Pertanyaan sudah sampe berpuluh2 point, saya summarize aja bbrp pertanyaan supaya yang baca nggak pusing, dan saya kira tidak perlu saya quote kalau hanya small talk. Dan tidak perlu urut, saya ulas sesuai topik argumennya saja... and by the way, waktu saya submit, ditolak karena kutipan saya sudah sampai 66694 character padahal maksimum cuma 60.000... butuh waktu yang lama buat saya mengedit ini semua supaya bisa dipost... dan ternyata ketika saya post, beberapa bagian bisa tumpang tindih tanpa dikehendaki
Ilustrasi sederhana (jangan nanti yang didebat isi ilustrasinya)
Anda tidak bisa membuktikan Chocolate itu tidak enak hanya karena anda berhasil membuktikan Vanilla itu enak.
Anda tidak bisa membuktikan bahwa menggenapi itu adalah dengan menambah hanya karena anda berpatokan dengan 'cram'.
Saya berusaha menjelaskan kepada anda bahwa Chocolate itu enak (meskipun bagi anda tidak enak) dengan menunjukkan.
1. Pabrik coklat masih berjualan dan ada konsumennya
2. Banyak orang bilang coklat itu enak dan peminatnya masih banyak
3. Masih dipakai sebagai tanda ucapan kasih
Tetapi karena dasar anda memang benci ama Chocolate, ya anda tetap bilang chocolate itu tidak enak... tetapi masalahnya argumennya itu yang tidak valid, karena anda pakai argumen vanilla lebih enak....
Kekristenan tidak sama dengan Islam. Karena Islam mengutamakan hukum, maka pemahaman kata demi kata dalam bahasa asli sangat penting. Itupun buktinya setelah dipahami bersama terjemahannya seringkali masih belum bisa menjelaskan arti 'sesungguhnya', karena setelah jelas pun, tafsir muslim A dan muslim B bisa berbeda.
Tetapi anda betul, pembanding itu perlu. Demikian pula terjemahan kata (bukan kalimat), itu ditulis begitu banyak kan juga sebagai
pembanding untuk memberi pemahaman, bukan untuk saling menentang.
Bukan pembanding untuk merubah arti kata itu sendiri. Anda diberi contoh bermacam-macam itu kan untuk mengambil kesamaan antara kata-kata yang tercantum, bukan lantas mengambil satu dan mengembangkannya sedemikian rupa. Dan contoh2 yang disebutkan, itu kan harus dipakai adalah dalam bentuk kalimat.
Kalau pleroo disebut dalam terjemahan sebagai "cram a net", bukan dilihat dari caranya squeeze (cram)nya... tetapi menunjukkan bagaimana jala tersebut dikemas (cram a net).
Jala itu kan hanya dikemas dengan cara seperti itu setelah selesai digunakan. Kalau anda memaksa menggenapi = cram = meremas utk disisipkan ke dalam peti = menambahkan... itu berarti yang ditambahkan Taurat nya... ke sesuatu yang lain... jelas salah kaprah dan tidak mendukung argumen anda.
Kenapa kita bisa bicara sejauh ini, itu karena anda berusaha melakukan ignoratio elenchi, tetapi gagal. Dan diikuti ignoratio elenchi yang lain.
http://en.wikipedia.org/wiki/Ignoratio_elenchi
Makan babi kenapa halal bagi orang Kristen?
1. Karena kerajaan Allah bukan mengenai makanan dan minuman
2. Dinyatakan bukan yang masuk ke dalam perut yang haram, melainkan yang keluar dari mulut melalui hati itu yang mengharamkan
3. Dinyatakan oleh para rasul, murid2 Yesus, di bawah kuasa Roh Kudus bahwa hukum Musa tidak berlaku bagi orang-orang non Yahudi
4. Babi tidak pernah dilarang bagi non Israel, makan babi haram adalah hukum Musa, dan Hukum Musa dari awal memang hanya diberikan bagi Israel.
Anda berusaha melakukan ignoratio elenchi, suatu argumen yang berusaha menunjukkan saya salah di satu titik, tetapi tidak menyentuh esensi argumen awal. Anda menyoroti satu titik saja yaitu bahwa menurut penafsiran anda sendiri hukum Musa berlaku bagi orang Kristen. Padahal pemahaman orang Kristen kenapa babi boleh dimakan tidak hanya dari situ saja.
Argumen berubah menjadi hukum Musa berlaku juga bagi orang Kristen.
Dan tafsir anda adalah, ada PL dan PB berarti itu adalah perintah bagi kekristenan.
Saya jelaskan Hukum Musa hanya bagi Israel. Hukum Musa diberikan bagi Israel, karena mereka dikuduskan dari berbagai bangsa, dan dipilih untuk menjadi poros keselamatan. Dengan banyak pembuktian dan penjelasan dari berbagai pengertian, ini yang saya ilustrasikan dengan puzzle. Semua pemahaman itulah yang membentuk kesimpulan, bukan terjemahan lokal.
1. Hukum Musa adalah implementasi hukum Taurat bagi bangsa yang tidak diselamatkan.
2. Contoh: Tercantum hukum rajam hanya berlaku bagi orang Israel
3. Tercantum makanan yang haram hanyalah bagi Israel karena mereka dikuduskan, bagi bangsa asing Israel bahkan diperkenankan menjual kepada mereka
4. Sidang Para Rasul, membebaskan orang2 Kristen dari hukum Musa
5. Banyak hukum Musa yang bahkan sudah tidak bisa dijalankan lagi oleh orang Israel itu sendiri, dan ini sendiri merupakan hukuman Tuhan bagi Yahudi
6. Melalui Yeremia, Tuhan menyatakan pembaharuan perjanjian dengan umat manusia setelah penebusan tergenapi.
7. PL dicantumkan karena itu kisah awal dari PB, tanpa PL, PB seperti sebuah cerita ending tanpa awal. Tapi PL ada bukan sebagai kitab hukum
8. Kekristenan tidak lagi bicara soal hukum, melainkan kasih karunia
9. Yesus berkata Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya.
10. Yesus memang tidak meniadakan hukum Taurat, karena bagi yang tidak mengenal kerajaan Allah, Taurat masih berlaku
11. Tetapi Taurat sudah digenapi, Hukum Kerajaan Allah sudah diberitakan, maka hukum Taurat jadi tidak berlaku bagi penganut hukum Kerajaan Allah.
Kalau anda memang hendak membuktikan bahwa pemahaman2 di atas itu salah karena orang Kristen salah menerjemahkan..... Supaya tidak ignoratio elenchi, maka seluruhnya harus anda buktikan salah dipahami orang Kristen karena salah terjemahan.
Tetapi anda juga lupa satu hal, terjemahan itu datang setelah pemahaman, bukan sebaliknya. Orang paham dulu apa konsepnya, baru setelah itu dia menerjemahkan ke suatu terjemahan.
Dan kalau terjemahan ITB salah, terjemahan NIV Study Bible juga tidak otomatis bisa dikatakan salah.... Misal ITB salah, yang akan salah cuma orang Kristen di Indonesia, bukan kekristenan (ingat kasus pelanduk?). Karena itu ada tertulis, "Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik". Pembahasan saya yang panjang lebar, menggunakan berbagai firman, dan juga latar belakang kenapa PL itu ada, itu kan semuanya cerita awal dari sebuah kesimpulan. Menarik garis dari titik2 yang tertuang di dalam firman untuk memperoleh gambaran apa yang dikehendaki Tuhan.
Tetapi sekali lagi anda mengambil hanya satu titik, yaitu point no 11. Dan anda berusaha memaksakan bahwa kata 'menggenapi' artinya 'menambahi'. Ini juga ignoratio elenchi.
Kalau misal ada satu penggunaan kata 'pleroo' itu mengandung arti menambah, juga tidak akan bisa jadi bukti bahwa 'pleroo' dalam konteks kalimat tersebut adalah menambahi.
