"Aku BUKAN Dia"

Siapa 'sosok' Allah, apa maunya, apa tujuannya ?
User avatar
kbg
Posts: 833
Joined: Wed Oct 11, 2006 2:41 pm
Location: http://www.kbg.co.za/
Contact:

"Aku BUKAN Dia"

Post by kbg »

Untuk menyambung kesepakatan di thread: http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... ge220.html saya buatkan thread ini, meskipun sebenarnya sudah banyak thread dan bahasan yg mirip2 atau setidaknya sama
mis: http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... age20.html dan http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... age20.html, semoga di thread ini bisa sedikit lebih dalam bahasannya, jadi berharap sekali yang terlibat nanti disini adalah yang benar2 dapat mencerahkan, sebagai pembuka saya mulai dengan mengatakan "kata KAMI dalam Alquran bukan Tunggal dan bukan sebagai kata ganti Jabatan"

beberapa kata ganti orang pertama jamak dan tunggal:

نحن = Nahnu = Kami = We
إِنَّ = inna = sesungguhnya kami = We
أنا = Ana = Aku = I

Kata ganti orang kedua jamak dan tunggal

هُوَ He = Dia = (Pn). Huwa
He / Dia a.l.

هو
كأنه
أنه
لعله
إنه
لكنه
انه
لانه
لأنه
عله
مايزال
ليس
لايزال

ني
Me = Saya

sebelum sampai detail saya cantumkan ayat pembukaan dari surah 18 An-Nahl: 51.
۞ وَقَالَ ٱللَّهُ لَا تَتَّخِذُوٓاْ إِلَـٰهَيۡنِ ٱثۡنَيۡنِ‌ۖ إِنَّمَا هُوَ إِلَـٰهٌ۬ وَٲحِدٌ۬‌ۖ فَإِيَّـٰىَ فَٱرۡهَبُونِ (٥١)
dari ayat diatas saya kutip هُوَ إِلَـٰهٌ۬ ('Innamā Huwa 'Ilahun = Dia adalah Tuhan/ sesungguhnya Dia Tuhan) sebagai penanda

Terjemahan [Ayat : 51]
And Allah said(548): You shall not serve two gods, for He is but One God; so of Me and Me only be in awe.

Wa Qāla Allāhu Lā Tattakhidhū 'Ilahayni Athnayni 'Innamā Huwa 'Ilahun Wāĥidun Fa'īyāya Fārhabūni

Waqala Allahu la tattakhithoo ilahayni ithnayni innama huwa ilahun wahidun faiyyaya fairhabooni

Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut."

Karena Kalimat tersebut berbentuk Direct (langsung) yang diucapkan oleh Allah (satu subjek).

Maka Saya beramsumsi bahwa warna biru adalah oknum yang berbeda dengan yang berwarna Hitam, artinya Allah ini (sebagai Aku dalam kata "kepada-Ku") berbeda dengan Dia dalam kata "Dialah Tuhan".

Pendukung lainnya: Al Ma'aarij 70:40

فَلَا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُونَ

Maka AKU bersumpah dengan Tuhan Yang memiliki timur dan barat, sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.

Falā 'Uqsimu Birabbi Al-Mashāriqi Wa Al-Maghāribi 'Innā Laqādirūna

Fala oqsimu Birabbi almashariqi waalmagharibi Inna laqadiroona

English:
But nay! I swear by the Lord of the rising-places and the setting-places of the planets that We are Able

Para Penafsir terkemuka:
[Yusuf Ali] Now I do call to witness the Lord of all points in the East and the West that We can certainly―
[Mohsin Khan] So I swear by the Lord of all points of sunrise and sunset in the east and the west that surely We are Able —
[Pickthal] But nay! I swear by the Lord of the rising-places and the setting-places of the planets that We are Able
[Shakir] But nay! I swear by the Lord of the Easts and the Wests that We are certainly able
[Melayu] Maka Aku bersumpah dengan Tuhan yang menguasai (seluruh alam, meliputi) tempat-tempat terbit (matahari dan bulan bintang) dan tempat-tempat tenggelamnya, - sesungguhnya Kami berkuasa -

Kalimat tersebut juga yang diucapkan oleh Allah (satu subjek), dengan menyertakan Tuhan sebagai Oknum (Objek lain) yang berbeda, sehingga:

Aku <> Tuhan, Aku + Tuhan = Kami

Siapakah AKU?

AKU dalam kalimat itu adalah Allah, indikasinya karena AKU ternyata memiliki kekuatan Maha Kuasa.
Siapakah KAMI?
KAMI disana adalah bentukan gabungan (Union) antara AKU + TUHAN, dan KAMI disitu memiliki kekuatan Maha Kuasa.

