Duladi & Ibra: Allah SWT, Muhammad, Quran & Islam

Khusus bagi debat-diskusi one-to-one secara serius dan intelektual seputar Islam yang dimoderasi dengan ketat. Anggota yang melontarkan caci-maki dan hinaan yang bersifat ad-hominem akan dikeluarkan dari forum khusus ini. Silakan kontak Forum Admin atau Moderator untuk mendapatkan akses di Ruang Bedah Islam.
Post Reply
Duladi
Posts: 7006
Joined: Thu Apr 12, 2007 10:19 pm
Location: Samarinda
Contact:

Duladi & Ibra: Allah SWT, Muhammad, Quran & Islam

Post by Duladi »

Saudara kita Ibra (pemuja tuhan Arab) mengirim Private Massage kepada saya untuk menjawab thread:
Bagaimana Cara Membedakan Awloh dg Tuhan Asli
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... hp?t=13973

Karena thread itu sudah di-lock, saya membuat thread lanjutannya di sini dengan judul: Allah SWT adalah TUHANNYA PARA NABI atau BUKAN? dengan peserta diskusi saya dan Sdr Ibra (berdua saja).

Melalui PM, Sdr Ibra menulis demikian:
ibra wrote:Salam,
Senang berkenalan dengan anda. Saya anggota baru, tertarik dengan post-post pertanyaan anda. Tapi banyak yang miss karena sebagian sudah di lock. Sayang sekali saya tidak bisa berpartisipasi. Mungkin anda bisa sampaikan juga, barangkali bermanfaat.
1. Tuhan itu Kudus dan Mulia, Dia tidak gila hormat,
2. Tuhan yang Maha Agung, Dia tidak akan pernah memuji-muji DiriNya sendiri,

Di Qur'an dinyatakan:
“Apabila semua makhluk memujiNya ataupun semua makhluk menentangNya maka tidak berkurang kemulian Allah”. Allah tidak pernah menyuruh mas Duladi belajar Ilmu Kalam agar lebih tahu Al Qur’an, tidak pernah menyuruh saya sholat HANYA, “kalau kita mau bertaqwa, maka berpuasalah, ya ayyuhalladzina amanu kutiba alikumus shiyam kama kutiba alalladzi na min qoblikum laallakum tattaquun”. Alladzi nayukminu na bilghoibi wayuqimunashholat”..Kalau mau disebut beriman sholatlah. Kalau mau gak berpuasa, ya silakan, kalau mau gak sholat ya silakan, artinya kita tidak termasuk orang yang iman dan taqwa. Jadi setiap perintah Allah selalu mengandung if clause, tidak ada paksaan.

3. Tuhan adalah Penguasa Tunggal… bersumpah demi bintang atau dengan benda lain…

Dalam Al Qur’an itu disebut dengan “Ablagh” yang menggunakan Al Ma’rifat yang disebut dengan “Al Ahdi Dhihni”. Misalnnya , wa (al) Duha, wa(al) sama’I wa(al) thoriq. Tujuannya adalah menunjukkan Allah dalam menurunkan ayat-ayatnya sesuai dengan kemampuan dan daya nalar manusia. Karena hanya itulah daya batas kemampuan manusia. By the way, Anda gak sepenuhnya benar. Banyak pula ayat yang menggunakan “demi keagunganku”.

4. Tuhan itu Esa, ….“AKU”…. “KAMI”…Ini yang menurut saya paling menarik dan banyak diulang-ulang ditanyakan. Padahal kalau belajar Qur'an jawabannya sangat mudah

Justru itulah sifat Allah yang kontradiktif dengan klaim poin 1 anda. Allah sangat bijaksana. Semua ayat yang menggunakan “Aku”, berarti merujuk pada hal “penciptaan makhluk”, yang Allah sendiri melakukannya tanpa makhluk lain sebagai wasilah. Misalnya ”aku ciptakan langit”, ”aku tempatkan di Neraka”, ”Wadkhuli fi ibadi, fadkhuli jannati” , maka masuklah dalam surgaku (ya memang surganya Allah dan bukan surganya Pak Duladi..dsb dsb

Sedangkan ayat-ayat yang mengguanakn “Kami”, itu merujuk pada hal, di mana terdapat funsgi kemakhlukan dan kekhalikan. Misalnya ”kami ciptakan tanaman” artinya, Allah menciptakan dengan wasilah Pak Tani dan Bu Tani. Sebagaian yang ”kami”, umunya melalui manusia atau malaikat sebagai wasilah

Coba anda cek, jika tidak sesuai bisa didikusikan lagi


5. Tuhan itu Baik, Dia membenci Kejahatan. Tuhan membenci perbuatan-perbuatan yang nista, perbuatan yang mencerminkan ketidaksetiaan dan ketamakan.

Wallahu alam, sebatas yang saya tahu, nabi dan (apalagi Rasul) adalah manusia pilihan. (Bagi kami mulim) apalagi Muhammad SAW.

6. Tuhan ketika menyampaikan firman dengan perantaraan nabiNya, Dia akan menggunakan DiriNya sebagai Subyek yang harus dipatuhi. Nabi hanyalah sebagai alat, sebagai penerus kata-kataNya, sebagai penyambung lidahNya.

Untungnya di Al Qur’an juga tidak ada. Saya banyak membahas ini dengan Mas Hilman.
”Barangsiapa taat kepada Rasul maka dia taat kepada Allah. Karena secara hakikiki Dia lah yang memerintah dan melarang. Sedangkan Rasul hanyalah orang yang menyampaikan perintah dan larangan. Sunnah Allah sudah berlaku bahwa Dia tidak memerintah kecuali melalui Rasul”. Jadi apapun yang diperintahkan Rasulullah merupakan deviasi dari perntahNya sebagaimana larangan Rasul adalah deviasi dari laranganNya.

Rasul jelas tidak sama dengan Allah SWT, karena sifat wajib, sifat jaiz dan sifat mustahilnya tidak sama. Seperti yang pernah saya tuliskan, Allah memiliki 20 sifat wajib sebagai Dzat yang Azza wa jalla (wujud, qidam, baqo, mukhalafatul lilkhawadist, qiyamuhu binafsihi, wahdaniyyah, qudrah, irodah, ilmu, hayat, sama, bashor, kalam, qodiron, muridan, aliman, khayyan, samian, bashiran, mutakalliman) dan ketika saya mengimani Rasulullah maka sifat wajib yang melekat kepadanya adalah Shidiq, amanah, tabligh dan fathonah. Jelas Rasul tidak baqo’ karena beliau wafat, jelas rasul tidak qiyamuhu binnafsih karena dia lahir dari Siti Aminah, dan ayah Abdullah, jelas dia tidak wahdaniyyah karena dia beristri dan berketurunan. Sifat jaiznya pun juga beda, sifat jaiz nabi sebagaimana manusia biasa: makan, minum, biologis sementara sifat jaiz allah fi’lu kulli mutamakinin au tarkhuhu (Allah berkehendak menjadikan sesuatu atau tidak menjadikan sesuatu), suatu sifat jaiz yang jelas Rasul tidak dilekati. Sehingga apa hal yang harus menyamakan Allah SWT dan Rasulullah SAW dari sisi sifat dan keberadaanya??

7. Keberadaan Tuhan tidak bergantung pada "congor" satu orang manusia,
Simply karena Rasulullah adalah rasul terakhir, dan dinyatakan telah lengkap sebagaimana ayat terakhir yang turun "Al yuma akmaltu lakum diinukum...ila akhir"

8. Tuhan itu maha suci, jauh dari sifat-sifat buruk, salah satunya adalah suka menipu. Jadi, Tuhan bukanlah penipu!
Wallahu alam, bagian mana yang anda maksud. Alhamdulillah, Allah azza wajalla bukan penipu.


Wallahu alam bishowab
Kalau mas duladi tidak keberatan, mungkin kita bisa share diskusi di RBI
Saya rasa, Sdr Ibra adalah seorang pakar Islam yang selama ini saya tunggu-tunggu. Tapi saya berharap, kepakarannya itu bukan dalam hal bahasa Arab-nya saja, tapi juga dalam hal nalar dan kejujuran.

Saya akan memulai diskusi ini dari komentar-komentar Anda di atas.
Dalam waktu dekat ini, saya akan memberikan tanggapan-tanggapan saya. Dan semoga Sdr Ibra dapat mengikuti diskusi ini secara aktif sampai akhir. Anggaplah ini sebuah DAKWAH ISLAMIYAH Anda kepada saya, seperti yang pernah diberikan oleh Sdr Tukang Setrum. Hanya saja, topik yang dibahas di sini lebih khusus dan terbatas. Tentu saja, diskusi ini akan lebih enak dan lebih terarah.

