http://alisina.org/mubahila-the-islamic ... ournament/
Diposkan Ali Sina, 17 Februari 2012
Mubahila adalah praktek konyol yang dilembagakan Muhammad dalam Qur’an. Saat ia masih belum kuat untuk membunuh musuh-musuhnya, ia akan mengajak mereka untuk saling mengutuk satu sama lain, agar pihak yang bersalah mati. Praktek Mubahila ini benar-benar omong kosong, namun umat Islam tidak dapat menyingkirkannya karena tercantum dalam Qur’an.
April 2008, Mr. Shabir Bhatti, seorang Muslim Pakistan menantang saya untuk melakukan mubahila. Berikut diskusi kami:
Aku membalas:Shabir Bhatti [email protected]
tanggal: 22 Apr. 2008
perihal: Undangan untuk bermubahila
Ini adalah undangan pada Ali Sina untuk ber-mubahila, semoga Tuhan yang memutuskan siapa yang salah dan siapa yang benar.
Ali Sina,
Aku telah membaca semua sampah yang kau tulis di websitemu. Aku bahkan merasa tidak tepat untuk berargumentasi dengan orang sepertimu, sebab itu aku mengajukan cara lain untuk memecahkan masalah ini.
Aku menantangmu untuk melakukan mubahila, aku akan berdoa pada Tuhanku sesuai agamaku dan kau berdoalah pada siapapun yang kau percayai, dan orang pertama yang meninggal dalam waktu 90 hari, ialah yang bersalah.
Jika kau merasa benar dan mau menerima tantanganku, hubungi aku dengan suatu kesepakatan. Kita tunggu dalam 90 hari setelah kesepakatanmu dan lihat saja siapa yang salah.
Jika kau tidak menerima tantangan ini, kusarankan kau menutup websitemu.
Aku menyebarkan website ini ke sebanyak mungkin orang-orang dengan merefer ke websitemu agar mereka menjadi saksi.
Kusarankan kau melakukan hal serupa.
Kutunggu jawabanmu,
Shabir Bhatti ([email protected])
Dan bagaimana kita tahu siapa yang menang setelah 90 hari?
Mr. Shabir Bhatti:Yang bersalah tidak akan hidup di hari ke-91. Jika aku yang salah, aku akan meninggal sebelum bulan ketiga berakhir, dan jika kau yang salah, kau yang akan meninggal.
Kau menerima?
Aku menerima kau doakan meninggal dalam 90 hari. Namun, aku tidak akan berdoa untuk kematianmu, melainkan aku berdoa untuk pencerahanmu. Aku tidak melabuhkan iman yang sakit pada siapapun. Aku menganggap Muslim sebagai korban utama sebuah kebohongan, dan tujuanku adalah menolong mereka melihat kebenaran, meninggalkan cult/ajaran sesat mereka, serta hidup makmur dan bahagia selamanya. Berdoa untuk kematian orang bertentangan dengan nilai-nilai yang kuanut. Aku tidak menganggapnya sesuatu yang etis untuk dilakukan. Malah sebenarnya aku menganggapnya konyol. Ada banyak orang yang aku berharap segera meninggal dan pergi ke neraka, seperti Osama bin Laden, orang-orang yang kejam di Iran, dsbnya. Walau demikian, aku tidak duduk lalu berdoa untuk kematian mereka. Hanya membuang waktuku saja.
Kau tampaknya mengira bahwa dengan memohonkan hal jahat untukku, aku akan meninggal. Faktanya, setiap orang dapat meninggal kapan saja. Tak seorangpun dapat memastikan tetap hidup di hari berikutnya. Sebab itu, selalu ada kemungkinan salah seorang dari kita meninggal dalam 90 hari mendatang. Ini seharusnya dikaitkan dengan peluang bukan dengan akibat kutukan. Katakanlah aku meninggal dalam 90 hari, hal tersebut bukanlah bukti bahwa aku meninggal karena kutukanmu. Namun, bagaimana jika aku tidak meninggal? Itu akan membuktikan bahwa kutukanmu tidak berdampak apapun dan Allah-mu palsu. Apa yang akan kau lakukan jika kau melihat aku masih hidup dalam selang 90 hari? Akankah kau kemudian menerima kenyataan bahwa Islam adalah sebuah kebohongan? Allah dalam Qur’an menetapkan mubahila sebagai semacam legitimasi dalam pencarian kebenaran.
Q 3:61, “Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.”