Dan yang repot, anda benar2 sudah debat kusir, contohnya yang ini:
M: Apakah janji ditambahi? Tentu tidak. Tetapi pemenuhan janji bisa berupa menambahkan sesuatu spt yg dijanjikan.
F: Berikan saya contoh kalau gitu.
M: Kalau anda
berjanji akan menambah uang saku harian anak anda. Tentu memenuhinya adalah dengan menambah uang saku harian utk anak anda.
M: Kalau anda
berjanji kepada pembantu rumah anda untuk
menambah gajinya. Tentu memenuhinya adalah dengan menambah jumlah Gajinya untuk pembantu anda.
Ini kan memang sudah jelas2 "janji untuk menambah".... jadi untuk memenuhi janji, anda menambahi gajinya... tetapi kan bukan menambahi janjinya?
Dan kalau anda mau memaksakan contoh seperti di atas... berarti kalau saya berjanji untuk mengurangi hukuman kepada anak saya... untuk memenuhi janji tersebut saya harus mengurangi donk ya? Apakah lantas memenuhi janji = mengurangi?!?!?!
Yang seperti di atas, itu yang saya sebut debat kusir.... dan ini yang melebar sampai saya posting sedemikian lama karena pusing dengan terbatasnya character,
Memang, buat saya pemahaman anda terlalu simple (lebih dekat ke ignorance) sampai argumen anda terlalu sering jadi debat kusir kayak di atas. And I really hope, ini bisa lebih dikurangi
Kenapa saya harus ikut cara berpikir anda yang ngawur padahal anda juga tidak mau ikut cara berpikir saya yang sudah dijelaskan lebih panjang lebar?
Anda memberikan contoh menggenapi = menjejali...
UUD dijejali pasal baru oleh DPR.... manakah yang digenapi? UUD nya, atau pasal barunya?
DPR menjejalkan pasal baru ke dalam UUD.... manakah yang digenapi? UUD nya, atau pasal barunya?
Dan kalau memang itu maksud kalimatnya, apakah benar anda akan menggunakan kata menggenapi, untuk mendeskripsikan DPR sedang berusaha menambahkan pasal baru kedalam UUD?
Soal puzzle, itu juga problematika lain yang terjadi ketika menjelaskan pada muslim. Saya memakai ilustrasi, untuk membuat anda paham.... tetapi ilustrasi seringkali tidak bisa digunakan untuk menggambarkan persis tepat apa yang saya maksud, ya mungkin karena memang saya yang **** mengambil ilustrasi. Tapi kalau musuh muslim... yang didebat adalah ilustrasinya
Di kesempatan lain, dengan muslim lain, saya juga gunakan ilustrasi persoalan matematika yang memang salah untuk menjelaskan soal pentingnya 'kredibilitas'.... Tapi oleh muslim, yang disambar persoalan matematikanya
Tahu kenapa? Karena anda dan teman2 anda tidak memandang ilustrasi saya sebagai cara menjelaskan, melainkan sebagai bukti pendukung argumen
Ini yang bikin tidak pernah ketemu, dan ini yang bikin selalu OOT.
Padahal ketika saya menjelaskan ilustrasi puzzle, itu sudah sambil memberikan contoh di bawahnya. Bahwa pemahaman itu tidak bersumber dari hanya 1 ajaran, 1 ayat, 1 terjemahan. Melainkan dari berbagai sudut pandang, dari kitab yang berbeda2, pemahaman dari sumber2 yang berbeda, yang semuanya itu membentuk sebuah gambar yang bisa dipahami. Gambar itu sendiri bentuknya mungkin masih berupa titik-titik, yang perlu ditarik garisnya, dan setelah ditarik garis2nya, ternyata masih membentuk gambar seperti di bawah ini:
Ini problemnya.... anda masih mengotot bahwa gambar di atas itu gambar wanita telanjang.
Terjemahan itu jadi bermasalah kan karena anda mempermasalahkan. Yang bahkan ketika anda mempermasalahkan pun sampai sekarang anda tidak bisa membuktikan dalil anda dari terjemahan itu valid. Lha ini kan buang energi. Seperti saya katakan, ketika muslim mengkritisi Kristen, argumen mereka hanya dari terjemahan yang mereka paksakan sesuai dengan hati mereka. Itulah yang dinubuatkan oleh Yesaya:
Yesaya 29:11-13 wrote:
Maka bagimu penglihatan dari semuanya itu seperti isi sebuah kitab yang termeterai, apabila itu diberikan kepada orang yang tahu membaca dengan mengatakan: "Baiklah baca ini," maka ia akan menjawab: "Aku tidak dapat, sebab kitab itu termeterai"; dan apabila kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca dengan mengatakan: "Baiklah baca ini," maka ia akan menjawab: "Aku tidak dapat membaca." Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan,
Karena ketika segala sesuatu jelas tertulis ada demikian, ketika terjemahan dan pemahaman pun menjelaskan nya demikian. Anda berusaha dan berjuang melawan cara penjelasannya. Kenapa koq penjelasannya? Kenapa tidak anda serang ajarannya?
Kalau saya katakan makan babi itu halal karena itu larangan bagi Israel karena mereka dikuduskan dan mereka diperintahkan harus berpuasa dan bukan karena makan babi itu berdosa.
Tunjukkan pada saya bahwa makan babi itu melanggar norma perikemanusiaan dan hati nurani yang baik (melawan perikemanusiaan) dan kasih (dasar hukum Kerajaan Allah) yang ditetapkan oleh Tuhan.
Kalau saya katakan bahwa Yesus menggenapi taurat dengan cara tidak melanggar hukum tersebut dengan melakukan Hukum Kerajaan Allah
Tunjukkan pada saya bahwa ketika orang melaksanakan Hukum Kerajaan Allah, ia melanggar Taurat
Kalau saya katakan bahwa hukum Kerajaan Allah itu bukan mengenai makanan dan minuman
Tunjukkan pada saya bahwa larangan makanan dan minuman tertentu itu penting buat kehidupan rohani yang baik
Semuanya itu cerita yang berkaitan dan bersambung. Saya bukannya ngelantur ketika berbicara soal dosa, kerajaan maut, penebusan dll waktu menjelaskan itu kepada anda.
Karena itu semua adalah pemahaman yang mendasari kenapa Kekristenan tidak bicara soal hukuman
Kalau anda mau konsistensi, itu adalah konsistensinya
"Kekristenan tidak bicara soal penghukuman, Kekristenan bicara soal kasih karunia dalam keselamatan"
1. Tuhan menciptakan manusia kudus untuk bersekutu dengan Dia
2. Manusia berkhianat, jatuh dalam dosa, terpisah dari Tuhan
3. Tuhan merencanakan penyelamatan manusia
4. Abraham dipilih sebagai benih dan penegasan kembali janji Tuhan
5. Israel ditentukan sebagai bangsa pilihan, dikuduskan dari berbagai bangsa, disiapkan untuk janji keselamatan
6. Kepada manusia ditegaskan kembali apa itu dosa, melalui hukum Taurat
7. Israel yang dikuduskan dari berbagai bangsa diperintahkan untuk menyembelih korban sebagai tanda penghapusan hutang darah (maut) utk bisa bersekutu dengan Tuhan
8. Israel yang dikuduskan dari berbagai bangsa diperintahkan untuk bertalak supaya kudus bagi Tuhan
9. Israel yang dikuduskan dari berbagai bangsa diperintahkan untuk jangan sekali2 berani berbuat dosa karena bagi mereka yang kudus akan dihukum oleh hukum Musa
10. Yesus lahir, dan membuktikan bahwa manusia bisa tidak berdosa, dengan tidak melanggar satupun hukum Taurat
11. Yesus mengajarkan kembali bagaimana seharusnya manusia yang disebut di no 1 bertingkah laku, hukum Kerajaan Allah diberitakan.