Selamat Pagi, dan tunggu tanggapan saya segera.
Last edited by Duladi on Thu May 15, 2008 9:10 pm, edited 1 time in total.
Duladi
Posts: 7006
Joined: Thu Apr 12, 2007 10:19 pm
Location: Samarinda
Contact:

Post by Duladi »

Tuhan itu Kudus dan Mulia, Dia tidak gila hormat

Saya rasa, sifat Tuhan memang sudah semestinya seperti itu: kudus, mulia dan tidak gila hormat. Saya temukan sifat Tuhan yang demikian pada Yahweh, Tuhannya bangsa Israel. Namun, saya tidak temukan sifat demikian pada allah swt, tuhannya bangsa Arab. Malah sifat tuhannya Arab itu merupakan kebalikan dari sifat Tuhan bangsa Israel.

Sdr Ibra berkomentar:
  • Di Qur'an dinyatakan: “Apabila semua makhluk memujiNya ataupun semua makhluk menentangNya maka tidak berkurang kemulian Allah”. Allah tidak pernah menyuruh mas Duladi belajar Ilmu Kalam agar lebih tahu Al Qur’an, tidak pernah menyuruh saya sholat HANYA, “kalau kita mau bertaqwa, maka berpuasalah, ya ayyuhalladzina amanu kutiba alikumus shiyam kama kutiba alalladzi na min qoblikum laallakum tattaquun”. Alladzi nayukminu na bilghoibi wayuqimunashholat”..Kalau mau disebut beriman sholatlah. Kalau mau gak berpuasa, ya silakan, kalau mau gak sholat ya silakan, artinya kita tidak termasuk orang yang iman dan taqwa. Jadi setiap perintah Allah selalu mengandung if clause, tidak ada paksaan.
Benarkah tidak ada paksaan? Anda yakin dengan pernyataan Anda ini?

Di Quran tertulis: “Apabila semua makhluk memujiNya ataupun semua makhluk menentangNya maka tidak berkurang kemulian Allah”.

Justru menurut saya, allah itu barulah mulia bila semua muslim di dunia memujinya. Apabila tidak ada satu pun manusia di muka bumi ini yang memuliakan allah, tuhannya Arab itu tidak akan pernah tampak mulia.

Sekali lagi, yang membuat allah tampak mulia adalah para muslim sendiri.
Tanpa muslim, allah tidak mulia.

Coba Anda selidiki dari sejarahnya. Pernahkah allah, tuhan Arab itu, menyatakan dirinya di hadapan orang banyak (kalau ia pemalu, setidak-tidaknya lewat suara saja)? Dia berseru dengan suara menggelegar dari langit dan didengar oleh telinga umat manusia: "Aku adalah ALLAH SUBHANAHU WA TAALA. Akulah pencipta dunia ini. Akulah yang menurunkan agama Islam. Akulah yang mengutus Muhammad sebagai nabi-Ku. Akulah yang menurunkan ayat-ayat Alquran. Akulah yang mengesahkan bahasa Arab sebagai bahasa surga. bla-bla-bla...."

Apakah pernah, Sdr Ibra?

Kalau pernah, tunjukkan sumber kisahnya. Kalau tidak pernah, itulah kenapa saya mengatakan allah swt menjadi tampak seolah-olah mulia karena muslim yang memuliakannya. Allah swt tidak tampak sebagai tuhan, bila Muhammad tidak mengorbitkannya. Allah swt tidak akan pernah menjadi SUPERSTAR, bila Muhammad tidak memilihnya dan mengangkat derajatnya. Ingat, Sdr Ibra! Bukan allah yang memilih Muhammad, tapi Muhammad yang memilih allah bagi dirinya, untuk dijadikan boneka mainannya, agar Muhammad punya jimat, suatu pegangan yang bisa diandalkan bila sewaktu-waktu dia butuh ayat.

Tuhan Bersumpah Demi DiriNya Sendiri

Apa tujuan bersumpah? Untuk meneguhkan janji yang telah diucapkan. Bila ingkar, ada hakim yang akan melaknat.

Bila manusia, ia bersumpah demi Tuhan; maka Tuhan akan bersumpah demi diri-Nya sendiri. Dia akan mempertaruhkan kemuliaan-Nya sendiri, dan itulah yang Dia jadikan sebagai jaminan. Bagaimana Dia bisa disebut Tuhan, bila Dia ingkar terhadap janji yang diucapkan-Nya sendiri? Maka untuk meneguhkan janji yang diberikanNya kepada manusia, dia menggunakan nama-Nya sendiri sebagai jaminan.

Tapi apa yang dilakukan allah swt, tuhan Arab itu, ketika bersumpah? Dia bukannya bersumpah demi diri-nya sendiri, untuk meneguhkan bahwa di alam semesta ini tidak ada tuhan lain yang lebih berkuasa kecuali dirinya sehingga dia perlu memakai nama-nya sendiri sebagai jaminan, malahan dia memakai benda-benda ciptaannya, baik yang bernyawa maupun tak bernyawa, untuk dijadikan JAMINAN SUMPAH-nya.

Saya temukan allah bersumpah demi bintang, demi matahari, demi bulan, demi bukit, demi buah-buahan, demi kota, dll........... :cry:

Jadi, apa kesimpulannya? Inilah bukti bahwa allah, tuhan Arab itu bukanlah YAHWEH, Tuhan bangsa Israel; yang mana itu sama artinya dengan isyarat bahwa allah swt bukan TUHAN PENCIPTA. Karena apa? Karena GAYA BERSUMPAH allah swt berbeda dengan YAHWEH.
Sdr Ibra wrote:Dalam Al Qur’an itu disebut dengan “Ablagh” yang menggunakan Al Ma’rifat yang disebut dengan “Al Ahdi Dhihni”. Misalnnya , wa (al) Duha, wa(al) sama’I wa(al) thoriq. Tujuannya adalah menunjukkan Allah dalam menurunkan ayat-ayatnya sesuai dengan kemampuan dan daya nalar manusia. Karena hanya itulah daya batas kemampuan manusia. By the way, Anda gak sepenuhnya benar. Banyak pula ayat yang menggunakan “demi keagunganku”.
Saya garis bawahi pernyataan Anda yang berikut: Tujuannya adalah menunjukkan Allah dalam menurunkan ayat-ayatnya sesuai dengan kemampuan dan daya nalar manusia.

Itu benar. Tahu apa artinya? Yang menelorkan ayat-ayat palsu itu adalah Muhammad. Jadi sudah sewajarnya, bila yang dipakai adalah daya nalar seorang manusia, dan bukan daya nalar TUHAN SANG PENGUASA JAGAT RAYA.

Coba Anda nalar. Bagaimana SANG PENGUASA JAGAT RAYA ini bersumpah demi bulan atau demi matahari? Bukankah itu menunjukkan bahwa SANG PENGUASA tersebut tidak lebih besar daripada bulan atau matahari? Tentu saja tidak demikian. Sang Penguasa sejatinya ia lebih besar dan lebih agung daripada benda-benda di langit itu. Tapi kenapa Muhammad bisa mengarang sumpah demi benda-benda langit yang notabene benda-benda itu adalah benda-benda yang tiada berarti dalam pandangan Sang Pencipta? Ibaratnya kita memandang setitik debu, seperti itulah benda-benda di langit dalam pandangan Ilahi.
Sang Pencipta (Tuhan) tidak akan bersumpah demi setitik debu, karena apalah khasiat setitik debu itu dan apa yang bisa dilakukan oleh setitik debu itu terhadap Tuhan bila Tuhan mengingkari sumpah-Nya? Tentu saja Tuhan tidak akan ingkar, tapi sungguh sangat merendahkan diriNya bila ia menjadikan setitik debu itu sebagai jaminan sumpah-Nya kepada manusia.

Saya ulangi sekali lagi:
Kenapa Muhammad bisa mengarang sumpah demi benda-benda langit yang notabene benda-benda itu adalah benda-benda yang tiada berarti dalam pandangan Sang Pencipta? Ibaratnya kita memandang setitik debu, seperti itulah benda-benda di langit dalam pandangan Ilahi.

Jawabannya adalah: Karena yang bersumpah itu adalah Muhammad. Muhammad-lah yang telah memerankan dirinya sebagai allah swt, sehingga daya nalar yang digunakan pun adalah daya nalar seorang manusia. Muhammad merasa rendah, merasa dirinya kecil, tiada berarti, bila dibandingkan benda-benda angkasa yang dilihatnya itu. Muhammad merasa dirinya masih kalah sakti dibanding bulan, yang mampu berubah-ubah bentuk dan tetap memancarkan sinarnya di malam hari itu. Muhammad merasa dirinya masih kalah sakti dibanding matahari, yang sinarnya sangat menyilaukan itu dan panas teriknya mampu membuat kulit terbakar. Muhammad ibarat setitik debu di alam semesta, yang bersumpah kepada zat yang lebih besar dan lebih agung, yaitu bulan dan matahari. Jadi wajarlah, bila Muhammad mengarang allah yang bersumpah demi bulan dan demi matahari.

