Asal Usul Ibadah Haji

Ttg shahadat, solat, zakat, puasa, haji, termasuk ttg KABAH, Hajar Aswad, Zamzam dan segala ritual spt Isra-Miraj, Idul Fitri dsb
Post Reply
kuta bali
Posts: 2187
Joined: Tue Mar 02, 2010 3:55 am

Asal Usul Ibadah Haji

Post by kuta bali »

ASAL USUL UPACARA HAJI

Sumber:
Terjemahan buku luar

Bulan Haji disebut Du al-Hijjah, sama dengan bulan hajinya kaum pagan. “Du Hajjinin” (pagan) juga berarti “Du al-Hijjah” (Muslim).[1][55]


Epiphanius juga berbicara tentang bulan inij.[1][56] Photius menulis tentang bulan2 yang dianggap haram oleh arab untuk bersengketa/berperang. Winekler juga mengidentifikasi bulan2 ini[lv][57]. Selama bulan Du al-Hajjeh, setiap suku Arab pergi ke kuil atau lembah sucinya tersendiri, utk memuja dewa mereka masing2. Jjadi tidak hanya satu tapi ada banyak tempat ritual haji bagi Arab.[lvi][58]

Kesimpulannya, haji2 disekitar Mekah terpisah dari haji2 ditempat lain. Yg satu ke Arafat utk memuja matahari, yg lainnya ke Muzdalifah utk memuja bulan. Tapi kedua2nya berhenti di Manat untuk memohon bagi hujan. Ritua Haji dan Du al-Hijjah diketahui oleh sejarawan2 Islam modern tapi enggan mengungkapkannya [lvii][59].

UPACARA LEMPAR BATU
Image

Mitos Ibrahim membangun Mekah sudah sering kita bahas. Tidak ada satupun penyair/sejarawah pra-Mohammad yg menyebut ttg unsur Ibrahim dan Ismael dlm Kaabah. Ini hanya ditambahkan Mamad setelah ia kepingin jadi nabi dgn cara menarik perhatian Yahudi.

Yang lebih aneh lagi, melempari setan dgn batu2 tidak masuk akal karena setan adalah roh dan tidak terpengaruh pada barang2 material yg dilemparkan padanya. Setan tidak memiliki tubuh utk dilukai dgn batu. Sama dgn melemparkan meteor pad jin spt ditulis dlm Quran bin sintiank !

Melempar batu kpd jin/setan adalah upacara pagan.[lviii][60] Rtiual ini dimulai di Muna oleh suku Sofa yg memimpin upacara pada lembah Arafat. Hanya mereka yang berhak memulai pelemparan batu.[lix][61]

[/b]RITUAL ZOROASTRIAN MELEMPAR BATU DAN ADAT2 PERSIA LAINNYA YANG MEMBEKAS PADA RITUAL HAJI[/b]

Bangsa Zoroastria juga melempar batu ke air dan air seni banteng. Air dan air seni disiapkan bagi wudhu dan purifikasi tubuh dan barang. Begitu mereka dilemparkan, batu2 ini dikubur dalam tanah untuk mematikan serangga dan ulat di tanah yang dianggap mahluk2 jahat oleh kaum Zoroastria. Ini bisa dibaca dalam Epistles of Manuskihar, bagian dari teks Pahlavi/Aveshta, tulisan sakral Zoroastrianisme.[lx][62]

Image

BANTENG, hewan sakral dalam zoroastrianisme. Foto atas : patung2 banteng melindungi sebuah kuil
http://www.zoroastrianism.cc/mazda_ahura.html

Konsep berwudhu dlm Zoroastrianisme adalah untuk mengusir setan dari tubuh. Dlm buku Zoroastrian, seperti Vendidad, bagian dari Zenda Avesta, setan diusir dari bagian tubuh setiap kali air wudhu menyentuh bagian itu. Lalu setan lari ke bagian2 inferior, sampai air menyentuh jari kaki, sampai setan diusir secara utuh.[lxi][63] Upacara ini juga ditemukan dalam teks Pahlavi spt “The Bareshnum Ceremony.”[lxii][64] Juga dalam Shayast La-Shayast, Chapter XX, ditulis bahwa upacara ini harus dilakukan sebelum terbitnya matahari.[lxiii][65] Air dlm Zoroastrianisme adalah dewa yang membersihkan jiwa dari setan dan dampak2 buruknya. Qur’an juga menganut ajaran yg sama ttg pentingnya air: utk membasuh jiwa manusia dan mengusir setan dan dampaknya dari tubuh.