Dalam hal ini saya bisa saja memberikan argumentasi yang keliru, jadi kepada:
a. HILMAN silahkan memberikan masukan/argumentasi kalau ada yg kurang tepat/keliru,
b. khususnya dan terlebih lagi kepada Muslim dari golongan yang lebih berpikir sebagai objek yg saya tuduh mohon memberikan masukan/sanggahan.
c. Yang lain yang ingin memberikan pencerahan lebih, silahkan memberikan masukan...
User avatar
Topsy KreeT
Posts: 2102
Joined: Tue Sep 22, 2009 8:32 pm
Location: Somewhere Far Away
Contact:

Re: "Aku BUKAN Dia"

Post by Topsy KreeT »

saya bantu angkat thread ini.
sundul ahh...
dROGBa
Posts: 567
Joined: Fri Jun 05, 2009 8:52 pm

Re: "Aku BUKAN Dia"

Post by dROGBa »

ini mah bukan obrolan santai lagi....
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Re: "Aku BUKAN Dia"

Post by HILLMAN »

kbg wrote: إِنَّا = inna = sesungguhnya, kami = Verily, We
Mas Kbg, saya koreksi sedikit tulisan di atas, dan (maaf) meskipun dengan muatan di luar thread ini, tetapi saya merasa perlu menuliskannya saat sekarang.

Sesuai harakat yang diberikan pada kata إِنَّا , maka kata ini harus dilafazkan menjadi "innana" bukan "inna". Dengan pertimbangan fakta teks Al Quran pada masa sekarang berasal dari mushaf dengan tulisan Arab gundul, maka besar kemungkinan kata أنا - "ana" tanpa harakat dalam ayat-ayat Quran adalah bermakna "AKU".

Kemudian ada fakta menarik jika kata إِنَّا ini dilafazkan "Innana" sesuai harakatnya, maka kita akan menemukan nama "Innana" yaitu "Queen of Heaven" bangsa Sumeria. Dewi cinta dan dewi perang bangsa Sumeria, yang memiliki karakter seperti "allah" dalam Quran yaitu akan menyesatkan, membuat bingung dan membuat kekacauan pada setiap orang yang tidak mematuhinya.

http://en.wikipedia.org/wiki/Inanna

apakah satu kebetulan atau memang berkaitan ?

InsyaAllah bermanfaat.
kbg wrote: Kata ganti orang kedua jamak dan tunggal

هُوَ He = Dia = (Pn). Huwa
He / Dia a.l.

هو
كأنه
أنه
لعله
إنه
لكنه
انه
لانه
لأنه
عله
مايزال
ليس
لايزال

ني
Me = Saya

sebelum sampai detail saya cantumkan ayat pembukaan dari surah 18 An-Nahl: 51.
۞ وَقَالَ ٱللَّهُ لَا تَتَّخِذُوٓاْ إِلَـٰهَيۡنِ ٱثۡنَيۡنِ‌ۖ إِنَّمَا هُوَ إِلَـٰهٌ۬ وَٲحِدٌ۬‌ۖ فَإِيَّـٰىَ فَٱرۡهَبُونِ (٥١)
dari ayat diatas saya kutip هُوَ إِلَـٰهٌ۬ ('Innamā Huwa 'Ilahun = Dia adalah Tuhan/ sesungguhnya Dia Tuhan) sebagai penanda

Terjemahan [Ayat : 51]
And Allah said(548): You shall not serve two gods, for He is but One God; so of Me and Me only be in awe.

Wa Qāla Allāhu Lā Tattakhidhū 'Ilahayni Athnayni 'Innamā Huwa 'Ilahun Wāĥidun Fa'īyāya Fārhabūni

Waqala Allahu la tattakhithoo ilahayni ithnayni innama huwa ilahun wahidun faiyyaya fairhabooni

Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut."

Karena Kalimat tersebut berbentuk Direct (langsung) yang diucapkan oleh Allah (satu subjek).

Maka Saya beramsumsi bahwa warna biru adalah oknum yang berbeda dengan yang berwarna Hitam, artinya Allah ini (sebagai Aku dalam kata "kepada-Ku") berbeda dengan Dia dalam kata "Dialah Tuhan".

Pendukung lainnya: Al Ma'aarij 70:40

فَلَا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُونَ

Maka AKU bersumpah dengan Tuhan Yang memiliki timur dan barat, sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.

