Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

SAMBUTAN, PENJELASAN, artikel dan debat dari PENDIRI SITUS; ALI SINA. Artikel2 A Sina lainnya masih bisa ditemukan dalam Ruang REFERENSI sesuai dgn topiknya.
User avatar
keeamad
Posts: 6954
Joined: Tue Aug 23, 2011 4:06 pm

Re: Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

Post by keeamad »

Ali Sina wrote:Kau juga bebas mengatakan apa yang kau inginkan mengenai keyakinanku. Namun, bila kau menghina secara pribadi, aku akan undur diri. Bila terkait masalah menghina, aku bukan tandingan umat Islam. Bukan wilayahku. Di wilayah tersebut, Muslimlah juaranya. Spesialisasi-ku adalah logika bukan personal attack.
Rasionalis wrote: ...Mengena sekali ucapan bung Ali Sina ini. Paling tidak kesan seperti itu lah yang sering saya dapat dari lawan debat muslim selama satu setengah tahun di forum ini. Bila argumennya rapuh sehingga mudah dirontokkan, segera beralih ke serangan pribadi. Seperti mengutak-atik nama samaran: Tidak selaras dengan nick name Rasionalis karena pemikirannya tidak rasional, tanpa menunjukkan ucapan atau pendapat saya yang mana yang irrasional.
...Bahkan netter muslim "terhebat" di FFI ini, Crescent Star, juga tidak luput dari perilaku seperti itu.
Ternyata saya bukan suudzon dan fitna kalo menyangka CS itu paling huiebaatt se FFI ....
Tapi dia kaya kesambet setan gagu kalo mesti jawab pertanyaan2x saya,
terutama pertanyaan "MENGAPA GAK ADA NAMA JIBRIL DALAM ayat2X MAKKIYAH ?"

Mungkin dia mengganggap DIAM ITU EMAS, maka saya beranggapan :
DIAMLAH SELAMANYA BIAR MENJADI EMAS MURNI ....

Kalo yang paling hebat gak bisa jawab pertanyaan saya, ke muslim mana lagi saya musti bertanya di FFI ini ?
User avatar
Kre-setan
Posts: 1110
Joined: Thu Jun 02, 2011 1:39 pm

Re: Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

Post by Kre-setan »




Mr. Farzad,

Kau katakan kau belum memulai debat. Percaya atau tidak inilah debat. Kau selalu berkata akan menjawab pertanyaanku hanya setelah kita menetapkan struktur debat, atau setelah aku menerangkan padamu keyakinanku mengenai sifat kebenaran atau bila kondisi ini dan itu memuaskan. Kau hanya menghindar kesana kemari. Perdebatan ini mengenai Muhammad. Kau yang mengklaim bahwa memenjarakan orang, menyalahgunakan hak asasi, serta membunuh mereka dapat diterima karena hal tersebut disetujui tuhanmu. Kami ingin bukti bahwa tuhanmu itu Tuhan sejati bukan Iblis.

Apa yang kuyakini dan kupikir mengenai kebenaran tidak relevan bagi pembaca kita. Tak seorangpun yang tertarik untuk mengetahui pendapat pribadi Ali Sina mengenai kebenaran dan realitas. Mereka datang kesini untuk mempelajari tentang kebenaran Islam. So, jangan coba-coba mengalihkan topik pembicaraan.

Aku telah menjelaskan pandanganku dalam artikel yang kuberikan padamu link-nya. Namun, aku tidak meminta orang mempercayai apa yang kukatakan. Aku mungkin bisa salah.

Berikut intisari pemikiran epistemologis-ku. Aku percaya, bila tuhan itu ada, Ia pastilah tak terbatas. Oleh sebab itu, kebenaran ilahi juga pasti tak terbatas. Kita, manusia terbatas. Yang dapat kita pahami adalah beberapa aspek kebenaran. Contohnya, katakanlah sekelompok orang berdiri di kaki sebuah gunung yang tinggi. Mereka tidak bisa melihat semuanya, dan tergantung dari sudut pandang mereka masing-masing, setiap orang memiliki perspektif yang berbeda-beda. Demikian pula, tidak mungkin bagi seseorang untuk memahami seluruh kebenaran. Oleh sebab itu, kita seharusnya tidak mengikuti orang lain, tidak pula memaksakan pendapat kita pada orang lain. Namun, kita dapat saling bertukar pendapat dan belajar lebih jauh mengenai gunung ini dari mereka yang memiliki perspektif yang berbeda.