Karena aku tidak percaya pada omong kosong ini dan tidak menghendaki kau terluka, aku tidak akan berdoa untuk kematianmu, namun kusambut kutukanmu. Engkau juga berhak mengajak semua Muslim yang kau temui, termasuk yang membaca ini (Aku akan mempublikasikannya juga) untuk bergabung denganmu, menjatuhkan kutukan dan memohonkan hal jahat padaku, sehingga aku bisa meninggal dalam 90 hari. Kusarankan kau menulis ke semua situs Islami dan meminta mereka mengiklankan mubahila sepihak ini. Masuklah ke halaman komentar Muslim di situs faithfreedom.org, dan menulislah pada semua Muslim yang menginginkan kematianku agar bergabung denganmu dalam usaha ‘dahsyat’ ini. Mungkin jika jutaan Muslim bergabung, kutukanmu lebih memiliki kekuatan.
Namun, bila periode ini berakhir dan aku masih hidup, maukah kau mulai mempertanyakan kebenaran Qur’an dan klaim Muhammad? Apakah ini cukup bagimu untuk melihat bahwa Muhammad seorang pendusta?
Sementara Yesus memohon pengampunan bagi mereka yang menyalibNya, Muhammad memendam begitu banyak kebencian dalam hatinya terhadap mereka yang menolaknya, sehingga ia sering mengutuki mereka.
Berikut beberapa contoh:
Volume 5, Book 59, Number 397:
Diriwayatkan ayah Salim:
Bahwa ia mendengar Rasullullah, saat menegakkan kepala setelah menunduk di Rak’a pertama sembahyang subuh, berkata, “Ya Allah! Kutuklah ini dan itu, dan ini dan itu” setelah ia berkata, “Allah mendengar orang yang berdoa padaNya. Tuhan kami, segala puji bagimu!” Kemudian Allah mewahyukan: “Bukan padamu (Wahai Muhammad!)….(hingga akhir ayat) mereka sesungguhnya orang –orang yang zalim.” (3:128) Salim bin ‘Abdullah berkata’ “Rasullullah biasa memohonkan malapetaka terhadap Safwan bin Umaiya, Suhail bin ‘Amr dan Al-Harith bin Hisham. Maka ayat tersebut diwahyukan, “Bukan padamu (Wahai Muhammad!)….(hingga akhir ayat) mereka sesungguhnya orang –orang yang zalim.” (3:128)
Q 3:128, “Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim.”
Ayat 3:128 mengatakan, terserah pada Allah untuk memutuskan apakah ia akan menghukum orang atau tidak. Psikopat licik ini adalah seorang master manipulator. Ia tahu kutukannya tidak berdampak, dan Allah imajinernya hanya khayalannya saja. Ia menaruh kata-kata ini di mulut tuhannya sehingga para pengikutnya tidak mengetahui ia hanyalah seorang pendusta tanpa kuasa apapun. Tidak seperti kau yang kelihatannya benar-benar percaya omong kosong ini, sampai-sampai kau mempertaruhkan reputasi atau imanmu dan berjanji meninggalkan Islam bila kutukanmu tidak terwujud, Muhammad sadar bahwa ia berdusta. Ia merancang sendiri cara meloloskan diri.
Ini versi berbeda dari hadist yang sama:
Volume 6, Book 60, Number 83:
Diriwayatkan Abu Huraira:
Kapan saja Rasullullah bermaksud memohonkan malapetaka atau kebaikan untuk seseorang, ia biasa melibatkan Allah setelah membungkuk (dalam sholat). Kadangkala setelah berkata, “Allah mendengar orang yang berdoa padaNya, segala puji bagiMu, ya Tuhan kami,” ia akan berkata, “Ya Allah, selamatkan Al-Walid bin Al-Walid dan Salama bin Hisham, dan ‘Aiyash bin Abu Rabi’a. Ya Allah! Berikan siksaMu yang berat pada Mudar (kaum) dan timpakan mereka dengan (kelaparan) bertahun seperti saat Yusuf.” Nabi biasa berdoa dengan suara keras, dan ia juga biasa berdoa di beberapa sholat Fajr, “Ya Allah! Kutuklah ini dan itu, dan ini dan itu.” Sambil menyebut nama-nama suku/kaum Arab hingga Allah mewahyukan: “Bukan padamu (Wahai Muhammad) (tapi pada Allah) keputusannya.” (3:128)
Inilah ajaran roh jahat itu:
Book 009, Number 3562:
Ibn ‘Umar (rahmat Allah beserta mereka) meriwayatkan: Rasullullah (pbuh) meminta seseorang yang dalam kemarahan dan istrinya untuk mengutuk (satu sama lain untuk membuktikan kebenaran mereka), dan kemudian menceraikan mereka.