Falā 'Uqsimu Birabbi Al-Mashāriqi Wa Al-Maghāribi 'Innā Laqādirūna

Fala oqsimu Birabbi almashariqi waalmagharibi Inna laqadiroona

English:
But nay! I swear by the Lord of the rising-places and the setting-places of the planets that We are Able

Para Penafsir terkemuka:
[Yusuf Ali] Now I do call to witness the Lord of all points in the East and the West that We can certainly―
[Mohsin Khan] So I swear by the Lord of all points of sunrise and sunset in the east and the west that surely We are Able —
[Pickthal] But nay! I swear by the Lord of the rising-places and the setting-places of the planets that We are Able
[Shakir] But nay! I swear by the Lord of the Easts and the Wests that We are certainly able
[Melayu] Maka Aku bersumpah dengan Tuhan yang menguasai (seluruh alam, meliputi) tempat-tempat terbit (matahari dan bulan bintang) dan tempat-tempat tenggelamnya, - sesungguhnya Kami berkuasa -

Kalimat tersebut juga yang diucapkan oleh Allah (satu subjek), dengan menyertakan Tuhan sebagai Oknum (Objek lain) yang berbeda, sehingga:

Aku <> Tuhan, Aku + Tuhan = Kami

Siapakah AKU?

AKU dalam kalimat itu adalah Allah, indikasinya karena AKU ternyata memiliki kekuatan Maha Kuasa.
Siapakah KAMI?
KAMI disana adalah bentukan gabungan (Union) antara AKU + TUHAN, dan KAMI disitu memiliki kekuatan Maha Kuasa.

Dalam hal ini saya bisa saja memberikan argumentasi yang keliru, jadi kepada:
a. HILMAN silahkan memberikan masukan/argumentasi kalau ada yg kurang tepat/keliru,
b. khususnya dan terlebih lagi kepada Muslim dari golongan yang lebih berpikir sebagai objek yg saya tuduh mohon memberikan masukan/sanggahan.
c. Yang lain yang ingin memberikan pencerahan lebih, silahkan memberikan masukan...
Sejauh ini saya melihat kata DIA, AKU dan KAMI sesuai dengan porsinya dalam tatabahasa Arab, yaitu DIA = kata ganti orang ketiga, AKU = kata ganti orang pertama tunggal dan KAMI = kata ganti orang pertama jamak.

Demikian mas Kbg, terima kasih.

Salam bagi orang yang berpikir.
User avatar
iamthewarlord
Posts: 4375
Joined: Sun Feb 08, 2009 11:07 pm
Location: “Ibadah lelaki akan diputus dengan lewatnya keledai, wanita dan anjing hitam.” Muhammad.

Re: "Aku BUKAN Dia"

Post by iamthewarlord »

thank mas Hillman, saya mendapat pelajara baru lagi tentang dewi Innana.
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Re: "Aku BUKAN Dia"

Post by HILLMAN »

Terima kasih kembali mas, saya melihat sesuatu yang mungkin berkaitan karena "Innana" ini adalah dewi cinta seksual, dewi kesuburan, dan dewi perang. Hal yang sangat erat dengan ajaran Islam bukan ?

(Dengan mengikuti pola pikir pengikut ajaran Islam yang senang mengaitkan sesuatu) maka jika kita kaitkan dengan ayat yang berbunyi "kallaa innana khalaqnaahum mimmaa ya'lamuuna", maka akan bermakna "sekali-kali tidak! Sesungguhnya Innana menciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui (air mani)."

Salam bagi semua yang berpikir.
User avatar
kbg
Posts: 833
Joined: Wed Oct 11, 2006 2:41 pm
Location: http://www.kbg.co.za/
Contact:

Re: "Aku BUKAN Dia"

Post by kbg »

Sebenarnya perkara pemakaian kata إِنَّا ('inna), apakah kata ini harus dilafazkan menjadi "innana" atau "inna" butuh partisipasi teman2 Muslim, karena dalam banyak yang saya temui baik dalam Alquran maupun dalam tulisan sehari-hari arab, إِنَّا ditranslirasikan menjadi inna

jadi dalam hal ini saya menguraikan pemakaian إِنَّا yang "mereka" (muslim) lafadkan menjadi 'inna dalam surah Al Ma'aarij 70:40 dan surah 18 An-Nahl: 51 sebagai penunjuk jumlah bilangan untuk nominal verb dan partikel, bukan sebagai kata ganti jabatan dan inna disana lebih pas sebagai "yang bermakna jamak" karena sesuai kalimat tersebut.
kbg wrote: إِنَّا = inna = sesungguhnya, kami = Verily, We
HILLMAN wrote: Mas Kbg, saya koreksi sedikit tulisan di atas, dan (maaf) meskipun dengan muatan di luar thread ini, tetapi saya merasa perlu menuliskannya saat sekarang.