12. Yesus yang tidak berdosa, sekali lagi, tetap akhirnya disembelih dan mati dan turun ke dalam kerajaan maut.
13. Maut sudah salah menghukum manusia, karena itu hak penghakiman maut jadi gugur, maut sudah dibuktikan bukan lagi hakim yang benar
14. Hak penghakiman berpindah kepada Anak Manusia, yang membelinya dengan darah
15. Anak Manusia bangkit dari maut setelah mengalahkan kuasa maut tersebut, naik ke surga duduk di sebelah kanan Bapa
16. Penghakiman, menjadi hak Anak Manusia, bahkan bukan Bapa di surga.
17. Anak Manusia berjanji barang siapa percaya kepadaNya, tidak akan binasa, dan yang percaya kepadaNya tidak dihakimi menurut hukum, melainkan kasih karunia
18. Dan di hari penghakiman nanti, siapa yang dikenali olehNya akan diselamatkan.
Manusia yang sudah diselamatkan, yang hatinya lahir baru dan mencari Tuhan untuk bersekutu dengan Dia, tidak lagi memerlukan hukum Taurat, karena point no 17 dan 18.... bisa ada point no 17 dan 18, karena ada cerita dari point no 1 - 16....
Apakah benar Yesus menambahi hukum Musa dan hukum Taurat?
Anda menyodorkan bukti bahwa Yesus mengajarkan orang marah harus dihukum. Dan dengan demikian yesus menambahi taurat, dan itu adalah arti dari menggenapi Taurat.
1. Hanya hukum Musa yang mengenal hukuman nyata. Anda ingin menafsirkan tambahan hukum Yesus ke dalam hukum Musa atau hukum Taurat?
Kalau ke dalam hukum Taurat, Yesus tidak perlu menyinggung Sanhedrin. Kalau ke dalam hukum Musa, Yesus tidak perlu menyinggung Neraka.
2. Dalam konteks orang marah hrs dihukum, anda melihat itu seperti ada penambahan. Karena anda melihat sebelumnya tdk dikenal oleh hukum Taurat.
Tetapi itu salah! Bukan karena anda tidak mengenalinya di hukum kasih, maka itu tidak ada sebelumnya. Yesus tidak menambahkan, hanya menjelaskan.
3. Anda melihat itu adalah penambahan, karena anda melihat orang marah harus dihukum dan tetap bersikukuh itu adalah literal bukan kiasan.
Tetapi itu salah! Karena Yesus tidak pernah mengajarkan hukum, karena
knowledge dasar kekristenan adalah kasih karunia, bukan hukum
Anda menganggap itu ditambahi, karena anda gagal memahami esensi hukum kasih yang sejak awal dinyatakan. Anda menganggap itu adalah hukum, karena anda gagal memahami knowledge kekristenan yang tidak bicara mengenai hukuman, melainkan kasih karunia.
Sedangkan saya,
Saya paham itu adalah kiasan, karena saya paham Yesus tidak pernah menetapkan hukum dan hukuman yang fana.
1. Yesus tidak pernah datang membawa hukum.
2. Yesus bukan datang sebagai hakim
3. Kekristenan bukan bicara mengenai hukuman melainkan kasih karunia.
Seseorang dilarang marah tanpa sebab, apalagi menghakimi, apa lagi memaki. Dan itu dinyatakan dalam kiasan oleh Yesus, yang marah tanpa sebab akan mendapatkan tuduhan, yang menghakimi akan diadili, dan yang memaki akan divonis.
Kalau anda memaksakan bahwa itu adalah hukum yang ditambahkan Yesus kepada hukum Musa. Akan banyak pertanyaan timbul karena hukum Musa selalu mencatat tentang hukuman yang nyata bagi hukum yang dilanggar. Contohnya paling gampang tentunya adalah bangsa Israel yang berzinah harus di rajam.
Tetapi, kalau betul bagi Yesus dan murid2nya, sanhedrin bukanlah paradox,
1. siapakah yang diperintahkan Yesus menghakimi di dalam sanhedrin?
2. Kalau menurut anda Yesus datang membawakan tambahan hukum. Hukuman nyata apa yang akan diberikan kepada orang yang marah tanpa sebab?
3. Kalau menurut anda Yesus datang membawakan tambahan hukum. Hukuman nyata apa yang akan diberikan kepada orang yang menghakimi?
4. Kalau menurut anda Yesus datang membawakan tambahan hukum. Hukuman nyata apa yang akan diberikan kepada orang yang memaki?
Yesus dipandang sbg Rabbi, bukan Nabi. Darimana seorang rabbi bisa menurunkan hukum?
Itulah dasar knowledge kekristenan, kasih karunia, bukan hukum. Tapi anda memaksakan knowledge Islam yang penuh dengan hukum kedalam kekristenan dengan segala daya upaya mencari pembenaran dari celah2 bahasa dan argumen yang seperti saya bilang, debat kusir.
Karena anda masih ngotot itu adalah hukum, saya kasih pembuktian yang berbeda satu lagi
Joh 18:31 Kata Pilatus kepada mereka: "
Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu." Kata orang-orang Yahudi itu: "Kami
tidak diperbolehkan membunuh seseorang."
Pada masa itu, Hukum Musa pun sudah tidak bisa dijalankan, karena taurat dan hukum musa tidak mempunyai kekuatan hukum lagi. Kalau hukum Taurat yang sudah ada saja tidak mempunyai kekuatan hukum dan memberi hukuman. Kenapa Yesus harus menambahkan hukum yang memberi hukuman? Apa gunanya dihadapan sanhedrin, kalau hukuman juga tidak bs ditetapkan? Apa hukuman bagi orang yang marah? Cuma dihadapkan pada sanhedrin sebagai pajangan?
Saya juga sekali lagi menegaskan,
saya tidak pernah bilang Taurat dibatalkan, melainkan tidak berlaku bagi orang yang sudah lahir baru dan diselamatkan. Kalau berlaku bagi orang lain, ya tentu masih berlaku, bagi orang yang memang mengakuinya sebagai hukum. Tetapi sekali lagi, kekristenan bukan bicara soal hukum, melainkan kasih karunia.
P. Baru: Lukas: 16 TB
16:16 Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya.
16:17 Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal.
P. Baru: Lukas: 16 BIS
16:16 Hukum yang diberikan oleh Musa dan ajaran nabi-nabi, tetap berlaku sampai pada masa Yohanes Pembaptis. Sejak waktu itu Kabar Baik tentang bagaimana Allah memerintah sebair. Sedangkan Yesus, adalah nabi dan imam sekaligus yang menjadi titik balik hubungan Tuhan dengan manusia. Dan setelah itu orang Kristen yang meneruskan tugas sebagai imam, dan nabi tidak dibutuhkan lagi. Mereka yang disebut sebagai imamat rajani.
gai Raja diberitakan terus. Dan orang memaksakan diri untuk menjadi anggota umat Allah.
16:17 Tetapi lebih mudah untuk langit dan bumi lenyap, daripada satu huruf dalam Hukum Allah menjadi batal.
Yohanes Pembaptis, itulah nabi yang terakhir. Nabi itu adalah wakil Tuhan kepada manusia untuk menyampaikan apa yang Tuhan mau.
Imam itu adalah wakil manusia kepada Tuhan untuk datang kepada Tuhan menyampaikan apa yang manusia mau.
Yohanes adalah nabi terakhir, Yesus adalah titik balik seorang nabi yang sekaligus imam, dan kekristenan adalah imamat rajani. Dan karena manusia bisa datang kepada Tuhan dan Tuhan datang kepada manusia, kehadiran nabi sudah tidak diperlukan lagi. Taurat, berlaku sampai pada masa Yohanes Pembaptis.... Taurat berlaku sampai kepada jaman para nabi.
