristen. karena hanya kaum kristenlah yang mengklaim bahwa Tuhan mereka nyata, konkret, bisa diraba, bahkan lebih jauh, Tuhan mereka telah berinteraksi dengan masyarakat selama puluhan tahun di negeri Palestina.
Humanism wrote: Nah, analogi seorang atheis itu biasanya begini bung kagakmurtad2 yang baik, misalnya di dalam hukum:

"Semua tersangka adalah tidak bersalah/tidak melakukan sesuatu yang merugikan, kecuali telah dibuktikan bersalah/
melakukan sesuatu yang merugikan."

Demikian juga Tuhan. "Tuhan tidaklah ada, karena tidak melakukan sesuatu, kecuali telah dibuktikan ada, karena melakukan sesuatu."

Alam semesta ini tidak ada memelihara. Alam ini apa adanya. Anda sebaiknya berpikir lebih jauh dengan tidak mengaitkan Tuhan di dalam kehidupan anda. Mengapa demikian? Dari segi ke-Tuhan-an, banyak ilmuwan beragama, dan juga ahli agama yang akan setuju dengan pendapat saya ini (ini apabila saya percaya Tuhan):

"Tuhan itu ADIL. Karena itu beliau menciptakan dunia ini apa adanya, dengan hukum alam sehingga alam ini berjalan tanpa campur-tanganNya. Apabila Tuhan mencampuri urusan manusia, misalnya membantu seseorang, atau bahkan membuat hujan, maka Tuhan ini tidak lagi ADIL, karena tidak membantu yang lain, atau bahkan dapat merugikan yang lain. Hal ini juga berarti beliau sudah mencampuri urusan dunia, mencampuri apa yang seharusnya sudah berjalan sesuai ciptaanNya dari awal, ciptaan yang semestinya berjalan apa adanya dan ADIL. Karena itu Tuhan tidak akan pernah mencampuri urusan alam semesta, karena beliau ADIL."

Karena itu bung kagakmurtad2, anda pasti setuju bahwa semua orang, bahkan yang percaya Tuhan, TIDAK AKAN PERNAH, dan tidak akan mampu membuktikan keberadaanNya semasa hidup, karena satu2nya cara membuktikan adalah IMAN, yang jelas2 bukan bukti konkret. Karena itu banyak atheis dan ilmuwan modern yang tidak setuju dengan orang2 yang berbuat sesuatu dengan mengatas-namakan 'kebenaran' Tuhan, karena jelas2 mereka tidak punya bukti.

Efek sampingnya adalah munculnya orang2 lain yang berbuat sesuatu demi kepentingan pribadi dengan mengatasnamakan Tuhan, dan orang2 yang percaya Tuhan, tetapi tidak memahami keADILan Tuhan akan mudah terjerumus aliran2 macam ini. Seperti aliran2 baru yang kita lihat saat ini.
efek samping dari orang beragama maupun tidak (atheis) sama saja bung, yang beragama mengatasnamakan Tuhan, yang atheis mengatasnamakan ketidak percayaan atas Tuhan. Mulai jamannya Uni soviet dulu sampai negeri China yang komunis, kita tahu bahwa kehidupan rakyatnya yang beragama ditekan dan dikucilkan.
Humanism wrote: Semoga anda mengerti jalan berpikir atheis.

Maka saya tekankan sekali lagi: Tuhan tidak relevan di dalam dunia ini. Tuhan tidak relevan di dalam kehidupan anda. Apabila anda ingin mencapai "surga" atau kehidupan kekal abadi yang bahagia di alam masa mendatang, jalan tersebut hanya dapat ditempuh oleh anda sendiri, bukan dengan memohon, menyembah, memuji Tuhan, karena Tuhan itu ADIL, dan dunia apa adanya ini ADIL, tanpa campur tangan Tuhan.

"Black hole" memang mampu menyedot energi, gelombang elektromagnet, dan bahkan cahaya, namun black hole tetap terikat oleh ruang dan waktu. Ilmuwan dapat mengamati dan mengukur secara kira2 besarnya black hole. Apabila anda dapat "mengamati" dan "mengukur" suatu benda, berarti benda tersebut "pernah" (waktu) terlihat dan "ada" di suatu tempat/ruang.
ilustrasi saya tentang fenomena black hole saya maksudkan tentang kemandirian Tuhan yang tidak terikat oleh ruang dan waktu. ternyata penggambaran ini kurang tepat.
Humanism wrote: Jelas, konsep tentang Tuhan adalah satu: ADIL. Bukan hanya saya yang mengetahui konsep ini, ANDA-pun tahu. Saya hanya memberi penjelasan lebih mendalam, yang saya sampaikan di atas.
saya beri warna konsep anda agar jelas. bagi saya ADIL lebih merujuk pada pemahaman tentang suatu sikap atau sifat dan bukan merupakan esensi dari Tuhan itu sendiri.
Humanism wrote: Saya setuju sekali dengan "beramal sebagai bekal kehidupan".
Dan tentu saja sebagai orang yang percaya Tuhan, anda tahu bahwa Tuhan itu ADIL, demikian juga bahwa alam semesta ini ADIL, berjalan tanpa campur-tanganNya.
alam semesta ini tidak adil bung. saya sudah jelaskan di postingan sebelumnya, bagaimana saya merasa adil jika dilahirkan dari orangtua yang miskin dan kurang berpendidikan serta lingkungan yang tidak kondusif yang juga akan berpengaruh terhadap perkembangan jiwa saya kedepannya, sementara disaat yang sama bayi Charles terlahir dengan kondisi lingkungan yang sangat bertolak belakang dibanding saya ?
atau contoh lain yang agak lucu (saya pada dasarnya suka guyon), apakah adil menurut anda pohon beringin yang besar dan kokoh buahnya kecil-2, sementara pohon semangka yang ringkih dan menjalar justru buahnya besar-2...?
Humanism wrote: Yang anda permasalahkan adalah bagaimana membuktikan keadilan Tuhan bukan? Karena kita hidup di dunia ini, dan terkondisi oleh ruang dan waktu, apabila anda mencari bukti keADILan Tuhan dengan cara mencari Tuhan, anda telah salah jalan, karena pikiran kita selalu terikat ruang dan waktu, tidak akan pernah mampu menjamah-NYA. Yang anda perlukan adalah bukti keADILan ALAM SEMESTA. Bukti bahwa hidup ini adil. Dan tentu saja ADIL tanpa campur tangan Tuhan.