Sesuai harakat yang diberikan pada kata إِنَّا , maka kata ini harus dilafazkan menjadi "innana" bukan "inna". Dengan pertimbangan fakta teks Al Quran pada masa sekarang berasal dari mushaf dengan tulisan Arab gundul, maka besar kemungkinan kata أنا - "ana" tanpa harakat dalam ayat-ayat Quran adalah bermakna "AKU".
Terima kasih atas koreksinya Pak,

saya sampaikan sedikit beberapa contoh yang berhubungan dengan tata bahasa arab dalam pemakaian Partikel 'inna (tentu yang diterima oleh Muslim tercatat dalam Alquran):

Dalam tata bahasa Arab إِنَّا (inna) dimasukkan Verba yg seperti Partikel (Verb-Like Particles) dan masih (biasanya) digunakan baik dalam Arab Klasik maupun Arab Modern

Beberapa contoh: Verb - Partikel (Verb-Like Particles)

إِنَّ = 'inna = Sesungguhnya = It is true that (indeed)
أَنَّ = 'anna = (begitulah) = That
لَكِنَّ = laakinna = Tetapi = But
كَأَنَّ = Itu seperti(nya) = It is like that
لَعَلَّ = la"all(a) = berharap demikian (menjadi boleh demikian) = It is hoped that It may be that
لَيْتَ = layt(a) = dharapkan demikian = It is wished that

Empat partikel urutan teratas faktanya berasal dari partikel 'inna إِنَّ , kata ini memang datang dari asal-usul yang belum Jelas, Arab seringkali menggunakan kata ini sebagai "pembuka kata" untuk penunjuk jumlah, dalam kalimat (jadi bukan kata ganti jabatan)

Mis:

1. Sebuah Kalimat Verbal (normal tone)

Verb - Subject - Object

يَقْرَأُ الْوَلَدُ كِتَاْبَهُ

yaqra'(u) ('a)l-walad(u) kitaaba-h(u) = yang dibaca lelaki itu bukunya = read the boy (the) book (of) him
Terjemahan: Lelaki itu membaca bukunya = the boy reads his book

2. Satu (bagian dari) Penamaan (nominal) kalimat (emphatic tone)

Subject - Verb - Object

الْوَلَدُ يَقْرَأُ كِتَاْبَهُ

'al-walad(u) yaqra'(u) kitaaba-h(u) = Lelaki itu membaca buku punyanya = the boy reads (the) book (of) him
Terjemahan: Lelaki itu membaca bukunya = THE BOY reads his book

3. Menujukkan satu (bagian dari) Penamaan (nominal) kalimat dengan 'inna (normal tone)

- Subject - Verb - Object

إِنَّ الْوَلَدَ يَقْرَأُ كِتَاْبَهُ

'inna ('a)l-walad(a) yaqra'(u) kitaaba-h(u) = Sebenarnya bahwa lelaki itu membaca-baca buku miliknya = it is true that the boy reads (the) book (of) him
Terjemahan = Lelaki itu membaca-baca bukunya = the boy reads his book

Pemakaian 'inna memperhatikan/membutuhkan beberapa hal:

- Digunakan didepan penamaan dalam kalimat (nominal sentence)
- Gramatikal kasus dari subjek dari sebuah penamaan dalam kalimat (nominal sentence) dingantikan dari nominatif ('ar-raf") ke akusatif ('an-nasb).

Nah penggantian dari subjek ke akusatif (accusative) tadilah yang menjadi alasan mengapa 'inna disebut "verba-like" Partikel, karena terlihat seperti subjek menjadi objek dari 'inna.

Dalam bahasa Arab subjek dari kalimat yg mengandung verba seperti partikel disebut kata benda yang seperti partikel اِسْمُ الْحَرْفِ الْمُشَبَّهِ بِالْفِعْلِ.

Beberapa Contoh pemakaian inna dalam berbagai situasi:

Subjek - Predikat

إِنَّ الْسَّمَاْءَ صَاْفِيَةٌ


inna ('a)s-samaa'(a) saafiya(tun) = Yang Benar langit itu cerah = it is true that the sky (is) clear
Terjemahan: Langit itu cerah = the sky is clear

Contoh lain:
إِنَّ عَلِيًّا هُنَاْ
'inna "aliyya(n) hunaa = Sebenarnya Ali disini = truthfully Ali (is) here
Terjemahan : Ali disini = Ali is here

Dan dalam banyak kasus penggunaan 'inna ketika kalimat dimulai dengan kata ganti orng ke-tiga, mis:

Subject - Predicate

صَدِيْقِي إِنَّهُ


'inna-hu sadeeq-ee =sebenarnya dia adalah temanku = truthfully him (is) (the) friend (of) me
Terjemahan: Dia adalah temanku = he is my friend

sehinnga dalam Kalimat surah 18 An-Nahl: 51:
۞ وَقَالَ ٱللَّهُ لَا تَتَّخِذُوٓاْ إِلَـٰهَيۡنِ ٱثۡنَيۡنِ‌ۖ إِنَّمَا هُوَ إِلَـٰهٌ۬ وَٲحِدٌ۬‌ۖ فَإِيَّـٰىَ فَٱرۡهَبُونِ (٥١)
dari ayat diatas saya kutip هُوَ إِلَـٰهٌ۬ ('Innamā Huwa 'Ilahun = Dia adalah Tuhan/ sesungguhnya Dia Tuhan).

