cah_TK_nol_besar wrote: sangat kaget dan shock gw...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
akan ilmu ngrekap togel tingkat tinggi om hilman
gw tunjukin keblo'onan dan kecacatan logika pendeta kita yg tercinta ini....
HILLMAN wrote:
[QS 4:64] Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk dita'ati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinyadatang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
cah_TK_nol_besar wrote:
masih belum jelas??
kita baca tafsir dari ayat diatas...
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah An Nisaa' 64
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللَّهِ وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا رَحِيمًا (64)
. Pada bagian pertama dari ayat ini, Allah menerangkan: bahwa setiap Rasul yang diutus Allah ke dunia ini semenjak dari dahulu sampai kepada Nabi Muhammad saw
wajib ditaati dengan izin (perintah) Allah, karena tugas risalah mereka adalah sama, yaitu untuk menunjuki umat manusia ke jalan yang benar dan kebahagiaan hidup mereka di dunia dan di akhirat. Juga dalam ayat ini dikaitkan taat itu dengan izin Allah, maksudnya ialah bahwa tidak ada sesuatu makhlukpun yang boleh ditaati melainkan dengan izin Allah atau sesuai dengan perintah Nya, seperti menaati Rasul, ulil amri, ibu bapak dan sebagainya, selama mereka tidak menyuruh berbuat maksiat, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Talib yang berbunyi:
لا طاعة لبشر في معصية الله تعالى
Artinya:
"Tidak boleh menaati manusia yang menyuruh melanggar perintah Allah"
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Dan hadis:
إنما الطاعة في المعروف
Artinya:
"Sesungguhnya yang ditaati itu hanya perintah berbuat makruf"
(H.R. Muslim, Ahmad, Abu Daud, dan Nasa'i)
Pada bagian kedua sampai akhir ayat ini, Allah menerangkan: Andaikata orang-orang yang menganiaya dirinya sendiri yaitu orang-orang yang bertahkim kepada Tagut seperti tersebut pada ayat 60, datang kepada Nabi Muhammad ketika itu, lalu mereka memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun turut memohon supaya mereka diampuni, niscaya Allah akan mengampuni mereka, karena Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.
Di dalam ayat ini disebutkan orang-orang yang bertahkim kepada Tagut itu adalah orang-orang yang menganiaya diri sendiri, karena mereka melakukan kesalahan besar dan membangkang tidak: mau sadar. Baik juga disebutkan di sini beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang bertobat agar tobat itu diterima oleh Tuhan, antara lain:
a. Tobat itu dilakukan seketika itu juga, artinya segera setelah membuat kesalahan.
b. Bila ada hak manusia (orang lain) dilanggar haruslah diselesaikan lebih dahulu.
c. Hendaklah tobat itu merupakan tobat nasuha, artinya benar-benar menyesal atas kesalahan-kesalahan yang diperbuat dan tidak akan mengulangi lagi.
sumber
Mari kita lihat “kepintaran” logika anda.
Jika kalimat di bawah ini:
[QS 4:64] arsalnaa min rasuulin illaa
liyuthaa'a bi-idzni allaahi
Kami tidak mengutus seseorang rasul, melainkan untuk
dita'ati dengan seizin Allah.
Anda maknakan yang perlu di izinkan Allah adalah menta’atinya saja
Maka kalimat di bawah ini:
[QS 2:97] fa-innahu nazzalahu 'alaa
qalbika bi-idzni allaahi
maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Qur'an) ke dalam
hatimu dengan seizin Allah
Mana yang perlu izin Allah, “menurunkan (Al Quran) ke dalam hatimu” atau “hatimu” saja ?
Saya tambahkan satu lagi kalimat:
[QS 14:11] wamaa kaana lanaa an na/tiyakum
bisulthaanin illaa bi-idzni allaahi
Dan tidak patut bagi kami mendatangkan suatu
bukti kepada kamu melainkan dengan izin Allah.
Jadi mana yang perlu izin Allah, “mendatangkan suatu bukti kepada kamu” atau “bukti” saja ?
Jadi sesuai dengan tulisan awal...
