Perbudakan di negara2 Islam yg TIDAK dpt Diakhiri

Sejarah Perbudakan dlm Islam & praktek sampai sekarang
Post Reply
User avatar
pod-rock
Posts: 829
Joined: Tue Nov 28, 2006 1:25 pm

Perbudakan di negara2 Islam yg TIDAK dpt Diakhiri

Post by pod-rock »

http://www.frontpagemag.com/Articles/Re ... p?ID=29227

Perbudakan di negara2 Islam yg TIDAK dpt Diakhiri
oleh: Robert Spencer

Pengadilan Kriminal Internasional baru2 ini mengeluarkan surat penahanan utk Ahmed Haroun, Mentri Urusan Humanitarian Sudan, dan Ali Kosheib, pemimpin milisi Janjaweed yang tersohor (seperti FPI di Indonesia). Pemerintah Sudan menolak menyerahkan keduanya utk diadili.

Tuduhan2 termasuk pembunuhan, pemerkosaan, penyiksaan dan “penahanan atau perampasan kemerdekaan orang lain.” Perampasan kemerdekaan orang ini adalah persamaan kata dari Perbudakan. Mingguan Mesir Al-Ahram menelaah tidak lama ini di Sudan bahwa “Perbudakan, yang didukung Muslim fanatik, menghancurkan bagian barat dan selatan negara itu.”

Muslim2 pemilik budak ini khususnya memperbudak non-muslim, khususnya Kristen. Menurut Coalition Against Slavery in Mauritania and Sudan (CASMAS/Koalisi Penentang Perbudakan di Mauritania dan Sudan), sebuah gerakan abolisionis dan HAM; “Pemerintahan Khartoum sekarang ingin memberlakukan Hukum Syariat pada orang2 kulit hitam non-muslim di selatan, hukum syariat yang dijabarkan dan ditafsirkan oleh ulama muslim konservatif.

Orang2 kulit hitam yang menganut animisme dan Kristen di Selatan telah sering diserang oleh orang2 Arab di Utara dan Timur, serangan2 ini bertujuan menculik mereka utk dijadikan budak. Orang2 kulit hitam yg menolak hukum syariat ini merasa ada tujuan ekspansi ekonomis, budaya dan agama dibelakang semua ini.”

BBC melaporkan bulan Maret 2007 bahwa serangan2 perbudakan “menjadi hal yang biasa di Sudan selama 21 tahun perang utara-selatan, yang berakhir tahun 2005. Menurut sebuah studi oleh Institut Rift Valley yang bermarkas di Kenya, sekitar 11 ribu anak muda (lelaki dan wanita) ditangkap dan dibawa menyeberang ke perbatasan – banyak yang dibawa ke Darfur Selatan dan Kordofan Barat ... mereka dipaksa masuk islam, diberi nama muslim dan dilarang bicara dengan bahasa ibu mereka.”

James Pareng Alier, Kristen Sudan, diculik dan diperbudak ketika berumur 12 tahun. Agama adalah alasan utama atas penculikan ini: “Saya dipaksa belajar Quran dan diberi nama muslim ‘Ahmed’. Mereka bilang bahwa Kristen adalah agama buruk. Setelah diberi training militer beberapa waktu mereka mengatakan kami akan dikirim utk bertempur.” Alier tidak tahu dimana keberadaan keluarganya. Tapi sementara budak2 non muslim sering dipaksa masuk islam, tetap saja mereka tidak dibebaskan dari
perbudakan. Boubacar Messaoud pejuang anti-perbudakan menjelaskan : “kayak punya ternak saja. Jika ada wanita yang jadi budak, keturunannya juga otomatis jadi budak.”

Pejuang anti perbudakan seperti Messaoud kesulitan melawan perbudakan karena ini sebuah tradisi yg berakar dari Quran dan Sunnah Nabi (yi dilakukan oleh Muhammad). Nabi Muhammad punya banyak budak, dan seperti Injil, Quran juga mengakui adanya perbudakan, bahkan memerintahkan pembebasan budak dibawah kondisi tertentu, seperti si majikan melanggar sumpah:

[5.89] Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kafarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak.