Di sinilah juga biasanya DILEMA para pemuka agama tentang atheis, karena atheis merasa Tuhan tidak ada, dan tidak dapat membuktikan keadilan alam semesta, maka mereka berbuat sekehendak mereka, dan bebas melakukan kejahatan. Di sisi lain, mereka tidak punya bukti konkret keberadaan Tuhan, sehingga sering Tuhan ini disalahgunakan oleh orang dengan niat kurang baik.

Salah satu yang orang2 cari dengan mempelajari agama Buddha adalah ini: membuktikan keADILan alam semesta, bukan Tuhan.
Saya tempatkan ini di paling bawah, karena agak menjauh dari topik2 di atas. Meskipun jalan pikiran saya banyak dipengaruhi agama Buddha dan ilmu pengetahuan, dan kadang bahkan saya mengaku Buddhist (juga atheis), saya rasa adalah salah APABILA reinkarnasi atau rebirth yang dimaksud berdasarkan "roh yang mengalami proses tumimbal lahir".

Apakah anda mau mencerna dan menalarkan proses Rebirth? Saya bisa membantu apabila anda siap membuka batin anda.
Proses penalarannya panjang, tetapi saya bisa memulai dengan memberikan beberapa pertanyaan yang dengan mudah anda jawab YA / TIDAK, atau apabila anda ragu, jawab saja kurang yakin. Anda setuju?
kalau boleh saya simpulkan dari postingan anda ini, sepertinya bagi anda Tuhan itu adalah Alam semesta ini ? atau bisa juga di balik bahwa Alam Semesta adalah Tuhan ?

saya open mind saja bung kalau anda mau menjelaskan proses Rebirth.
silahkan ajukan pertanyaan dan saya akan menjawab apa adanya.
Humanism
Posts: 22
Joined: Sun Nov 12, 2006 5:54 pm

Post by Humanism »

kagakmurtad2 wrote:jika semudah itu yang mereka minta bung Humanism, tentunya mereka akan beragama kristen. karena hanya kaum kristenlah yang mengklaim bahwa Tuhan mereka nyata, konkret, bisa diraba, bahkan lebih jauh, Tuhan mereka telah berinteraksi dengan masyarakat selama puluhan tahun di negeri Palestina.
Mereka mengklaim demikian khan karena mereka sudah membutakan diri terhadap kenyataan. Kalau itu Tuhan, kok bisa mati? Dia meyakinkan orang lain saja juga tidak bisa, makanya disalib. Di tambah lagi eli2 lama sabakhtani-nya. Itu bukti konkret kalau dia orang biasa.
kagakmurtad2 wrote:efek samping dari orang beragama maupun tidak (atheis) sama saja bung, yang beragama mengatasnamakan Tuhan, yang atheis mengatasnamakan ketidak percayaan atas Tuhan. Mulai jamannya Uni soviet dulu sampai negeri China yang komunis, kita tahu bahwa kehidupan rakyatnya yang beragama ditekan dan dikucilkan.
Setuju.
kagakmurtad2 wrote:alam semesta ini tidak adil bung. saya sudah jelaskan di postingan sebelumnya, bagaimana saya merasa adil jika dilahirkan dari orangtua yang miskin dan kurang berpendidikan serta lingkungan yang tidak kondusif yang juga akan berpengaruh terhadap perkembangan jiwa saya kedepannya, sementara disaat yang sama bayi Charles terlahir dengan kondisi lingkungan yang sangat bertolak belakang dibanding saya ? atau contoh lain yang agak lucu (saya pada dasarnya suka guyon), apakah adil menurut anda pohon beringin yang besar dan kokoh buahnya kecil-2, sementara pohon semangka yang ringkih dan menjalar justru buahnya besar-2...?
Seolah2 tidak adil, karena anda masih belum mendalami kenyataan hidup.
Atheis, meskipun mereka tidak "percaya" kepada Tuhan, banyak dari
mereka-pun yang memiliki 'agama', yakni "percaya" kepada keadilan manusia. Ini saya juga kurang setuju.

Semakin anda mempelajari ilmu pengetahuan dan meninggalkan doktrin keberadaan ataupun ketidakberadaan Tuhan (agnostik?), anda akan melihat bahwa alam semesta ini sebenarnya memang adil, dapat berjalan apa adanya, tanpa campur tangan Tuhan.
kagakmurtad2 wrote:kalau boleh saya simpulkan dari postingan anda ini, sepertinya bagi anda Tuhan itu adalah Alam semesta ini ? atau bisa juga dibalik bahwa Alam Semesta adalah Tuhan ?
Saya adalah alam semesta saya.
Anda adalah alam semesta anda.

