dengan memperhatikan kebiadaban-kebiadaban yang dialakukan kaum muslimin terhadap kaum Ahmadiyah di Indonesia, yang terus menerus terjadi, serta memperhatikan sikap dan komentar kaum muslimin serta para ulama terhadap kekerasan yang dilakukan terhadap Ahmadiyah tersebut, maka rasanya saya menjadi percaya terhadap kebenaran kata-kata Ali Sina tersebut.Ali Sina wrote: Oleh: Ali Sina
Salam sejahtera buat saudara-saudariku sesama manusia,
Saat ini umat manusia sedang menghadapi tantangan. Berbagai kekejaman yang tak terbayangkan telah menjadi peristiwa sehari-hari. Ada suatu kekuatan jahat yang sedang bekerja keras untuk menghancurkan kita. Tak ada yang dihormati lagi oleh para pengikut iblis ini; bahkan jiwa anak-anak sekalipun. Setiap hari ada saja peristiwa pengeboman, setiap hari ada saja orang-orang tak bersalah yang menjadi sasaran pembunuhan. Tampaknya kita semua sudah tak berdaya menghadapinya. Tapi sebenarnya tidak juga !
Orang bijak dari negeri Cina, Sun Tzu, pernah berujar, "Kenalilah musuh anda dan kemenangan menjadi milik anda". Sudahkah kita mengenali musuh kita? Sebab jika tidak, kita akan binasa.
Terorisme bukanlah ideologi, melainkan alat; tetapi teroris-teroris ini membunuh demi sebuah ideologi. Ideologi itu disebut Islam.
Di seluruh dunia, baik muslim maupun non muslim, mengklaim bahwa para teroris telah membajak "agama damai" tersebut dan Islam tidak sedikitpun membenarkan kekerasan.
Siapa yang benar? Siapa yang benar-benar memahami Islam; pihak teroris atau pihak yang menentang mereka? Jawaban atas pertanyaan ini merupakan kunci kemenangan kita dan kegagalan untuk menemukan kunci itu akan berujung pada kekalahan dan kematian kita. Jawaban itu ada di dalam al-Quran dan pada sejarah Islam sendiri.
Kami, yang paham ttg Islam, tahu bahwa pemahaman teroris-teroris muslim itulah yang benar. Mereka hanya melakukan apa yang dicontohkan dan dianjurkan nabi mereka. Pembunuhan, pembantaian, pemerkosaan, dan pencincangan tubuh korban "demi menyenangkan hati kaum beriman (mu’min)" semuanya sudah dipraktekkan oleh Muhamad, diajarkan olehnya dan dituruti oleh muslimin sepanjang sejarah Islam.
Kendatipun banyak ulama dari kalangan islam "garis lembek" yang berkata "kami menyesalkan kekerasan yang terjadi terhadap warga Ahmadiyah. Dan Islam tidak mengajarkan kekerasan sedikitpun." tapi saya merasa tidak sedikitpun melihat ketulusan dan kejujuran para ulama tersebut atas pernyataan penyesalan tersebut. Karena biasanya sehabis kata penyesalan tersebut di susul dengan kalimat-kalimat yang terus menerus menyalahkan warga Ahmadiyah, menggambarkan kebencian terhadap kaum Ahmadi. Seakan-akan saya melihat mereka sedang berdusta atas statement-statement penyesalan itu. Mungkin saya telah berprasangka buruk dengan berpikir bahwa sesungguhnya mereka gembira dan bertepuk tangan saat menyaksikan warga Ahmadiyah teraniaya, tak sedikitpun bersedih dan berempati terhadap mereka.
Melihat semua keadaan itu, saya memberontak dan mencoba membangunkan hati nurani semua muslim yang bisa saya temui. Tapi, saya menemukan fakta menyedihkan bahwa kebencian kaum muslimin terhadap kaum Ahmadiyah itu sudah mengakar di dalam batin mereka. Kendatipun kaum Ahmadi yang menjadi korban kebiadaban muslim, tetapi kutukan dan hujatan tetap di alamatkan kepada mereka, dan secara terselubung mereka cenderung membela pembantai yang biadab tersebut. Bahkan tak sedikit yang menganggap pembantai itu sebagai "pahlawan Islam".
Saya bersedih, dan mencoba menyadarkan semua muslim, bahwa sesungguhnya Islam itu tidak seperti itu. Tapi semua orang membantah. Dan sayalah yang di tuduh salah dalam memahami islam. Lalu saya merasa sendirian. Pertanyaannya, Islam mana yang benar, yang saya fahami atau yang mereka fahami? Seandainya Islam saya yang benar, maka tidak ada gunanya lagi saya mengatas namakan Islam lagi, karena saya hanya sendiri. Selain dari yang saya fahami, mereka menganut islam yang sejalan dengan terorisme. Pemahaman saya dianggap menyimpang dari Islam, dan bahkan mereka menyuruh saya untuk membuat agama baru, sebagaimana mereka mendesak ahmadiyah membuat agama baru. Sehingga akhirnya saya berpikir, "barangkali saja benar, bahwa islam itu memang seperti itu, brutal, kejam, biadab dan tidak berperikemanusiaan." bila begitu, maka sebenarnya agama apa yang saya anut? Saya berpedoman pada Quran, hadits, saya menjalankan shalat, puasa, dzikir, tapi mengapa faham Islam saya sangat bertolak belakang dengan mereka.
Barangkali saja benar yang dikatakan oleh Ali Sina, bahwa para teroris itulah yang telah memahami Islam sejati.