http://gatesofvienna.net/2013/01/deep-d ... ve-failed/
Posted on January 31, 2013 by Baron Bodissey
“Jauh di Lubuk Hati, Muslim Merasakan Bahwa Mereka Telah Gagal”
Dalam wawancara dengan Der Spiegel berikut ini, ahli fisika nuklir Pakistan, Pervez Hoodbhoy, memberikan gambaran jelas mengenai negara-negara Islam di abad ke-21. Perhatikan bagaimana pewawancara justru terlihat lebih Islam-friendly dibanding Muslim yang ia wawancarai.
Diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Hermes:
Ahli Fisika Nuklir Pakistan: "Masyarakat Islam Secara Kolektif Telah Gagal”
Kerusuhan meningkat di negara-negara Islam, dan kekuatan agama menancapkan kuku setelah revolusi Arab. Ahli Fisika Nuklir Pakistan, Pervez Hoodbhoy melihat adanya “kegagalan kolektif” masyarakat Islam. Ia menjelaskan hal tsb selama wawancara dengan SPIEGEL ONLINE.
Para siswa tampak bergembira di sekitar Pervez Hoodbhoy. Mereka mengenakan topi dan toga wisuda tingkat doctoral. Para wanita muda meletakkan tutup kepala di atas jilbabnya. Mereka baru mengetahui kalau mereka telah lulus ujian. Sekarang mereka ingin foto bersama dengan Hoodbhoy, dosen mereka yang terkenal.
Pervez Hoodbhoy, 62, adalah seorang fisikawan nuklir di Quaid-e-Azam University di Islamabad, ibukota Pakistan. Dia telah mengajar disini sejak tahun 70-an. Dia juga telah belajar dan mengajar di berbagai universitas ternama di Amerika dan Eropa, dan telah menerima berbagai penghargaan terkait berbagai kegiatan ilmiah, dan ia telah terlibat dalam isu-isu politik melalui fisika.
Misalnya, ia mengkritik proyek nuklir Pakistan dan merasuknya peran agama di sektor-sektor ilmiah, budaya dan politik. Dengan bersikap seperti ini, ia menjadikan dirinya musuh bagi Pakistan, negara yang begitu bangga karena memiliki bom atom. Sebuah universitas swasta di Lahore telah memecatnya, dan selama berbulan-bulan ia menanti gaji, hasil kerjanya di Islamabad yang seharusnya telah ia terima.
Walau demikian, tak pernah terpikirkan olehnya untuk meninggalkan Pakistan. Hoodbhoy terlahir sebagai Muslim, dalam sebuah keluarga Ishmaelite. Ia dibenci banyak orang, namun diam-diam dikagumi oleh banyak lainnya. Dan yg jelas ia tidak mau disuruh bungkam. “Aku mengatakan apa yang kupikirkan, dan aku memiliki dasar yang kuat untuk itu,” ujarnya di ruang kerja yg masih ia miliki di universitas dimana ia belum memperoleh gajinya. Foto-foto Jepang setelah kejatuhan bom atom tegantung di dinding, sementara buku-buku mengenai fisika dan politik bertumpuk di mejanya.
Dalam wawancara berikut terungkap mengapa Pervez Hoodbhoy bersikap kritis terhadap agama, serta pandangannya mengenai masa depan masyarakat Islam:
SPIEGEL : Tn. Hoodbhoy, Anda senantiasa memperingatkan mengenai radikalisasi Muslim. Bagaimana persisnya sehingga Anda berpendapat demikian?
HOODBHOY: Ketika saya mulai mengajar disini, di Quaid-e-Azam University, Islamabad, awal tahun 70-an, hanya ada satu pelajar di seluruh kampus yang mengenakan burqa. Saat ini, sekitar 70 persen perempuan disini benar-benar tertutup. Hanya 30 persen yang berbusana dengan normal.
SPIEGEL: Apakah siswa-siswa Anda memberikan alasan? Ataukah itu bukan masalah?
HOODBHOY: Kadangkala saya bertanya pada mereka, dan banyak diantaranya berkata Islam menuntut hal itu dari mereka. Lainnya mengatakan mereka mengenakan burqa atau jilbab karena sebagian besar perempuan mengenakannya. Lainnya lagi berkata mereka merasa aman seperti itu, karena saat mereka berdiri menunggu bis tidak ada yang mengganggunya.
SPIEGEL: So, bukan berarti berpaling ke jalan Allahi atau penafsiran yang lebih kaku atas agama kan?
HOODBHOY: Ya, tentu saja. Kita telah mengalami revolusi budaya teramat besar di dunia Islam, bukan hanya Pakistan, namun sedikit banyak di semua negara Islam. Pakistan dalam proses perubahan, Afghanistan telah menjadi radikal, Iran, Iraq, berbagai negara di Afrika dan dunia Arab, Mesir, Aljazair, sekarang di Mali. Cepat atau lambat, di Syria hanya akan terlihat perempuan terbungkus. Tapi, mari lihat komunitas-komunitas Islam di Eropa atau Amerika--mereka terinfeksi virus yang sama. Mengapa? Saya berpikir mereka menyampaikan pesan mereka berbeda dari yang lain. Jilbab pada dasarnya hanya label yang memberi jarak antara engkau dan orang lain. Disampaikan dengan jelas: identitas saya adalah Islam. Identitas ini berkaitan erat dengan perasaan sebagai korban sejarah. Jauh di lubuk hati, Muslim merasakan bahwa mereka telah gagal. Ini campuran sensitivitas yang membuat saya khawatir, karena mengarah ke perilaku yang sangat tidak sehat.
SPIEGEL: Anda melihat masyarakat Muslim gagal secara keseluruhan. Apakah yang Anda maksud?
HOODBHOY: Ada sekitar 1,5 milyar Muslim di seluruh dunia---namun mereka tidak dapat menunjukkan prestasi besar dalam bidang apapun. Tidak di bidang politik, sosial, sains ataupun seni dan sastra. Satu-satunya yang mereka lakukan dengan penuh pengabdian adalah puasa dan sholat. Namun tidak ada usaha-usaha untuk memperbaiki kondisi kehidupan dalam masyarakat Islam. Tanpa disadari, orang-orang secara alami merasakan ini sebagai kegagalan kolektif.
SPIEGEL: Belakangan, ada yang disebut Arab Spring, dimana orang-orang---Muslim---berjuang untuk kondisi hidup yang lebih layak.
HOODBHOY: Arab Spring hanyalah reaksi terhadap system yang otokratis dan despotism, yang memungkinkan dunia Arab tenggelam dalam kegelapan. Namun, protes-protes tidak ditujukan untuk menuntut kebangkitan budaya atau pengetahuan. Itulah sebabnya tidak banyak perubahan yang diharapkan. Pembebasan sesungguhnya hanya akan terjadi disaat perubahan politik diikuti dengan perubahan budaya, juga perubahan sikap. Muslim-muslim Arab harus menyingkirkan kepercayaan yang salah namun telah tersebar luas, bahwa sains mengandung unsur-unsur agama apapun. Mental Insh’allah, dimana Allah dikatakan bertanggungjawab atas segalanya, bertentangan dengan cara berpikir ilmiah. Selain itu, etika kerja Arab yang buruk. Selalu berhenti untuk mematuhi kewajiban agama. Untuk tetap kompetitif di dunia modern, hal-hal seperti ketepatan waktu dan mematuhi aturan-aturan bersama oleh manusia, bukan Allah, harus diperbaiki secara dramatis.
SPIEGEL: Apakah Anda benar-benar menerima ancaman karena pernyataan seperti ini?