:? Bingung? :? Tidak usah dipikirkan dahulu jawaban saya.
kagakmurtad2 wrote:saya open mind saja bung kalau anda mau menjelaskan proses Rebirth. silahkan ajukan pertanyaan dan saya akan menjawab apa adanya.
Kita mulai satu demi satu, sabar saja.
Di dalam kehidupan, kematian adalah akibat akhir dari kelahiran. Apabila tidak ada yang lahir di alam semesta ini, maka tidak akan pernah ada kematian. Setuju?
User avatar
kagakmurtad2
Posts: 791
Joined: Mon Sep 11, 2006 10:35 pm
Location: MONTREAL

Post by kagakmurtad2 »

Absolutely, yes....saya setuju banget.
Lanjut.
Humanism
Posts: 22
Joined: Sun Nov 12, 2006 5:54 pm

Post by Humanism »

Sebelum kelahiran ini terjadi, ketika semua mahluk hidup masih di dalam janin; apabila tidak ada yang terbentuk, hawa nafsu tidak terbentuk, panca indera tidak terbentuk, segala macam bentuk tidak terbentuk; tidak akan ada kelahiran, tidak akan ada yang dilahirkan, setuju?
User avatar
betsyII
Posts: 57
Joined: Thu Sep 15, 2005 10:27 am

Post by betsyII »

Saya mencoba memperjelas apa yg dikatakan humanism :

Avijja paccaya Sankhara
Kebodohan eksistensial (yang memunculkan dualitas subyek-obyek, diri- bukan diri, ada-tiada, awal-akhir, terang-gelap, dsb) memunculkan formasi kesadaran "aku" dan pada selanjutnya menghasilkan karma ,

Sankhra paccaya Vinnana
Formasi kesadaran yang menghasilkan karma akan memunculkan kesadaran penyambung kehidupan,

Vinnana paccaya Namarupa
Kesadaran penyambung kehidupan itu akan memunculkan bentukan agregat fisik dan agregat mental,

Namarupa paccaya Salayatana
Formasi fisik dan formasi mental pada lanjutnya menghasilkan 5 indera dan 1 pikiran,

Salayatana paccaya Phasso
5 indera dan 1 pikiran menyebabkan timbulnya kontak kesan-kesan antara dunia luar dan dalam, yang merupakan pintu masuk segala persepsi,

Phasso paccaya Vedana
Karena adanya kontak terhadap obyek2 fenomena maka muncullah perasaan,

Vedana paccaya Tanha
Perasaan-perasaan (senang, tidak senang dan netral) tersebut menghasilkan kehausan,

Tanha paccaya Upadana
Kehausan (craving) pada lanjutnya menimbulkan kemelekatan,

Upadana paccaya Bhava
Kemelekatan pada eksistensi menyebabkan terjadinya kelahiran yang terus menerus (proses menjadi / becoming / dumadi),

Bhava paccaya Jati
Dengan adanya dumadi ini maka terjadilah kelahiran,

Jati paccaya Jaramarana
Kelahiran menyebabkan adanya proses tumbuh-lapuk, sakit, tua,

Jara Marana
Kehidupan yg menderita sakit dan tua itu akan berakhir pada kematian.



Oleh karena itu,
Kita bisa menghindari kematian apabila tidak ada kelahiran kembali,
Tiada kelahiran kembali bila tiada kemelekatan,
Lenyapnya kemelekatan karena bisa melihat hakikat ilusif dari perasaan,
Memahami hakikat perasaan itu apabila kita bisa melihat hakikat ilusif dari 5 indera dan 1 pikiran,
5 indera dan 1 pikiran tak akan mewujud bila tiada bentukan fisik-mental,
bentukan fisik-mental tak akan ada bila kesadaran penyambung kehidupan itu terputuskan rantainya,
kesadaran penyambung kehidupan itu terputuskan apabila bisa mengatasi faktor2 bentukan mental dan kesadaran,
Memahami hakikat ilusif bentukan mental dan kesadaran dan berdiam dalam all pervasive luminous lucidity itulah berakhirnya kebodohan eksistensial, dimana berakhirnya akar2 lobha-dosa-moha.

Inilah yang disebut 12 Dependent Origination, atau 12 Sebab Akibat yang Berkesinambungan, sering disebut sebagai Paticcasamupada.
Ada 12 paticcasamupada munculnya penderitaan di samsara, dan apabila dibalik urutannya dari belakang ke depan maka menjadi 12
paticcasamupada menuju lenyapnya penderitaan.

Secara ringkas, hukum itu didefiniskan begini :

Imasming Sati Idang Hoti
Imassuppada idang uppajjati
Imasming asati idang na hoti
Imassa nirodha idang nirujjati.

Karena adanya ini , maka terjadilah itu
Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu.
Dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu
Dengan terhentinya ini maka terhentilah itu.

Sebuah prinsip saling menjadikan , relativitas dan saling bergantungan.
Hal ini bukanlah suatu kepercayaan belaka namun dapat diselami dan diselidiki secara langsung melalui suatu intensive scrutiny (penelitian yg mendalam).
Last edited by betsyII on Tue Jan 16, 2007 2:17 pm, edited 2 times in total.
Humanism
Posts: 22
Joined: Sun Nov 12, 2006 5:54 pm

Post by Humanism »

Thank you atas penjelasan Betsy.
Bila kagakmurtad2 kurang 'sreg' dg penjelasan Betsy, kita bisa lanjutkan tanya-jawab ini dg menjawab pertanyaan saya sebelumnya.
User avatar
kagakmurtad2
Posts: 791
Joined: Mon Sep 11, 2006 10:35 pm
Location: MONTREAL

Post by kagakmurtad2 »