Tetapi sejak kerajaan Allah diberitakan, orang yang benar akan masuk menjadi bagian dari kerajaan Allah dan dengan demikian, mereka tidak perlu nabi, mereka tidak perlu Taurat.... Yang membutuhkan Taurat, adalah orang-orang yang membutuhkan nabi. Yang menyukai Taurat, adalah orang2 yang terpisah dari Tuhan. Dan dengan demikian pula, Taurat juga masih berlaku, bagi orang-orang yang memisahkan diri dari terang.
Tabir bait Allah yang terobek
Hukum Musa, didalamnya tercantum pengaturan bagaimana di dalam bait kemah kudus (yang kemudian secara permanen diterapkan di Bait Allah), ruang maha kudus harus dipisahkan dari ruang kudus. Hanya imam yang khusus yang boleh masuk ke dalam ruang maha kudus. Setiap masuk ke ruang maha kudus, mereka diikat tali di salah satu kakinya, sehingga kalau sampai ada pelanggaran, dosa yang belum dihapuskan dengan korban persembahan misalnya, yang menyebabkan ia mati di hadapan Tuhan yang kudus. Maka rekan2nya cukup menarik tali yang diikatkan ke kakinya untuk mengambil jasadnya.
Di dalam hukum Musa, ditetapkan bahwa ruang maha kudus harus dipisahkan dari ruang kudus. dan yang melanggarnya, hukumannya adalah mati di tempat oleh Tuhan sendiri.
Ketika Yesus mati di atas kayu salib, tabir Bait Allah tersebut robek. Dengan demikian, Tuhan menyatakan bahwa manusia tidak lagi dipisahkan dari Tuhan. Dengan demikian pula, hukum Musa sudah dilanggar di dalam Bait Allah itu sendiri dan tidak menjadikan orang-orang yang ada di Ruang Kudus mati. Artinya, hukum Musa yang menentukan bahwa manusia yang melanggar kekudusan Ruang Maha Kudus itu akan mati oleh kemuliaan Tuhan, itu sendiri, sudah tidak berlaku.
Apakah PB hanya berlaku bagi Israel menurut Yeremia?
Yeremia 31:31 Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda,
Tuhan menggunakan istilah kaum Yehuda. Kenapa? Karena kata jaman Yeremia, Kristen belum dikenal, karena kelahiran Yesus belum dinyatakan, dan ini adalah nubuat.
Tetapi Yehuda adalah bagian dari Israel, kenapa harus disebut secara terpisah? Jadi sekali lagi, ini juga bukan literal. Yesus adalah singa dari Yehuda, jadi yang disebut di Yeremia sebagai kaum Yehuda, adalah kaum pengikut Yesus.
Di situ juga tertulis, "Sesungguhnya, waktunya akan datang". Jadi ini adalah nubuat yang nantinya akan digenapi saat Yesus mati di atas kayu salib. Baru setelah itu manusia yang mengalami pertobatan, lahir baru, mengenal akan kasih karunia dan menjadi bagian dari Kerajaan Allah, dan setelah itu mereka akan mengenal Tuhan itu sendiri tanpa perantara apapun.
Yang sudah diselamatkan itu siapa sih? Yang mengaku diselamatkan toh masih mjd milik kerajaan maut dengan melakukan dosa dan mati.
Keselamatan adalah milik segala bangsa dan semua orang termasuk anda dan saya. Orang tidak bisa mengaku diselamatkan, karena semua orang tanpa kecuali sudah diselamatkan. Tetapi sama seperti maut tidak langsung mengambil Adam dan Hawa, maut juga tidak langsung melepaskan manusia. Jadi memang manusia tidak langsung dibangkitkan. Manusia akan dibangkitkan saat tiba waktunya nanti.
Tetapi anda pun sudah diselamatkan, dan bukan milik kerajaan maut, anda memang mati tetapi nanti anda akan dibangkitkan untuk dihakimi oleh Anak Manusia, itulah arti keselamatan yang pertama, keselamatan dari penghakiman kerajaan maut.
Anda dan saya sekarang ini punya kesempatan untuk tidak dihakimi menurut hukum Taurat, kalau kita mau percaya kepada keselamatan yang datang dari Anak Manusia. Ketika kita menerima bahwa Yesus adalah juruselamat kita yang pribadi. Kita berserah bahwa di hari penghakiman nanti kita akan dihakimi oleh Dia yang terlebih dahulu sudah mengasihi kita dengan mengorbankan segala-galanya bagi kita. Bukan dihakimi dengan hukum-hukum yang kita semua nya sangat kelimpungan mentaatinya. Yesus berjanji Yoh 3:18 Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.
Kalau kita berpegang pada hukum, hukum itulah yang akan nantinya menghakimi kita, Dan
barangsiapa ragu2 apakah dirinya akan masuk surga atau tidak, barangsiapa masih kebingungan akan nasibnya di akherat.... ia tidak mengenal janji keselamatan, karena ia tidak menaruh harap kepada hakim di hari penghakiman. Siapa yang tidak menaruh harap dalam kasih karunia, akan dihakimi menurut hukum. Satu titik ditemukan kesalahan padanya, hukumnya sudah ditetapkan, maut. Bahkan milyaran doa juga tidak akan mengubah nasibnya nanti di hari penghakiman
Tetapi janji dari Anak Manusia berbeda, janji dari Anak Manusia adalah janji dari hakim dari hari penghakiman itu sendiri. Barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan diselamatkan.
Itulah keselamatan yang kedua, keselamatan akan hari penghakiman.
Benarkah hukum Taurat tidak mengenal belas kasihan? Bukankah dasar hukum Taurat adalah kasih?
Dasar hukum Taurat adalah hukum kasih. Dasar hukum Kerajaan Allah juga kasih. Tetapi keduanya berbeda
Hukum Taurat diberikan kepada orang-orang yang tidak mengenal kasih.
Hukum Kerajaan Allah diberikan kepada orang-orang yang mengenal kasih.
Hukum Taurat menjelaskan daftar perbuatan yang dikategorikan melanggar kasih.
Hukum Kerajaan Allah menjelaskan perbuatan2 yang menunjukkan kasih.
Hukum Taurat menjelaskan bahwa pelanggaran akan kasih akan dihukum maut
Hukum Musa menegaskan kepada Israel bahwa orang Israel yang pelanggaran akan Taurat diberi hukuman nyata.
Hukum Kerajaan Allah menjelaskan, dengan perbuatan kasih, mereka dibawah kasih karunia, bukan hukum.
Dengan taurat dan hukum Musa, manusia berusaha tidak berdosa di bawah ketakutan akan hukuman.
Dengan hukum Kerajaan Allah, manusia berusaha tidak berdosa karena mengasihi penciptanya dan sesamanya.
Di dalam hukum ada pelanggaran, tetapi di dalam kasih karunia ada perbuatan
1 Yohanes 4:14-20 wrote:
Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia. Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah. Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.
Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini. Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.
Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.
Jangan tersinggung, ketika saya berkata orang yang berhati bengkok akan membengkokkan segalanya. Saya tidak bicara itu hanya tentang muslim, saya bicara secara universal. Tengoklah atheist misalnya, mereka lebih percaya dengan teori fisika yang menjelaskan bahwa ada milyaran universe diluar sana (yang mereka juga percaya teori itu tidak akan pernah bisa dibuktikan secara empiris) daripada mereka percaya kepada Tuhan. Dua2nya sama2 tidak bisa dibuktikan empiris, tetapi Tuhan bukannya tidak menyatakan diri secara empiris, toh manusia tetap tidak percaya.