Kata هُوَ إِلَـٰهٌ۬ ('Innamā Huwa 'Ilahun = Dia adalah Tuhan/ sesungguhnya Dia Tuhan) Lepas (bukan bagian) dari وَقَالَ ٱللَّهُ = Wa Qāla Allāhu karena:

1. Berbeda Predikat dan nominal.
2. Bukan bagian dari subjek ٱللَّهُ
3. Kalimat tersebut kalimat Lansung (direct), dan Allah ٱللَّهُ sebagai subjek, sedangkan
4. Kata إِلَـٰهٌ۬ (' 'Ilahun = TUHAN) sebagai subjek ke-2 dengan verb-particles nominal yang berbeda.

misalkan pada surah: Al-Baqara 156.
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Kutip: انّا للہ و انّا الیه راجعون inna lillahi wainna ilayhi rajiAAoona
[Transliteration]
Al-Ladhīna 'Idhā 'Aşābat/hum Muşībatun Qālū 'Innā Lillāhi Wa 'Innā 'Ilayhi Rāji`ūna
Allatheena itha asabathum museebatun qaloo inna lillahi wainna ilayhi rajiAAoona

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun".

[Yusuf Ali] Who say: when afflicted with calamity: "To Allah we belong and to Him is our return."

ini sama persis seperti surah Al Ma'aarij 70:40 dan surah 18 An-Nahl: 51, dan dalam Al-Baqara 156 inna = kami = we disitu tidak bagian dari Allah
HILLMAN wrote: Kemudian ada fakta menarik jika kata إِنَّا ini dilafazkan "Innana" sesuai harakatnya, maka kita akan menemukan nama "Innana" yaitu "Queen of Heaven" bangsa Sumeria. Dewi cinta dan dewi perang bangsa Sumeria, yang memiliki karakter seperti "allah" dalam Quran yaitu akan menyesatkan, membuat bingung dan membuat kekacauan pada setiap orang yang tidak mematuhinya.

http://en.wikipedia.org/wiki/Inanna

apakah satu kebetulan atau memang berkaitan ?
Soal inna atau yg anda duga juga innana berasal dari "Queen of Heaven" bangsa Sumeria sangat mungkin saja, karena seperti yang saya jelaskan diatas 'inna ini sendiri tidak diketahui munculnya dari mana.

Sebagai catatan: saya pada dasarnya tidak terlalu perduli apakah nanti إِنَّا ini tetap 'inna atau menjadi innana, kecuali ada yang mengajukan argumentasi bahwa kata إِنَّا dalam surah diatas bukan sebagai penunjuk bilangan tapi kata ganti jabatan.

Semoga teman-teman Muslim bisa memahami,

Salam bagi orang yang lebih berpikir :lol:
Last edited by kbg on Wed Aug 18, 2010 8:21 am, edited 1 time in total.
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Re: "Aku BUKAN Dia"

Post by HILLMAN »

Mohon waktu sebentar sampai selepas berbuka untuk menanggapi tulisan anda mas Kbg.

Sangat menarik, terima kasih.

Salam bagi anda dan pastinya semua yang berpikir.
User avatar
crayon-sinchan
Posts: 962
Joined: Sat Jun 05, 2010 7:14 pm
Location: surga ada di dalam hati masing-masing

Re: "Aku BUKAN Dia"

Post by crayon-sinchan »

iamthewarlord wrote:thank mas Hillman, saya mendapat pelajara baru lagi tentang dewi Innana.
idem, thanks om Hillman, nice info gan..
Alay & Kafir
Posts: 97
Joined: Tue Jun 29, 2010 1:57 pm

Re: "Aku BUKAN Dia"

Post by Alay & Kafir »

berat nih, otak alay gw keteteran..
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Re: "Aku BUKAN Dia"

Post by HILLMAN »

Mas Kbg, yang menarik adalah kalimat istirjaa dalam Surah Al Baqarah ayat 156 ini إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ - innaa lillaahi wa-innaa ilayhi raaji'uun.

Kita perhatikan kalimat sebelumnya adalah الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا - lladziina idzaa ashaabat-hum mushiibatun qaaluu.

Kata أَصَابَتْهُم - ashaabat-hum - menimpa mereka (kata ganti orang ketiga jamak), ini merupakan dalil pengucapan إِنَّا - innaa, "kami" (jamak) dalam istirjaa.


Jika bandingkan dengan kalimat Surah Al Ma'aarij ayat 40 فَلَا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُونَ - falaa uqsimu birabbi almasyaariqi waalmaghaaribi innaa laqaadiruun.