Humanism wrote:Sebelum kelahiran ini terjadi, ketika semua mahluk hidup masih di dalam janin; apabila tidak ada yang terbentuk, hawa nafsu tidak terbentuk, panca indera tidak terbentuk, segala macam bentuk tidak terbentuk; tidak akan ada kelahiran, tidak akan ada yang dilahirkan, setuju?
nyang ini gue kagak setuju...Sebelum kelahiran ini terjadi, ketika semua mahluk hidup masih di dalam janin

first cause nye pegimane..? nyang punye janin pertame dulu siapa ?
Hand15
Posts: 339
Joined: Wed Oct 05, 2005 2:40 am

Post by Hand15 »

Kan macem siklus......
Tapi kita bisa memutuskan siklu itu tanpa harus mengetahui awal siklus kan..
Humanism
Posts: 22
Joined: Sun Nov 12, 2006 5:54 pm

Post by Humanism »

Baiklah, kalimatnya diganti yang lebih masuk naluri umum, yang saya kira kita semua setuju. Sebelum kelahiran SESEORANG terjadi, ketika IA masih di dalam janin; apabila tidak ada yang terbentuk, hawa nafsu tidak terbentuk, panca indera tidak terbentuk, segala macam bentuk tidak terbentuk; IA tidak akan lahir, tidak akan ada bagian dari dia yang dilahirkan, setuju?

Apabila anda setuju, pernyataan saya berikutnya:
Badan kita memiliki fungsi yang berguna bagi kegiatan dan perkembangan kita dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Namun apabila perasaan kita tidak lagi terikat oleh bagian badan, misalnya tangan atau kaki, maka kita tidak akan lagi merasakannya. Contohnya orang cacat, tidak merasakan lagi bagian tubuhnya yang tidak ada.

Jelas keberadaan panca indera dan bagian badan kita yang lain sebenarnya sangat berkaitan dengan perasaan. Meskipun panca indera tersebut ada, tetapi kalau perasaan kita tidak ada, maka kita tidak lagi merasakan bagian tubuh itu. Contoh lain: orang yang kakinya lumpuh, meskipun kaki tersebut ada, tapi perasaan orang itu terhadap kakinya tidak lagi ada.

Jadi kesimpulannya, tanpa perasaan, kita tidak akan terikat oleh panca indera dan bagian badan kita lainnya. Dan karena badan kita adalah sarana berhubungan dengan lingkungan sekitar, tanpa perasaan, kita tidak akan 'peduli' lingkungan. Setuju?
User avatar
kagakmurtad2
Posts: 791
Joined: Mon Sep 11, 2006 10:35 pm
Location: MONTREAL

Post by kagakmurtad2 »

Humanism wrote:Baiklah, kalimatnya diganti yang lebih masuk naluri umum, yang saya kira kita semua setuju. Sebelum kelahiran SESEORANG terjadi, ketika IA masih di dalam janin; apabila tidak ada yang terbentuk, hawa nafsu tidak terbentuk, panca indera tidak terbentuk, segala macam bentuk tidak terbentuk; IA tidak akan lahir, tidak akan ada bagian dari dia yang dilahirkan, setuju?
Baiklah, kalimatnya diganti. Saya setuju.
Humanism wrote:Apabila anda setuju, pernyataan saya berikutnya:
Badan kita memiliki fungsi yang berguna bagi kegiatan dan perkembangan kita dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Namun apabila perasaan kita tidak lagi terikat oleh bagian badan, misalnya tangan atau kaki, maka kita tidak akan lagi merasakannya. Contohnya orang cacat, tidak merasakan lagi bagian tubuhnya yang tidak ada.

Jelas keberadaan panca indera dan bagian badan kita yang lain sebenarnya sangat berkaitan dengan perasaan. Meskipun panca indera tersebut ada, tetapi kalau perasaan kita tidak ada, maka kita tidak lagi merasakan bagian tubuh itu. Contoh lain: orang yang kakinya lumpuh, meskipun kaki tersebut ada, tapi perasaan orang itu terhadap kakinya tidak lagi ada.

Jadi kesimpulannya, tanpa perasaan, kita tidak akan terikat oleh panca indera dan bagian badan kita lainnya. Dan karena badan kita adalah sarana berhubungan dengan lingkungan sekitar, tanpa perasaan, kita tidak akan 'peduli' lingkungan. Setuju?
Perasaan yang ente, eh anda maksud dalam hal ini adalah dalam kapasitasnya sebagai "fungsi alat perasa organ tubuh". Bukan perasaan dalam hal "bagian dari ekspresi kejiwaan", bukan ?

saya setuju, lanjut...
User avatar
kagakmurtad2
Posts: 791
Joined: Mon Sep 11, 2006 10:35 pm
Location: MONTREAL

Post by kagakmurtad2 »

Hand15 wrote:Kan macem siklus......
Tapi kita bisa memutuskan siklu itu tanpa harus mengetahui awal siklus kan..
tadinya saya juga berpikir begitu, namun kalau hidup ini diibaratkan dengan siklus (atau semacamnya), maka akan bertentangan dengan fakta-2 ilmu pengetahuan...karena kalau hal itu kita tarik kebelakang pada masa lalu maka keberadaan dunia ini tidak terbatas oleh waktu (abadi sejak dahulu kala). Sedangkan dalam hal ini para ilmuwan, berdasarkan bukti-2 empiris yang ada menyatakan bahwa dunia ini dulunya tidak berpenghuni makhluk hidup apapun bentuknya, mengingat bumi terbentuk dari "pecahan" matahari yang sangat panas, dan matahari sendiri adalah juga "pecahan"...ingat teori big bang ? para ilmuwan sepakat bahwa dunia dimulai setelah peristiwa itu. atau anda punya pandangan lain sebelum terjadinya big bang ?

memutuskan siklus yang bagaimana maksud anda ? bagaimana kita bisa mengatakan itu suatu "siklus" jika kita tidak tahu awal dan akhirnya bukan ?
Humanism
Posts: 22
Joined: Sun Nov 12, 2006 5:54 pm

Post by Humanism »

Ya. Lanjut. Perasaan (dalam kapasitasnya sebagai "fungsi alat perasa organ tubuh") ini timbul karena kita berhubungan dengan dunia luar (termasuk badan jasmani). Apabila tidak ada yang dilihat, didengar, dicerna, dihirup, diraba; tidak ada hubungan dengan dunia luar sama sekali, maka perasaan ini tidak akan timbul.