Saya pernah berdebat dengan AIB melalui YM, dia menyalahkan Tuhan kenapa tidak menyatakan diriNya saja kepada dia... Saya berkata, Tuhan sudah pernah berkata, "Aku akan memulihkan Israel supaya bangsa2 tahu Akulah Tuhan"... tetapi toh, AIB menjawab "itu ilusi dan sugesti".... Dengan demikian, bukankah apabila Tuhan menyatakan diri secara nyata pun, ketika orang memilih untuk tidak percaya, tinggal bilang bahwa itu adalah ilusi?
Tetapi sugesti tidak akan melibatkan bangsa-bangsa di dunia dari jaman ke jaman. Sugestikah yang menggenapi Yahudi dibantai di manapun mereka berada? Inggris, China, Jepang, dimana tercatat Yahudi pernah tinggal di sana, tercatat pula mereka pernah dibantai. Sugestikah yang menggenapi Suriah dan Mesir dibantu sekutu2nya mengepung Israel, dan dalam kondisi yang disebut "impossible winning" Israel justru mendapatkan wilayah setiap kali diserang dalam kondisi disadvantage? Sugestikah ketika nubuat Tuhan tergenapi yaitu ketika tongkat bangsa mesir, armada pasukannya yang paling kuat dipatahkan menjadi dua dan terkepung terancam kelaparan dan akhirnya Mesir harus mengakui keberadaan Israel?
Semua nya akan tetap sugesti dan ilusi bagi orang yang menolak percaya, meskipun Tuhan jelas2 berkata
Yehezkiel 36:22-38 wrote:
Oleh karena itu katakanlah kepada kaum Israel: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Bukan karena kamu Aku bertindak, hai kaum Israel, tetapi karena nama-Ku yang kudus yang kamu najiskan di tengah bangsa-bangsa di mana kamu datang. Aku akan menguduskan nama-Ku yang besar yang sudah dinajiskan di tengah bangsa-bangsa, dan yang kamu najiskan di tengah-tengah mereka. Dan bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, demikianlah firman Tuhan ALLAH, manakala Aku menunjukkan kekudusan-Ku kepadamu di hadapan bangsa-bangsa.
Aku akan menjemput kamu dari antara bangsa-bangsa dan mengumpulkan kamu dari semua negeri dan akan membawa kamu kembali ke tanahmu.
Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu.
Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.
Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.
Dan kamu akan diam di dalam negeri yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu dan kamu akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu.
Aku akan melepaskan kamu dari segala dosa kenajisanmu dan Aku akan menumbuhkan gandum serta memperbanyaknya, dan Aku tidak lagi mendatangkan kelaparan atasmu.
Aku juga memperbanyak buah pohon-pohonanmu dan hasil ladangmu, supaya kamu jangan lagi menanggung noda kelaparan di tengah bangsa-bangsa.
Dan kamu akan teringat-ingat kepada kelakuanmu yang jahat dan perbuatan-perbuatanmu yang tidak baik dan kamu akan merasa mual melihat dirimu sendiri karena kesalahan-kesalahanmu dan perbuatan-perbuata yang keji.
Bukan karena kamu Aku bertindak, demikianlah firman Tuhan ALLAH, ketahuilah itu. Merasa malulah kamu dan biarlah kamu dipermalukan karena kelakuanmu, hai kaum Israel. Beginilah firman Tuhan ALLAH: Pada hari Aku mentahirkan kamu dari segala kesalahanmu, Aku akan membuat kota-kota didiami lagi dan reruntuhan-reruntuhan akan dibangun kembali. Tanah yang sudah lama tinggal tandus akan dikerjakan kembali, supaya jangan lagi tetap tandus di hadapan semua orang yang lintas dari padamu. Sebaliknya mereka akan berkata: Tanah ini yang sudah lama tinggal tandus menjadi seperti taman Eden dan kota-kota yang sudah runtuh, sunyi sepi dan musnah, sekarang didiami dan menjadi kubu. Dan bangsa-bangsa yang tertinggal, yang ada di sekitarmu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, yang membangun kembali yang sudah musnah dan menanami kembali yang sudah tandus. Aku, TUHAN, yang mengatakannya dan akan membuatnya.
Beginilah firman Tuhan ALLAH: Dalam hal ini juga Aku menginginkan, supaya kaum Israel meminta dari pada-Ku apa yang hendak Kulakukan bagi mereka, yaitu membuat mereka banyak seperti lautan manusia. Seperti domba-domba persembahan kudus, dan seumpama domba-domba Yerusalem pada waktu-waktu perayaannya, begitulah kota-kota yang sudah runtuh penuh dengan lautan manusia. Dengan begitu mereka akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN."
Tuhan, bukan tidak pernah membuktikan diri bahwa Dia itu ada. Tuhan bukan tidak pernah menunjukkan kepada manusia bahwa Dia itu berkuasa. Bukti empiris dari nubuat yang digenapi, yang melibatkan bangsa2 dari berbagai jaman, itu dimaksudkan Tuhan untuk orang mengenal bahwa Dia itu ada dan berkuasa. Tokh....
Kalau orang memilih tidak percaya... ya mereka cukup tidak percaya. Yesus melakukan mujizat bukan untuk pamer, melainkan untuk menunjukkan otoritasNya... supaya siapa yang melihat percaya. Tokh, orang2 Farisi juga memilih untuk tidak percaya dan dengan berbagai cara menyangkal diri dan menipu diri untuk memuaskan keinginan hatinya.
Hati yang bengkok, saya tidak melihat hanya ada pada muslim. Tetapi di setiap golongan orang, bahkan orang Kristen itu sendiri.
Yahudi, dengan hati yang bengkok, Taurat sudah bertambah 365 larangan dan 250 aturan tambahan.
Kristen, dengan hati yang bengkok, doktrin2 baru dari kekristenan juga bermunculan untuk memuaskan hati manusia
Islam, dengan hati yang bengkok, bahkan hukum Islam yang konon ketat dalam menghukum perzinahan juga lolos di tangan pangeran2 Arab.
Itu pula dasar dari penjelasan saya bahwa hukum itu tidak berguna membentuk moralitas. Karena seharusnya morallah yang membentuk hukum, bukan hukum yang membentuk moral. Itu sebabnya dikatakan kasih (moral) adalah dasar dari taurat (hukum), bukan taurat dasar dari kasih.
Bagaimana mungkin hanya satu orang manusia jelmaan saja yg tdk berdosa bisa melenyapkan seluruh dosa yg dillakukan semua manusia?
Bukankah manusia juga dikatakan jatuh dalam dosa karena Adam satu orang saja? Kenapa manusia tidak bisa dikatakan lepas dari dosa karena Adam satu orang saja?
Dan anda tidak membaca penjelasan saya dari awal, yang ditebus adalah status kaum berdosa, bukan perbuatan dosa.
Lantas bagaimana bisa ketika janji keselamatan sudah dipenuhi Yesus, manusia masih mati secara rohani dengan terus berbuat dosa?
Yesus datang untuk menyelamatkan manusia yang sudah berkhianat. Repotnya, manusia juga lebih memilih dan suka hidup dalam kegelapan. Bukankah manusia pula yang lebih memilih Barabas dibandingkan Yesus?
Mat 27:16 Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang terkenal kejahatannya yang bernama Yesus Barabas.
.
.
Mat 27:20 Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua, orang banyak bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati.
Mat 27:21 Wali negeri menjawab dan berkata kepada mereka: "Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?" Kata mereka: "Barabas."
Mat 27:22 Kata Pilatus kepada mereka: "Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?" Mereka semua berseru: "Ia harus disalibkan!"
Mat 27:23 Katanya: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Ia harus disalibkan!"
Mat 27:24 Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!"
Mat 27:25 Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!"
Mat 27:26 Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.
Anda lihat kisah di atas... orang2 Farisi, imam-imam kepala, mereka lebih menyukai Barabas yang terkenal kejahatannya daripada Yesus yang bahkan tidak pernah melanggar hukum Taurat. Itulah manusia, seringkali, mereka lebih memilih untuk percaya kepada pembunuh, pendengki, pendendam dan pelaku kejahatan, daripada orang yang mengajarkan tentang kasih setia.