LIHAT Surah Al Anfaal 8:11 :
He covers you with drowsiness … and he makes the water descend from heaven on you in order to purify you and to remove from you the stain of Satan.

Zoroastrian juga percaya dalam kekuatan air seni banteng dalam penyembuhan penyakit. Lihat Epistles of Manuskihar, Epistle I, Chapter VII. [lxiv][66] Dalam Vendidad, Zoroastrian mengatakan bahwa dewa utama mereka, Ahura Mazda, mengusulkan MEMINUM AIR KENCING BANTENG UTK MENYEMBUHKAN PENYAKIT.[lxv][67] Mohammad mengganti banteng dgn onta betina dan mengatakan bahwa air kencing onta ini bisa menyembuhkan setiap penyakit. [lxvi][68] Orang malah minum kencing onta didepannya dan Mohammad sering girang dgn rekomendasinya ini.[lxvii][69] Padahal kita tahu bahwa air kencing sama sekali tidak ada manfaat bagi kesehatan manusia ataupun hewan.

Image

Satu lagi ritual yang dipinjam dari Zoroastrianisme adalah api. Salah satu dewa mereka adalah dewa api. Qusayy, kakek moyang ke 8 Mohammad, datang dari Yemen dan menguasai Mekah. Ia menyalakan api di Muzdalifah, tempat pemujaan bulan. Al-Tabari menulis bahwa api ini terus menyala dijaman Mamad dan ketiga Kalif setelahnya.[lxviii][70]

Dengan mengerti pengaruh Persia pada Yemen dan kawasan selatan Arab, kita bisa mengerti bgm ritual Persia ini menjadi bagian dari upacara haj. Di Yemen ada api yang selama bertahun2 menyala, menurut upacara Persia.[lxix][71]

Adat lain dari Zoroastrianisme adalah melakukan pekerjaan baik dan praktek2 religius atas nama saudara dan teman yang sudah wafat.[lxx][72] Mohammad juga mengadopsi ritual yang sama. Dalam Hadith al-Bukhari, Mohammad menganjurkan seorang wanita utk berhaji atas nama ibunya yang sudah mati.[lxxi][73]


Upacara pemujaan bulan di Muzdalifah juga mirip dgn pemujaan ala Persia. Dalam buku sakral, Nyayis, bulan disebut tiga kali: saat baru muncul, saat bulan
purnama, dan akhirnya saat menghilang.[lxxii][74] Arab juga memuja bulan di Muzdalifah sampai bulan menghilang dengan berpuasa dan berpesta saat bulan
muncul kembali. NAH, RAMADAN dimulai saat bulan sabut muncul kembali (!!!). Bulan memegang peranan penting dalam Islam.

Ritual bulan ini juga berakar dari bangsa Aryan.

Kami membaca dalam Apastamba, buku suci Aryan, bahwa hari raya terjadi saat munculnya bulan sabit. Kaum religius tiak dapat studi atau melakuklan apapun selama dua malam. [lxxiii][75]. Ritual ini diulangi dlm Ramadan. Setelah berpuasa selama sebulan, Muslim berhari raya saat melihat bulan sabit.

Ramadan aslinya adalah ritual Harran di kota Harran, di perbatasan antara Syria, Iraq dan Asia Minor. Kaum Harran berpuasa selama sebulan, dimulai dari minggu pertama dan kedua bulan Maret, identik dengan Ramadan. Berpuasa adalah bagi Sin, dewa bulan. Ada sejarawan yang mengidentifikasi puasa kaum
Harran dengan puasa Ramadan. Saat munculnya bulan sabit, kaum Harran menghentikan puasa mereka dan mulai berpesta, begitu pula orang Arab merayakan
Ramadan setiap tahun. Kamu berasumsi bahwa perayaan Ramadan berpindah dari Harran ke Arabia selama abad 6SM ketika Nabonidus, raja Harran di Babylonia, menjajah Arabia Utara tahun 556-539 SM. Untuk lebih jauhnya silahkan merujuk ke topik Ramadan.