Tapi meski memerdekakan budak itu dianjurkan dlm Quran, institusi islam sendiri tidak pernah mempertanyakan/melarangnya. Quran bahkan memberi kaum pria ijin utk melakukan seks dengan budak wanita:

[23.1] Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
[23.2] (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya,
[23.3] dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
[23.4] dan orang-orang yang menunaikan zakat,
[23.5] dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
[23.6] kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.


Seorang muslim tidak boleh melakukan seks dengan wanita istri orang lain – kecuali wanita itu budak wanita miliknya:

[4.24] dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu.

Sejak jaman Muhamad sampai sekarang, kebanyakan budak Islam adalah non-muslim yang ditangkap dlm jihad. Akademisi terkenal yang ahli dalam hal perlakuan thd non muslim dlm masyarakat islam, Bat Ye’or, menjelaskan sistem yang dikembangkan dari penaklukan2 jihad:

Sistem Perbudakan jihad mengirim pria dan wanita utk dijadikan budak secara berkala sesuai dengan perjanjian takluk kepada Kalifah. Ketika Amir menaklukan Tripoli (Libya) tahun 643, dia memaksa orang2 Yahudi dan Kristen Berber utk memberikan istri dan anak mereka sebagai budak kpd tentara Arab, ini termasuk pajak jizya. Ini berlangsung dari thn 652 sampai kekalahan mereka tahun 1276.

Nubia juga dipaksa utk mengirim budak2 secara berkala ke Kairo. Perjanjiannya termasuk utk kota2 Transoxiana, Sijistan, Armenia dan Fezzan (Maghreb) dibawah Umayyad dan Abbasid, mereka meminta para budak pria dan wanita. Tapi, sumber utama suplai budak tetap berasal dari penyerangan2 regular pada dusun2 didalam Darul Harbi (Wawasan Perang, yakni daerah non-islam) dan ekspedisi militer yang menyapu lebih dalam lagi ketanah2 kafir, mengosongkan kota2 dan provinsi2 dari para penghuninya. [1]


Sejarawan Speros Vryonis mengamati bahwa “sejak awal perampokan Arab ke tanah orang2 Rum (kekaisaran Byzantine), barang jarahan berupa manusia menjadi bagian yang sangat penting.”

Seraya terus menerus mereka menaklukkan Anatolia, orang2 Turki menurunkan harkat orang Yunani dan non-muslim lain ke status budak: “mereka memperbudak laki2, wanita dan anak2 dari semua pusat pengungsian utama dan dari kampung2 dimana populasinya tak berdaya utk melawan.” [2]

Sejarawan India K.S. Lal menyatakan bahwa dimanapun para pejihad menaklukan sebuah teritori, “disana dikembangkan sebuah sistem perbudakan yg sesuai dg iklim, wilayah dan populasi daerah itu.” Ketika muslim menjajah india, “penduduk India mulai dijadikan budak dan di-ekspor keluar india bagi pekerjaan2 kasar.” [3]

Para budak menghadapi tekanan agar masuk islam. Dalam sebuah analisa teori politik islam, Patricia Crone mencatat bahwa setelah perang jihad selesai, “tawanan pria bisa dibunuh atau diperbudak… disebar ke RT muslim, para budak hampir selalu didorong atau ditekan oleh tuannya agar masuk islam, atau secara pelahan, menjadi terbiasa melihat segala sesuatu lewat mata muslim, meskipun mereka mencoba utk melawan.” [4]

Thomas Pellow, orang Inggris yang diperbudak di Maroko selama 23 tahun setelah ditangkap dari kapal inggris ditahun 1716, dimana dia bekerja sebagai cabin boy, disiksa sampai dia mau menerima islam. Berminggu-minggu dia dipukuli dan dibuat kelaparan, akhirnya menyerah setelah penyiksanya bilang “akan memanggang daging dan tulang2nya.” [5]

Perbudakan diakui eksis sepanjang sejarah Islam, seperti juga di barat hingga abad lalu. Tapi sementara orang Eropa dan Amerika disorot habis2an mengenai perbudakan ini dan akhirnya melarang perbudakan, perbudakan & perdagangan budak dalam islam terus berlangsung hingga sekarang dan mengakibatkan banyak penderitaan yg hampir2 tidak diperhatikan dan diabaikan.