Demikian pula dengan sumpah-sumpahnya yang lain, demi buah-buahan, atau demi kota. Muhammad menganggap buah-buahan itu memiliki suatu kelebihan dan keagungan, dibanding dirinya selaku manusia, sehingga dia merasa sah-sah saja bersumpah demi buah tin, buah kurma, atau demi buah zaitun. Atau, karena Muhammad merasa kalah kuat dan tidak lebih kencang larinya dari seekor kuda, sehingga dia bersumpah demi kuda tempur.

Logikanya, adalah wajar, makhluk yang lebih rendah bersumpah demi benda lain (atau makhluk lain) yang dianggapnya lebih agung dan lebih hebat dari dirinya.

Sementara Tuhan, tidak ada yang lebih tinggi dan lebih agung dari-Nya. Tuhan pun tidak pernah merasa diri-Nya kecil atau merasa minder, tidak berdaya dibanding ciptaan-Nya, sehingga dia harus bersumpah demi buah tin, buah zaitun, kuda tempur, bulan, bintang atau matahari. Tuhan kalau bersumpah kepada manusia, maka Dia akan memakai nama-Nya sendiri sebagai JAMINAN SUMPAH, Dia pertaruhkan kemuliaan-Nya sendiri.

Sdr Ibra menulis begini: "...Anda gak sepenuhnya benar. Banyak pula ayat yang menggunakan “demi keagunganku”.

Saya belum menemukan satu pun ayat Alquran yang ada menyebut: DEMI KEAGUNGANKU. Bisakah Anda berikan kutipannya di sini agar saya tahu di surat apa dan ayat berapa?

Tuhan itu Esa

Untuk membuktikan keesaan-Nya, Dia selalu konsisten memakai kata ganti AKU ketika Dia berbicara kepada manusia.

Saya tidak temukan penggunaan kata ganti yang selang-seling (seperti kata-kata allah swt di dalam Quran, kadang-kadang "aku", kadang-kadang "kami", dan kadang-kadang menyebut dirinya sendiri dengan kata ganti orang ketiga) di dalam setiap ucapan YAHWEH, Tuhannya bangsa Israel ketika berfirman kepada manusia.

Ketika berfirman kepada manusia, YAHWEH, selalu konsisten, tidak pernah menyatukan diriNya dengan malaikat, atau bahkan dengan manusia. Malaikat tidak berfirman, apalagi manusia. Jadi sungguh tidak layak bila TUHAN menempatkan atau menggabungkan diriNya dalam kelompok malaikat atau manusia untuk berfirman. Ketika Dia berfirman kepada manusia, cukuplah Dia gunakan kata ganti orang pertama tunggal: AKU, sebab hanya TUHAN saja yang mempunyai otoritas mengeluarkan FIRMAN.

Bila Tuhan berkata: "KAMI berfirman....." maka itu menunjukkan bahwa Tuhan itu jamak, atau, ada sosok lain di luar esensi Ketuhanan yang juga turut mengeluarkan firman.

Apakah agama Arab meyakini hal demikian? Tidak, bukan? Tapi herannya, justru saya menemukan hal-hal salah kaprah seperti itu.

Saya berikan satu contoh ayat:

QS 2:58. Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak dimana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa", niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu, dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik".

Ayat di atas, juga sekaligus menjawab penjelasan Anda yang ini:
  • Semua ayat yang menggunakan “Aku”, berarti merujuk pada hal “penciptaan makhluk”, yang Allah sendiri melakukannya tanpa makhluk lain sebagai wasilah. Misalnya ”aku ciptakan langit”, ”aku tempatkan di Neraka”, ”Wadkhuli fi ibadi, fadkhuli jannati” , maka masuklah dalam surgaku (ya memang surganya Allah dan bukan surganya Pak Duladi..dsb dsb

    Sedangkan ayat-ayat yang menggunakan “Kami”, itu merujuk pada hal, di mana terdapat funsgi kemakhlukan dan kekhalikan. Misalnya ”kami ciptakan tanaman” artinya, Allah menciptakan dengan wasilah Pak Tani dan Bu Tani. Sebagaian yang ”kami”, umunya melalui manusia atau malaikat sebagai wasilah


Sebagaimana perihal "berfirman" (dalam kasus ayat QS 2:58 di atas), perihal "PENCIPTAAN TANAMAN" apakah bisa dilakukan oleh Pak Tani?

Mencipta adalah menghasilkan sesuatu yg benar-benar baru, bukan sekedar mengembangbiakkan atau memodifikasi apa yang sudah ada (merekayasa).

Dalam kasus penciptaan tanaman, dapatkah manusia (pak tani) menciptakan tanaman?

Demikian pula ayat berikut:

QS 17:70. Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

Penggunaan kata "KAMI" dalam bahasa Tuhan ketika berbicara kepada manusia adalah bahasa yang tidak lazim dan tidak patut. Saya melihatnya itu sebagai bentuk "arogansi" Muhammad saja, yang dengan berani menempatkan dirinya menjadi satu kelompok ketuhanan yang dikarangnya. Kata "Kami", sebenarnya merupakan bentuk singkat dari frasa: "ALLAH & RASULNYA (plus Jibril)".

Sebagaimana banyak ayat-ayat yang mengandung frasa "allah & rasulnya", demikian pula ayat-ayat yang menyingkatnya menjadi satu kata saja, yaitu "KAMI" bertebaran di dalam kitab Arab.

Saya akhiri komentar saya sampai di sini. Empat (4) poin yang berikutnya akan kita bahas pada sesi kedua saja, biar tidak terlalu banyak.

Saya tunggu tanggapan sampeyan.
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

”Justru menurut saya, allah itu barulah mulia bila semua muslim di dunia memujinya. Apabila tidak ada satu pun manusia di muka bumi ini yang memuliakan allah, tuhannya Arab itu tidak akan pernah tampak mulia.

Sekali lagi, yang membuat allah tampak mulia adalah para muslim sendiri.
Tanpa muslim, allah tidak mulia.”


”Coba Anda selidiki dari sejarahnya. Pernahkah allah, tuhan Arab itu, menyatakan dirinya di hadapan orang banyak (kalau ia pemalu, setidak-tidaknya lewat suara saja)? Dia berseru dengan suara menggelegar dari langit dan didengar oleh telinga umat manusia:” Allah swt tidak akan pernah menjadi SUPERSTAR, bila Muhammad tidak memilihnya dan mengangkat derajatnya.

1.Dalam Islam personifikasi Tuhan itu tidak layak. Allah bukan David Archultea, Jason Castro atau David Cook, yang membutuhkan sms untuk menjadi superstar. Dia adalah Dia. Yang mukhalaful lil khawadist (berbeda dengan makhluknya) dan lebih2 qiyamuhu binnafs (yang tidak butuh bantuan kita untuk meningkatkan citranya). Tanpa itu Allah adalah dzat pencipta yang maha tinggi. Karena keagungan itulah dia tidak perlu pula cawe2 turun ke bumi untuk menghandle manusia, diutuslah Adam, Idris, Hud Saleh, Yahya, Zakariyya, Isa dan MUhammad. Allah juga bukan anak SMA "yang harus di tes" kemampuan intelektualnya biar masuk PT, atau anak TK yang disuruh nyanyi untuk di tes pemalu atau tidak. SEmua aspek personifikasi manusia itu bukan milik allah. Kita bisa melihat sifat wajib Allah (wujud, qidam, baqo...dst kalam qodiran muridan aliman, khayyan, samian", kalaupun ada sifat yang beririsan dengan manusia: cara mendengar allah ya beda manusia, jadi tidak usah dibayangkan telinga allah luasnya 2 milyar kali telinga manusia karena jumlah penduduk manusia 2 milyar-an. Jadi batu pijakannya bagi Muslim adalah "mukhalafatuyl lil khawadist". Kalau kita gak bisa bayangin gimana? kembalikan pada "Hudzal lil muttaqin : Alladzi na yu;minuna bil ghoib,.." Orang bertaqwa adalah : ORang yang beriman pada hal-hal yang ghoib (menyangkut Allah, malaikat, hariakhir, dst) serta menunaikan sholat dan zakat (Al Baqoroh ayat 4). Jadi dari awal pun konsep keTuhanan ini merupakan konsep yang ghoib (artinya panca indera manusia tidak mampu menangkapnya.)


Itu benar. Tahu apa artinya? Yang menelorkan ayat-ayat palsu itu adalah Muhammad. Jadi sudah sewajarnya, bila yang dipakai adalah daya nalar seorang manusia, dan bukan daya nalar TUHAN SANG PENGUASA JAGAT RAYA.