Apakah saling mengutuk satu sama lain merupakan jalan yang benar untuk mencapai kebenaran? Bagaimana dengan mencari fakta, investigasi, dialog, bernalar dan berlogika? Muhammad dan para pengikutnya tidak menginginkan semua itu. Mereka tidak memiliki pemahaman akan istilah-istilah tersebut. Yang dapat mereka lakukan hanyalah mengutuk, dan bila tidak berhasil terorisme mengambil alih. Sungguh sebuah agama yang menyedihkan!
Salam,
Ali Sina
Mr. Bhatti menjawab:
Mr. Bhatti:Percayakah kau pada Tuhan yang Mahatinggi, Tuhan langit dan bumi, Tuhan yang menciptakan segala sesuatu?
Apakah aku percaya pada Tuhan atau tidak, tidak mengubah fakta bahwa Islam adalah suatu kebohongan. Katakanlah aku percaya pada Tuhan. Apa hubungannya Islam dengan Tuhan? Ini seperti para pengikut David Koresh, orang gila yang mendirikan sebuah agama serta menyebabkan kematian puluhan pengikutnya. Ia berkata jika kau percaya pada Tuhan kau juga harus percaya pada David Koresh. Aku tidak melihat hubungan antara Tuhan dan Muhammad. Muhammad seorang penipu, pendusta. Pria sesat ini tidak memiliki pemahaman akan Tuhan. Ia menggunakan Tuhan untuk menipu orang-orang. Argumen yang sering digunakan Muslim ini non sequitur.
Tuhan sudah tahu siapa diantara kita yang salah. Mengapa Ia perlu kita saling mengutuk dan memohon murkaNya terhadap satu sama lain untuk memutuskan siapa diantara kita yang salah? Bukankah itu konyol? Hanya orang idiot seperti Muhammad yang mengajukan hal yang sangat konyol ini. Kau dan aku hidup di abad pencerahan. Tak seharusnya kita membiarkan pria bebal yang gila ini menipu kita dengan kebohongannya. Bila gagasannya adalah agar Tuhan membuat orang-orang melihat kebenaran, maka yang harus dilakukanNya adalah membuka mata orang-orang yang tersesat. (bukannya memberi malapetaka)Ini bukan mengenai aku mendoakan kematianmu atau kau mendoakan kematianku, ini mengenai kita berdua berdoa pada Tuhan untuk memutuskan siapa yang salah dan siapa yang benar.
Perbuatan dosa adalah menteror, melukai dan melakukan kejahatan. Ketidaktahuan bukanlah dosa. Orang-orang percaya segala macam hal dengan ketulusan. Mereka merasa yakin dengan kepercayaan mereka sehingga bersedia berkorban jiwa demi apa yang mereka yakini. Namun, tidak semua keyakinan benar. Percaya pada kebohongan bukanlah dosa, namun kebodohan. Aku yakin akan Islam, namun saat aku mengenal kebenaran, aku berhenti meyakininya. Ini bukan berarti aku seorang pendosa karena percaya pada kebohongan. Aku hanya mengabaikan kebenaran. Sekarang, katakanlah aku salah dan Islam benar. Aku tidak melakukan dosa. Aku sampai pada kesimpulan ini berdasarkan bukti-bukti yang kuperoleh. Aku menantang semua orang untuk membuktikan aku salah, dan aku akan mengubah pemikiranku lagi. Tuhan ingin agar kita menggunakan nalar kita, agar kita tidak tersesat. Kugunakan nalarku dan kudapatkan ternyata Muhammad tidak membimbingku ke Tuhan, melainkan ke kejahatan. Aku berhenti percaya padanya. Apakah kau menganggap aku salah? Mengapa tidak kau tunjukkan kesalahanku? Mengapa kau justru menghendaki kutukan Tuhan atas diriku agar meninggal? Ini tidak masuk akal. Aku yakin ini tidak masuk akal bagimu juga, namun kau mengulang lagi kekonyolan ini, karena kau pikir Muhammad benar-benar utusan Tuhan dan meyakini semua absurditas yang disodorkan pria sakit jiwa tersebut.Karena jika aku benar maka kau telah melakukan dosa besar, dan jika kau benar maka aku dengan senang hati menerima hukuman Tuhan Yang Mahakuasa akibat kebodohanku.
Kuyakinkan padamu bahwa Tuhan tidak akan menghukum orang-orang yang tidak tahu. Kalaupun ada hukuman, hanya bagi para pelaku kejahatan seperti Muhammad dan para pengikutnya yang menyakiti orang lain. Dialah yang menyerang, menjarah, memperkosa dan membunuh orang-orang tak bersalah, bukan aku. Dialah yang menipu orang-orang dengan kebohongannya serta membuat mereka saling membunuh, dengan menjanjikan pesta orgy di surga, bukan aku. Dialah yang menjadikan orang-orang budak, secara fisik maupun mental, serta mengancam mereka yang menggunakan nalar, bukan aku. Bila aku salah, aku hanyalah orang yang tidak berpengetahuan, dan Tuhan sejati tidak akan menghukum orang yang tidak tahu, apalagi aku meminta Muslim untuk menunjukkan kesalahanku. Tapi Muhammad tidak bisa lepas dari kesulitan. Ia melakukan terlalu banyak kejahatan, dan jika neraka ada, pastilah ia yang dibakar di dalamnya.