Kata أُقْسِمُ - uqsimu - aku bersumpah (kata ganti orang pertama tunggal), yang sedang mengadakan sumpah dengan pihak kedua (jamak), yaitu بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ - birabbi almasyaariqi waalmaghaaribi - dengan "pemelihara" Timur dan Barat,

]Kedua pihak (jamak) tersebut akhirnya bersama mengucapkan pengakuan إِنَّا لَقَادِرُونَ - innaa laqaadiruun - sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.

Dengan demikian, kata إِنَّا - innaa , "kami" dalam ayat ini memilki dalil kuat seperti halnya kata "kami" dalam Surah Al Baqarah ayat 156, yaitu bentuk JAMAK


InsyaAllah bermanfaat.

Salam bagi orang yang berpikir.

(Note: Proses editing karena kesalahan kode font size dan color)
Last edited by HILLMAN on Wed Aug 18, 2010 7:47 pm, edited 1 time in total.
oglikom
Posts: 3375
Joined: Tue May 04, 2010 11:33 pm

Re: "Aku BUKAN Dia"

Post by oglikom »

HILLMAN wrote:Mas Kbg, yang menarik adalah kalimat istirjaa dalam Surah Al Baqarah ayat 156 ini إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ [/color] - innaa lillaahi wa-innaa ilayhi raaji'uun.

Kita perhatikan kalimat sebelumnya adalah الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا - lladziina idzaa ashaabat-hummushiibatun qaaluu.

Kata أَصَابَتْهُم - ashaabat-hum - menimpa mereka (kata ganti orang ketiga jamak), ini merupakan dalil pengucapan إِنَّا - innaa, "kami" (jamak) dalam istirjaa.


Jika bandingkan dengan kalimat Surah Al Ma'aarij ayat 40 فَلَا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُونَ - falaa uqsimu birabbi almasyaariqi waalmaghaaribi innaa laqaadiruun.

Kata أُقْسِمُ - uqsimu - aku bersumpah (kata ganti orang pertama tunggal), yang sedang mengadakan sumpah dengan pihak kedua, yaitu بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ - birabbi almasyaariqi waalmaghaaribi - dengan "pemelihara" Timur dan Barat,

Kedua pihak tersebut akhirnya bersama mengucapkan pengakuan إِنَّا لَقَادِرُونَ - innaa laqaadiruun - sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.

Dengan demikian, kata إِنَّا - innaa , "kami" dalam ayat ini memilki dalil kuat seperti halnya kata "kami" dalam Surah Al Baqarah ayat 156, yaitu bentuk JAMAK


InsyaAllah bermanfaat.

Salam bagi orang yang berpikir.

Maaf saya selalu menyebut anda Mbah, tiada maksud lain sebagai orang jawa menghormati yang lebih Ahli.

Mau tanya biar lebih jelas, jadi didalam QS 70:40 kata "Aku" mewakili Muhammad dan "Kami" mewakili Muhammad=Allah swt begitu ya, Mbah??

Mohon pencerahan biar lebih jelas, terima kasih.
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Re: "Aku BUKAN Dia"

Post by HILLMAN »

oglikom wrote: Maaf saya selalu menyebut anda Mbah, tiada maksud lain sebagai orang jawa menghormati yang lebih Ahli.

Mau tanya biar lebih jelas, jadi didalam QS 70:40 kata "Aku" mewakili Muhammad dan "Kami" mewakili Muhammad=Allah swt begitu ya, Mbah??

Mohon pencerahan biar lebih jelas, terima kasih.
Tidak masalah mas Oglikom. Apalah artinya sebuah panggilan. :lol:

Benar sekali, berdasarkan "keyakinan" bahwa Quran adalah kata-kata "allah" yang disampaikan melalui lisan "nabi" Muhammad kepada umat, maka kalimat yang tertulis dalam QS 70:40 tentunya merupakan ucapan "nabi".

Dengan demikian patut disimpulkan bahwa "aku" disini adalah "nabi" Muhammad, karena dalam beberapa ayat dalam Quran, ketaatan terhadap "nabi" dan "allah" adalah sesuatu kewajiban yang tidak terpisahkan satu sama lain.

Seperti tertulis dalam Surah Muhammad ayat 33 yaitu يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ - yaa ayyuhaa alladziina aamanuu athii'uu allaaha wa-athii'uu alrrasuula walaa tubthiluu a'maalakum = "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kamu merusakkan amal-amalmu."

Dimana "allah" dan "rasul" memiliki porsi ketaatan yang sama dengan digunakannya kata أَطِيعُوا - athii'uu pada keduanya.

Berbeda pada Surah Asy Syu'araa ayat 110 yaitu فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ - faittaquu allaaha wa-athii'uuni = maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku, yang diyakini diucapkan oleh Nabi Nuh.


InsyaAllah cukup menerangkan.

