abbadul wrote:
alloh tidak menghendaki Panjul berbuat demikian
tapiiii .... alloh gak bisa manahan Panjul yg MENCACI MAKI dirinya !
walaupun alloh Benci, Murka dan Melaknat si Panjul <<< alloh gak kuasa untuk melakukan keinginannya itu !!!
apakah maha tahu dan maha mengkehendaki ?
Hidup di alam duniawi ini sebagai ujian bagi kita manusia, termasuk juga bagi yang anda sebut Panjul, right?
Sebagaimana ujian yang kita hadapi di sekolah, ada range waktu pelaksanaan ujian tsb.
Begitu juga umur yang diberikan Tuhan kepada kita, itulah range waktu ujian kita yang disebut hidup di dunia ini.
Startnya mulai kita lahir, stopnya saat kita mati.
Sebelum ujian di sekolah berlangsung, tentunya kita sudah mendapat ilmu tentang apa2 yang akan diujikan, diajarkan oleh guru kita.
Setelah tiba waktunya kita ujian di sekolah, selama waktu ujian itu kita diberi kebebasan mengerjakan soal semampu kita, guru/pengawas cuma mengawasi proses ujiannya, guru/pengawas tidak menegur, membenarkan atau menyalahkan jawaban kita saat ujian berlangsung.
Baru setelah waktu ujian selesai, kertas jawaban kita dikumpulkan dan diperiksa guru, barulah keluar nilainya, berapa yang benar berapa yang salah.
Begitu bukan prosesnya?
Dalam Islam, saat ruh kita diciptakan sudah ada persaksian bahwa Allah SWT lah Tuhan kita.
Coba kita perhatikan arti ayat Al Qur'an berikut:
QS 7:172 :
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"
Setelah itu tibalah takdir kita untuk lahir di dunia, dengan ruh yang sebelumnya sudah mengakui Allah SWT Tuhannya.
Mulailah (start) ujian hidup ini, seakan kita mulai dari nol.
Tuhan tentulah tidak melepaskan begitu saja manusia ini tanpa arah dan tujuan dalam hidupnya.
Kita manusia berusaha mencari apa hakekat hidup ini, dan Tuhan membantu mengarahkan dengan perantaraan Nabi dan RasulNya.
Kabar tentang ketuhanan Allah SWT sudah disampaikan kepada manusia, sampai kepada kita juga tentunya, sampai kepada Panjul juga mustinya, jika sering membaca posting2 di FFI ini kabar dari Rasulullah Muhammad SAW tentang keesaan Allah SWT pun sudah sampai kepada kita.
Bagaimana kita menyikapinya?
Panjul seperti yang anda tuliskan, mencaci maki Allah SWT. Mungkin anda juga?
Sebagaimana ujian di sekolah di atas, waktu ujian hidup kita sekarang ini masih berlangsung.
Sebagaimana guru bersikap saat ujian berlangsung, Tuhan juga masih dan selalu mengawasi prosesnya.
Allah SWT Maha Tahu tentang apa yang kita lakukan di dunia ini, tiap detik, tiap degup jantung, tiap tarikan nafas kita, semua tercatat dan tidak ada yang hilang dari pantauanNya.
Anda bilang Allah SWT tidak kuasa melaknat si Panjul? Dengan ke-Maha KuasaanNya tentulah itu tidak mungkin, cuma tunggu, nanti ada waktunya.
Ada waktunya setelah Panjul nanti mati (waktu ujian hidupnya stop), dan hari akhir telah tiba, dinilai apa2 yang dilakukannya di dunia, dihitung2 kebaikan dan keburukannya, patuhkah sesuai sama ikrarnya waktu di alam ruh dulu, dsb dsb. Dan keluarlah nilai rapornya.
Apa yang terjadi berikutnya, tergantung yang dilakukan oleh si Panjul selama kurang lebih 60 tahun hidup di dunia. Begitu bukan?
