Hukum menyambut dan merayakan hari Raya non Muslim

Muslim moderat, radikal, bgm pemikiran mereka & bgm hubungan mereka dgn NON-Muslim, sejarah perlakuan Muslim terhdp NON-Muslim, Dhimmi & Jizyah
User avatar
Fajar K
Posts: 480
Joined: Sat Jul 15, 2006 10:12 am
Location: The Secret Garden

Hukum menyambut dan merayakan hari Raya non Muslim

Post by Fajar K »

Hukum menyambut dan merayakan hari Raya non Muslim (Natal/Tahun Baru)


Sesungguhnya di antara konsekwensi terpenting dari sikap membenci orang-orang kafir ialah menjauhi syi'ar dan ibadah mereka. Sedangkan syi'ar mereka yang paling besar adalah hari raya mereka, baik yang berkaitan dengan tempat maupun waktu. Maka orang Islam berkewajiban menjauhi dan meninggalkannya.

Ada seorang lelaki yang datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk meminta fatwa karena ia telah bernadzar memotong hewan di Buwanah (nama sebuah tempat), maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menanyakan kepadanya (yang artinya) : " Apakah disana ada berhala, dari berhala-berhala orang Jahiliyah yang disembah ?" Dia menjawab, "Tidak". Beliau bertanya, "Apakah di sana tempat dilaksanakannya hari raya dari hari raya mereka ?" Dia menjawab, "Tidak". Maka Nabi bersabda, "Tepatillah nadzarmu, karena sesungguhnya tidak boleh melaksanakan nadzar dalam maksiat terhadap Allah dalam hal yang tidak dimiliki oleh anak Adam"
[Hadits Riwayat Abu Daud dengan sanad yang sesuai dengan syarat Al-Bukhari dan Muslim]

Hadits diatas menunjukkan, tidak bolehnya menyembelih untuk Allah di bertepatan dengan tempat yang digunakan menyembelih untuk selain Allah ; atau di tempat orang-orang kafir merayakan pesta atau hari raya. Sebab hal itu berarti mengikuti mereka dan menolong mereka di dalam mengagungkan syi'ar-syi'ar mereka, dan juga karena menyerupai mereka atau menjadi wasilah yang mengantarkan kepada syirik. Begitu pula ikut merayakan hari raya (hari besar) mereka mengandung wala' (loyalitas) kepada mereka dan mendukung mereka dalam menghidupkan syi'ar-syi'ar mereka.

Di antara yang dilarang adalah menampakkan rasa gembira pada hari raya mereka, meliburkan pekerjaan (sekolah), memasak makanan-makanan sehubungan dengan hari raya mereka (kini kebanyakan berpesiar, berlibur ke tempat wisata, konser, acara musik, diakhiri mabuk-mabukan atau perzinaan, red).

Dan diantaranya lagi ialah mempergunakan kalender Masehi, karena hal itu menghidupkan kenangan terhadap hari raya Natal bagi mereka. Karena itu para shahabat menggunakan kalender Hijriyah sebagai gantinya.

Syaikhul Islam Ibnu Timiyah berkata, "Ikut merayakan hari-hari besar mereka tidak diperbolehkan karena dua alasan".

Pertama. Bersifat umum, seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa hal tersebut berarti mengikuti ahli Kitab, yang tidak ada dalam ajaran kita dan tidak ada dalam kebiaasaan Salaf. Mengikutinya berarti mengandung kerusakan dan meninggalkannya terdapat maslahat menyelisihi mereka. Bahkan seandainya kesamaan yang kita lakukan merupakan sesuatu ketetapan semata, bukan karena
mengambilnya dari mereka, tentu yang disyari'atkan adalah menyelisihiya karena dengan menyelisihinya terdapat maslahat seperti yang telah diisyaratkan di atas. Maka barangsiapa mengikuti mereka, dia telah kehilangan maslahat ini sekali pun tidak melakukan mafsadah (kerusakan) apapun, terlebih lagi kalau dia melakukannya.

Alasan Kedua.
Karena hal itu adalah bid'ah yang diada adakan. Alasan ini jelas menunjukkan bahwa sangat dibenci hukumnya menyerupai mereka dalam hal itu".