Salam bagi semua orang yang berpikir.
User avatar
umpu kakah
Posts: 1130
Joined: Sun Apr 12, 2009 11:58 pm

Re: "Aku BUKAN Dia"

Post by umpu kakah »

ikut nyimak deh...
User avatar
cendol
Posts: 1009
Joined: Tue Aug 03, 2010 10:04 pm
Location: Bermain Rudal Bersama 72 Bidadari
Contact:

Re: "Aku BUKAN Dia"

Post by cendol »

By the way, slimmers jarang pada yang aktif di bulan puasa ini.
Topiknya seperti mengundang dosa gitu ya?

Wassala
dROGBa
Posts: 567
Joined: Fri Jun 05, 2009 8:52 pm

Re: "Aku BUKAN Dia"

Post by dROGBa »

om Hillman werote :
Tidak masalah mas Oglikom. Apalah artinya sebuah panggilan.
saya kok gak yakin dg pernyataan ini
User avatar
Topsy KreeT
Posts: 2102
Joined: Tue Sep 22, 2009 8:32 pm
Location: Somewhere Far Away
Contact:

Re: "Aku BUKAN Dia"

Post by Topsy KreeT »

siap menyimak walau ilmu gak nyampai.
:green:
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Re: "Aku BUKAN Dia"

Post by HILLMAN »

om Hillman werote :
Tidak masalah mas Oglikom. Apalah artinya sebuah panggilan.
dROGBa wrote: saya kok gak yakin dg pernyataan ini
:lol: saya juga tidak berkeberatan anda panggil "om".

Salam bagi semua yang berpikir.
User avatar
kbg
Posts: 833
Joined: Wed Oct 11, 2006 2:41 pm
Location: http://www.kbg.co.za/
Contact:

Re: "Aku BUKAN Dia"

Post by kbg »

HILLMAN wrote:Mas Kbg, yang menarik adalah kalimat istirjaa dalam Surah Al Baqarah ayat 156 ini إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ - innaa lillaahi wa-innaa ilayhi raaji'uun.

Kita perhatikan kalimat sebelumnya adalah الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا - lladziina idzaa ashaabat-hum mushiibatun qaaluu.

Kata أَصَابَتْهُم - ashaabat-hum - menimpa mereka (kata ganti orang ketiga jamak), ini merupakan dalil pengucapan إِنَّا - innaa, "kami" (jamak) dalam istirjaa.
Ya anda benar sekali bung Hilman, pada penjelasan saya terakhir diatas tentang surah: Al-Baqara 156. saya cantumkan secara mendadak, last minutes, makanya sempat ada edited setelah anda posting, jadi karena waktu saya terlalu mepet saya belum sempat menjelaskannya panjang lebar, dan anda dalam hal ini telah ikut menjelaskannya.

Kenapa tiba2 muncul dalam pikiran saya surah Al-Baqara 156 sebagai pembanding? karena surah ini akan dengan mudah diterima Muslim sebagai pembanding, dalam surah tersebut baik penggunaan إِنَّا - innaa = kami = we dan Allah ditempakan secara bersamaan dan juga masih dalam satu kalimat, posisi inna disana sebagai penerang untuk jumlah dari kata ashaabat-hum = mereka/ orang-orang ditimpa, sebelumnya saya sudah katakan:
kbg wrote:kata ini sebagai "pembuka kata" untuk penunjuk jumlah, dalam kalimat
apa persamaannya yg mudah dipahami antara Al Ma'aarij ayat 40 dan Al-Baqara 156 ? yaitu posisi إِنَّا innaa disana sama-sama lepas (bukan kata ganti jabatan untuk ٱللَّهُAllah, sehingga peryantaan yang mengatakan bahwa إِنَّا inna pada Surah Al Ma'aarij ayat 40 sebagai kata ganti untuk jabatan atau sebutan untuk kehormatan sangat lemah dan dibuat-buat, jadi kalau ada yg mengatakan bahwa إِنَّا inna = kami = we seperti dalam kata "kami (sebagai kepala sekolah/ direksi) mengundang bapak2 dst..." tidak cocok! posisi kata "KAMI" disitu sebagai kata ganti jabatan (yang mewakili) atau disebut jamak yang bermakna tunggal. pada inna = kami = we diatas (QS 70:40, 18:51, 18:156) jelas bukan jamak yang bermakna tunggal, tapi mutlak jamak, dan satu lagi gabungan dari tunggal yg membentuk jamak
HILLMAN wrote: Jika bandingkan dengan kalimat Surah Al Ma'aarij ayat 40 فَلَا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُونَ - falaa uqsimu birabbi almasyaariqi waalmaghaaribi innaa laqaadiruun.

