simplyguest wrote:Standar ganda apanya tong? Yang bilang kalo saya gak mungkin kepikiran kayak gitu itu sapa cep?
Emangnya manusia gak bisa kehilangan iman kepada tuhan yang sebelumnya dia percayai?
Apa alasannya anda mengatakan tidak mungkin? Ingat lho semua itu mungkin bagi Allah SWT, termasuk menggaris agar nabi-nya tau-tau tidak percaya lagi, kecuali ente menolak konsep takdir dan LM.Captain Pancasila wrote: bagi seseorang yang sudah mengetahui Tuhan seperti halnya Nabi (bukan seperti manusia pada umumnya), maka bentuk ketidakpercayaan/kekekafiran yang tersisa hanyalah berupa tidak menjalankan perintahNya, ndak ada itu ketidakpercayaan terhadap janjiNya, karena yang begitu itu sama saja dengan tidak lagi percaya bahwa Dia itu Tuhan, padahal itu tidaklah mungkin!
simplyguest wrote:Elu percaya kalo guru matematika lu yang ngajar 2 + 2 = 4 itu adalah bener2 guru asli dan dia bener ngajarin matematikanya.
Lalu dalam ujian keluar soal "Berapakah 2 + 2?".
Apa trus karena elu percaya bahwa guru elu itu bener2 guru, lalu soal yang keluar di ujian itu berarti BUKAN UJIAN?
Terserah dosennya, mau ngasih soal ujian setingkat anak SD ato setingkat doktoral, itu hak dosen-nya. Apakah ente menemukan sekolah/tempat kuliah di mana, murid/teruji menentukan soal ujiannya sendiri?Captain Pancasila wrote: kalau elu yang setingkat mahasiswa terus dikasih soal setingkat SD, mana bisa soal tsb kita katakan sebagai ujian bagimu? ya ndak?
Seharusnya ente bersyukur, klo elo anak kuliahan tapi ujiannya anak SD.