2. Daya nalar Tuhan? Tuhan tidak tunduk pada ukuran-ukuran yang merupakan “produk” cuptaan manusia. Pertanyaan khas kaum atheis, dimana Tuhan, bagaimana Tuhan, dsb tidak relevan untuk ditanyakan dan diolah untuk menampilkan personifikasi Tuhan. Dimensi ruang dan waktu bukan dimensi untuk menjelaskannya. Karena itulah dia muhkalafatul lil khawadist sekaligus qiyamuhu binnafs

QS 2:58. Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak dimana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa", niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu, dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik".

QS 17:70. Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.


3. (saya mesti cek di tafsir dan asbabun nuzul) Tapi IMO, semua ayat yang yang ber-verb berfirman menggunakan kami, karena menggunakan wasilah jibril dalam menyampaikannya. Karena tidak ada satu ayatpun yang turun tanpa malaikat jibril sebagai perantaranya. Dan tidak ada ampunan akan diberikan tanpa malaikat Roqib dan Atid memberikan rincian amalan baik- dan buruk manusia. Yang ketiga juga, menunjukkan logiknya al Qur’an, kita menerima uang dari bagian penggajian kantror karena kita bekerja, kantor menerima dari client, dst. Jadi wasilahnya melalui banyak hal yang ujung-ujungnya dijalankan dengan kebesaran Allah. Jadi rezeki itu datangnya pasti dari Allah melalui perantara siapa? Ya kalau pak tani dari perantara tengkulak yang megijon padinya, dokter dari pasien, dst

Penggunaan kata "KAMI" dalam bahasa Tuhan ketika berbicara kepada manusia adalah bahasa yang tidak lazim dan tidak patut?

Mengapa tidak patut? Justru itu menunjukkan suatu sistem yang berputar. Dan itulah keindahan Al Qur’an. Kita harus belajar membedakan dzomir Hu, nahnu dengan membaca asbabun nuzulnya.

Wallahul muwaffiq ilaa aqwamith thorieq
Duladi
Posts: 7006
Joined: Thu Apr 12, 2007 10:19 pm
Location: Samarinda
Contact:

Post by Duladi »

ibra wrote:1.Dalam Islam personifikasi Tuhan itu tidak layak.
Benarkah, Sdr Ibra, bahwa personifikasi Tuhan tidak layak?
Jangan-jangan Anda belum sempat membaca Alquran:

QS 48:10. Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.

Apakah penyebutan "tangan allah" dalam ayat karangan Muhammad di atas bukan berarti personifikasi allah?

Apakah allah punya tangan?

QS 5:64. Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dila'nat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka;...

QS 39:67. Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.

Dan juga, apakah allah punya bokong (pantat)?

QS 2:255 .....Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Personifikasi memang harus ada, sebab MANUSIA adalah GAMBAR ILAHI yang tidak wujud itu menjadi wujud. Karena bagaimana manusia bisa memahami Tuhannya bila Tuhan tidak menyatakan diriNya dalam bentuk simbol-simbol yang dipahami manusia?

Tuhan itu mulia, karena Dia sendiri yang menyatakan kemuliaanNya, dan bukan dari hasil teriakan-teriakan para pemujanya.

Apakah dengan berteriak-teriak: Allahu-akbar... Allahu-akbar.... lantas allah benar-benar menjadi akbar? Sebenarnya tidak. Itu hanya kayalan dan angan-angan para muslim saja. Itu sugesti.

Sama seperti suatu misal, ada segerombolan pengikut Hitler yang teriak-teriak: Hitler perkasa... Hitler perkasa.... suaranya sampai menggema di mana-mana, begitu dahsyat dan menggemuru. Tentu saja bagi orang-orang yang berada di sekitarnya akan terbawa suasana apa yang terdengar di telinganya itu, bahwa Hitler PERKASA. Alam bawah sadarnya seolah terhipnotis dan turut mengakui: Wah benar, Hitler Perkasa. Tapi itu cuma KAYALAN, KAYALAN yang dihasilkan dari teriakan-teriakan histeris para pemuja fanatik. Realitanya? Tidak ada. Seperti itulah gambaran tentang allah swt.
Ibra wrote:Allah bukan David Archultea, Jason Castro atau David Cook, yang membutuhkan sms untuk menjadi superstar.
Realitanya, Allah butuh Muhammad sebagai promotornya untuk menjadi SUPERSTAR.

Allah butuh Muhammad untuk mengarang ayat ini: "SEMBAHLAH AKU, SHOLATLAH MENGHADAP KABAH! SIAPA SAJA YANG MENOLAK MENYEMBAH ALLAH AKAN DIPERANGI DAN DIJADIKAN BUDAK!"

Kalau tidak ada Muhammad, tentu saja awloh gak akan disembah oleh umat sedunia seperti sekarang.

Awloh gila hormat, karena Muhammad gila hormat.
Bila Muhammad orang baik, tentu awloh yang dikarangnya pun juga akan baik. Sifat-sifat awloh sangat bergantung pada sifat sang promotor.
Ibra wrote:Dia adalah Dia. Yang mukhalaful lil khawadist (berbeda dengan makhluknya) dan lebih2 qiyamuhu binnafs (yang tidak butuh bantuan kita untuk meningkatkan citranya).
Pernyataan Anda tidak terbukti. Sebab awloh butuh bantuan muslim, dan terutama Muhammad untuk meningkatkan citranya.

Allah swt sejak dari semula ketika dia diangkat derajatnya oleh Muhammad, tidak pernah satu kali pun menunjukkan CITRA ILAHI-nya di hadapan orang-orang Arab yang memujanya.
Ibra wrote:Tanpa itu Allah adalah dzat pencipta yang maha tinggi.
Realitanya, Allah menjadi dzat pencipta yang maha tinggi karena Muhammad yang mengatakannya. Sebelum itu, allah adalah dewa bulan, dewa kesuburan, dewa air, dan masih banyak lagi atribut-atribut lain yang diyakini Arab mengenai allah.

Allah swt adalah si bisu, dia hanya ada (hidup) sewaktu Muhammad hidup. Setelah Muhammad wafat, awloh pun ikut lenyap. Ini realita, ini fakta riil.
Ibra wrote:Karena keagungan itulah dia tidak perlu pula cawe2 turun ke bumi untuk menghandle manusia, diutuslah Adam, Idris, Hud Saleh, Yahya, Zakariyya, Isa dan MUhammad.
Benarkah allah swt yang mengutus (menciptakan) Adam, Idris, Hud, Yahyah, Zakariya dan Isa?

Apa hubungannya allah swt dengan orang-orang yang Anda sebut itu? Kalau dengan Muhammad, itu sudah jelas, allah ada pada zaman Muhammad. Tapi bagaimana Anda bisa mengklaim kalau allah juga sudah ada pada zaman Adam?
Ibra wrote:Allah juga bukan anak SMA "yang harus di tes" kemampuan intelektualnya biar masuk PT, atau anak TK yang disuruh nyanyi untuk di tes pemalu atau tidak.
Realitanya, allah memang pemalu. Allah swt tuhan Arab ini, dia cuma berani nongol pada Muhammad saja. Apa itu namanya kalau bukan pemalu?

Berbicara tentang intelektual (kecerdasan) allah swt, sudah terlihat dari ayat berikut:

QS 7:52. Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Ternyata cuma segitu, daya kecerdasan allah swt? Allah swt yang digembor-gemborkan MAHA TAHU, ternyata pengetahuannya terbatas, sehingga dia bilang: ATAS DASAR PENGETAHUAN KAMI.

Kalau TUHAN, Dia tidak akan mengucapkan kalimat seperti itu, sebab Dia adalah SUMBER PENGETAHUAN.
Ibra wrote:SEmua aspek personifikasi manusia itu bukan milik allah. Kita bisa melihat sifat wajib Allah (wujud, qidam, baqo...dst kalam qodiran muridan aliman, khayyan, samian", kalaupun ada sifat yang beririsan dengan manusia: cara mendengar allah ya beda manusia, jadi tidak usah dibayangkan telinga allah luasnya 2 milyar kali telinga manusia karena jumlah penduduk manusia 2 milyar-an. Jadi batu pijakannya bagi Muslim adalah "mukhalafatuyl lil khawadist". Kalau kita gak bisa bayangin gimana? kembalikan pada "Hudzal lil muttaqin : Alladzi na yu;minuna bil ghoib,.." Orang bertaqwa adalah : ORang yang beriman pada hal-hal yang ghoib (menyangkut Allah, malaikat, hariakhir, dst) serta menunaikan sholat dan zakat (Al Baqoroh ayat 4). Jadi dari awal pun konsep keTuhanan ini merupakan konsep yang ghoib (artinya panca indera manusia tidak mampu menangkapnya.)
Menyembah dzat yang ghoib, maksudnya dzat yang sebenarnya tak ada tapi diangan-angankan ada, begitukah?