Beliau juga mengatakan, "Tidak halal bagi kaum muslimin ber-Tasyabuh (menyerupai) mereka dalam hal-hal yang khusus bagi hari raya mereka ; seperti, makanan, pakaian, mandi, menyalakan lilin, meliburkan kebiasaan seperti bekerja dan beribadah ataupun yang lainnya. Tidak halal mengadakan kenduri atau memberi hadiah atau menjual barang-barang yang diperlukan untuk hari raya tersebut. Tidak halal mengizinkan anak-anak ataupun yang lainnya melakukan permainan pada hari itu, juga tidak boleh menampakkan perhiasan.

Ringkasnya, tidak boleh melakukan sesuatu yang menjadi ciri khas dari syi'ar mereka pada hari itu. (Dalam Iqtidha Shirathal Mustaqim, pentahqiq Dr Nashir Al-'Aql 1/425-426).

Hari raya mereka bagi umat Islam haruslah seperti hari-hari biasanya, tidak ada hal istimewa atau khusus yang dilakukan umat Islam. Adapun jika dilakukan hal-hal tersebut oleh umat Islam dengan sengaja [1] maka berbagai golongan dari kaum salaf dan khalaf menganggapnya makruh. Sedangkan pengkhususan seperti yang tersebut di atas maka tidak ada perbedaan di antara ulama, bahkan sebagian ulama menganggap kafir orang yang melakukan hal tersebut, karena dia telah mengagungkan syi'ar-syi'ar kekufuran.

Segolongan ulama mengatakan. "Siapa yang menyembelih kambing pada hari raya mereka (demi merayakannya), maka seolah-olah dia menyembelih babi". Abdullah bin Amr bin Ash berkata, "Siapa yang mengikuti negera-negara 'ajam (non Islam) dan melakukan perayaan Nairuz [2] dan Mihrajan [3] serta menyerupai mereka sampai ia meninggal dunia dan dia belum bertobat, maka dia akan dikumpulkan bersama mereka pada Hari Kiamat.


Footnote :
[1] Mungkin yang dimaksud (yang benar) adalah 'tanpa sengaja'.
[2] Nairuz atau Nauruz (bahasa Persia) hari baru, pesta tahun baru Iran yang
bertepatan dengan tanggal 21 Maret -pent.
[3] Mihrajan, gabungan dari kata mihr (matahari) dan jan (kehidupan atau
ruh), yaitu perayaan pada pertengahan musim gugur, di mana udara tidak panas
dan tidak dingin. Atau juga merupakan istilah bagi pesta yang diadakan untuk
hari bahagia -pent.

(Dinukil dari tulisan Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, dalam kitab At-Tauhid Lish-Shaffil Awwal Al-Aliy[Edisi Indonesia, Kitab Tauhid 1])

Bagaimana semestinya sikap Muslim yang tepat menyikapi hari raya Natal/Tahun Baru/Non Muslim lainnya ?

Berikut nasihat dari Komisi Tetap Saudi Arabia

"Sesungguhnya nikmat terbesar yang diberikan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala kepada hamba-Nya adalah nikmat Islam dan iman serta istiqomah di atas jalan yang lurus. Allah Subhannahu wa Ta'ala telah memberitahukan bahwa yang dimaksud jalan yang lurus adalah jalan yang ditempuh oleh hamba-hamba-Nya yang telah diberi nikmat dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhadaa dan sholihin (Qs. An Nisaa :69).

Jika diperhatikan dengan teliti, maka kita dapati bahwa musuh-musuh Islam sangat gigih berusaha mema-damkan cahaya Islam, menjauhkan dan menyimpangkan ummat Islam dari jalan yang lurus, sehingga tidak lagi istiqomah.Hal ini diberitahukan sendiri oleh Allah Ta'ala di dalam firman-Nya, diantaranya, yang artinya: "Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma'afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesung-guh-Nya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. 2:109)

Firman Allah Subhannahu wa Ta'ala yang lain, artinya: Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi beng-kok, padahal kamu menyaksikan". Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan. (QS. 3:99)

Firman ALLAH (yang artinya) : " Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menta'ati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu kebelakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi". (QS. 3:149)

Salah satu cara mereka untuk menjauhkan umat Islam dari agama (jalan yang lurus)yakni dengan menyeru dan mempublikasikan hari-hari besar mereka ke seluruh lapisan masyara-kat serta dibuat kesan seolah-oleh hal itu merupakan hari besar yang sifatnya umum dan bisa diperingati oleh siapa saja. Oleh karena itu, Komisi Tetap Urusan Penelitian Ilmiyah dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi telah memberikan fatwa berkenaan dengan sikap yang seharusnya dipegang oleh setiap muslim terhadap hari-hari besar orang kafir.Secara garis besar fatwa yang dimaksud adalah:

