Chunk wrote:perbandingan yang anda maksud menurut saya masih kurang valid, faktor kualitas harusnya diikutkan. tapi okelah, kita main main dulu dengan perbandingan ini. kita ambil contoh waktu saya sekolah di smp yang mayoritas muslim (kita belum bicara kualitas dulu loh, cuman kuantitas)
satu kelas isinya kira kira 55-60 orang. saya terpaksa duduk didepan terus, karena bangku baris ke 4-8 kebelakang itu 90% kumpulan yang memusuhi, tidak respek. silahkan dihitung sendiri persentasenya.
cah_TK_nol_besar wrote:
gw minta 3 thn full...
dari kelas 1 smp sampe 3 smp...
termasuk guru2,tukang angkot yg elu tumpangi, tetangga2, dll
itung sendiri persentasenya..
lho, smp itu khan 3 tahun. selama 3 tahun itu saya duduk didepan terus. ada untungnya sih, pas guru menerangkan bisa lebih jelas menerima.
. SMA saya sudah pindah keluar kota, di SMA non muslim. Persentase muslim disitu cuman sekitar 3% dan dari mereka 100% tidak ada yang diancam atau dijahilin karena mereka muslim. Kalau dijahilin karena yang menjahilin memang iseng, atau nakal yah seperti lazimnya anak anak SMA lah (bukan karena si anak ini muslim terus dijahilin)
untuk guru2, tukang angkot, tetangga2. maaf, waktu itu saya tidak terlalu mengenal mereka, jadi jangan tanya persentase buat mereka karena saya tidak tahu boundary conditionnya. yang saya ingat, ada beberapa guru yang membenci non muslim dan etnik tertentu. bila kita membuat kesalahan, mereka selalu bilang: "Dasar *******!!" (menyebut nama agama atau etnik tertentu tergantung anak yang melakukan kesalahan). tentu saya tidak bisa membuat persentase mereka karena saya tidak ingat berapa banyak anggota guru waktu itu.
Chunk wrote:
ini hanya sekedar contoh yang pernah saya alami. kalau mau lebih, lain kesempatan saya bisa cerita. Ingat bro, yang saya tidak respek adalah ajarannya, bukan orangnya. di tempat kerja saya juga banyak yang muslim, tapi tidak ada alasan saya untuk membenci mereka sebagai manusia. Yang saya tidak respek ajarannya, bukan orangnya.
Chunk wrote:
Sedikit berbeda. ilmu lain adalah pengetahuan, tapi agama itu ilmu hati. artinya, semakin anda mendalami, itu akan terwujud dalam tutur kata, pola pikir, tindakan dalam kehidupan sehari hari. Bila sekelompok massa (yg mengatasnamakan agama) kemudian membuat suatu tindakan yang merugikan orang lain (dg sadar dan tidak merasa bersalah), tentu ini valid boleh dikatakan hasil dari ilmu mereka yang terwujud dlm tindakan.
aneh bagi saya bila anda melihat ajaran agama mempunyai 2 sisi pedang. menurut anda sendiri, ajaran islam juga ada 2 sisi tajam? adakah yang buruk? so interesting.
Chunk wrote:
sekali lagi, anda membandingkan bahwa ilmu agama seperti ilmu pengetahuan lain. dalam perbandingan yang anda sebutkan tidaklah tepat. Ilmu kimia nuklir tidak mempengaruhi bagaimana anda berpikir, berkata kata, bertindak atau berinteraksi dengan sesama bukan?
cah_TK_nol_besar wrote:
Berarti anda belum paham apa itu Islam. Dan dgn pedenya mengkritik hal yg tidak om pahami.
Islam juga sebuah Ilmu. Kalo nggak percaya datang ke Universitas Islam yg terdekat, dan tanyakan jurusan2nya ada berapa. Dan kata siapa Ilmu pengetahuan tidak mempengaruhi cara berpikir, berkata2, dan bertindak?
Coba bedakan berkumpul ngobrol2 dgn tukang becak dan ngumpul dgn dosen2, apakah gak ada bedanya?
1. warning, kita akan melebarkan topik bila membahas ini. kalau memang tertarik silahkan membuat trit baru.
2. tolong jangan sepotong sepotong memahami kalimat. mari saya copas lagi, lihat yang di bold untuk mempermudah penangkapan anda:
Chunk wrote:
Sedikit berbeda. ilmu lain adalah pengetahuan, tapi agama itu ilmu hati. ..
Chunk wrote:
... Ilmu kimia nuklir tidak mempengaruhi bagaimana anda berpikir, berkata kata, bertindak atau berinteraksi dengan sesama bukan?
bisakah anda menjelaskan korelasi (yg langsung, bukan tidak langsung atau bahkan dicari cari keterkaitannya) teori fusi nuklir dengan toleransi antar umat beragama? atau estimasi waktu paruh uranium dengan memberi sedekah untuk pengemis? atau perpindahan radiasi dengan berkendara dg tertib di jalan?
Tidak dipungkiri, memang beberapa ilmu (makanya saya tulis "sedikit berbeda") bisa mempengaruhi pola hidup misal ilmu kesehatan bisa mempengaruhi seseorang dalam menjaga kebersihan makanan. Yang diutamakan di topik ini adalah: ilmu yang langsung berhubungan dengan hati orang yang berhubungan dengan sesama.
3. Ngobrol dengan tukang becak dan dosen? tentu saja. Saya dibesarkan di lingkungan toko kelontong, di depan toko adalah pangkalan tukang becak (jangan minta saya untuk membuat persentase tukang becak yang benci non muslim!
). dan dalam kuliah, saya cukup aktif di organisasi kemahasiswaan. Dalam kacamata saya, bila kita hanya melihat struktur kalimat, gaya bicara, bahasa tubuh, atau fisik, tentu berbeda ngobrol antara tukang becak dengan dosen. tetapi, bila anda melihat implisit dari perkataan atau pola pikir mereka, tidak berbeda antara tukang becak dan dosen.
Tukang becak yang punya hati baik, tetap bisa bermaksud baik meskipun kata kata yang dipakai kasar, ada makian. Dosen yang punya hati tidak baik, ya terlihat tidak baik meskipun memoles kata kata dengan kata yang indah, intelek, dan gaya bahasa memikat.
Tukang becak yang berhati baik, tetap mau menolong orang yang mengalami kecelakaan meskipun nggak kenal. Dosen yang berhati jahat, akan lewat begitu saja (atau malah pura pura tidak melihat) jika ada kecelakaan di jalan dg orang yg tdk dikenal.
(note: bila anda ingin melanjutkan topik ilmu pengetahuan dan hubungannya denhgan tuturkata, pola pikir, dan tindakan dalam interaksi dg sesama ini, silahkan bikin trit baru. kita sudah oot ntar dimarahin om momod.)