Kita melakukan hubungan dengan dunia luar karena kita membedakan, yakni membedakan antara ‘aku’ / ego dengan kamu, ‘aku’ dengan dunia luar. Di dalam pikiran kita, selalu timbul perspektif; apabila kita melihat suatu benda, maka pikiran kita mulai berjalan dan mengidentifikasi benda tersebut, membedakan benda tersebut dari benda lain disekitarnya. Apabila ada suara lagu di radio, pikiran kita mulai timbul dan membedakan suara tersebut dengan suara lainnya. Kadang apabila merdu, kita mulai terbawa oleh suara lagu tersebut. Apabila suaranya sumbang, kita mulai menggerakkan tangan mematikan radio, atau mengganti channel.

Dari sini kita bicara secara idealis. Apabila kita mampu 100% tidak membedakan antara ‘aku’ dengan kamu, tidak membedakan antara diriku dengan lingkungan sekitar, tidak ada pembedaan sama sekali, maka tidak akan ada lagi istilah ‘hubungan dengan dunia luar’ karena kita semua adalah satu. Di dalam Buddhism, Sang Buddha Gautama telah mencapai tahap ini, bahkan lebih jauh (tidak perlu diulas lebih lanjut).

Apa yang menyebabkan pikiran kita berjalan, apa yang membuat kita membedakan antara ‘aku’ dengan kamu, ‘aku’ dengan dia, adalah 'kesadaran murni'. Yakni kesadaran yang menyebabkan kita hidup. Di sisi yang lain, begitu 'kesadaran murni' ini muncul, maka pikiran kita juga muncul, perspektif kita terhadap suara, benda yang kita lihat, dan hal lain juga muncul. Kemudian perasaan kita muncul dan keinginan kita untuk bereaksi terhadap benda tersebut ikut muncul. Reaksi tersebut berupa pergerakan badan jasmani. Dengan bergeraknya badan jasmani (termasuk semua organ tubuh: jantung, paru2, otak), berarti pula anda hidup.

Jadi apakah anda sudah jelas dengan hubungan antara 'kesadaran murni' dengan kelahiran dan kematian? Secara fisika, kesadaran murni ini adalah partikel dasar, partikel yang tidak dapat lagi dipisahkan menjadi bagian yang lebih kecil. Sementara badan jasmani adalah bentuk besar dari kesadaran murni.

Kesadaran murni --> pikiran --> perasaan --> keinginan --> badan jasmani --> kehidupan

Cukup jelas sampai di sini? Tulisan saya berikutnya adalah penjelasan terakhir mengenai rebirth.
up1234go
Posts: 1655
Joined: Tue Jul 04, 2006 12:05 pm

Post by up1234go »

religi_cinta wrote:Atheis atau pun beragama gak masalah kok...

Yang penting itu menjalani hidup dengan baik. Buat apa fanatik ke agama tertentu tapi perbuatan dan tingkah laku kita kayak barbar. Jadi buat yang beragama, jangan pernah merasa diri anda superior dibandingkan dengan atheis :wink:

Buat arto, gua salut juga dengan pemikiran elo. Senang gua ada orang yang bisa berpikir dengan logikanya. Tapi arto, gua percaya biarpun gua gak bisa melihat Tuhan atau merasakan Tuhan, gpp kan? Cuma ini aja yang jadi prinsip gua, tapi gua tetep kritis dan gak akan mau diperbudak oleh agama. Gua juga tetep pake logika dan nurani gua dalam setiap tindakan gua.

Gua juga menghargai elo yang atheis, nice thinking.
Sama..!

Gua juga menghargai orang-orang atheis yang bisa menghukum tokoh2 yang diskriminatif.

Kalau perlu dibom saja negaranya...!!
User avatar
kagakmurtad2
Posts: 791
Joined: Mon Sep 11, 2006 10:35 pm
Location: MONTREAL

Post by kagakmurtad2 »

Humanism wrote:Ya. Lanjut. Perasaan (dalam kapasitasnya sebagai "fungsi alat perasa organ tubuh") ini timbul karena kita berhubungan dengan dunia luar (termasuk badan jasmani). Apabila tidak ada yang dilihat, didengar, dicerna, dihirup, diraba; tidak ada hubungan dengan dunia luar sama sekali, maka perasaan ini tidak akan timbul.

Kita melakukan hubungan dengan dunia luar karena kita membedakan, yakni membedakan antara ‘aku’ / ego dengan kamu, ‘aku’ dengan dunia luar. Di dalam pikiran kita, selalu timbul perspektif; apabila kita melihat suatu benda, maka pikiran kita mulai berjalan dan mengidentifikasi benda tersebut, membedakan benda tersebut dari benda lain disekitarnya. Apabila ada suara lagu di radio, pikiran kita mulai timbul dan membedakan suara tersebut dengan suara lainnya. Kadang apabila merdu, kita mulai terbawa oleh suara lagu tersebut. Apabila suaranya sumbang, kita mulai menggerakkan tangan mematikan radio, atau mengganti channel.