Sesungguhnya kaum Yahudi dan Nashara menghubungkan hari-hari besar mereka dengan peristiwa-peritiwa yang terjadi dan menjadikannya sebagai harapan baru yang dapat memberikan keselamatan, dan ini sangat tampak di dalam perayaan milenium baru (tahun 2000 lalu), dan sebagian besar orang sangat sibuk memperangatinya, tak terkecuali sebagian saudara kita -kaum muslimin- yang terjebak di dalamnya. Padahal setiap muslim seharusnya menjauhi hari besar mereka dan tak perlu menghiraukannya.

Perayaan yang mereka adakan tidak lain adalah kebatilan semata yang dikemas sedemikian rupa, sehingga kelihatan menarik. Di dalamnya berisikan pesan ajakan kepada kekufuran, kesesatan dan kemungkaran secara syar'i seperti: Seruan ke arah persatuan agama dan persamaan antara Islam dengan agama lain. Juga tak dapat dihindari adanya simbul-simbul keagamaan mereka, baik berupa benda, ucapan ataupun perbuatan yang tujuannya bisa jadi untuk menampakkan syiar dan syariat Yahudi atau Nasrani yang telah terhapus dengan datangnya Islam atau kalau tidak agar orang menganggap baik terhadap syariat mereka, sehingga biasnya menyeret kepada kekufuran. Ini merupakan salah satu cara dan siasat untuk menjauhkan umat Islam dari tuntunan agamanya, sehingga akhirnya merasa asing dengan agamanya sendiri.

Telah jelas sekali dalil-dalil dari Al Quran, Sunnah dan atsar yang shahih tentang larangan meniru sikap dan perilaku orang kafir yang jelas-jelas itu merupakan ciri khas dan kekhususan dari agama mereka, termasuk di dalam hal ini adalah Ied atau hari besar mereka.Ied di sini mencakup segala sesuatu baik hari atau tempat yang diagung-agungkan secara rutin oleh orang kafir, tempat di situ mereka berkumpul untuk mengadakan acara keagamaan, termasuk juga di dalam hal ini adalah amalan-amalan yang mereka lakukan. Keseluruhan waktu dan tempat yang diagungkan oleh orang kafir yang tidak ada tuntunannya di dalam Islam, maka haram bagi setiap muslim untuk ikut mengagungkannya.

Larangan untuk meniru dan memeriahkan hari besar orang kafir selain karena adanya dalil yang jelas juga dikarenakan akan memberi dampak negatif, antara lain:
Orang-orang kafir itu akan merasa senang dan lega dikarenakan sikap mendukung umat Islam atas kebatilan yang mereka lakukan.
Dukungan dan peran serta secara lahir akan membawa pengaruh ke dalam batin yakni akan merusak akidah yang bersangkutan secara bertahap tanpa terasa.
Yang paling berbahaya ialah sikap mendukung dan ikut-ikutan terhadap hari raya mereka akan menumbuhkan rasa cinta dan ikatan batin terhadap orang kafir yang bisa menghapuskan keimanan.Ini sebagaimana yang difirmankan Allah Ta'ala, (yang artinya) : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya o-rang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim". (QS. 5:51)

Dari uraian di atas, maka tidak diperbolehkan bagi setiap muslim yang mengakui Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai nabi dan rasul, untuk ikut merayakan hari besar yang tidak ada asalnya di dalam Islam, tidak boleh menghadiri, bergabung dan membantu terselenggaranya acara tersebut.Karena hal ini termasuk dosa dan melanggar batasan Allah.Dia telah melarang kita untuk tolong-menolong di dalam dosa dan pelanggaran, sebagaimana firman Allah, (yang artinya) : "Dan tolong-menolonglah kamu di dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." (QS. 5:2)

Tidak diperbolehkan kaum muslimin memberikan respon di dalam bentuk apapun yang intinya ada unsur dukungan, membantu atau memeriahkan perayaan orang kafir, seperti : iklan dan himbauan; menulis ucapan pada jam dinding atau fandel; menyablon/membuat baju bertuliskan perayaan yang dimaksud; membuat cinderamata dan kenang-kenangan; membuat dan mengirimkan kartu ucapan selamat; membuat buku tulis;memberi keistimewaan seperti hadiah /diskon khusus di dalam perdagangan, ataupun(yang banyak terjadi) yaitu mengadakan lomba olah raga di dalam rangka memperingati hari raya mereka. Kesemua ini termasuk di dalam rangka membantu syiar mereka.