Silakan dinikmati sesuai apa yang telah dilakukan di dunia, bisa dinilai surga bisa dinilai neraka. Tidak ada yang bisa menolong dirinya selain apa yang dia lakukan selama hidupnya di dunia. Begitu bukan?
opobener wrote:
Tuhan maha mengetahui, IYA
Tetapi kasusnya, TUHANMU, menulis takdir si A si B bakal bla bla bla, lalu menghukumnya dengan skenarionya itu....ini baru kasus
Setiap kejadian terjadi atas kehendak Tuhan, IYA
Setiap kejadian sudah ditetapkan demikian adanya, lalu TUHANMU memurkai ketetapannya sendiri.....ini baru kasus :D
Mari kita berfikir soal apa itu manusia.
Kita pasti sepakat, manusia adalah ciptaan Tuhan yang berbeda dengan makhluk lainnya.
Yang membedakannya adalah khusus untuk manusia kita diberi oleh Tuhan keistimewaan berupa akal.
Akal inilah yang membuat manusia bebas menentukan apa yang ingin dilakukannya, Tuhan memberi kita kebebasan untuk patuh padaNya (beriman) atau ingkar padaNya (menurutkan hawa nafsu).
Akal kita bisa makin menguatkan iman kita atau makin memperturutkan nafsu kita, silakan bebas buat kita mau menuruti yang mana.
Sedangkan soal takdir, bisa kita pahami sebagai apa2 yang sudah ditetapkan oleh Tuhan atas kita, sebagai barrier, atau sebagai sesuatu disekeliling kita yang mempengaruhi kita.
Takdir sudah ditetapkan Tuhan, diluar kontrol kita, dan takdir bukan apa2 yang menjadi keputusan kita sendiri.
Takdir bisa berarti penetapan kapan kita dilahirkan, kapan kita mati, siapa orang tua kita, rizki kita (dalam arti kesempatan2 yang diberikan oleh Tuhan yang dibebaskan apakah kita mau mengambilnya atau tidak), dan hal2 lain diluar kita yang kita tidak kuasa mengontrolnya.
Yang bisa kita kontrol adalah bagaimana kita berfikir, bagaimana kita bersikap, bagaimana kita bertindak, itulah yang Tuhan bebaskan buat kita memilih sendiri.
Dalam setiap penciptaan makhlukNya, Allah SWT menuliskannya di Lauh Mahfudz.
Dalam hal penciptaan manusia, Allah SWT juga menetapkan batasan2 untuk manusia itu, itulah takdir.
Selebihnya, setelah itu manusia mau berbuat apa, itu adalah kebebasan yang diberikan Allah SWT padanya, dan hasil pemikiran serta tindakan manusia itu bukanlah takdir Allah SWT.
Bisa dipahami ya sampai disini?
Jadi kalau si Panjul sudah pernah mendengar kabar bahwa Allah SWT itulah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia, dan dia lalu mengingkari dan memaki2 Allah SWT, sikapnya itulah kebebasan yang dia miliki sebagai manusia dari hasil akalnya menuruti hawa nafsunya. Sikapnya itu bukanlah takdir Allah SWT.
Semoga penjelasan ini bisa anda pahami :)
fayhem_1 wrote:
Bagus kalo km bilang akal kita tidak sanggup mencapai bentuk Tuhan, lantas kenapa para muslim tidak terima dengan bentuk Tuhan kafir ? Bukankah akal mereka juga tidak sanggup mencapai bentuk Tuhan ?
Tapi, kita bisa tahu Tuhan lewat ajaranNya dan sifatNya, itu yang bisa kita capai, karena kita tau mana yang baik dan mana yang jahat
Dan di thread ini kita membahas sifat aloh, bukan bentuknya
Jadi salah tempat kalo km bahas bagaimana bentuk Tuhan di thread ini
Maksud anda para muslim tidak terima dengan bentuk Tuhan kafir?
Mohon maaf jika saya salah memahaminya, apakah contoh konkritnya anda menyampaikan kalau umat muslim tidak terima dengan wujud Yesus sebagai Tuhan?
Saya pribadi berpemahaman kalau Tuhan itu sangat berbeda dengan makhlukNya, tidak bisa dipersamakan.
Dalam hal ini, jika ada sesuatu yang berwujud dan bisa dilihat, diraba dengan panca indera, dengan sangat yakin saya katakan PASTI itu bukan Tuhan.
Bagi saya Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Indah, Maha segala2nya, pastilah bukan sekedar seperti itu.