Oleh karena itu, betapa ironis bahwa Islam di Amerika justru disajikan kpd orang2 kulit hitam Amerika, dan Kristen dianggap sbg “agama perbudakan kulit putih."

Para ahli sejarah memperkirakan bahwa perdagangan budak trans atlantik, yang beroperasi antara abad 16 hingga 19, melibatkan sekitar 10.5 juta budak, perdagangan budak oleh islam di Sahara, Laut Merah dan Laut Hindia mulai di abad ke-7 dan berakhir di penghujung abad 19, melibatkan sekitar 17 juta budak. [6]

Ketika muncul tekanan utk mengakhiri perbudakan, tekanan ini datang dari pengikut agama Kristen, dan bukan dari islam. Tidak ada orang Muslim seperti William Wilberforce atau William Lloyd Garrison.

Malah, ketika di abad 19 pemerintah Inggris mengadopsi pandangan Wilberforce utk mengakhiri perbudakan dan mulai menekan mereka yang pro-perbudakan, Sultan Maroko menentangnya dan berkata “Perdagangan budak adalah perihal yang ada dalam semua sekte dan bangsa, dan disetujui dari waktu ke waktu sejak jaman anak2nya Adam.. hingga hari ini.” Dia bilang dia sendiri “tidak sadar hal ini dilarang oleh hukum sekte manapun” dan bahwa ide pelarangan perbudakan karena masalah moral sama sekali omong kosong: “Tak seorangpun perlu mempertanyakan ini, hal ini telah terwujud pada dua belah pihak (budak dan tuan) dan tidak perlu diterangkan, hal ini sama dengan terangnya siang hari.” [7]

Meski demikian perbudakan terjadi bukan karena umat manusia bersuara bulat setuju, tapi perkataan Muhammad dalam Quran yang memastikan perbudakan ini, yang mencekik gerakan2 kebebasan didunia islam. Perbudakan dalam islam dilarang hanya karena ada tekanan dari Barat; para Arab muslim pedagang budak di Afrika diakhiri oleh militer Inggris di abad 19.

Selain masih dipraktekkan sekarang, baik tertutup ataupun sedikit terbuka di Sudan dan Muritania, ada bukti bahwa perbudakan masih terus berlangsung dibawah permukaan dinegara2 mayoritas muslim – terutama Saudi Arabia, yang melarang perbudakan tahun 1962, Yaman dan Oman, keduanya mengakhiri perdagangan budak tahun 1970. Di Nigeria, larangan ini diabaikan, dan menurut studi seorang nigeria, sebanyak satu juta orang masih diperbudak disana.

Para budak beranak pinak sering karena diperkosa, dan umumnya diperlakukan seperti binatang. Reporter BBC Hillary Andersson melaporkan dari Nigeria Feb 2005:

Pemilik budak mendorong para budak utk beranak pinak agar menambah jumlah mereka, kadang bahkan mereka menentukan kapan harus berhubungan seks. Mereka memperlakukan para budaknya seperti ternak.. ada kasus2 dimana para budak ditelanjangi didepan keluarga mereka utk mempermalukan mereka, kasus dimana budak wanita diperkosa tuannya, bahkan budak lelaki dikebiri oleh tuannya sebagai hukuman.”

Perbudakan yang diperkuat dan terus menerus diadakan oleh islam bisa dilihat seketika ketika para muslim mampu mengimpor institusi perbudakan ini ke Amerika.

Seorang Saudi bernama Homaidan Al-Turki, contohnya, dituntut 27 tahun penjara minimal, karena memperbudak seorang wanita dirumahnya di Kolorado. Al-Turki menyatakan bahwa dia korban Islamophobia.