Kaum muslimin tidak diperbolehkan beranggapan bahwa hari raya orang kafir seperti tahun baru (masehi), atau milenium baru sebagai waktu penuh berkah(hari baik) yang tepat untuk memulai babak baru di dalam langkah hidup dan bekerja, di antaranya adalah seperti melakukan akad nikah,memulai bisnis, pembukaan proyek-proyek baru dan lain-lain. Keyakinan seperti ini adalah batil dan hari tersebut sama sekali tidak memiliki kelebihan dan ke-istimewaan di atas hari-hari yang lain.

Dilarang bagi umat Islam untuk mengucapkan selamat atas hari raya orang kafir, karena ini menunjukkan sikap rela terhadapnya di samping memberikan rasa gembira di hati mereka.Berkaitan dengan ini Ibnul Qayim rahimahullah pernah berkata, "Mengucapkan selamat terhadap syiar dan simbol khusus orang kafir sudah disepakati kaha-ramannya seperti memberi ucapan selamat atas hari raya mereka, puasa mereka dengan mengucapkan, "Selamat hari raya (dan yang semisalnya), meskipun pengucapnya tidak terjeru-mus ke dalam kekufuran, namun ia telah melakukan keharaman yang besar, karena sama saja kedudukannya dengan mengucapkan selamat atas sujudnya mereka kepada salib. Bahkan di hadapan Allah, hal ini lebih besar dosanya daripada orang yang memberi ucapan selamat kapada peminum khamar, pembunuh, pezina dan sebagainya. Dan banyak sekali orang Islam yang tidak memahami ajaran agamanya, akhirnya terjerumus ke dalam hal ini, ia tidak menyadari betapa besar keburukan yang telah ia lakukan. Dengan demikian, barang siapa memberi ucapan selamat atas kemaksiatan, kebid'ahan dan lebih-lebih kekufuran, maka ia akan berhadapan dengan murka Allah". Demikian ucapan beliau rahimahullah!

Setiap muslim harus merasa bangga dan mulia dengan hari rayanya sendiri termasuk di dalam hal ini adalah kalender dan penanggalan hijriyah yang telah disepakati oleh para shahabat Radhiallaahu anhu, sebisa mungkin kita pertahan kan penggunaannya, walau mungkin lingkungan belum mendukung. Kaum muslimin sepeninggal shahabat hingga sekarang (sudah 14 abad), selalu menggunakannya dan setiap pergantian tahun baru hijriyah ini, tidak perlu dengan mangadakan perayaan-perayaan tertentu.
Demikianlah sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap mukmin, hendaknya ia selalu menasehati dirinya sendiri dan berusaha sekuat tenaga menyelamatkan diri dari apa-apa yang menyebabkan kemurkaan Allah dan laknatNya. Hendaknya ia mengambil petunjuk hanya dari Allah dan menjadikan Dia sebagai penolong.

(Dinukil dari Fatwa Komisi Tetap untuk Penelitian Ilmiyah dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi tentang Perayaan Milenium Baru tahun 2000.
Tertanda
Ketua: Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh
Anggota: Syaikh Abdullah bin Abdur Rahman Al-Ghadyan, Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid, Syakh Shalih bin Fauzan Al Fauzan)[/
color]

Link:
http://www.freelists.org/archives/salaf ... 00026.html
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Hukum Mengucapkan Selamat Natal
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... php?t=9566

...
MAJALAH SABILI MENGATAKAN :
Setelah jelas bahwa Hari Natal adalah ibadah umat Kristiani, dengan sendirinya kita tidak boleh menghadirinya, apa pun alasannya. Baik, sebagai pejabat, atau kepala daerah, ketua RW dan lainnya. Sebab, hal itu menunjukkan keikutsertaan dan isyarat keridhaan terhadap agama Nasrani.

Ketika Rasulullah saw ditawarkan untuk mengikuti ibadah kaum Musyrikin Makkah selama setahun, dan setelah itu mereka mengikuti ibadah Islam selama setahun berikutnya, Rasulullah saw menolak.