Dari sini kita bicara secara idealis. Apabila kita mampu 100% tidak membedakan antara ‘aku’ dengan kamu, tidak membedakan antara diriku dengan lingkungan sekitar, tidak ada pembedaan sama sekali, maka tidak akan ada lagi istilah ‘hubungan dengan dunia luar’ karena kita semua adalah satu. Di dalam Buddhism, Sang Buddha Gautama telah mencapai tahap ini, bahkan lebih jauh (tidak perlu diulas lebih lanjut).

Apa yang menyebabkan pikiran kita berjalan, apa yang membuat kita membedakan antara ‘aku’ dengan kamu, ‘aku’ dengan dia, adalah 'kesadaran murni'. Yakni kesadaran yang menyebabkan kita hidup. Di sisi yang lain, begitu 'kesadaran murni' ini muncul, maka pikiran kita juga muncul, perspektif kita terhadap suara, benda yang kita lihat, dan hal lain juga muncul. Kemudian perasaan kita muncul dan keinginan kita untuk bereaksi terhadap benda tersebut ikut muncul. Reaksi tersebut berupa pergerakan badan jasmani. Dengan bergeraknya badan jasmani (termasuk semua organ tubuh: jantung, paru2, otak), berarti pula anda hidup.

Jadi apakah anda sudah jelas dengan hubungan antara 'kesadaran murni' dengan kelahiran dan kematian? Secara fisika, kesadaran murni ini adalah partikel dasar, partikel yang tidak dapat lagi dipisahkan menjadi bagian yang lebih kecil. Sementara badan jasmani adalah bentuk besar dari kesadaran murni.

Kesadaran murni --> pikiran --> perasaan --> keinginan --> badan jasmani --> kehidupan

Cukup jelas sampai di sini? Tulisan saya berikutnya adalah penjelasan terakhir mengenai rebirth.
clear ! saya sangat mengerti penjelasan anda. silahkan lanjuut...
Humanism
Posts: 22
Joined: Sun Nov 12, 2006 5:54 pm

Post by Humanism »

(FINAL)

BENTUK KESADARAN MURNI


Seekor kucing yang meronta2, dimasukkan ke dalam karung yang berlapis2 sehingga menjadi sangat tebal. Dari luar yang kita lihat adalah sebuah karung, Namun kita mengetahui bahwa pergerakan karung sebenarnya sesuai / gema dari gerakan kucing tersebut.

Demikian juga kesadaran murni yang berdetak, terserap ke dalam badan jasmani manusia. Dari luar yang kita lihat adalah badan jasmani, namun ketika kita dalam keadaan tenang, kita akan mengetahui bahwa pergerakan badan yang tidak kita atur, pergerakan badan yang terlepas dari kemauan kita, sebenarnya sesuai / gema dari arus kesadaran tersebut. Pergerakan badan jasmani ketika kita diam tersebut adalah pikiran, detak jantung, pernapasan, keadaan sadar-tidur, serta kehidupan kita.

Kucing - karung lapisan 1 - lapisan 2 - lapisan 3 - lapisan 4 – lapisan akhir.
Kesadaran murni - pikiran - perasaan - keinginan – badan jasmani – kehidupan.


Lalu seperti apakah bentuk 'kesadaran murni' ini? Berdasarkan semua penjelasan saya sebelumnya, kesadaran murni:
* Adalah sebuah partikel dasar / elementari, partikel alam semesta yang tidak terdiri atas partikel lainnya.
* Tidak memiliki bentuk.
* Ada dan dapat diamati.
* Memiliki gerak yang teratur, sehingga organ ‘tak sadar’ kita juga bergerak secara teratur (jantung, paru2).
* Terikat oleh badan jasmani.

Menurut ilmu fisika, ada dua partikel dasar di alam semesta: Fermion dan Boson. Secara kasarnya, Fermion adalah partikel yang memiliki bentuk dan dapat dirasakan (partikel pembentuk mater). Sementara Boson adalah partikel yang tidak memiliki bentuk namun dapat diamati, misalnya partikel cahaya (photon). 'Kesadaran murni' memiliki ciri2 Boson. Ciri2 partikel Boson, misalnya photon, antara lain:
* Partikel dasar / elementari.
* Tidak memiliki bentuk.
* Ada dan dapat diamati.
* Memiliki frequensi dan menyebabkan timbulnya fenomena elektromagnetik.
* Di dalam ruang hampa, partikel ini sangat cepat (kecepatan cahaya!), namun dapat terserap oleh Boson / partikel yang memiliki bentuk.
* Ketika terserap oleh partikel berbentuk, partikel ini menjadi lambat.

Secara logika:
Arus kesadaran murni: 1-0-1-0-1 (frequensinya sangat cepat)

Kemudian terserap oleh badan jasmani:
Pikiran/Otak: Timbul - Tenggelam - Timbul - Tenggelam (cukup cepat)
Perasaan/Detak jantung: Digdig - Digdig - Digdig - Digdig (cepat)
Keinginan/Pernapasan: Hirup - Hembus - Hirup - Hembus (biasa)
Badan Jasmani/Keadaan sadar: Bangun - Tidur - Bangun - Tidur - Bangun (lambat)
Kehidupan: Kelahiran - Kematian - Kelahiran - Kematian (sangat lambat, proses Rebirth)


KESIMPULAN

Proses rebirth adalah arus kesadaran murni dan bila dilogika menjadi 1-0-1-0-1 (1=Hidup, 0=Mati). Dari sini kita melihat mengapa proses rebirth berbeda dengan reinkarnasi. Sebagai sebuah arus, rebirth dapat berlangsung tanpa adanya perjalanan “ruh” yang kekal, “ruh” yang terbang kesana kemari, atau perpindahan materi apapun.

Bila tidak ada perpindahan materi apapun, mengapa Karma baik dan buruk ikut berpindah bersama kita?