Kenapa demikian? Saya benar2 tidak tahu.... Saya sangat ingin tahu, tetapi sampai sekarang, saya tidak pernah benar2 tahu... Saya bergabung dengan FFI salah satunya, juga ingin tahu kenapa..... Yang saya tahu dan dapatkan di FFI adalah, bahwa adalah suatu kenyataan kalau ada orang-orang yang memilih untuk menjadi **** dan menipu diri sendiri dan menyangkal apa yang hati nurani katakan dengan segala pembenarannya. Termasuk membodohkan diri dari segala sesuatu yang sudah merupakan ilmu pasti dan umum seperti matematika, demi untuk mempertahankan argumennya membela kepercayaannya...
Tapi hukum kasih melempem lawan penjahat. Krn melempem itulah kemudian hukum kasih hrs dibuang bukan? dan diganti hukum sebuah negara yg menghukum pembunuh dan penjahat
Anda mengeluarkan alibi bahwa anda bertanya berulang2, karena saya tidak nyambung. Bagaimana bisa nyambung jika anda selalu mengambil point tertentu sedangkan sambungannya tidak pernah dibaca?!? Anda bilang argumen saya dengan hukum kasih akan melempem ketika menghadapi pembunuh... padahal saya juga jelas2 mengutip:
1Ti 1:8 Kita tahu bahwa hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan,
1Ti 1:9 yakni dengan keinsafan bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar, melainkan bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa, bagi orang duniawi dan yang tak beragama, bagi pembunuh bapa dan pembunuh ibu, bagi pembunuh pada umumnya,
Kalau anda bisa mengutip perkataan saya, "hukum
aktif yg bukan utk para pelanggar hukum", kenapa masih anda pertentangkan dengan pelanggar hukum?!?
Biji sesawi memang kecil,
terlihat tidak berkutik. Tetapi ketika tumbuh di dalam hati, ia mengatasi hukum-hukum yang lain. Karena ketika hukum kasih tumbuh dalam sebuah pribadi, ia secara otomatis tidak akan melanggar hukum yang lain.
Kekristenan tidak bicara soal hukum, hukum sudah ada yang mengatur. Bukankah sudah saya tulis juga, bahwa hukum kerajaan allah itu bagi orang yang sudah lahir baru? Kenapa anda masih mau mengimplementasinya lagi kepada penjahat, perampok, pemerkosa? Bagi penjahat, perampok dan pemerkosa, sudah ada hukumnya sendiri, bukan hukum kasih. Hukum kasih bukan bagi mereka.... Jadi barangsiapa menolak hukum kasih, dia juga adalah bagian dari gerombolan penjahat, perampok dan pemerkosa.
Jadi barangsiapa percaya kepada penjahat, perampok dan pemerkosa, lebih dari Dia yang menunjukkan kasih karunia, bukankah sudah menunjukkan kebodohan akan cintanya pada kejahatan?
Anda bertanya kepada saya, apakah saya termasuk orang Kristen yang lahir baru sehingga tdk butuh hukum pasif? Apakah saya tdk pernah melakukan dosa sekecil apapun? Tetapi bukankah saya sudah katakan, saya Foxhound adalah orang berdosa, bukankah saya katakan bahwa kalau mencuri, dulu jambu air tetangga saya juga sudah jadi langganan?
1Jn 1:8 Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.
1Jn 1:9 Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
Tetapi saya tidak membutuhkan hukum Taurat lagi untuk saya tahu bahwa saya sedang menyakiti hati Tuhan. Saya tidak hidup tiap-tiap hari dengan mengingat apa yang tidak boleh saya lakukan, melainkan saya mengingat apakah yang seharusnya saya lakukan. Golden rule di saya juga berubah ketika saya lahir baru. Kalau dahulu, jangan perbuat pada orang lain apa yang saya tidak ingin orang perbuat pada saya. Menjadi lakukan kepada orang lain apa yang saya ingin mereka lakukan pada saya.
Apakah saya gagal? Ya, bukan hanya satu kali, sudah tidak terhitung lagi berapa kali saya gagal dengan komitmen lahir baru itu sendiri. Tetapi satu hal yang saya percaya, Yesus melihat hati yang mengenal Dia. Karena dengan hati yang mengenal Dia, tiap-tiap hari saya berusaha hidup di dalam pengenalan akan Dia. Dan dalam kasih karunia dari Roh Kudus, saya tahu satu hal, Anak Manusia mengenal saya. Dan dengan harapan itulah, bukan harapan atas perbuatan saya yang jatuh bangun, melainkan karena harapan akan kasih karunia Anak Manusia nanti di hari penghakiman, saya menyerahkan segala nasib saya di dunia dan di akhirat.
Benarkah semua daging menjadi terkutuk?
Saya ketika bicara soal daging, tidak bicara secara literal daging sapi atau daging babi, atau bahkan daging ular.
Tanah dikutuk, karena dari tanah, daging manusia diciptakan. Tetapi oleh roh air kehidupan Tuhan, manusia diberi kehidupan. Jadi dalam daging, manusia itu menjadi terkutuk, tetapi dalam roh, mereka akan diselamatkan. <--- anda tidak bisa membacanya kan?
Galatia 5:19-25 wrote:
Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh
Ketika manusia jatuh dalam dosa, daging mereka menjadi terkutuk, dan dalam keinginan daging mereka terus ingin berbuat dosa. Manusia yang tidak lahir baru, mencintai kedagingan, manusia yang lahir baru hidup di dalam roh dan tidak lagi mencintai kedagingan. Karena itu daging harus tetap mati, tetapi roh tidak terkutuk, di dalam roh pula mereka masih mengenal Tuhan. Karena barangsiapa berdosa di hadapan Tuhan akan mati. Tetapi manusia berdosa di dalam kedagingan, maka di dalam roh, manusia masih bisa diselamatkan.
Lahir kembali dari air dan roh, artinya menyalibkan apa yang dari tanah dan daging.
Apakah perlu baptis harus menggunakan air walaupun cuma percikan?
Baptisan, adalah simbol, simbol bahwa seseorang berkomitmen untuk menjadi bagian dari kerajaan Allah. Bagi bayi yang dibaptis, adalah simbol bahwa orangtuanya berjanji akan mendidiknya dalam kebenaran akan kerajaan Allah. Tetapi sekali lagi, bukan baptisan yang menyelamatkan. Ketika Yesus memberi perintah jadikan bangsa2 muridku, dan baptiskan mereka. Artinya adalah kabarkan injil kerajaan Allah, dan jadikan mereka keluarga di dalam persekutuan orang beriman.
Jadi baptisan, juga adalah adalah simbol bahwa seseorang yang lahir baru berkomitmen dalam
ikatan persaudaraan seiman untuk menjadi barisan terdepan dari orang2 yang diselamatkan. Di mana ia menjadi bagian dari suatu keluarga, di situ dan dari situlah ia hidup menjadi sebuah kesaksian. Buat saya, biarlah yang dibaptis dengan percikan dibaptis dengan percikan, yang dibaptis dengan selam, biarlah dibaptis dengan selam, yang tidak bisa dibaptis dengan air, biarlah tidak dibaptis dengan air. Yang terpenting adalah, jangan yang dibaptis percik menghakimi yang dibaptis selam, dan janganlah yang dibaptis selam menghakimi yang dibaptis percik.
Karena baptisan tidak menyelamatkan. Dan kekristenan bukan lah tentang hukum, melainkan kasih karunia.
Bagaimana dengan orang yg bertobat tp tdk mengenal Yesus sbg juruselamatnya?
Sekali lagi saya katakan, itu urusan dan hak prerogatif Anak Manusia.... Kalau di hari penghakiman nanti Anak Manusia bilang, "Musicman, aku mengenal engkau, mari masuk ke meja perjamuanku yang kudus"... saya bisa bilang apa? Saya punya hak apa untuk mempertanyakan itu kepadaNya?