Kata أُقْسِمُ - uqsimu - aku bersumpah (kata ganti orang pertama tunggal), yang sedang mengadakan sumpah dengan pihak kedua (jamak), yaitu بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ - birabbi almasyaariqi waalmaghaaribi - dengan "pemelihara" Timur dan Barat,

]Kedua pihak (jamak) tersebut akhirnya bersama mengucapkan pengakuan إِنَّا لَقَادِرُونَ - innaa laqaadiruun - sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.

Dengan demikian, kata إِنَّا - innaa , "kami" dalam ayat ini memilki dalil kuat seperti halnya kata "kami" dalam Surah Al Baqarah ayat 156, yaitu bentuk JAMAK


InsyaAllah bermanfaat.

Salam bagi orang yang berpikir.

(Note: Proses editing karena kesalahan kode font size dan color)
anda benar, hal ini sudah saya jelaskan diawal sekali
kbg wrote:KAMI disana adalah bentukan gabungan (Union) antara AKU + TUHAN, dan KAMI disitu memiliki kekuatan Maha Kuasa.
menurutku sudah lengkap.

Salam bagi orang yang masih mau berpikir-pikir :lol:
User avatar
kbg
Posts: 833
Joined: Wed Oct 11, 2006 2:41 pm
Location: http://www.kbg.co.za/
Contact:

Re: "Aku BUKAN Dia"

Post by kbg »

HILLMAN wrote: Benar sekali, berdasarkan "keyakinan" bahwa Quran adalah kata-kata "allah" yang disampaikan melalui lisan "nabi" Muhammad kepada umat, maka kalimat yang tertulis dalam QS 70:40 tentunya merupakan ucapan "nabi".

Dengan demikian patut disimpulkan bahwa "aku" disini adalah "nabi" Muhammad, karena dalam beberapa ayat dalam Quran, ketaatan terhadap "nabi" dan "allah" adalah sesuatu kewajiban yang tidak terpisahkan satu sama lain.

Seperti tertulis dalam Surah Muhammad ayat 33 yaitu يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ - yaa ayyuhaa alladziina aamanuu athii'uu allaaha wa-athii'uu alrrasuula walaa tubthiluu a'maalakum = "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kamu merusakkan amal-amalmu."

Dimana "allah" dan "rasul" memiliki porsi ketaatan yang sama dengan digunakannya kata أَطِيعُوا - athii'uu pada keduanya.

Berbeda pada Surah Asy Syu'araa ayat 110 yaitu فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ - faittaquu allaaha wa-athii'uuni = maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku, yang diyakini diucapkan oleh Nabi Nuh.
Sebenarnya lebih tepatnya begitu, bahwa dalam banyak surah Alquran kata-kata yang keluar dari /a.n Allah SWT, diclaim sebagai Firman Allah SWT sebagai sesembahan bangsa Arab [27:91] ternyata adalah ucapan Muhammad SAW sendiri, kalau hanya satu-dua ayat saja yg begini maka saya bisa memahami mungkin Muhammad SAW yg keseleo lidah, atau penulisnya salah tulis/dengar. tapi kalau jumlahnya lumayan itu artinya MUhammad SAW memang sedang berusaha untuk menaikkan dirinya setinggi Allah SWT yg memang sudah dikenal luas dan sangat ditakuti (red: dihormati dan disembah) Arab pra-Islam. ambil contoh pada surah yg sudah tercantum di topik ini:
surah 18 An-Nahl: 51.
۞ وَقَالَ ٱللَّهُ لَا تَتَّخِذُوٓاْ إِلَـٰهَيۡنِ ٱثۡنَيۡنِ‌ۖ إِنَّمَا هُوَ إِلَـٰهٌ۬ وَٲحِدٌ۬‌ۖ فَإِيَّـٰىَ فَٱرۡهَبُونِ (٥١)

A. Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut."

Bandingkan dengan:

B. Muhammad berkata: "Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut."

Mana yang lebih sesuai? A atau B ? sudah jelas jawabannya B,
karena siapakah Tuhan yang dimaksud dalam ayat diatas kalau bukan oknum yang berbeda dari yg berkata/berfirman?

dalam ayat tersebutpun sangat dapat diterima akal Muhammad SAW sangat ingin ditakuti dan disembah oleh Arab seperti yg saya sebutkan sebelumnya. sesuai kan dengan: Surah Muhammad 33

Untuk Al Ma'aarij 70:40

فَلَا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُونَ

Maka AKU bersumpah dengan Tuhan Yang memiliki timur dan barat, sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.

Siapakah AKU disana yang lebih cocok kalau bukan MUhammad SAW itu sendiri?, tapi lagi2 Muhammad dengan secara ganas ingin dianggap sama berkuasanya dengan Allah SWT, hal ini untuk mempermudah jalannya agar gampang diterima dan ditakuti bangsa Arab sebagai nabi utusan... :rolleyes:

Salam bagi orang yang belum berpikir... :lol:
Post Reply