Kau katakan aku salah. Mungkin saja! Aku tidak memaksa siapapun untuk mempercayai apa yang kuyakini. Kukatakan, setiap orang harus menemukan kebenarannya sendiri. Kebenaran adalah negeri tanpa jalan. Kebenaran setiap orang baik bagi dirinya sendiri. Namun, ia bisa salah. Intinya adalah tetap mencari. Pencarian ini harus dilakukan hingga akhir kehidupan. Seperti halnya pengetahuan. Kita tak akan pernah bisa memperoleh semua pengetahuan. Pengetahuan itu tak terbatas. Namun, kita terus mencarinya, dan terus belajar lebih banyak setiap hari.

Apakah kebenaran Muhammad juga benar? Tentu saja tidak! Dari perspektifnya sendiri ia benar, karena ia gila. Ini bukan berarti apa yang seorang gila anggap dan yakini sebagai kebenaran, sesungguhnya benar. Tak seorangpun dapat mengklaim telah menemukan seluruh kebenaran.

Kau katakan aku tidak logis sama sekali, dan bahkan tidak manusiawi. Baiklah, dalam hal ini tentunya kau tidak memiliki kesulitan untuk menunjukkan kesalahan-kesalahanku, serta menyoroti ke-tidakmanusiawi-an diriku. Jangan terus menyerang pribadikuku. Seranglah argument-argumenku.

Perdebatan ini bukan mengenai Ali Sina dan pemikirannya. Tak ada yang perduli pikiranku, dan memang seharusnya tidak. Bila aku pernah mencoba mengumpulkan pengikut, kau sangat dipersilahkan membedah dan menyanggah pemikiranku. Namun, sebelumnya, tolong tetap di subjek perdebatan. Subjek perdebatan kita adalah Muhammad dan klaimnya, bukan Ali Sina.

Kau membuat klaim Muhammad seorang nabi. Berdasarkan keyakinan itu, kau juga berkata orang-orang yang tidak berkontribusi pada kebahagiaan orang lain, yang didefinisikan Islam, harus disingkirkan. Apakah kau memiliki bukti atas klaim ini, yang membuatmu begitu bersemangat untuk membunuh?

Kau katakan bahwa Muhammad membuat klaim-nya ke orang-orang di sekitarnya, dan memberikan mereka bukti, dan mereka menerimanya. Namun, sekarang kau tak dapat menunjukkan bukti tersebut. Kau hanya mengikutinya karena kau pikir semua orang yang mengikutinya tak mungkin salah. Kujelaskan bahwa keyakinanmu bersandarkan serangkaian logical fallacy. Ya, mungkin saja milyaran orang berada dalam kesalahan selama berabad-abad. Intensitas keagamaan mereka dan kefanatikan mereka bukanlah bukti validitas keyakinan mereka.

Sejauh yang ku-amati, perdebatan ini telah berakhir. Bukannya membuktikan klaim Muhammad, kau justru ingin membuktikan epistemology-ku salah. Siapa yang perduli? Ini juga sebuah logical fallacy. Disebut red herring. Kau ingin mengalihkan subjek bahasan. Katakanlah aku salah. Akankah itu membuatmu lebih dapat membuktikan klaim Muhammad? Ada banyak orang yang tidak percaya pada filsafatku. Dapatkah kau menghadapi mereka dan membuktikan klaim Muhammad?