Saya tidak berani menghakimi, tetapi saya percaya Anak Manusia menghakimi dalam kasih karunia dengan adil. Namun ada tertulis
Roma 2:11-16 wrote:
Sebab Allah tidak memandang bulu. Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat.
Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan.
Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri.
Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.
Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus.
Mampukah orang melaksanakan hukum kasih tanpa mengenal Yesus dan mengakui Yesus?
Orang yang sudah tahu siapa itu Yesus, yang sudah tahu apa itu hukum kasih, dan kemudian menolakNya. Jelas-jelas tidak mengakui, dan tidak mengenalNya. Kenapa anda lebih tertarik dengan nasib orang yang melaksanakan hukum kasih tanpa sempat mengenal Yesus dan mengakui Yesus? Takutlah dengan nasib orang yang mengenal tetapi menolakNya.
Bisakah orang melaksanakan hukum kasih tanpa mengenal Yesus? Biarlah itu nanti tampak dan terjawab di hari penghakiman sama dengan apa yang tertulis di atas. Saya tidak kompeten menjawabnya karena saya tidak mengalaminya sendiri. Saya berusaha menjalankan hukum kasih karena saya mengenal Yesus. Dan saya yang mengenal Yesus masih jatuh bangun dalam hukum kasih, hanya itu kesaksian yang saya bisa jawab. Tapi saya tahu diluar sana banyak orang yang jauh lebih baik dari saya secara pribadi, mampu atau tidakkah mereka? Saya tidak akan pernah tahu, karena dalamnya hati manusia siapa yang dapat mengerti selain Tuhan sendiri?
Tetapi pada akhirnya di hari penghakiman, bukan yang 'mengenal' Yesus yang diselamatkan, melainkan yang dikenali oleh Anak Manusia, itu yang diselamatkan.
Logika sederhana: Karena kuasa maut telah dipatahkan (maut menjadi tdk berkuasa lagi) => orang tdk perlu sungkan2 utk berbuat dosa krn tdk bakalan diambil kerajaan maut...wong kuasanya sudah dipatahkan.
Perhatikan baik2!! Di atas itu bukan logika sederhana, itu logika orang yang mencintai kejahatan.... logika orang yang belum lahir baru...
Ketika manusia di dalam kerajaan maut, mereka mau baik atau jahat, mereka tetap milik kerajaan maut. Kebaikan mereka tidak bisa membuat mereka kembali bersekutu dengan Tuhan. Tetapi ketika manusia dilepaskan dari kuasa dosa, perbuatan baik mereka diperhitungkan, hati nurani mereka yang mencari Tuhan itulah yang dikasihi Tuhan.
Tetapi dasar orang kalau sudah berkubangnya dengan kejahatan, logika mereka akan kebalik... "oo saya sudah dibebaskan ya... mari kita berbuat dosa sepuasnya..."
Sama seperti seorang penjahat yang keluar dari penjara.... Mereka bisa melihat dari dua sisi...
Yang satu, "Saya sudah bebas, saya akan membuka lembaran baru, ini kesempatan saya berbuat baik dan membina hidup yang baik"
Yang satu, "Saya sudah bebas, ini adalah kesempatan baru buat saya melakukan kejahatan lagi"
Kuasa kerajaan maut sudah dipatahkan, tetapi penghakiman Anak Manusia masih akan datang. Mana yang anda pilih? Mencintai kejahatan dibalik hukum, atau kasih karunia?
Yesus menyatakan: orang yg hanya benar scr rohani saja tetapi tidak melaksanakan hukum Taurat maka tidak akan masuk sorga.
Hukum Taurat, tidak bisa dilaksanakan, hanya bisa tidak dilanggar. Hukum Kerajaan Allah lah yang harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari2.
Tetapi dalam konteks itu adalah hukum Musa, bukankah bahkan ahli2 Taurat dan orang2 Farisi pun tidak bisa menjalankan hukum Musa? Hidup keagamaan yang lebih benar dari mereka, juga tidak lagi huruf demi huruf seperti bayangan anda. Dan Yesus, berkata kepada murid2Nya yang juga semuanya adalah orang-orang Israel. Di saat yang sama, Yesus juga menunjukkan bahwa Daud yang melanggar hukum Musa tidak dihukum Tuhan, orang2 Lewi dalam tugasnya justru sudah melanggar hukum Musa, dan bekerja melakukan perbuatan baik di hari Sabat, tidak melanggar Taurat.
Penghakiman sesuai hukum Taurat itu TIDAK SALAH di mata Tuhan, krn Tuhan sendiri yg memerintahkannya. Kejahatan yg tidak dihukum sesuai hukum Taurat justru SALAH di mata Tuhan.
Tuhan memerintahkan melalui hukum Musa untuk menghukum di tempat bangsa Israel atas pelanggaran taurat. Tetapi hukum Taurat itu sendiri tidak mengenal hukuman di tempat karena kursnya jelas... maut. Kenapa harus ada hukum Musa? Karena Israel adalah bangsa yang diperkenalkan kepada janji keselamatan, dengan demikian hati mereka yang jahat juga harus mengenal hukuman supaya Israel dikuduskan dari bangsa2 yang tidak mengenal Tuhan.
Karena hukum Taurat itu ditetapkan Allah...maka hukum Taurat adalah hukum kerajaan Allah juga.
Terlalu simple hingga tidak bisa melihat ke dalam. Tidak semua hukum yang ditetapkan Allah adalah hukum kerajaan Allah. Tuhan menetapkan hukum alam, itu bukan hukum kerajaan Allah. Tuhan juga menetapkan hukum musa, itu bukan hukum kerajaan Allah, itu adalah hukum bagi bangsa Israel, bagi kerajaan Israel, bukan kerajaan Allah. Tuhan menetapkan hukum Taurat, itu adalah yang membatasi kerajaan Allah.
Nah saya sudah gambar dengan gamblang, anda masih terus nyrekal... Hukum Taurat bukan hukum Kerajaan Allah.
Dan sekali lahi, masak ayat ini belum cukup menggambarkan bahwa hukum Taurat, bukan hukum Kerajaan Allah?
Luk 16:16 Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya.
Jika murid2 Yesus yg Israel saja tidak mengerti lalu atas dasar apa anda merasa mengerti?
Luk 8:10 Lalu Ia menjawab: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.
Bukan hanya saya yang mengerti, banyak netter Kristen di sini mengerti apa yang saya ungkapkan. Kalau sekarang ini saya mengerti, karena saya meminta hikmat, mencari pengertian, dan mengetok pintu kebenaran.
Mat 7:7 "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Mat 7:8 Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.
Sedangkan mereka murid2 Israel, pada waktu itu tidak. Murid2 Yesus waktu itu tidak mengerti, karena mata mereka belum dicelikkan oleh kuasa keselamatan yang belum dinyatakan waktu itu. Mereka tidak mencari karena mereka diberi. Mereka baru mengerti setelah akhirnya Yesus benar2 bangkit dari maut dan naik ke surga. Anda bisa lihat dari tulisan2 mereka, Petrus, Yohanes, dan bahkan Yakobus saudara Yesus, dan juga Paulus, mereka akhirnya betul2 mengerti apa itu kasih karunia.
Tidak ada gunanya Taurat itu digenapi sementara yg dibawah hukum Taurat saja malah tidak ngerti.
Justru yang hidup dibawah hukum Taurat, yang terus memilih hidup di bawah hukum taurat, tidak akan pernah mengerti. Karena mereka masih berpikir mereka bisa diselamatkan di bawah hukum Taurat. Kenapa?
Karena bagi mereka hukum Taurat, adalah pengharapan mereka masuk ke surga.