Ketika kita menghirup udara segar, berbagai zat masuk kedalam paru2 kita (O2, CO2, N, dsb), kemudian kita menghembuskan napas. Di dalam proses bernapas tersebut, ada beberapa zat yang tersisa di dalam badan kita, misalnya O2. Zat2 tersebut menjadi landasan bagi kehidupan kita, sehingga kita mampu menghirup udara lagi. Sama dengan pencernaan makanan, setelah difilter, hasil makanan berupa protein, karbohidrat dsb. menjadi sumber energi kegiatan kita berikutnya.

Demikian juga dengan karma. Ada berbagai macam perbuatan baik dan buruk, atau yang tidak berpengaruh terhadap kita. Kemudian kita bereaksi atas perbuatan yang kita terima, atau kitalah yang memulai reaksi. Perbuatan timbal-balik tersebut dari badan jasmani terproses ke dalam pikiran dan menempel bersama arus kesadaran, akhirnya menjadi dasar kehidupan kita di masa mendatang.

Mengetahui hal ini kawan, tidak ada yang perlu ditakutkan dari kematian apalagi bila kita banyak berbuat kebajikan. Kematian hanyalah proses alami dari kehidupan kita.

Apa yang saya tulis tentu saja bisa dibuktikan melalui proses pengenalan diri/meditasi dan masuk akal secara psikologi serta ilmu pengetahuan.

Kita tentu bertanya2, mengapa ada manusia yang lahir kaya, miskin, cacat, bahkan gugur dalam kandungan. Ditambah lagi, sungguh tidak masuk akal apabila manusia berbuat jahat selama beberapa tahun, harus masuk neraka selamanya (berjuta2 tahun), demikian juga berbuat baik sedikit, masuk surga selamanya. Terus ada yang berbuat jahat sedikit dan berbuat jahat banyak, keduanya masuk neraka. Berbuat baik sedikit dan berbuat baik banyak, keduanya sama2 menikmati surga berjuta2 tahun. Apapun dasarnya, sungguh tidak adil!

Di sinilah mengapa agama yang mengakui keberadaan Tuhan yang jahil dan ikut campur tangan urusan alam semesta tidak sejalan dengan ilmu pengetahuan. Sebaliknya, Buddhism, terlepas dari segala ‘myth’ / dongeng dan legenda, dapat berjalan selaras dengan ilmu pengetahuan. Buddhism, bagi sebagian ilmuwan dan psikolog, adalah cabang dari ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang ‘diri’. Apapun agama anda, tidak ada masalah untuk mempelajari dan menerima Buddhism sebagai ilmu pengetahuan.

Dan seandainya kita harus memilih antara mempercayai sesuatu yang tidak ada buktinya sama sekali, dengan sesuatu yang nalar dan bukti empirisnya cukup jelas, manakah yang kita percayai?

Terima kasih sudah membaca tulisan saya yang panjang dan berhari2.

Gue ingetin sekali lagi: 1-0-1-0-1-0-1-0-1-0-1-0-1-0-1-0-1 :D
User avatar
kagakmurtad2
Posts: 791
Joined: Mon Sep 11, 2006 10:35 pm
Location: MONTREAL

Post by kagakmurtad2 »

endingnya cukup mengejutkan....

implikasinya bisa menggoyahkan tatanan keyakinan beragama dogmatis yang berlaku dan diyakini selama ini.

saya perlu memprint postingan ini, mencerna, menimbang, mengkritisinya sebelum berkomentar lebih lanjut.

mohon maaf jika sekiranya reply saya nantinya agak lama karena besok (hari Sabtu) berbarengan dengan 1 Muharram yang merupakan tahun baru bagi agama islam saya, jadi saya agak sibuk. (untuk merenung dan mengatur langkah kedepannya sesuai dengan makna tahun baru islam yang disimbolkan dengan "hijrah" nya sang Nabi dari Mekah menuju medinah.)

salam digital
1-0-1-0-1-0-1-0-1
Humanism
Posts: 22
Joined: Sun Nov 12, 2006 5:54 pm

Post by Humanism »

Ah, masa? Saya menulis semua ini berdasarkan pengamatan sehari2, saya belum pernah membaca buku buddhism yang menjelaskan secara demikian.

Oh iya, selamat Tahun Baru kalau demikian, maaf saya buta soal Islam.
User avatar
betsyII
Posts: 57
Joined: Thu Sep 15, 2005 10:27 am

Post by betsyII »

Hmm.... saya ingin berkomentar, tapi saya tahan dulu.
Anyway nice work bro!

Untuk semuanya, saya rasa ada baiknya baca link ini:
http://home.btclick.com/scimah/
Bacalah A sampai Z. Jangan takut2 untuk 'berlayar' melalui link-link yg ada dalam suatu artikel. Seringkali dengan cara itu memperjelas maksud dari suatu text, serta menambah kenikmatan curiosity.

Selamat study di situ.

Note : Utk bro Humanism, sehubungan dengan diskusi anda, ada baiknya langsung masuk ke topik "Participatory Anthropic Principle"
User avatar
betsyII
Posts: 57
Joined: Thu Sep 15, 2005 10:27 am

Post by betsyII »

Untuk penjelasan Biogenesis pada Yockey's cytochrome C silakan lihat link ini :
http://richardcarrier.blogspot.com/2006 ... nesis.html
User avatar
kagakmurtad2
Posts: 791
Joined: Mon Sep 11, 2006 10:35 pm
Location: MONTREAL

Post by kagakmurtad2 »

Humanism wrote: Lalu seperti apakah bentuk 'kesadaran murni' ini? Berdasarkan semua penjelasan saya sebelumnya, kesadaran murni:
* Adalah sebuah partikel dasar / elementari, partikel alam semesta yang tidak terdiri atas partikel lainnya.
* Tidak memiliki bentuk.
* Ada dan dapat diamati.
* Memiliki gerak yang teratur, sehingga organ ‘tak sadar’ kita juga bergerak secara teratur (jantung, paru2).
* Terikat oleh badan jasmani.