------------------------
Ritual Haji Ketiga : Pemotongan Rambut

Image

The cutting of the hair was a habit practiced by some Arabian tribes after a pilgrimage to honor their gods. One of their gods was an idol named al-akyaser. They conducted a pilgrimage to the idol where they cut their hair, mixed it with flour and threw it in the air. The same celebration was also observed by many pagan Yemeni tribes. Tribes which emigrated to Medina, and the area around Mecca, came from Yemen after the collapse of the dam at Ma'rib, about 150 A.D. This helps us understand why the cutting of hair was the ritual which ends the Hajj.

I mentioned earlier that some Yemeni tribes honored Manat, the daughter of Allah. Manat was represented by a rock, to which these tribes went on their Hajj. At the end of the Hajj, they cut their hair. Ibn al-Kalbi, al-Azruki, and others wrote about the customs of Arabia. They tell us tribes, such as Aos, Khazraj, Ozd, and Ghassan, were all tribes of Yemeni origin which made the Hajj to Manat. In many places, they made religious stops to honor their gods without cutting their hair until they reached Manat, where they ended their Hajj by cutting their hair. They didn’t see their Hajj as complete unless they did so.[lxxvi][78]

You may remember that Manat was the goddess to whom they would plead for rain. After they performed the Hajj to their gods, they would come to Manat, cut their hair and present their animal sacrifices. Stations of the pre-Islamic Hajj included Arafa, the place where they would stop to worship the sun, and Muzdalifah, where they would stop to worship the moon. Then the Hajj would conclude at Mina, called Muna, the place dedicated to Manat, where they cut their hair and presented their animal sacrifices. In Mohammed’s time, this same Hajj was transferred to Islam with the same rituals, including the ritual of cutting the hair at Manat.
-------------------------------------------------


Ritual Berteriak ALLAHU AKBAR saat Haji

Satu lagi ritual yang dilakukan selama upacara haji besar adalah untuk berteriak Labbayk, Allahumma labbayk, labbayk, la sharika laka labbayk, inna ’l-hamda wa ‘n-ni’mata laka wa ‘l-mulka la sharika lak dan tentunya Allahu Akbar!

Al-Ya’akubi, sejarawan Arab, menulis bahwa setiap orang Arab akan berhenti didepan patung dewanya dan berteriak “Labbayk ...labbayk.” Al-Ya’akubi, I, page 225.

Dan begitu Hajj diadopsi Islam, mereka menggunakan kata2 religius yang sama. Saat mereka sampai pada puncak lembah yang didedikasikan pada pemujaan bulan, mereka berteriak “Allahu Akbar,” yang berarti “Allah Maha Besar” atau lebih tepatnya ‘’Allah lebih/paling besar.’’ Mengapa ? Karena bulan, atau dewa Allah, dianggap sebagai kepala Keluarga Bintang dan merupakan dewa yang lebih/paling/maha besar dari anggota dewa lainnya, seperti dewa matahari, Ellat, dan kedua planet, Manat dan al-’Uzza. Jadi teriakan “Allahu Akbar” bukan teriakan Islami tapi teriakan berhala.

Syair2 pra-islam sering menghormati dewa2 Keluarga Bintang dan menekankan Allah sebagai kepala Keluarga Bintang sambil mengulangi istilah “Allahu Akbar.” Contoh, Loas Bin Hagar, penyair jahilyah Arab menulis:

Saya bersumpah pada Ellat dan al-Uzza dan siapapun yang mengikuti agama mereka, dan pada Allah, Allah lebih besar dari mereka.
al-Kalbi, al-Asnam, Dar al-Kutub al-Masriyah (Cairo, Egypt, 1925), 11

Abdel Mutaleb, kakek Mohammad, bukan seorang Muslim tapi seorang pengikut kepercayaan Keluarag Bintang yang sangat dekat dengan kepercayaan pada Jinn dan Mutaleb sering berteriak2 “Allahu Akbar.” Ibn Hisham I, hal 118

Jadi teriakan labbayk .. labbayk tadinya dipersebahkan pada ketiga anggota Keluarga Bintang: bulan, matahari dan Manat, puteri Allah dan dewi hujan.