Allah SWT berfirman:
"Katakanlah: "Hai orang-orang jang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembab. Dan kamu tidak pernah (pitla) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku," (QS al-Kafirun: 1-6)

Mengucapkan "Selamat Hari Raya Natal," dan seluruh hari raya agama lain di luar Islam, baik secara langsung, menggunakan kartu, telepon atau pun SMS, maupun sarana lainnya, hukumnya haram. Ini adalah salah satu kemungkaran yang harus diperangi oleh umat Islam. Sebab, itu menunjukkan keridhaan, persetujuan dan kecintaan terhadap agama lain di luar Islam. Hal itu tidak dibenarkan, meskipun untuk alasan pergaulan maupun karena yang merayakan itu adalah atasan kita.

Betapa pun toleransi bukan berarti dengan mengikuti agama lain. Karena itu, Rasulullah saw telah memperingatkan jauh-jauh hari tentang bahaya mengikuti tradisi dan kebiasaan agama lain. Rasulullah saw bersabda:
Artinya, "Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dalam golongan mereka," (HR Abu Dawud).

Terbukti sekarang, begitu banyak tradisi orang Yahudi dan Kristen yang diikuti oleh umat Islam, seperti ulang tahun, hari Valentine's, dan lainnya. Kewajiban kita untuk memperingatkan keluarga dan rekan-rekan untuk menjauhi kemungkaran ini. Sebab, boleh jadi sebagian umat Islam melakukan hal ini karena tidak mengetahui hukumnya. Semoga Allah menjauhkan kita dari segala kemungkaran. Wallahu a'lam
------------------------
ANehnya, ada lagi Muslim yg lain pendapat !
Tidak apa-apa untuk sekedar kirim ucapan selamat pada orang Kristen, seperti yang Anda niatkan tersebut. Yang penting kita tetap menjaga akidah kita sebagai muslim.

...

Dr. Muzammil Siddiqi (www.islamonline.net):
... However, you may wish happy holidays to your Christian friends, relatives or neighbors.
:shock: :shock: :shock: SIMPANG SIUR YAH ???? :shock: :shock: :shock:
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

thanks to MSAW:

Malam Kudus Bersama
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... php?t=9569


Islam: Merayakan Valentine Day, Berarti Ikut Menuhankan Yesus
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... hp?t=10900

Muslim merayakan Valentine juga kah?
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... hp?t=10267
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... hp?t=17848

Dalam masalah toleransi dan aqidah, sebuah buku Pendidikan Agama Islam untuk kelas 3 SMA keluaran sebuah penerbit di Solo mengajarkan hal yang tegas dalam soal aqidah: ”Dalam hal akidah, seorang Muslim dilarang bekerja sama dengan nonMuslim.”

Juga disebutkan, bahwa ikut merayakan hari besar nonMuslim berarti telah mencampuradukkan ajaran agama.”(hal. 5).


Tambahan: Lebih jauh dikatakan, bahwa seorang Muslim wajib mengajak orang lain untuk masuk dan mengikuti ajaran Islam. Akan tetapi, hal itu tidak dapat dipaksakan. Kewajiban seorang Muslim hanya mengajak. (hal. 9).

:shock: :shock: ANEH ! Muhamad MEMAKSA penduduk Mekah/Medinah agar Masuk Islam ! Mereka yg murtad pada dibunuhin Abu Bakr ! Nah kok pengikutnya tidak diajarkan ini ????
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

CANADA : mesjid anjurkan utk hindari hari raya Kafir
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... hp?t=17945
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

FATWA untuk MUALAF (EDISI INDONESIA)
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... hp?t=18013

Kita akan Menelaah 6 Racun nan islami yang ditanamkan kepada MUALLAF :

1. Penetapan kekufuran Yahudi dan Nashrani serta Bantahan terhadap Orang-Orang yang Berpandangan, "Tidak Boleh Mengkafirkan Mereka"
2. Orang kafir bukan saudara bagi orang islam
3 Sedekah kepada Non Muslim
4. Memperingati Hari-Hari Libur Yahudi dan Nashrani Tidak Boleh
5. Hukum Salam kepada Orang-Orang Kafir
6. Hukum Bercampur baur dengan Orang Kafir.
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

HUKUM BERJABAT TANGAN DALAM ISLAM
viewtopic.php?f=12&t=25195&p=442549#p442549" onclick="window.open(this.href);return false;
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Si taqiyer yg ini bilang .. Ohh, boleh, boleh ...