Gaib menurut saya adalah sesuatu yang diluar nalar, menyalahi kodrat Alam, menyalahi hukum IPA, supranatural. Bila Anda katakan panca indera manusia tidak mampu menangkapnya, bukankah itu sama artinya ia tak pernah ada? Bagaimana Muhammad bisa yakin awloh dan jibril itu ada, kalau ia tak pernah bisa ditangkap dengan panca indera? Bukankah nabi Musa tahu bahwa YAHWEH itu ada, karena YAHWEH menyatakan diriNya dalam wujud yang bisa dilihat dengan salah satu inderanya, yaitu mata? Bukankah nabi Musa pun juga tahu bahwa YAHWEH itu ada, karena YAHWEH menyatakan diriNya dalam wujud suara yang bisa didengar oleh salah satu inderanya, yaitu telinga? Bagaimana sesuatu yang tidak bisa ditangkap dengan panca indera dapat dinyatakan ADA oleh Muhammad?
Ibra wrote:Daya nalar Tuhan? Tuhan tidak tunduk pada ukuran-ukuran yang merupakan “produk” cuptaan manusia. Pertanyaan khas kaum atheis, dimana Tuhan, bagaimana Tuhan, dsb tidak relevan untuk ditanyakan dan diolah untuk menampilkan personifikasi Tuhan. Dimensi ruang dan waktu bukan dimensi untuk menjelaskannya. Karena itulah dia muhkalafatul lil khawadist sekaligus qiyamuhu binnafs
Personifikasi Tuhan itu perlu, agar Dia bisa diterima dan diyakini oleh manusia bahwa Dia benar-benar Ada, dan bukan sekedar kebohongan.

Bangsa Arab tidak bisa menunjukkan personifikasi tuhan mereka kepada kita, jadi bangsa Arab telah membohongi kita.

Mereka mengatakan allah swt adalah TUHAN PENCIPTA JAGAT RAYA. Tapi mana buktinya? Apa pernah, walau pun cuma 1 kali saja, awloh memperdengarkan SUARA-nya di langit kepada orang-orang selain Muhammad? Apa pernah, awloh menyatakan dirinya walau dalam bentuk penampakan, untuk meyakinkan orang banyak bahwa awloh itu benar-benar ada dan bersifat ilahi? TIDAK PERNAH.

Karena tidak pernah, jadi secara hukum inilah bukti kalau bangsa Arab telah berbohong.
Ibra wrote: QS 2:58. Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak dimana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa", niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu, dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik".

QS 17:70. Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.


3. (saya mesti cek di tafsir dan asbabun nuzul) Tapi IMO, semua ayat yang yang ber-verb berfirman menggunakan kami, karena menggunakan wasilah jibril dalam menyampaikannya. Karena tidak ada satu ayatpun yang turun tanpa malaikat jibril sebagai perantaranya. Dan tidak ada ampunan akan diberikan tanpa malaikat Roqib dan Atid memberikan rincian amalan baik- dan buruk manusia. Yang ketiga juga, menunjukkan logiknya al Qur’an, kita menerima uang dari bagian penggajian kantror karena kita bekerja, kantor menerima dari client, dst. Jadi wasilahnya melalui banyak hal yang ujung-ujungnya dijalankan dengan kebesaran Allah. Jadi rezeki itu datangnya pasti dari Allah melalui perantara siapa? Ya kalau pak tani dari perantara tengkulak yang megijon padinya, dokter dari pasien, dst
Sungguh tidak bisa diterima akal, bagaimana Anda mengatakan "KAMI" adalah sebagai wujud "wasilah" awloh dengan manusia?

Jadi awloh itu tidak maha kuasa dong, benar khan?

Tentu saja dalam konteks menciptakan tanaman, Pak Tani tidak bisa dibilang menerima wasilah dari awloh untuk "menciptakan" tanaman. Anda harus tahu dulu apa itu definisi mencipta. Menanam dan mengembangbiakkan tidak bisa disamakan dengan mencipta.
Ibra wrote:Mengapa tidak patut? Justru itu menunjukkan suatu sistem yang berputar. Dan itulah keindahan Al Qur’an. Kita harus belajar membedakan dzomir Hu, nahnu dengan membaca asbabun nuzulnya.

Wallahul muwaffiq ilaa aqwamith thorieq
Perbedaan cara penggunaan kata ganti itu membuktikan pada kita bahwa allah swt bukan TUHAN yang disembah para nabi. TUHAN yang disembah nabi Musa, Tuhan yang disembah Abraham, Tuhan yang disembah oleh Daud, adalah TUHAN yang selalu konsisten menggunakan kata ganti orang pertama tunggal: "AKU". Cuma allah swt saja yang tidak konsisten, dan suka berganti-ganti pronoun. Ini satu bukti bahwa allah swt memang bukan TUHAN.

Seperti yang sudah saya jelaskan di awal, kata KAMI dalam ayat-ayat Alquran yang merujuk pada awloh, sebenarnya merupakan bentuk singkat dari frasa: ALLAH & RASULNYA, walau kadang-kadang juga mengikutkan unsur jibril di dalamnya, seperti dalam contoh ayat berikut:

QS 2:23
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.

Dalam ayat itu, Muhammad diposisikan di luar kata ‘kami’, secara tata bahasa hal itu dimungkinkan. Karena salah satu oknum sedang dibicarakan, maka untuk sementara oknum bersangkutan berada di luar kelompoknya. Sehingga kalau kita menyimak konteks ayat di atas, maka “Kami” yang mengutus Muhammad di sini adalah “Awloh + Malaikat Jibril”.

Berikutnya adalah contoh ayat di mana Muhammad memposisikan dirinya setara dengan awloh:

QS 70:40-41
Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan dan bintang; sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa. Untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih baik dari mereka, dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan.

Pertama-tama, Muhammad bilang: “Aku bersumpah dengan Tuhan”. Kemudian pada kalimat selanjutnya, ia menggabungkan diri dengan Tuhan dengan kata-kata “KAMI benar-benar Mahakuasa dan KAMI tidak terkalahkan.”

Apakah ini masuk akal? Benarkah Muhammad mahakuasa? Secara halusinasi iya. Muhammad memang merasa dirinya pernah mendampingi Allah di surga sebagai NUR-E-MUHAMMAD (ket: baca dongeng-dongeng Islam). Dan dia bersama Awloh pernah berfirman kepada malaikat dan nabi Adam:

QS 2:34
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.

QS 2:38
Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".

Bukti konkrit lain bahwa Muhammad memang tergabung dalam kata ganti “Kami” tersebut adalah adanya kata-kata yang jelas kasat mata bahwa Muhammad menduetkan dirinya dg Awloh, sebagai “Allah dan Rasul...”... “Allah dan Rasul....”. (Ada ratusan ayat seperti ini yg dpt kita temukan).

Saya kutipkan 5 ayat contoh:

QS 8:20
Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan RasulNya dan janganlah kamu berpaling daripadanya, sedang kamu mendengar (Al-Quran yang mewajibkan taatnya).

QS 8:46
Dan taatlah kamu kepada Allah dan RasulNya dan janganlah kamu berbantah-bantahan; kalau tidak nescaya kamu menjadi lemah semangat dan hilang kekuatan kamu dan sabarlah (menghadapi segala kesukaran dengan cekal hati); sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang sabar.

QS 24:52
Dan sesiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya dan takut melanggar perintah Allah serta, menjaga dirinya jangan terdedah kepada azab Allah, maka merekalah orang-orang yang beroleh kemenangan.

QS 47:33
Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kepada Rasul Allah dan janganlah kamu batalkan amal-amal kamu!

QS 3:132
Dan taatlah kamu kepada Allah dan RasulNya, supaya kamu diberi rahmat.

Untuk menyingkat bentuk frasa "allah & rasulnya" itu, Muhammad memakai satu kata ganti saja, yaitu "KAMI".

Seperti contoh 1 ayat berikut:

Sesungguhnya orang-orang yg menentang Allah dan Rasul-Nya pasti mendapat kehinaan. Sesungguhnya KAMI telah menurunkan bukti-bukti yg nyata. Dan bagi orang-orang kafir ada siksa yg menghinakan. (QS 58:5)
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Wow..
Pertama saya pasti akan mengucapkan salut dengan very tight day kayak gini Bapak bisa menulis begitu banyak.
Personifikasi. Right. Maksud saya pengartian dalam “tangan”, “kursi” itu harus merujuk pada I’robul Qur’an yang sesuai. Saya akan bahas next time.