Menurut ilmu fisika, ada dua partikel dasar di alam semesta: Fermion dan Boson. Secara kasarnya, Fermion adalah partikel yang memiliki bentuk dan dapat dirasakan (partikel pembentuk mater). Sementara Boson adalah partikel yang tidak memiliki bentuk namun dapat diamati, misalnya partikel cahaya (photon). 'Kesadaran murni' memiliki ciri2 Boson. Ciri2 partikel Boson, misalnya photon, antara lain:
* Partikel dasar / elementari.
* Tidak memiliki bentuk.
* Ada dan dapat diamati.
* Memiliki frequensi dan menyebabkan timbulnya fenomena elektromagnetik.
* Di dalam ruang hampa, partikel ini sangat cepat (kecepatan cahaya!), namun dapat terserap oleh Boson / partikel yang memiliki bentuk.
* Ketika terserap oleh partikel berbentuk, partikel ini menjadi lambat.
saya mohon maaf jika harus melakukan koreksi dulu atas pendapat bung Humanism :

Fermion, nama yang diambil dari nama Enrico Fermi, adalah partikel yang membentuk status kuantum komposit yang benar-benar antisimetrik. Hasilnya, fermion bersifat sesuai dengan prinsip eksklusi Pauli dan juga sesuai dengan statistik Fermi-Dirac. Teori spin-statistik menyatakan bahwa fermions mempunyai spin yang berupa separuh-bilangan bulat. Salah satu cara untuk menggambarkan spin ini ialah bahwa partikel dengan spin 1/2, seperti fermion, harus diputar oleh dua rotasi penuh untuk mengembalikan mereka ke keadaan semula.

Boson, dinamakan atas Satyendra Nath Bose, adalah partikel-partikel yang membentuk keadaan kuantum komposit simetrik-total. Sebagai hasilnya, mereka menaati statistik Bose-Einstein. Teorem spin-statistik menyatakan bahwa boson memiliki spin "integer". Boson juga satu-satunya partikel yang dapat menempati keadaan yang sama dengan lainnya.


Seluruh partikel dasar adalah boson atau fermion.

Gauge boson adalah partikel dasar yang beraksi sebagai pembawa gaya fundamental seperti boson vektor W dari gaya lemah, gluon dari gaya kuat, foton dari gaya elektromagnetik, dan graviton dari gaya gravitasi.

Partikel terdiri dari sejumlah partikel lain (seperti proton atau nuklei) dapat berupa fermion atau boson, tergantung dari spin totalnya. Oleh karena itu, banyak nuklei merupakan boson.


Bung Humanism yang baik.
Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai partikel dasar di alam semesta ini, tetap ada pertanyaan yang sebetulnya sangat klasik tetapi selalu mengganjal di hati jika kita berbicara mengenai "asal mula penciptaan" sebagai konsekuensi logis dari adanya apa yang anda sebut sebagai partikel dasar di alam semesta ini.
Pertanyaan tersebut adalah : si-apa kita ini, darimana berasal, menuju kemana sesudahnya ?

Jika bertanya kepada agamawan, susah untuk percaya akan apa yang mereka claim sebagai "firman Tuhan dari langit".

Jika bertanya kepada ilmuwan, mereka hanya membatasi pada "awal mula alam semesta adalah big bang."

Jika bertanya pada para filsuf (konon mereka adalah sumber kebijaksanaan) yang berada di "menara gading" pemikiran sendiri yang susah untuk "diterjemahkan pada kehidupan sehari-hari". ada rasa kebimbangan mengingat banyaknya pendapat yang saling bertentangan diantara mereka (berbeda dengan para ilmuwan eksakta).

so, bung Humanism, perlu adanya penggabungan yang adil dan menyeluruh terhadap fakta-2 pemikiran atas ketiga kelompok diatas.
(kalo ngomong kayak gini gue jadi lupa kalo lagi berperan sebagai sikagakmurtad2 nyang konyol dan suka OOT...hehehehehe!).

Georg Wilhem Friedrich Hegel sedang bingung ketika menyatakan : bila jagad raya ini dapat dikatakan memiliki sebab, maka apakah sebab adalah akibat dari sebuah sebab yang semula, atau tidak. apakah mata rantai sebab-2 memanjang kebelakang pada sebuah rangkaian "ketakterbatasan" ataukah terdapat disuatu tempat sebuah sebab pertama yang bukan akibat dari sebab yang semula. Jika rangkaian itu tidak terbatas maka tidak ada kata akhir dan penjelasan final yang akan ditemukan disini. Jika terdapat sebuah sebab pertama, maka sebab pertama itu sendiri adalah sebuah fakta yang misterius...

wel....konsep kasualitas tidak dapat memberikan sebuah penjelasan tentang jagad raya, juga tidak mampu menjelaskan hal-2 khusus dikarenakan menjelaskan berarti melibatkan deskripsi hubungan logika antara satu dengan yang lainnya. Bilamana sebua benda secara logis disimpulkan berasal dari sesuatu yang lain maka dikatakan benda tersebut telah dijelaskan...hal ini sangat membingungkan saya sendiri.

barangkali anda, atau BetsyII dapat tidak bisa menahan ingin berkomentar dulu ?

salam digital,
1-0-1-0-1-0-1-0-1
Post Reply