Mr. Bhatti, Tuhan sudah memberikan pertolonganNya bagi kita. Ia mengaruniakan kita otak dengan segala kesanggupan untuk berpikir. Inilah yang kita perlukan untuk menemukan kebenaran. Tidak perlu bagi kita memohonkan hal jahat dan mendoakan kematian satu sama lain untuk mengetahui siapa yang benar. Bagaimana kau mencukupi kebutuhanmu? Apakah kau duduk berdoa sepanjang hari memohon makanan? Bila kau lakukan itu kau akan mati kelaparan. Kau pergi dan menafkahi hidupmu dengan bekerja. Kau gunakan ketrampilan dan tanganmu untuk mendapatkan roti. Makanan tidak jatuh begitu saja ke pangkuanmu dari langit. Kau harus berusaha. Hal serupa harus kau lakukan untuk memperoleh kebenaran. Baca, renungkan dan gunakan nalarmu. Sayangnya, begitu banyak orang tidak mampu menggunakan nalar mereka bila itu menyangkut hal-hal penting seperti kebenaran. Mereka lebih percaya secara buta pada seorang penipu.Jika kau tidak percaya pada Tuhan yang satu, itu adalah masalah lain. Dalam kasus ini, carilah bantuan pada apapun yang kau yakini.
Baiklah. Bila ini yang diuperlukan agar kau melihat kebohongan Islam, kuterima tantanganmu. Bagaimana bila dimulai dari hari ini? Ingat bahwa orang-orang bisa meninggal, apakah ia benar atau salah. Dengan demikian, jika aku meninggal dalam 90 hari, itu bukan bukti pasti Islam benar. Namun, bila aku tidak meninggal, itu bukti pasti bahwa Islam suatu kebohongan dan Muhammad hanyalah pria sakit jiwa yang tak memiliki pemahaman akan Tuhan.Ini bukan pertama kalinya mubahila digunakan dan otentisitasnya terekam dalam sejarah. Apabila kau masih hidup setelah jangka waktu yang ditetapkan, aku berjanji aku akan (Allah mengampuniku) mencela Islam dan bergabung denganmu.
Aku telah menerima. So, mari kita tetapkan tanggal publikasi debat ini (22 April 2008) sebagai awal mubahila sepihak ini. Karena aku tidak mendoakan kematianmu, aku berharap kau menulis setelah 90 hari serta menyatakan kemurtadan-mu. Bila kau tidak menulis, orang-orang akan mengira kau meninggal dan kutukanmu telah berbalik. Dan bahwa Tuhan akhirnya lelah padamu dan mengambil hidupmu untuk menunjukkan kebenaran dengan cara lain. Sebab itu, bila kau masih hidup, kau harus menulis dan menyatakan kemurtadan-mu. Ini persyaratanmu sendiri. Bagaimanapun, untuk apa kau percaya pada suatu agama yang menurut ukuran-mu dan ukuran Muhammad terbukti salah?Yang kuperlukan darimu adalah penerimaan yang jelas, dalam kata-kata Aku (namamu) menerima mubahila ini atau sebuah penolakan yang jelas.
Jika kau menolak, maka kau harus menutup website-mu dan memberitahu semua orang yang telah kau pengaruhi bahwa kau salah.
Aku setuju dengan tantanganmu. Aku juga akan mempublikasikan alamat email-mu, agar orang-orang yang ingin bergabung dapat menghubungimu. Aku juga mendesakmu untuk menghubungi organisasi dan mesjid Islam manapun, dan memberiku nama-nama mereka agar dapat ku publikasikan. Aku ingin banyak Muslim bergabung dalam marathon mengutuk ini. Bila anda seorang Muslim yang marah dan percaya pada omong kosong mubahila, dipersilahkan bergabung. Mungkin, pada akhirnya, mereka yang ambil bagian dalam usaha konyol ini akan melihat kebodohan di dalamnya dan mulai mempertanyakan Islam.Aku tak ingin berdebat mengenai otentisitas segala sesuatu. Ajukan tantangan dan minta orang menerimanya. So, disinilah aku, mengajukan tantangan padamu. Jika kau yakin benar, mengapa tidak menerima saja.
Shabir Bhatti
==========