Al-Shahrastani, sejarawan Arab, menulis tentang bangsa2 berhala dijaman Jahiliyah. Katanya, mereka sering mengadakan Haji dalam bulan2 selain bulan Du al-Hijjah, namun mereka melakukan ritual yg sama seperti yagn dicontek ritual haji versus Islam yang menghormati hari2 bulan. Mereka membuat tanggal 10
bulan Du al-Hijjah bagi korban hewan, seperti yang juga dilakukan Muslim saat ini. Dengan kata lain, kadang mereka memilih bulan lain, tapi ritualnya sama. Al Shahrastani, Al Milal Wal Nahel, hal 590


[1] Sahih Muslim, 9, page 100
[ii][2] Bukhari, 2, page 141; Sahih Muslim 9, page 119
[iv][3] Al-Biruni,op.cit.,page 318 ( cited by The Knowledge of Life, Sinasi Gunduz, Oxford University, 1994, page 183
[v][4] Ibn al-Nadim, al-Fahrisit, page 322
[vi][5] Ibn Kathir, Al Bidayah Wal Nihayah, Dar Al Hadith, (Cairo, 1992), 2 : 243
[vii][6] Ibn Darid, Al-Ishtiqaq 84; Qastallani Ahmad ibn Muhammed, Irshad al-Sari, 6, page 171 ; Ibn Kathir, al-Bidayah Wal Nihayah 2, page 244; Ibn al-Atheer, Asad al-Ghabah Fi Maarifat al-Sahabah 2, page 231
[viii][7] M. A. al-Hamed, Saebat Harran Wa Ikhawan al-Safa, ( al-A'hali- Damascus, 1998), page 199
[ix][8]Tarikh al-Tabari, I, 156, 157
[x][9] Ibn Habib, Munammaq, page 275 ; cited by Patricia Crone, Meccan Trade, Princeton University Press, 1987, page, 173
[xi][10] Muhammad Ibn Habib, Kitab al- Munammaq, page 196
[xii][11] Azruqi, Akhbar Mecca, page 132
[xiii][12] Wellhausen, Reste , page 83; cited by Patricia Crone, Meccan Trade, Princeton University Press, 1987, page, 174
[xiv][13] Patricia Crone, Meccan Trade, Princeton University Press, 1987, page, 175
[xv][14] ( Ibn Saad, Tabaqat, 1, page page 216 ); Ibn Hisham, page 281 ; Cited by Crone, page 175
[xvi][15] Ibn Hisham, page 286; ( Ibn Saad, Tabaqat 1, page 217; Cited by Crone page 175
[xvii][16] Ibn Habib, Kitab al-Muhabbar, page 315
[xviii][17] Jawad Ali, al-Mufassal, vi, 328
[xix][18] Ibn Habib, Kitab al-Muhabbar, page 313
[xx][19] al-Kalbi, al-Asnam, Dar al-Kutub al-Masriyah, Cairo-Egypt, 1925, 14; Yaqut al-Hamawi, Mujam al-Buldan, 8: 169; Azruqi, Akhbar Mecca, I, 73
[xxi][20] al-Kalbi, al-Asnam, Dar al-Kutub al-Masriyah, Cairo-Egypt, 1925, pages 13, 15; Yaqut al-Hamawi, Mujam al-Buldan 8, page 169
[xxii][21] Al- Bukhari, 2, page 166
[xxiii][22]Tarikh al-Tabari, I, page 553
[xxiv][23]Tarikh al-Tabari, I, page 553
[xxv][24] Bukhari, 3, page 181
[xxvi][25] Al-Aghani, by Al Asfahani, 4, pages 122- 195
[xxvii][26] Sahih Muslim 9, page 39; Bukhari, 2, page 178
[xxviii][27] Bukhari, 2, page 178
[xxix][28] Suhih Muslim 9, pages 42 and 43
[xxx][29] Taj Al Aruss 10, page 351; Tafsir al-Tabari 27
[xxxi][30] Al-Tabarsi al-Fadl ibn al-Hasan, Majma' al-Bayan fi tafsir al-Qur'an, 9, page 176; Yaqut al-Hamawi, Mujam Al Buldan 2: 944; Jawad Ali, vi, page 246