Saya akan mencoba menyisir satu demi satu yang untuk sementara bisa saya jawab.

slam tidak pernah menempatkan Rasulullah dan Allah SWT setara, bahwa kita mengimani Rasul, IYA, sebagaimana ayat terakhir yang turun pada haji wada, di mana “Sudah sempurna ajaran islam”, Siapa yang membawa? Rasulullah. Sehingga kita patut untuk megamalkan apa yang dia wariskan Qur’an dan Hadist.
Allah menciptakan Rasulullah dengan nature yang sangat alamiah sehingga sisi humanis nya nampak kelihatan. Sehingga beda, untuk orang yang beriman mencintai Rasul bukan menghambakan diri pada Rasul tapai memupuk mahabbah. Beda dengan konsep menghambakan diri pada Allah yang unconditional.

Ini beberapa contohnya (saya kutipkan Asbabun Nuzulnya agar konteks ayat ini jelas) dari Imam Al Wahidi (versi Bahasa Indonesia juga sudah ada)

Rasulullah sedih (Allah tidak pernah sedih) QS17.88.

Asbabun Nuzul : rasulullah di gruduk oleh gerombolan Quraish : Abu Sofyan Bin Harb, Abal Buhturi, Umayyah Bin Khalaf. Rasulullah ditawarkan jabatan setinggi2nya, kekayaan sekaya2nya asal meghentikan da’wah islam. Kalau tidak, Rasul diminta untuk menghancurkan gunung yang ada di Mekah, mengalirkan sungai-sungai, meruntuhkan langit.

Rasulullah merasa sangat sedih. Dan turunlah ayat tersebut. Bottom line nya adalah “Maha suci Tuhanku, Aku adalah manusia biasa yang diutus menjadi Rasul”. Jadi Rasulullah pun mengaku menjadi manusia biasa. Rasul tidak pernah mengaku sebagai Tuhan, kemudian ketika terpojok dia minta tolong pada TUhan yang lain. Rasul adalah rasul.

Rasul “boros” (Allah pastinya tidak) QS Bani Israil 29
Asbanun Nuzulnya : Seorang anak Fulan bin Fulanah datang kepada Rasulullah untuk meminta makanan? Rasulullah menjawab “wah saya gak ada apa-apa hari ini”. Kemudian si anak berkata “Ya sudah baju Bapak saja”, Karena rasa ibanya, Rasul memberikan bajunya dan mendiamkan dirinya tanpa memakai baju. Hal ini terjadi tak lama setelah Rasulullah mendapatkan kirman baju dari sahabat, dibagikannya baju itu kemada sahabat-sahabat yang lain, sehingga ketika ada segerombolan lain yang datang, sudah tidak ada sisa. Dan yang terakhir, Aisyah RA bertanya (dengan sedikit takut dan ragu-ragu) kenapa Rasul tidak punya harta berlebih, padahal dia adalah pemimpin umat islam “Aku selalu menginfakkkan seluruh harta bendaku”. Maka turunlah ayat ini.

Qs 17.26. Bottom line “ Allah mengingatkan agar Rasul lebih sabar”. Asbabun Nuzul : kaum Muzainah

Ayat:
(QS 58:5)
QS 3:132
QS 47:33
QS 24:52
QS 8:46
QS 8:20

Semua benar. Semua make sense. Jelas Al Qur’an ini untuk agama islam. Rasulullah adalah Rasulnya, jadi semua risalah diturunkan melalui Rasulullah. Jadi kalau ada kata kami dalam ayat itu rujukannya memang Kami=Allah dengan wasilah Rasulullah. Tidak ada yang salah . Dhomir (kata ganti) na atau nahnu dalam ayat-ayat di atas, memang merujuk pada Allah dan rasulnya. Kenapa tidak Allah saja (kan yang seperti bapak bilang Tuhan seharusnya tidak gila hormat) Sang Azza wa jallan tidak hanya tidak gila hormat, tapi menempatkan semua sesuai porsinya. Karena ada fungsi kemakhlukan (dimana terdapat Nabi sebagai penyampai) maka digunakan kata Kami. Kenapa Allah dan rasulnya? Bukan Allah dan Mirza Ghulam atau Allah dengan Al Masih Al Maud? Karena kalau demikian ya bukan ISLAM lagi.

Oh iya, Wasilah berasal fiil madzi wasola, wasilah billughotan (bahasa) adalah kabel, penyambung, prantara.Wasiliha disebut dengan isim masdar.
Logikanya: kalau SBY meminta Pak Duladi jadi menteri, dan Andi Malarangeng disuruh menelp, apakah anda mengatakan SBY tidak berkuasa, simply karena Allah menempatkan semua makhluknya sesuai konteks karena semua berimplikasi ibadah (terutama bagi manusia) inna kholaktul jinna wal insa illa liya'budun, kita semua hidup untuk ibadah kan? (ya mencari yang, bahkan senggama juga ibadah (kalau diniati dengan benar, dan pastinya dengan istri sendiri)).

Anda ingin segala sesuatu yang berkaitan dengan Ketuhanan harus nampak dengan kasat mata agar manusia percaya.


Begini logikanya. Saya punya beberapa persamaan (tepatnya preposisi) coba kita ikuti.

Persamaan 1
a. Jika bandara hari ini banjir, apakah anda akan tetap ke bandara lewat tol Sedyatmo? Logically No
b. Jika anak SMA anda pengen banget masuk FK, apakah anak anda akan anda masukkan ke IPS? Logically no (beberapa tahun ada anak IPS SMA 8 yang masuk FK, btw)
c. Jika anda harus ke Batam pagi ini juga, apakah anda masih akan naik kapal laut dulu ke Pekanbaru? Logically No
Bottom line, selalu ada jalan/jalan lain at least second best choice/pilihan terbaik untuk mencapai suatu tujuan

Persamaan 2
Semua tahu indera manusia terbatas
a. Lidah orang sakit gak bakal ngrasain kalao nasi uduk enak
b. Telinga yang (maaf : congek) gak bakal denger kalau istrinya marah
c. Hidung yang polip gak bakal bisa menghirup kentutnya sendiri
d. Dalam kondisi normalpun, telinga hanya mendengar 20<voice<20000Hz
e. Dalam kondisi normalpun mata terbatas pandangannya
f. Logika. Sepintar2nya anda Fisika, mungkin anda tidak tahu, ada berapa Newton yang dibutuhkan untuk membuat semua galaksi ini Sepinter-pinternya anda Biologi anda mungkin tidak tahu, mengapa badan Golgi hanya 1 di setiap sel, kenapa tidak 2/3 atau 10? Artinya ; Logika terbatas.

Persamaan 3
Anda TIDAK PERCAYA Tuhan Arab, karena tidak nampak. Saya bilang Ghoib. Anda bilang tidak bisa kelihatan , supranatural bertentangan dengan IPA.

Substitusikan (2) ke (1)
Kalau anda ingin melihat ”Tuhan orang Arab” dan ”panca indera anda tidak bisa menangkap” dan ”panca indera kita TERBUKTI terbatas”. Kenapa anda tidak melihatnya dengan jalan lain? Whats? Hati (pas dengan hadis rasul)
Sayangnya ”anda tidak akan bisa merasakan Tuhan Arab itu tanpa hati anda juga bersih sebagaimana ”orang Arab” membersihkannya. (Maaf) sampai anda matipun. Sampai anda habiskan berbytes2 posting di FFI ini, karena TUhan arab sampai kapanpun du dunia ini tidak akan anda bisa lihat dengan mengandalkan panca indera. .
Logic? Kalau anda pengen nyanyi anda akan ke bertha bukan ke Jojon, kalau pengen jadi artis, daftar ke contoh management jangan ke madrasah.
Kalau anda ingin melihat “Tuhan orang Arab” ikutilah bagaimana “orang Arab” memiliki jalan merasakannya? Thats Fair

Dan sayangnya “Orang Arab” tidak perlu merasakan kehadiran Tuhan dengan tanda-tanda tradisional. Dia harus teriak-teriak, Dia harus muncul. Dia harus menyembuhkan orang sakit. Semua ada wasilahnya.

Apa bedanya orang yang bermaqom ma’rifat (dekat dengan Tuhan) dengan jambret kalau sama-sama bisa ngeliat Tuhan di proyek Senen?
Berarti Tuhan terbatas dong? Tidak/. Karena Dia Selalu ada. Tapi hanya terbatas orang bisa merasakannya.

Jangankan TUhan Arab, anda sampai kapanpun gak akan ketemu paul Krugman dalam suatu seminar kalau mbedain depreasiasi dan presiasi mata uang gak bisa. Artinya jalan untuk bertemu dia, belajarlah Ekonomi Internasional.
Anda gak akan bisa ketemu Afghan dalam satu panggung menyanyi bersama kalau anda gak bisa nyanyi kan, masuklah ke Elfa's. Artinya, ada jalannya masing-masing. jangan mengklaim paul Krugman gak ada, kalau anda gak paham apa itu J-curve, atau jangan bilang Afghan gak ada kalau B-Minor anda gak paham. Thats Fair.