http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... am-t42272/
Den Haag - Ucapan selamat adalah masalah non-ritual, tidak berkaitan dengan ibadah, tapi muamalah. Pada prinsipnya semua tindakan non-ritual adalah dibolehkan, kecuali ada nash ayat atau hadis yang melarang. Hal itu dituturkan Prof. Dr. Sofjan Siregar, MA kepada detikcom, Sabtu (18/12/2010), merujuk isi materi yang disampaikannya dalam pengajian ICMI Eropa bekerjasama dengan pengurus Masjid Nasuha di Rotterdam, Jumat sehari sebelumnya.
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

http://goatmilkblog.com/2010/01/04/stup ... -new-year/
2. Congratulating on Christmas :

Greeting the kuffaar on Christmas and other religious holidays of theirs is haraam, by consensus, as Ibn al-Qayyim, may Allaah have mercy on him, said in Ahkaam Ahl al-Dhimmah: “Congratulating the kuffaar on the rituals that belong only to them is haraam by consensus, as is congratulating them on their festivals and fasts by saying ‘A happy festival to you’ or ‘May you enjoy your festival,’ and so on. If the one who says this has been saved from kufr, it is still forbidden. It is like congratulating someone for prostrating to the cross, or even worse than that. It is as great a sin as congratulating someone for drinking wine, or murdering someone, or having illicit sexual relations, and so on.

Congratulating the kuffaar on their religious festivals is haraam to the extent described by Ibn al-Qayyim because it implies that one accepts or approves of their rituals of kufr, even if one would not accept those things for oneself.

So congratulating them is forbidden, whether they are one’s colleagues at work or otherwise.

Read more: http://islamqa.com/en/ref/947

http://www.ahlalhdeeth.com/vbe/archive/ ... -9329.html
Abu Usaamah narrated that ‘Awn told us from Abu’l-Mugheerah from ‘Abd-Allaah ibn ‘Amr: “Whoever lives in the land of the non-Arabs and celebrates their New Year and their festivals, and imitates them until he dies in that state, will be gathered with them on the Day of Resurrection.” [Al-Bayhaqi in (Ahkaam Ahl al-Dhimmah, 1/723-724 (taken from"The Ruling on Christmas & New Year" compiled from material of shaykh al Islam and ibn al-‘Uthaymeen)]

Siapa Ibn Qayyim Al-Jawziyya ?
http://en.wikipedia.org/wiki/Ibn_Qayyim_Al-Jawziyya

Siapa Imam al Bahaqi ?
http://en.wikipedia.org/wiki/Al-Bayhaqi
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Mengucapkan salam biasa kepada Ahli Kitab saja dilarang kok, apalagi selamat Natal. Baca tuh keterangan dari Ibnu Kasir, ucapan langsung si Mamad, yagn dijadikan sumber aturan bagi Dhimmi di jaman Mamad masih hidup, dan diperkuat lagi dengan Traktat Umar dijaman Kalif Umar:
http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... ah-t42236/

Image
User avatar
Topsy KreeT
Posts: 2102
Joined: Tue Sep 22, 2009 8:32 pm
Location: Somewhere Far Away
Contact:

Re: Hukum menyambut dan merayakan hari Raya non Muslim

Post by Topsy KreeT »

Tahun baru masehi juga diharamkan, ternyata itu syiar agama kristen. :-$

http://www.facebook.com/media/set/?set= ... 855&type=3
User avatar
Topsy KreeT
Posts: 2102
Joined: Tue Sep 22, 2009 8:32 pm
Location: Somewhere Far Away
Contact:

Re: Hukum menyambut dan merayakan hari Raya non Muslim

Post by Topsy KreeT »

Ulang tahun aja bidah, mungkin syiar agama kristen juga. :axe:
http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... ml#p811086
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

http://www.voa-islam.com/news/indonesia ... mat-natal/

Image
MUI Kembali Tegaskan Umat Islam Haram Ikut Ritual & Ucap Selamat Natal

JAKARTA (voa-islam.com) - Menjelang Hari Natal, Majelis Ulama Indonesia (MUI) kembali menegaskan agar umat Islam tidak mengikuti ritual Natal dan melarang ucapan selamat Natal.

"Ya kalau soal Natal, MUI mengimbau agar umat Islam tidak mengikuti ritual Natal. Tetapi harus menjaga kerukunan dan toleransi," kata Ketua MUI Pusat Bidang Fatwa Ma'ruf Amin di Kantor LPPOM MUI, Jalan Proklamasi No 51 Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (19/12/2012).