Anda pasti sudah tahu kalau bagi umat Islam, Yesus itu adalah Nabi Isa AS, yang juga sangat kami hormati, murni 100% manusia, tidak ada embel2 dan juga 100% Tuhan.
Jadi singkatnya, apapun itu yang anda sodorkan kepada saya dan berbentuk/berwujud, saya pasti yakin dan tidak akan menerimanya sebagai Tuhan.
Bukan akal saya tidak sanggup mencapai bentuk Tuhan kaum kafir, tapi memang yang orang kafir sebut itu sebagai Tuhan, bagi saya BUKAN Tuhan.
Untuk komentar anda selanjutnya, saya sepakat dengan anda bahwa kita tahu Tuhan lewat ajaranNya dan sifatNya.
Bagi umat Islam, lebih jelas lagi karena Allah SWT menjelaskan sifat2Nya melalui ayat2 Al Qur'an, dan semakin dijelaskan hadits Rasulullah.
Lebih jauh, kami juga bisa "membaca" ayat2 Allah SWT yang berupa makhluk2 ciptaanNya, semua itu bukti Kebesaran, Keagungan dan Kekuasaan Allah SWT.
Sungguh saya merasa kecil sekali di antara milyaran galaxy dan entah seluas apa ciptaanNya di alam semesta duniawi ini, mungkin lebih kecil dari sebutir debu di padang pasir di hadapanNya.
Semua yang terhampar di hadapan kita ini tentulah satu bukti Kebesaran Allah SWT, bagi mereka yang berfikir.
Semoga anda bisa memahaminya :)
fayhem_1 wrote:
Apakah kekuasaannya bisa dicontrol ?
Apakah Tuhan bisa mengkontrol kekuatanNya ?
Itu yang menjadi pertanyaan buat muslim, bukan apakah kekuasaannya terbatas atau tidak
Mohon maaf saya kurang paham maksud anda. Tuhan tidak bisa mengontrol kekuasaan dan kekuatanNya?
Pernyataan anda belum bisa masuk ke nalar saya, karena bagi saya Allah SWT kekuasaan dan kekuatanNya memang tidak terbatas, tidak ada yang mampu menahannya.
Yang bisa mengontrol justru cuma Allah SWT sendiri, karena tidak ada makhluk yang mampu menghindar dari amarahNya, tidak ada pelindung dan penolong pun selain Dia.
Tapi jika kita mau berfikir, Allah SWT juga Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Bahkan kepada orang2 yang mengingkarinya, takdir buat dia tetap diberikanNya, rizki dengan kadar yang sudah ditakdirkanNya tetap diberikannya, seluruh fasilitas hidup di dunia ini tetap diberikanNya.
Semoga pemikiran saya ini bisa memuaskan anda :)
fayhem_1 wrote:
Tuhan kafir tidak membutuhkan pertolongan manusia, tapi aloh islam membutuhkan pertolongan manusia, karena dikatakan dalam alquran "Barangsiapa menolong Allah , bla bla bla"
Jika anda mau lebih membuka nalar anda, konteks ayat tsb bukannya Allah sudah kuwalahan dengan apa2 yang dilakukan kaum kafir dalam memerangi Islam.
Sedikit pun Allah SWT tidak merasa kesulitan dan tidak akan berkurang kekuasaanNya.
Tapi Allah SWT memberi apresiasi dan pujian bagi orang2 yang membela Islam, yang menegakkan "Tiada Tuhan selain Allah" meskipun nyawa satu2nya musti dikorbankan. Orang2 seperti ini sungguh spesial, dan diistilahkan menolong Allah.
Padahal kalaupun seluruh manusia ini ingkar tidak percaya adanya Allah SWT, apalah artinya? Allah SWT tetaplah Tuhan Yang Maha Berkuasa.