Dia bilang pada hakim: “Yang Mulia, saya disini bukan utk minta maaf, saya tidak bisa minta maaf atas hal yang tidak saya lakukan. Negara telah mengkriminalisasi kelakuan dasar para muslim. Dasar tuntutan ini adalah utk menyerang tradisi muslim.”

Bulan berikutnya, seorang pasangan Mesir yang tinggal di California Selatan ditahan dan kena denda, dan kemudian dideportasi, setelah mengaku bersalah memperbudak anak perempuan 10 tahun.

Bulan januari 2007, seorang atase kedutaan Kuwait di Washington, Walid Al Saleh, dan istrinya dituduh menahan tiga pekerja India beragama kristen dan memperlakukan mereka selayaknya budak dirumah mereka di Virginia. Salah seorang dari wanita itu bercerita:

Saya tidak punya pilihan kecuali terus bekerja bagi mereka meski mereka memukuli saya dan memperlakukan saya lebih buruk dari seorang budak.”

Semua ini menandakan masalah perbudakan Islam tidak dibatasi hanya pada kejadian2 di Sudan; tapi mengakar lebih dalam dan melebar lebih jauh. PBB dan organisasi HAM mencatat fenomena ini, tapi baru sedikit sekali yang dilakukan utk melawan perbudakan2, atau melawan mereka yang membantu/mentoleran perbudakan.

PBB telah mencoba menempatkan pasukan perdamaian di Darfur, meski ditentang pemerintah Sudan, tapi protes terhadap perbudakan di Sudan dan tempat lain belum menghasilkan tindakan pemerintah yang berarti bagi praktek2 demikian.

Amnesty International and Human Rights Watch juga mencatan masalah ini, tapi seperti HRW amati, “pemerintah Sudan tidak bergeming akan isu perbudakan, mengklaim bahwa ini hanya masalah persaingan antar suku, yang tidak bisa mereka campuri. Ini tidak benar, karena laporan2 banyak sekali datang dari Sudan Selatan, semuanya jelas tidak demikian adanya.”

------------------------------

[1] Bat Ye’or, The Decline of Eastern Christianity Under Islam: From Jihad to Dhimmitude, Fairleigh Dickinson University Press, 1996, p. 108.

[2] Speros Vryonis, The Decline of Medieval Hellenism in Asia Minor and the Process of Islamization from the Eleventh through the Fifteenth Century, Berkeley, 1971. P. 174-5. Quoted in Bostom, Legacy of Jihad, p. 87.

[3] K. S. Lal, Muslim Slave System in Medieval India, Aditya Prakashan, 1994. P. 9.

[4] Patricia Crone, God’s Rule: Government and Islam, Columbia University Press, 2004. Pp. 371-372. Quoted in Bostom, Legacy of Jihad, p. 86.

[5] Giles Milton, White Gold: The Extraordinary Story of Thomas Pellow and Islam’s One Million White Slaves, Farrar, Straus and Giroux, 2004. P. 84.

[6] Andrew Bostom, The Legacy of Jihad, Prometheus, 2005, pp. 89-90.

[7] Quoted in Bernard Lewis, Race and Slavery in the Middle East, Oxford University Press, 1994. Reprinted at http://www.fordham.edu/halsall/med/lewis1.html.
taghba
Posts: 10
Joined: Fri Feb 08, 2008 11:36 pm

Post by taghba »

itu salah satu penyebab TKI diperkosa di Arab dan di pukulin sampe babak belur..
Pembantu dianggap budak, maka bisa diperlakukan seperti dalam dlm ayat2 Alquran.. :cry:
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Dari FESBUK:
Image
Wanita2 muda & anak2 diLELANG setiap minggu di provinsi Nangarhar di Afghanistan. DIperkirakan, 80% dari wanita2 ini diambil dari pedesaan2 Pakistan. Pembeli biasanya ARab2 kaya dari Negara2 Teluk.

Dari FESBUK:
Mirror
Faithfreedom forum static
Post Reply