Allah memiliki Rohman (dalam tafsir qur’an artinya ”memiliki kasih sayang untuk semua manusia di DUNIA AKHIRAT” dan Rohim yang memiliki arti ”kasih sayang di AKHIRAT saja”.
Artinya orang kebanyakan (mau Islam atau tidak islam) akan mendapatkan sunnatullah dari Rohman. Mentang-mentang gak islam gak bisa punya anak (asal subur ya bisa), yang kaya? Banyak, yang pinter? Banyak.

Mungkinkah?
SANGAT MUNGKIN. Ulama-ulama salafi yang bermaqom marifat tentu merasakan kehadiran Allah lebih dahsyat daripada kita yang faqir. Bukan dengan mata, karena mata bisa buta, bukan dengan telinga yang kadang congek. Tapi dengan hati yang bersih. Caranya : beribadah dengan khusnudzon, bertafakur, bertahajud, tidak banyak ngiler di 1/3 malam terakhir, bergaul dengan orang-orang sholeh. Pada tingkatan yang lebih, memaknai hidup dengan toriqoh yang lurus. Anda akan merasakan ”tuhannya orang Arab”

Sama dengan ketika anda (mungkin) KKR, anda akan merasakan hadirnya Tuhan anda, ”nubuatnya digenapi, anda akan diurapi dengan keselamatan, dsb, dsb).
Bedanya, ketika saya sudah berikrar dengan syahadat, (bagi kami Muslim) Tuhan saya adalah satu, dan yang lain (dengan tetap menjunjung lakum diinukum waliyadin) pada dasarnya menyembah Allah yang sama

wallahu alam
Duladi
Posts: 7006
Joined: Thu Apr 12, 2007 10:19 pm
Location: Samarinda
Contact:

Post by Duladi »

Sdr Ibra yang budiman. Saya tahu, sebenarnya Anda adalah orang yang baik. Tapi gara-gara agama Arab, Anda menjadi pembohong (maaf), bukan saja membohongi orang lain, tapi juga berdusta pada diri sendiri.

Anda di akhir tulisan, berkata: "Tuhan saya adalah satu, dan yang lain (dengan tetap menjunjung lakum diinukum waliyadin) pada dasarnya menyembah Allah yang sama"

Darimana Anda bisa mengatakan tuhan yang disembah non-muslim adalah sama dengan tuhan muslim? Karena sama-sama berikrar menyembah pada SATU TUHAN?

Apakah SATU TUHAN yang dimaksud itu tuhan yang sama?

Bukankah ini sebuah cara membuat simpel suatu kasus? Kita tidak bisa mempersamakan begitu saja, tuhan-tuhan non-muslim dengan tuhan Arab, hanya lantaran sama-sama mengakui Tuhan itu Esa, tanpa menyelidikinya lebih lanjut akan sifat-sifat, tabiat-tabiat atau karakter dari masing-masing Tuhan.

Apakah kalau ada "tuhan" yang berkarakter gila, mengajarkan perampokan dan suka mengadu domba umat manusia, dapat begitu saja disamakan dengan "tuhan lain' yang berkarakter lembut, penyayang, membenci kejahatan dan menghendaki seluruh umat manusia bersatu, hanya lantaran umatnya sama-sama mengimani sang tuhan itu ESA?

Sama-sama diklaim Esa, tapi berbeda dalam sifat dan tabiat, masihkah bisa dibilang TUHAN YG SAMA? TENTU SAJA TIDAK BISA.

Ibaratnya, bangsa Indonesia cuma mengakui satu Presiden saja, yaitu presiden yang saat ini sedang memimpin pemerintahan. Di belahan bumi lain, bangsa Amerika juga cuma mengakui satu Presiden saja, yaitu presiden yang saat ini sedang memimpin pemerintahan. Sama-sama mengakui cuma punya 1 presiden saja, tapi apakah presiden yang dimaksud adalah SAMA?

Sama dalam hal jumlah, tapi berbeda subyek. Hal seperti itu tidak bisa dianggap SAMA.

Tuhan Arab jelas beda dengan Tuhan India. Begitu pula bila dibandingkan dengan Tuhan Israel, sama sekali beda. Mencoba menyama-nyamakan Tuhan berdasarkan jumlahnya adalah kurang intelek dipandang dari sisi keilmuan dan kecerdasan.

Bangsa Arab merasa perlu mempersamakan "dewa" mereka yang bernama allah itu dengan Tuhan Israel karena mereka ingin "dewa" mereka itu diakui pula sebagai Tuhan.

Intrik-intrik semacam itu adalah intrik kuno yang mudah ditebak sebenarnya. Satu contoh lagi, bangsa Arab mengurutkan daftar nabi-nabi, mulai dari Adam sampai Isa. Kemudian, di bagian akhir, mereka masukkan nama Muhammad. Untuk apa? Agar Muhammad diakui pula sebagai nabi. Bangsa Arab rela mengakui nabi-nabi Yahudi, dengan tujuan agar supaya pahlawan nasional mereka yg bernama Muhammad itu turut diakui pula sebagai nabi. Inilah yang disebut akal bulus. :wink:

Bangsa Arab rela mengakui Tuhan Israel agar allah swt pun diakui sebagai Tuhan. Setelah sukses, mereka berbalik arah dan meludahi Tuhan. Mereka berteriak-teriak: Tidak ada Tuhan lain, cuma allah swt saja yang layak disembah.

Semula mereka berusaha menggandeng partner agar karir sang idola menanjak, dan setelah sukses, sang partner itu dihujat dan ditendangnya supaya sang idola mereka menjadi satu-satunya.

Ketika lemah, muslim berkata: "Tuhan kita sama, jadi marilah kita bersatu."

Tapi bila sudah kuat dan berkuasa, muslim berkata: "Berimanlah pada allah swt dan rasulnya, kalau tidak, kalian akan kami bunuh atau kami usir."

Untuk itulah, saya di sini perlu menegaskan berulang-ulang, bahwa allah swt bukanlah Tuhan yang sama dengan Tuhan yang pernah mengutus nabi-nabi. Sama-sama diklaim "esa", tapi subyeknya berbeda. Darimana saya tahu allah swt dan TUHAN berbeda? Ditilik dari tabiat masing-masing (sifat dan karakternya).

Orang yang percaya saja dengan kata-kata Arab yang mengklaim tuhan mereka sama dengan Tuhan Israel adalah seperti seorang anak TK yang gampang dibohongi. Anak TK masih belum pandai mencerna dan menganalisa apa yang diterimanya, sehingga akan ditelannya bulat-bulat segala bualan itu. Dibilang sama, karena sama-sama beratribut "esa", percaya saja. Padahal sosok yang dimaksud berbeda 180 derajat.

Kesamaan dalam hal jumlah tidak bisa dipakai sebagai pedoman untuk mempersamakan TUHAN yang bersangkutan. Kita mesti jeli dan menelitinya lebih lanjut.

Kebohongan kedua yang Sdr Ibra lakukan terhadap saya dan diri Anda sendiri, adalah perihal arti kata "KAMI" yg digunakan Muhammad.

Kata KAMI bukan untuk menunjukkan "wasilah" (pelimpahan wewenang), tapi sebuah wujud arogansi si pengucap, yang menggabungkan dirinya dengan jimatnya, dalam hal ini allah.

Anda bisa tilik gaya berbicara para nabi ketika menyampaikan wahyu-wahyu Tuhan. Mereka tidak berani menggabungkan dirinya dengan Tuhan, sebab mereka hanyalah pesuruh, penyampai firman, dan bukan TUHAN itu sendiri.

Tidak pernah kita dapati model ucapan: "TUHAN & Musa", atau "TUHAN dan Daud", atau "TUHAN dan Elia".

Nabi terbesar yang pernah ada sepanjang sejarah, yaitu nabi Musa, tidak pernah berkata: "YAHWEH & nabinya", atau "Patuhlah pada Yahweh dan nabinya", atau "Barangsiapa berani menentang Yahweh dan nabinya, akan dipenggal."

Cukup dia katakan: "Patuhlah pada YAHWEH, tunduklah para perintah-perintahNya."

Orang yang mengaku nabi, tapi dia memasukkan unsur dirinya dalam firman itu, menunjukkan firman itu tidak murni, tapi sudah kemasukan ego, yaitu ego si pengucap. Dan firman yang seperti itu tidak bisa diyakini sebagai firman lagi, tapi patut diwaspadai sebagai alat pembenar kebutuhan sang nabi.

Satu contoh:

Karena Muhammad ingin dirinya dihormati dan dihargai, dia mengarang "firman" ini:

Sesungguhnya orang-orang yg menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yg menghinakan. (QS 33:57)

Ayat di atas menunjukkan EGO, dan bukan menunjukkan kemurnian dari seorang utusan Tuhan. Firman di atas adalah firman palsu.