Jika kau tidak dapat mengikuti perdebatan ini dan tidak ada hal lain untuk ditambahkan, mungkin waktunya untuk mengakhiri. Namun, jika kau dapat menunjukkan bukti bahwa Muhammad adalah nabi Tuhan, aku sungguh menanti. Jika kau ingin melanjutkan, tolong fokus pada pertanyaan. Pertanyaannya bukan mengenai apa yang kupikirkan. Namun, memberikan bukti bahwa Muhammad seorang nabi Tuhan dan karenanya semua pembunuhan, perkosaan, penyerangan, pemenjaraan, dan eksekusi ini dapat dibenarkan.

si farzad sebetulnya udah betul, dia memang harus menyerang epistemologynya ali sina dulu baru debatnya bisa di lanjut ke subjek selanjutnya, yaitu MUHAMMAD SAW..karna debat bakal muter muter kalau kerangka berfikir dasarnya masih salah

kalau menurutku si ali sina ini masih debater kelas teri

Klik Alternatif Diskusi Kalau FFI Terblokir
Mirror
Mirror Rss Feed
User avatar
Kre-setan
Posts: 1110
Joined: Thu Jun 02, 2011 1:39 pm

Re: Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

Post by Kre-setan »

btw balik ke topik relativisme moral...

ini dah pernah ku tanya di FFI, apa yang menjamin ali sina begitu yakin kalau standar moral sekarang yang betul betul benar? apa dia nggak sadar kalau masih ada masa depan ? apa dia bisa jamin di masa depan menikahi gadis umur 20 tahun nggak melanggar nilai moral ?

sebetulnya nggak ada yang salah dengan teori relativisme moral, karna semua manusia berhak menentukan standar moralnya sendiri, termasuk MUHAMMAD SAW dan pengikut pengikutnya
User avatar
CrimsonJack
Posts: 2189
Joined: Thu Oct 13, 2011 3:20 pm
Location: Tempat yang ada internetnya

Re: Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

Post by CrimsonJack »

Sebenarnya didukung ilmu pengetahuan juga.

Saat yang tepat untuk menikah ialah pada saaat seseorang mampu membuat sebuah keputusan setelah pertimbangan matang dan kemudian mempertanggung jawabkannya.
Saat yang tepat untuk "kawin" ialah pada saat seseorang mampu menghidupi keturunannya dan mampu menghasilkan keturunan tanpa membahayakan dirinya dengan tubuh yang belum benar2 siap untuk melahirkan.
slomo
Posts: 112
Joined: Mon Jan 24, 2011 4:07 pm

Re: Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

Post by slomo »

Kre-setan wrote:btw balik ke topik relativisme moral...

ini dah pernah ku tanya di FFI, apa yang menjamin ali sina begitu yakin kalau standar moral sekarang yang betul betul benar? apa dia nggak sadar kalau masih ada masa depan ? apa dia bisa jamin di masa depan menikahi gadis umur 20 tahun nggak melanggar nilai moral ?

sebetulnya nggak ada yang salah dengan teori relativisme moral, karna semua manusia berhak menentukan standar moralnya sendiri, termasuk MUHAMMAD SAW dan pengikut pengikutnya
Bung Kresetan, anda adalah salah 1 contoh TRAGEDI era modern.....
Sina wrote:Tidak sulit melihat Muhammad telah menipu orang-orang odob di masanya. Yang sulit dimengerti adalah, di masa pencerahan ini, masih ada lebih dari semilyar orang normal dan terpelajar, percaya pada penipu ini dan berpikir sosok tak bermoral ini akan membawa mereka ke surga. Ini tragedi Mr. Farzad.
sampai DETIK ini (dan masih berlanjut), kita dapat menyaksikan begitu banyak Muslim dengan kepandaiannya yg diperoleh di sekolah2 formal, berprestasi, dan mengagumkan....!!! namun, ketika berdebat mengenai ajaran Islam, musnah seketika kepandaian mereka dan berganti dengan ke "odoban" yang tidak kalah "MENCENGANGKAN",( karena terjadi di era keterbukaan saat ini). Sungguh sebuah TRAGEDI !!!
Apa mau dikata, hidup harus jalan terus,,,, biar Muslim tetap menghina, non-muslim tetap harus bertahan dan memberikan pencerahan....ada hasilnya koq....tetap banyak Murtadin....!!!
Yang penting, bagi para netter murtadin Dan kafirun,,,STAY SAFE...!!!!
Percuma anda sekolah pak KRESETAN !!!! Baca Quran aja, dengerin Ustad (dan pengajian) BAASYIR,,,lalu silahkan anda meledak.....BLARRRRR !!!
Post Reply