Semoga bisa dipahami :)
Saya coba bandingkan dengan yang tertulis di Alkitab Nasrani, di Lukas 19:
19:29 Ketika Ia telah dekat Betfage dan Betania, yang terletak di gunung yang bernama Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya 19:30 dengan pesan: "Pergilah ke kampung yang di depanmu itu: Pada waktu kamu masuk di situ, kamu akan mendapati seekor keledai muda tertambat, yang belum pernah ditunggangi orang. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah ke mari. 19:31 Dan jika ada orang bertanya kepadamu: Mengapa kamu melepaskannya? jawablah begini: Tuhan memerlukannya." 19:32 Lalu pergilah mereka yang disuruh itu, dan mereka mendapati segala sesuatu seperti yang telah dikatakan Yesus. 19:33 Ketika mereka melepaskan keledai itu, berkatalah orang yang empunya keledai itu: "Mengapa kamu melepaskan keledai itu?" 19:34 Kata mereka: "Tuhan memerlukannya." 19:35 Mereka membawa keledai itu kepada Yesus, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan menolong Yesus naik ke atasnya.
Kalau saya sebagai muslim membaca ayat Alkitab ini, saya sungguh maklum, karena keyakinan saya bahwa Yesus (Nabi Isa AS) adalah manusia biasa, tapi diberi derajat lebih sebagai Rasul penyampai wahyu Allah SWT dibanding orang kebanyakan.
Sangat manusiawi, mungkin Yesus kelelahan dan perlu bantuan kendaraan berupa keledai untuk menempuh sisa perjalanannya, sementara 100% keTuhanan beliau sesuai keimanan Kristiani saat itu tidak berperan.
Mohon maaf jika saya sangat tidak sepaham dengan keimanan umat Kristiani yang menyatakan Yesus 100% Tuhan dan sekaligus 100% manusia, karena saya mendapat kabar seperti yang disampaikan dalam Al Qur'an bahwa Nabi Isa AS (Yesus) tetaplah "hanya" manusia, dan beliau juga memerintahkan menyembah Allah Tuhan Yang Esa, dan akal saya lebih bisa menerima kebenaran itu.
Saya lebih meyakini kalau Ibrahim AS, Musa AS, Isa AS, Muhammad SAW dan semua Rasul2 yang disebutkan di Al Qur'an adalah manusia biasa yang karena keimanan dan keutamaannya sehingga diangkat Allah SWT sebagai utusanNya menyampaikan kabar bahwa Allah SWT lah Tuhannya manusia, tiada Tuhan selain Dia yang harus disembah.
Semoga anda bisa memahami pemikiran saya :)
fayhem_1 wrote:
Siapakah yang memerlukan ujian ? Tuhan atau manusia ?
Contoh :
Pemerintah melakukan Ujian Nasional, bagi pemerintah ujian ada manfaatnya yaitu supaya pemerintah mendapatkan siswa-siswa yang terbaik
Sedangkan bagi siswa, Ujian Nasional ini ga ada manfaatnya, karena semua siswa ingin masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi maka ujian nasional merupakan penghalang bagi mereka
Jadi siapakah yang memerlukan ujian ? Tuhan atau manusia ?
Pemikiran saya yang saya tulis diatas saya rasa sudah cukup panjang tentang ujian.
Penyelenggara ujian hidup untuk manusia memang Allah SWT, terlebih dahulu ruh kita telah berikrar bahwa Allah SWT lah Tuhannya.
Selesai ujian nanti, setelah datang hari kiamat dan kita manusia akan menjalani penilaian/pengadilan oleh Allah SWT, akan terbukti apakah ruh kita tetap konsisten dengan ikrarnya ataukah mengingkarinya.
Balasan yang diberikan oleh Allah SWT sesuai dengan hasil tsb, yang menikmati kemudian juga manusia2 tsb.
Bagi Allah SWT, hasil ujian seluruh umat manusia tsb tidak mempengaruhi keagungan dan kekuasaanNya, Dia tetaplah Yang Maha Agung dan Maha Kuasa.
Kita sendirilah nantinya yang akan menikmati hasil tindak tanduk kita di dunia, siapa yang menabur benih kebaikan akan menuai kebaikan, begitu juga sebaliknya.
Semoga anda bisa memahaminya :)
fayhem_1 wrote:
Dalam agama sebelah, Tuhan mereka menampakkan diriNya dan bicara kepada beberapa Orang,
tapi dalam islam, aloh islam tidak menampakkan dirinya dan tidak berbicara kepada siapapun, termasuk muhammad.
Yang terjadi adalah, muhammad bicara, dan kemudian muhammad bicara lagi kalo perkataannya adalah bisikan
Jelas bedanya ?