Larangan umat Islam tidak boleh mengikuti ritual Natal, jelas dia, telah tercantum dalam fatwa MUI. Begitu pula dengan ucapan selamat Natal yang difatwakan haram oleh MUI.

"Haram untuk mengikuti ritualnya. Ucapan selamat Natal tetap salah, ya pas Tahun Baru sajalah," ujar Ma'ruf.

Fatwa MUI itu dikeluarkan pada 1981 era kepemimpinan Prof Dr Buya Hamka. Isinya fokus pada haramnya mengikuti perayaan dan kegiatan Natal, serta agar umat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah Ta’ala.

Oleh karena itu, di dalam hari-hari perayaan Natal yang dijalankan umat Kristen, umat Islam cukup memberikan sikap toleran. Yakni dengan membiarkan umat Kristen merayakannya dan tidak mengganggunya. [Widad/lip6]
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Hizbut Tahrir: Budaya natal ancam akidah umat
http://hizbut-tahrir.or.id/2012/12/12/b ... idah-umat/
User avatar
momed_xxx3
Posts: 608
Joined: Fri Aug 31, 2012 11:15 am
Location: di Surga bersama anak2 kecil perawan

Re: Hukum menyambut dan merayakan hari Raya non Muslim

Post by momed_xxx3 »

Wow ternyata slimer emang suka sekali membuat fatwa haram, ini haram, itu haram, tapi kawin sama bocah halal, perkosa babu halal, korupsi halal kalo gak ketauan, tebas leher kafir halal, mantap dagh slim :supz: :supz: :supz:
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Christmas greetings ruled a sin
December 23, 2012
http://www.theage.com.au/national/chris ... z2FoTBlZhY

Image
Saat kotbah Jumat, Mesjid Lakemba di Sydney mengeluarkan fatwa menentang Natal dan memperingati pengikutnya bahwa mengucapkan selamat natal kepada Kristen adalah dosa. Fatwa ini juga terpampang pada laman FB mereka Sabtu ini. Imam ketua, Sheikh Yahya Safi, mengatakan bahwa Muslim sebaiknya tidak berhubungan apapun dengan Natal dan memperingatkan: ''Kafir mencoba menarik Muslim dari jalan yang benar.'' Fatwa itu juga mengutip Imam Ibn Al-Qayyim yg mengatakan bahwa mengucapkan selamat kpd kafir pada ritual mereka diharamkan. Dan jika seorang Muslim melakukan ini dan tidak menjadi kafir, paling tidak ia telah berdosa. Ini sama saja dengan mengucapkan selamat pada kepercayaan trinitas, yi dosa yang lebih besar dan paling tidak disukai Allah swt daripada mengucapkan selamat pada kafir karena meminum alkohol atau membunuh atau berzinah.

Fatwa ini, atau lebih tepatnya, pemasangan fatwa ini, mengagetkan pemimpin2 Muslim lain. Mufti Agung Australia, Dr Ibrahim Abu Mohammad, mengatakan bahwa fondasi agama Islam adalah damai, kerjasama, hormat, respek dan menganggap tinggi orang lain.

''Barangsiap yang mengatakan lain berbicara secara tidak bertanggungjawab,'' katanya. ''Ada beda antara menunjukkan rasa hormat atas kepercayaan orang lain dengan percaya pada kepercayaan tsb.''

Dr Ibrahim mengatakan fatwa itu tidak mewakili mayoritas Muslim Australia.

''Kami diwajibkan untuk memiliki hubungan baik dengan siapapun, mengucapkan selamat kepada mereka pada hari2 perayaan mereka adalah sangat penting.''
:partyman: :partyman: :partyman:

TAPIiii setelah ini jadi kontroversi, mesjid ybs mencabut pernyataan itu dari lamannya dan mengatakan bahwa pernyataan mereka ('ucapan natal haram') diartikan diluar konteks. hehe ... jujur atau hanya taqiya lagi?
http://news.ninemsn.com.au/national/201 ... wa-removed

Dan untuk 'meyakinkan' rakyat kafir Australi bahwa Muslim cinta Natal, mereka membayar pesawat udara untuk menuliskan Merry Xmas di awan2 diatas mesjid! :supz: :supz: :supz:

Image
Last edited by ali5196 on Mon Dec 24, 2012 6:38 pm, edited 4 times in total.
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Dari fesbuk:

Image
Post Reply