Captain Pancasila wrote:
bukannya mau mendistorsi kenyataan atau gimana, cuman kalau menyangkut "pengetahuan(manusia)" itu, mbok yo standartnya yang lebih tinggi lah, jangan sesuatu yang hewan juga bisa, terus sama2 disebut sebagai "pengetahuan", kan kesannya nanti gimana?
lucu kan kalau ntar ada yang ngomong "eh anjing gw pengetahuannya tinggi loh!"
Standart yang tinggi dari pengetahuan itu seperti apa yang Anda mau?
Apakah seperti orang dewasa yang mengatakan 1/2 dari 17 itu adalah 9? Atau seseorang yang berkata 0/0=1?
Ataukah tuh bayi waktu lahir udah bisa langsung berbicara? Bisa mengarang orasi dan berpidato?
Udah tahu kursi buat duduk? Kalau nyetir mobil kalau belok harus nyalain lampu sen?
Tahu kalau dalam siklus Krebs di mitokondria umumnya menghasilkan radikal bebas superoksida? Bisa menghitung delta-v yang diperlukan untuk transit orbit Bumi-Mars dalam waktu menit? Atau bisa me
Udah bisa main Piano Sonata No. 29 Beethoven? Atau langsung bisa perfect pitch waktu karaoke?
Intelligence itu multifacet (berwajah banyak) dan multifaktor. Nah dalam Quran bayi itu tidak punya apa? Reasoning? Understanding? Medium Awareness? Empathy? Communication? Learning? Planning? Problem Solving? Abstract Thought?
Kesalahan terbesar manusia adalah suka 'meremehkan' makhluk non-manusia (dan bayi) hanya karena mereka tidak 'berbicara' seperti orang dewasa. Kenapa? Bagi banyak orang awam, suatu hal hanya bisa dianggap 'pintar' kalau bisa BERBICARA seperti MANUSIA DEWASA.
Namun, mampu BERBICARA (Komunikasi Verbal dengan medium suara) seperti manusia dewasa bukan syarat utama untuk Intelligence. Sebab berbahasa itu dapat mengambil bentuk non-verbal. Lihat saja Lumba2, selain komunikasi verbal mereka juga mempergunakan komunikasi berbasis gerakan badan dan gelembung udara. Simpanse dan Gorilla juga lebih banyak mempergunakan clue non-verbal dalam komunikasi, bahkan Gurita berkomunikasi dengan saling mengganti warna kulit mereka...
SO WHAT, kalau bentuk intelijensia manusia juga ditemukan pada hewan, memangnya salah gitu? APA HEWAN GA BOLEH PUNYA KEPINTARAN?????
Anda dan sebagian besar orang lain (terutama orang tua muda) seringkali mengabaikan bahwa Bayi sejak lahir sudah secara aktif (dengan cara mereka sendiri) belajar mengenai dunia di sekitarnya. Dalam tempo cepat bayi sudah dapat membedakan wajah ibu dan orang2 yang ada di dekatnya. Merasa gelisah kalau mereka tidak ada. Menangis kalau ada yang dia tidak senang. Tertawa jika ada yang membuat dia senang. Bisa mengerti (dengan cara mereka sendiri) emosi orang di sekitarnya. Bayi punya ekspektasi tentang suatu hal, jikalau sesuatu tidak berjalan sesuai dengan reasoning sederhana mereka mereka akan kaget... (Pernah main cilukba dengan kain dengan bayi? Setelah beberapa ronde cilukba, sewaktu kain disingkapkan, coba wajah Anda tidak muncul, si bayi akan membesarkan mata mereka, ini cara bayi mengungkapkan rasa heran.) Bahkan dari artike yang saya kutip sebelumnya: Mereka punya KONSEP MORAL SEDERHANA yang sudah ada sejak lahir.
HANYA KARENA BAYI BARU LAHIR TIDAK MEMPERTUNJUKKAN 'KEPINTARAN' ORANG DEWASA seperti BERBICARA, MENULIS, MENGARANG, BERMUSIK, DST DSB bukan berarti tuh bayi GA TAHU APAPUN...
Dan baru beberapa dekade terakhir inilah ilmuwan secara serius menjelajah konsep 'inteijensia' baik pada bayi manusia maupun pada hewan, baik dari aspek neurologi, psikologi, maupun evolusi
Saya setuju dengan istilah "Kepala kosong tidak bisa belajar apapun."
Jikalau bayi punya kemampuan belajar, berarti tuh bayi sejak semula memang punya kemampuan penalaran dasar untuk mencerna informasi.
Benar kata 6pg kalau Anda itu pembelaannya hanya bekutat pada:
sixpackguy wrote:Disini blakangan si CP kemudian ingin mencoba berargumen yg baru (tp argumennya bahlul setengah mati), dgn mencoba MENGGIRING pembaca bahwa yg dimaksud MENGETAHUI disitu adalah MENGETAHUI SPT LAYAKNYA ORG DEWASA.