Semoga sudah jelas yang saya uraikan diatas bahwa Tuhan yang mereka maksud adalah BUKAN Tuhan bagi saya.
fayhem_1 wrote:
Tidak bergantung kepada apapun ?
Coba lihat firman2 alquran ? Firman2 itu bergantung pada sebuah kondisi / kejadian.
Misalnya ayat tentang jilbab, ayat itu muncul karena kejadian umar melihat istri2 muhammad. kalo kejadian itu tidak ada, tidak bakalan ada ayat tersebut
Misalnya lagi, pertanyaan kenapa aloh tidak langsung menghapuskan perbudakan ? muslim beralasan agar tidak terjadi chaos dsb
Tuhan kok takut sama manusia ???
Itulah cara Allah SWT mengajari kita umat manusia.
Firman2 Allah SWT dalam Al Qur'an memang diturunkan melalui Muhammad SAW sesuai dengan kejadian yang terjadi saat itu, ada sebab turunnya ayat sebagai asbabun nuzulnya.
Itulah sebagai pelajaran bagi kita yang mau berfikir, hikmah atas kejadian itu semakin memperjelas buat kita akan makna dan arti suatu ayat.
Coba anda perhatikan, ayat2 Allah SWT yang diturunkan kepada Muhammad SAW waktu beliau masih berada di Mekkah sebelum hijrah (kurang lebih selama 10 tahun), intinya adalah ketauhidan, tidak ada Tuhan selain Allah.
Baru setelah beliau hijrah ke Madinah, ayat2 Allah SWT mulai ke segala aspek kehidupan dan bermasyarakat.
Apakah anda berfikir Al Qur'an diturunkan langsung dalam segebok kitab pada satu saat? Apakah kitab agama anda juga demikian, ataukah juga bertahap, lalu anda klaim itu sebagai bergantung pada sebuah kondisi/kejadian?
keeamad wrote:
Kalo aloh pernah atau nantinya akan benci, murka, melaknat, mengazab dan menyiksa umatnya serta memasukkan siapa2x saja ke dalam neraka,
apakah itu semua sudah tertulis sendiri oleh aloh di laut mampuzh jauh sebelumnya ... ?
Jawab yg make sense ya ....
Anda tentunya tidak pernah berfikir bahwa Tuhan bermain dadu bukan?
Bagi Tuhan tentulah tidak perlu menebak2 apa yang akan terjadi kemudian.
Tuhan pastilah tahu apa yang ada di hati kita, apa yang kita fikirkan, meskipun belum pernah terucap.
Tuhan pastilah tahu apa reaksi yang akan kita lakukan jika ada suatu aksi yang kita terima.
Jangankan reaksi yang akan kita lakukan 1 menit kedepan, 25 tahun lagi pun Tuhan pastilah tahu ada kejadian apa di detik tsb.
Bukankah Tuhan Maha Tahu? Apa yang akan terjadi di akhir masa nanti pun, entah itu semilyar tahun dari sekarang, seribu milyar tahun lagi, Tuhan pastilah tahu.
Kita manusia waktu diciptakanNya sudah ditetapkan batasan2 (takdir) kita. Setelah itu dibebaskanlah kita berbuat apapun di muka bumi ini.
Jangan dikira Allah SWT tidak akan tahu ujung2nya nanti kita memilih apa, taat, kafir, semua pastilah sudah jelas terang benderang bagi Allah SWT.
Allah SWT sudah memberi peringatan melalui Nabi dan RasulNya, jangan salahkan Allah SWT jika manusia yang diberi peringatan itu mengacuhkan dan bahkan mencemooh menghinanya.
Masalah Allah SWT akan benci, murka, melaknat, mengazab dan menyiksa umatnya, itu hak Allah SWT.
Dia Allah SWT berkuasa untuk merubah suatu kejadian sesuai kehendakNya, adakah yang bisa mencegah?
Semoga jawaban saya cukup make sense buat anda :)
Mohon maaf jika uraian saya terlalu panjang dan membosankan pembaca...
Astaghfirullahaladzim, saya mohon ampun kepada Allah SWT jika pikiran2 saya ini terkotori nafsu saya pribadi.
Semoga Allah SWT ridha...
Tantangan u muslim, alloh yg maha mengetahui mengkehendaki
Mirror
Faithfreedom forum static