HILLMAN wrote:
[QS 4:64] Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk dita'ati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinyadatang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Dipersilahkan....
Kemudian......
Kre-setan wrote:
tentu saja itu "cucokmology sesuai syahwat" kalau mengikuti metode pengambilan kesimpulan ala antum,, sekarang saya tanya...kenafa yang mendapat predikat sama dengan Allah cuma antum batasi kepada Isa saja ? setan juga menyesatkan manusia dengan "seizin Allah" ...atau apakah berarti antum juga menyembah setan ??
tentu saja antum persempit cucok mencucokanya kepada Isa saja supaya nafsu syhawat antum tersalurkan.
itu masih poin "cucokmologny" yang saya tanggapi dulu, dipersilahkan antum menjelaskan kepada sidang pembaca apakah "metode" yang antum pakai diatas bukan cucokmology sesuai bantahan saya di atas. Sementara untuk masalah penggunaan kata "KAMI" di ayat selanjutnya itu ada penjelasanya sendiri nanti.
Maaf, Allah yang saya imani tidak menyesatkan manusia. Entah jika itu "allah" yang anda sembah, hanya anda sendiri yang tahu "beliau" setan atau bukan.
Kre-setan wrote:
dalam Quran termaktub Iblis berkuasa MEMBUAT KESESATAN atas "izin Alllah"
Saba' 21 :
Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang itu. Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala sesuatu
nah, sekarang bisa kita lihat ilmu "cucokmology sesuai syahwat" antum selanjutnya yaitu mempersempit variable "kekuasaan" hanya sebatas urusan CIPTA MENCIPTA BURUNG
.... Iblis memang tidak MEMBUAT BURUNG seperti isa
Nah.....
Artinya anda mengakui hanya Allah SWT dan Nabi ISA AS yang menciptakan mahluk hidup dan termaktub dalam Al Quran secara gamblang.
Kre-setan wrote:
TAPI iblis MEMBUAT KESESATAN dengan "izin Allah".
Urusan BUAT MEMBUAT boleh seribu macam, tapi kalau urusan KEKUASAAN itu cuma milik Allah...karna setiap urusan BUAT MEMBUAT itu semua dilakukan dengan se "izin Allah"
fahimta sampai disini..??
Mereka "membuat" kerusakan di muka bumi
Mereka "membuat" dosa dan permusuhan
Mereka "membuat" tipu daya
Mereka "membuat" kedustaan
Kalimat-kalimat inikah yang anda pahami serupa dengan makna "membuat" dari Allah dan Nabi ISA AS dalam ayat penciptaan mahluk hidup ? (maaf)
[QS 7:186] Barangsiapa yang Allah sesatkan maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.
Kre-setan wrote:
maaf....
kalau antum nggak mau dibilang DOYAN MENYUSAHKAN DIRI SENDIRI, kenafa antum doyan menutup mata dengan ayat2 QURAN yang secara JELAS dan LANTANG menolak keilahian Isa ?? antum kok lebih senang MENYUSAHKAN DIRI SENDIRI dengan membuat bermacam macam ramuan "cucokcucokmology sesuai syahwat"
Saya maafin....
Mari kita lihat ayat yang katanya “jelas” dan “lantang” tersebut.
Al-Maidah : ayat 72-75 :
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka
pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.
Pertanyaan 1. Siapakah yang berbicara pada ayat ini ? Allah SWT kah ? Atau “sosok” lain ?
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya
Allah salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa.
Pertanyaan 2. Kalimat tersebut apakah pemahaman kaum Nasrani atau hanya tuduhan “sosok” yang berbicara dalam Quran ?
Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka
mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya ?. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Pertanyaan 3. Masih sama, siapakah yang berbicara pada ayat ini ? Allah SWT kah ? Atau “sosok” lain ?
Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan.
Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).
Pertanyaan 4. Siapakah “kami” disini ? Allah SWT kah ? Atau “sosok-sosok” lain ?
Pertanyaan 5. Bagaimanakah cara “allah” di ayat ini “menjelaskan kepada mereka” ? Membacakan ?
Dipersilahkan....
Salam bagi semua orang yang berpikir.