[xxxii][31] Al-Ya'akubi, I, page 312
[xxxiii][32] al-Kalbi, al-Asnam, Dar al-Kutub al-Masriyah, Cairo-Egypt, 1925, 14 ; see also Yaqut al-Hamawi, Mujam Al Buldan 8; page 169
[xxxiv][33] Tafsir al-Tabari 27, page 35
[xxxv][34] Tafsir al-Tabari 27, page 35
[xxxvi][35] Tafsir al-Tabari 27, page 32
[xxxvii][36] Tafsir al-Tabari 27: 32; Al Zamkhari al- Khawarismi, Al Kashaf , 3, page 144
[xxxviii][37] Al Azruqi, Akhbar Mecca, 1, page 73; Al Kalbi, Alasnam, page 14; Yaqut al-Hamawi, Mujam al-Buldan, 8, page 169
[xxxix][38] Tafsir Ibn al-Kathir 4, page 252
[xl][39] Al Shahrastani, Al Milal Wa Al Nah'el, page 578
[xli][40] Sahih al-Bukhari, 5, page 158
[xlii][41] Sahih al-Bukhari, 4, page 235
[xliii][42] Halabieh, I, 127 and 128
[xliv][43] Ibn Hisham, I, page 100; Tarikh al-Tabari, I, page 507
[xlv][44]Tarikh al-Tabari, I, page 507
[xlvi][45]Tarikh al-Tabari, I, page 508
[xlvii][46]Tarikh al-Tabari, I, page 508
[xlviii][47] Ibn Hisham I, page 101
[xlix][48] Taj Al Aruss 2, page 207
[l][49] Jawad Ali, al-Mufassal Fi Tarikh al-Arab Khabel al-Islam, vi, page 384
[li][50] Jawad Ali, al-Mufassal Fi Tarikh al-Arab Khabel al-Islam, vi, page 384
[lii][51] Taj Al Aruss 2, page 207
[liii][52] Sahih al-Bukhari, 4, page 238
[liv][53] Sahih al-Bukhari, 2 , page 171
[lv][54] Sahih Muslim 9, page 23
[lxxx][55] D.Nielsen, Die Altarabischen Mondreligion (Strassburg, 1904), S. 86 ; Jawad Ali, al-Mufassal Fi Tarikh al-Arab Khabel al-Islam, vi, page 348
[lxxxi][56] Shorter Encyc.of Islam, page 124; quoted by Jawad Ali, vi, page 348
[lvi][57] Winekler, ALF., II, Reihe, Ibd., S.336; quoted by Jawad Ali,vi,page 349
[lvii][58] Wellhausen, Reste, Arabischen Heidentums, Berlin, 1927, p. 84; quoted by Jawad Ali, vi, page 351
[lviii][59] Al Masudi, Muruj Al Thahab, II, pages 212 and 213
[lix][60] Alessandro Bausani, L’Islam, Garzanti Milano, 1980, page 61
[lx][61]Tarikh al-Tabari, I, page 508; Ibin Hisham, I, page 100
[lxi][62] Epistles of Manuskihar, Epistle I, Chapter VII, 16, Pahlavi Texts, Part II, Translated by E.W. West, The Sacred Books of the East, Volume 18, PUblished by Motilal Banarsidass, page 308; Epistles of Manuskihar, Epistle II, Chapter III, 12, ; Epistles of Manuskihar, Epistle I , Chapter IX , 6 ;Appendix- The Bareshnum Ceremony, Pahlavi Texts, Part II, Translated by E.W. West, The Sacred Books of the East, Volume 18, Published by Motilal Banarsidass, page 447
[lxii][63] Vendidad, Fargard VIII :41-71, translated by James Darmesteter, The Zenda –Avesta part I , The Sacred Books of the East, Volume IV, pages 105-110