Kekristenan tidak, kekristenan menaruh harap pada kasih karunia Anak Manusia.
Tuhan itu ada, dan dengan demikian dosa itu ada, terlepas ada yang melakukannya atau tidak.
Saya tetap konsisten. Saya katakan dosa itu ada, karena Tuhan itu ada, karena tanpa adanya Tuhan, siapa yang mau dilanggar? Bukankah begitu pernyataan saya?
Tetapi dosa itu ada karena Tuhan itu ada, jadi awalnya, sudah tidak sama abadinya. Ada Tuhan dulu, baru ada dosa. Ada benar dulu, baru ada salah.
Saya tahu, anda salah pahamnya di mana. Saya katakan ada, itu berarti bisa dilakukan, terlepas ada yang melakukannya atau tidak. 1+1=2 itu benar, 1+1=3 itu salah. Kesalahan itu ada, bukannya tidak ada... karena kalau tidak ada, 1+1=3 tidak bisa disebut salah.... <--- ini titik miss pointnya
Tetapi selama tidak ada yang menjawab 1+1=3, maka kesalahan itu tidak pernah nyata.
Kesalahan berbeda dengan kebenaran. Kebenaran itu mutlak, kesalahan itu tidak. Kalau 1+1=2 itu benar, maka yang salah adalah seluruhnya yang tidak benar. 1+1=3, 1+1=4, 1+1=5 dst.... Kebenaran itu nyata, mutlak dan satu2nya, kesalahan itu tidak nyata, tidak mutlak, dan bukan satu2nya, dan baru nyata ketika ada yang keluar dari kebenaran. Tetapi bukan berarti tidak ada....
Apakah ciptaan Tuhan yg tdk diberi kehendak bebas oleh Tuhan (tmsk utk melakukan dosa) bisa melakukan perbuatan dosa?
Ciptaan Tuhan yang diberi kehendak bebas oleh Tuhan, tetapi kepadanya tidak diberikan suatu perintah dan maksud Tuhan dalam penciptaannya, tidak bisa melakukan perbuatan dosa. Bukankah dosa itu melanggar kehendak Tuhan? Kalau Tuhan tidak menyatakan kehendaknya, apanya yang dilanggar?
Musicman wrote:Berarti Tuhan sejak awal sudah berkuasa thd kerajaan maut. Jadi Tuhan sebenarnya tdk perlu mematahkan kuasa maut dengan menyerahkan Yesus ke kerajaan maut, krn sejak awal sampai sekarang kuasa maut memang KALAH oleh kuasa Tuhan.
Dan perlu diingat, mematahkan maut adalah salah satu bentuk dari pelanggaran firman Tuhan sendiri. Krn hukumnya (firmanNya) adalah manusia yg berdosa harus menjadi milik maut. Firman ini "membutuhkan" adanya kerajaan maut.
Lha kalau mautnya dipatahkan..berarti firman tsb berarti sudah dilanggar sendiri oleh Tuhan
Nah..akibatnya. setelah maut dipatahkan, orang yg berbuat dosa bukan lagi milik kerajaan maut.
Dan Tuhan melanggar firmanNya sendiri.
Ini sebenarnya juga sudah cukup membuktikan bhw maut memang cuma "mainan" Tuhan. Kerajaan maut tdk pernah berkuasa atas manusia, tetapi Tuhanlah yg berkuasa atas kerajaan maut dan manusia sejak awal.
Kalau sudah begini, maka skenario "Tuhan melalui jasad Yesus mematahkan kuasa maut" menjadi tidak logis. Tuhan tdk perlu repot-repot lahir sebagai manusia utk mematahkan maut krn maut pada dasarnya cuma "mainan" Tuhan dan sudah kalah sejak dulu.
Lho, yang sudah mematahkan Kuasa Maut, bukan TUHAN!! Yang mematahkan kuasa maut itu manusia sendiri!! Namanya Yesus, julukanNya Anak Manusia!!
Tuhan tidak bisa membatalkan hukuman maut kepada manusia, karena itu adalah hukum Tuhan sendiri. Tuhan itu konsisten sudah saya tuliskan, Tuhan memang berkuasa terhadap maut, untuk melenyapkannya sama seperti kebenaran melenyapkan yang salah, bukan untuk mematahkan atau membatalkan hukumnya. Tetapi bukan Tuhan yang mematahkan kuasa maut, melainkan manusia lah yang mematahkan kuasa maut itu sendiri. Dengan demikian karena manusia yang membuktikan diri bukan milik kerajaan maut, tidak ada firman dan hukum yang dilanggar Tuhan.
Musicman wrote:
Hukum alam fana ditetapkan oleh Tuhan dlm kekudusan-Nya spt halnya hukum bhw manusia harus mati. Jadi bagaimana mungkin anda bilang Tuhan berhak "bermain-main" dengan hukum alam fana namun tidak berhak bermain-main dg hukum kematian bg manusia?
Mengapa dlm sifat KASIH-nya Tuhan boleh bermain dg hukumnya, sementara dlm sifat KUDUS-nya Tuhan "tidak boleh" bermain dg hukumnya?
Apakah dlm kasih dan karuniaNya Tuhan itu tidak kudus?
Karena hukum alam bukan soal benar dan salah. Hukum alam bukan sesuatu yang dikuduskan dari Tuhan. Melainkan ciptaan Tuhan. Sedangkan dosa, adalah sesuatu yang darinya Tuhan itu kudus, yang bahkan juga tidak diciptakan oleh Tuhan. Dan Tuhan tidak melanggar kekudusannya sendiri.
Hukum alam adalah ciptaan Tuhan, dosa bukan ciptaan Tuhan, Tuhan tidak pernah menciptakan dosa.
Jadi saya tdk bisa dianggap ngawur krn saya menggunakan referensi dari Kristen sendiri yg ternyata berbeda dg anda.(jangan bilang saya menutup mata yah bung..)
Segala sesuatu harus diuji, termasuk saya. Kalau saya ngacau, ujilah saya dengan firman Tuhan. Kalau anda menguji saya dengan tafsir orang, lebih baik saya berdebat dengan orang tersebut. Tokh anda tidak akan bisa mempertahankan dalil tersebut di sini karena itu bukan pendapat anda pribadi.
Penafsir scr implisit menyatakan bhw Yesus sbg seorang Rabbi masih memakai hukum Taurat tentang hukuman di dunia bagi pembunuh. Dan sekaligus mengakui adanya hal baru yg "ditambahkan" pd hukum Taurat, krn sebelumnya samasekali tdk dikenal oleh Israel.
Tidak semua sama, tetapi sama seperti anda suka menambah2i perkataan saya yang bahkan tidak saya tulis. Anda juga seringkali mencari yang 'implisit' dari ilusi anda sendiri..... dan kemudian anda memberinya cap... simple
Tuhan yang menyesal
Kejadian 6:5-6
Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya.
Sekali lagi, seringkali kita semua terjebak lagi dengan bahasa dan kata "menyesal", tanpa memperhatikan pengenalan akan Tuhan. Orang yang mengenal Tuhan, akan tahu apa yang dirasakan Tuhan ketika Tuhan berkata menyesal.
Tetapi supaya tidak terjebak kedua kalinya, kenapa tidak sekarang anda Musicman yang mengajari saya terjemahan?
Ketika orang dalam bahasa Inggris berkata "I am sorry"... apakah bisa selalu diterjemahkan dengan "saya meminta maaf"? Ataukah bisa selalu diterjemahkan dengan "saya menyesal"? Menurut anda, apa kata yang paling tepat dalam bahasa indonesia yang bisa menjelaskan "sorry"? (Saya tidak berkata bahwa sorry adalah kata yang dipakai dalam "Tuhan menyesal")
Untuk ucapan imleknya... Lepas dari apa suku saya, saya tidak merayakannya . Jadi saya ucapkan terima kasih untuk salam damainya.