[lxiii][64] Appendix- The Bareshnum Ceremony, Pahlavi Texts, Part II, Translated by E.W. West, The Sacred Books of the East, Volume 18, Published by Motilal Banarsidass, page 437
[lxiv][65] Shayast La-Shayast, Chapter XX, 5, Pahlavi Texts, Translated by E.W. West, Part I, The Sacred Books of the East, Volume 5, Published by Motilal Banarsidass 1970, page 394
[lxv][66] Epistles of Manuskihar, Epistle I, Chapter VII, 17, Pahlavi Texts, Part II, The Sacred Books of the East, Volume 18, Published by Motilal Banarsidass, page 309
[lxvi][67] Vendidad, Fargard VII:66
[lxvii][68] Sahih al-Bukhari, 5, pages 64 and 70
[lxviii][69] Halabieh, I, page 86
[lxix][70]Tarikh al-Tabari, I, page 512
[lxx][71] Al-Nuwayri, Nihayat al-arab fi funun al-adab, I, page 109; Alusi al-Baghdadi Mamud Shukri, Bulugh al-arab fi ma'rifat ahwal al-arab, 2, page 102
[lxxi][72] Dadistan-I Dinik, Chapter VIII, 1, Pahlavi Texts, Part II, Translated by E.W. West, The Sacred Books of the East, Volume 18, Published by Motilal Banarsidass, page 26
[lxxii][73] Sahih al-Bukhari, 8, page 150
[lxxiii][74] Comment on Nyayis, The Zenda –Avesta part II, translated by James Darmesteter, The Sacred Books of the East, Volume 23, page 349
[lxxiv][75] Apastamba, Prasna I, Patala 3, Khanda 9, 28, Sacred Laws of the Aryas, Part I, Translated by Georg Buhler, The Sacred Books of the East, Volume 2, Published by Motilal Banarsidass, Delhi, page 35
[lxxv][76] al-Kalbi, al-Asnam, Dar al-Kutub al-Masriyah, Cairo-Egypt, 1925, 18; Yaqut al-Hamawi, Mujam al-Buldan, 1, page 341
[lxxvi][77] Yaqut al-Hamawi, Mujam al-Buldan, 1, page 341
[lxxvii][78] Azruqi, Akhbar Mecca, I, page 73; Yaqut al-Hamawi, Mujam al-Buldan, 8, 169; al-Kalbi, al-Asnam, Dar al-Kutub al-Masriyah ( Cairo, Egypt, 1925), 14
[lxxviii][79] Al-Ya'akubi, I, page 225
[lxxxii][80] al-Kalbi, al-Asnam, Dar al-Kutub al-Masriyah (Cairo, Egypt, 1925), 11
[lxxxiii][81] Ibn Hisham I, page 118
[lxxx][82] Al Shahrastani, Al Milal Wal Nahel, page 590
User avatar
Momad Narsis
Posts: 3461
Joined: Sun Jan 02, 2011 4:35 pm

Re: Asal Usul Ibadah Haji

Post by Momad Narsis »

bagus tambah informasi yg sy dapatkan..thank's kuta
kuta bali
Posts: 2187
Joined: Tue Mar 02, 2010 3:55 am

Re: Asal Usul Ibadah Haji

Post by kuta bali »

Momad Narsis wrote:bagus tambah informasi yg sy dapatkan..thank's kuta
Itu terjemahan om Ali, tp karena didalam artikel lain, makanya bakal jarang dibakal dibaca orang. Disini udah top, sekarang tulis asal usul ibadah haji di google, maka ketemu dihalaman utama.
User avatar
momed_xxx3
Posts: 608
Joined: Fri Aug 31, 2012 11:15 am
Location: di Surga bersama anak2 kecil perawan

Re: Asal Usul Ibadah Haji

Post by momed_xxx3 »

kalo nyium batu vagina itu karena momed emang hobi nyium yg begithuan...............
Post Reply