Akan sangat TINGGI NILAINYA bila ayat tersebut tertulis begini:

Sesungguhnya orang-orang yg menyakiti hati Allah, Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yg menghinakan. (Surat Duladi ayat 1)

Sdr Ibra, karena Muhammad gemar sekali menggabungkan dirinya sebagai DUET IDOLA (yang diidolakan oleh dirinya sendiri), yaitu allah dan rasul, maka dia kerap menyingkatnya dengan bentuk "KAMI".

Untuk contoh, saya berikan 2 contoh ayat yang secara terang-terangan menjelaskan pada kita bahwa KAMI adalah ALLAH & RASULNYA.

QS 70:40-41
Maka Aku (=Muhammad) bersumpah dengan Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan dan bintang; sesungguhnya Kami (=Muhammad & allah) benar-benar Maha Kuasa. Untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih baik dari mereka, dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan.

QS 58:5
Sesungguhnya orang-orang yg menentang Allah dan Rasul-Nya pasti mendapat kehinaan. Sesungguhnya KAMI (=allah & rasul) telah menurunkan bukti-bukti yg nyata. Dan bagi orang-orang kafir ada siksa yg menghinakan.

Sdr Ibra menulis: "Wasilah berasal fiil madzi wasola, wasilah billughotan (bahasa) adalah kabel, penyambung, prantara.Wasiliha disebut dengan isim masdar."

Seorang perantara tidak bisa mencipta, berfirman, memasukkan ke surga, memasukkan ke neraka, dan melakukan hal-hal yang seharusnya menjadi milik Tuhan.

QS 2:58. Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak dimana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa", niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu, dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik".

Adakah di luar unsur TUHAN yang berfirman? Bukankah sebutan BERFIRMAN hanya pantas untuk Tuhan saja? Tapi dengan menyatakan "KAMI BERFIRMAN", berarti muhammad dalam hal ini telah meninggikan dirinya setara dengan jimatnya sendiri, yaitu sang allah.

Kalau Anda menafsirkan kata "kami" dalam ayat di atas maksudnya allah dan malaikat, berarti Anda masih tidak mengerti konsep KETUHANAN yang hakiki. Malaikat tidak berfirman, apalagi nabi. Hanya TUHAN saja yang berfirman. Kalau ada orang yang beranggapan malaikat pun berfirman, berarti malaikat itu setara dengan TUHAN.
Ibra wrote:Logikanya: kalau SBY meminta Pak Duladi jadi menteri, dan Andi Malarangeng disuruh menelp, apakah anda mengatakan SBY tidak berkuasa, simply karena Allah menempatkan semua makhluknya sesuai konteks karena semua berimplikasi ibadah (terutama bagi manusia) inna kholaktul jinna wal insa illa liya'budun, kita semua hidup untuk ibadah kan? (ya mencari yang, bahkan senggama juga ibadah (kalau diniati dengan benar, dan pastinya dengan istri sendiri)).
Apakah Andi Malarangeng akan memakai model ucapan: "KAMI telah mengangkat Pak Duladi jadi menteri." ????

Tentu saja tidak. Andi Malarangeng akan membuat ucapan sewajarnya, yaitu: "Pak SBY telah mengangkat Pak Duladi jadi menteri" atau "Saya disuruh Pak SBY untuk menyampaikan kabar gembira pada Bapak, bahwa Pak Duladi telah diangkat oleh Pak SBY menjadi menteri dalam kabinetnya."

Si Penyampai tidak memiliki otoritas mengangkat atau memberhentikan menteri. Walaupun dia pernah berembug bersama Presiden untuk memilih seorang menteri baru, tapi keputusan pengangkatan itu berada di tangan Presiden. Tidak ada Surat Keputusan Pemerintah untuk mengangkat Menteri, yang ada Surat Keputusan Presiden perihal pengangkatan Menteri. Jadi, sungguh tidak pantas bila Andi Malarangeng, selaku "rasulnya" SBY memakai kata ganti "KAMI" dalam menyampaikan "wahyu-nya" kepada Duladi.

Dalam kasus Muhammad, bila allah swt adalah benar-benar Tuhan, berarti Muhammad telah bertindak KURANG AJAR, karena telah mengganti firman dengan kata-katanya sendiri. Dia mengganti kata "aku" dengan "kami", agar dirinya selaku si penyampai firman turut ambil bagian di dalamnya sebagai subyek yang harus dihormati, dihargai, ditakuti, dan disembah.

Tapi, allah swt bukan TUHAN. Allah swt adalah jimat, benda mati, ia adalah hajar aswad yang diangkat derajatnya oleh Muhammad menjadi Tuhan. Maka dari itu, sama sekali bukan suatu hal yang luar biasa, kalau Muhammad berani menempatkan dirinya sejajar dengan allah swt, karena allah swt sendiri adalah boneka mainannya.

Sdr Ibra, kebohongan ketiga yang Anda lakukan adalah perihal mengetahui keberadaan Tuhan dengan hati.

Benarkah Anda yakin allah swt itu ada dengan cara merasakannya di dalam hati? Itu bukan KEYAKINAN berdasarkan FAKTA, tapi berkhayal.

Anda bisa saksikan bagaimana TUHANnya para nabi membuktikan diriNya ADA lewat panca indera manusia. Yang kerap dilakukannya adalah lewat mata dan lewat telinga.

Apa yang diterima oleh PANCA INDERA adalah realita, bukan angan-angan atau kayalan.

Dari situlah kita mendapat keyakinan yang teguh, bahwa TUHAN sungguh-sungguh ADA.

Tapi tidak demikian dengan allah swt. Dia TIDAK PERNAH ADA, tapi di-kayalkan dalam pikiran para muslim seolah-olah ada.

Kita harus pandai-pandai membedakan, mana kayalan, dan mana fakta.

Kalau cuma sekedar berkhayal, saya pun juga bisa berkayal, kalau Panjul itu Tuhan. Sekarang ini Panjul menyuruh saya memindahkan kiblat sholat ke arah tugu Monas di Jakarta. Dan semua orang wajib menyeru-nyerukan kalimat: "Panjul Akbar, Panjul Akbar, Tiada Tuhan selain Panjul. Sembahlah Panjul, biar Panjul senang. Bagi yang menolak Panjul, akan dipancung!" Saya juga mengatakan bahwa tugu Monas itu dulunya dibangun oleh nabi Adam. Jadi demi meneruskan tradisi nabi Adam, saya diperintahkan untuk sholat menghadap Monas. Agar Monas menjadi sah dijadikan kiblat, saya harus menempelkan batu jimat Panjul di tugu tersebut.

Nah, bukankah mudah kalau mau berkayal?

Dan kayalan itu menjadi seolah benar karena ditakut-takuti dengan ancaman dan contoh-contoh hukumannya. Sewaktu orang-orang berani meragukan Panjul, saya memerintahkan anak buah saya untuk memancung kepala orang-orang yang menentang itu. Saya katakan, "Inilah akibatnya, bila orang berani meragukan Panjul. Tiada TUHAN selain Panjul."

Keyakinan yang didasarkan pada rasa ketakutan, karena takut dibunuh, bukanlah KEYAKINAN YG WAJAR. Itu kayalan yang dipaksakan seolah riil, sehingga kalian tanpa berpikir waras mengucapkan kalimat persaksian: "Kami bersaksi, tiada Tuhan selain Panjul."

Sejak kapan umat muslim bertemu Panjul/Allah swt, sehingga bisa menjadi SAKSI bagi sesamanya? :shock:

ADAM tahu dengan pasti, bahwa TUHAN itu ADA, karena dia sudah bercakap-cakap langsung dengan TUHAN.

Ibrahim tahu dengan pasti, bahwa TUHAN itu ADA, karena dia pun juga sudah bercakap-cakap langsung dengan TUHAN, dan menyaksikan kedahsyatan kuasa-Nya.

Nabi Musa pun juga tahu dengan pasti, bahwa TUHAN itu ADA, karena juga sudah bercakap-cakap langsung dengan TUHAN, dan menyaksikan kedahsyatan kuasa-Nya.

Bagaimana dengan Muhammad? Dengan mengarang-ngarang tuhan sendiri, dan dia sendiri pun tidak pernah menyaksikan kedahsyatan kuasa allah swt selain menjiplak dari Buku Riwayat Sejarah milik bangsa Yahudi.
Ibra wrote:Apa bedanya orang yang bermaqom ma’rifat (dekat dengan Tuhan) dengan jambret kalau sama-sama bisa ngeliat Tuhan di proyek Senen?
Tentu ada bedanya, Sdr Ibra.
Orang yang sudah tahu bahwa TUHAN itu ada, tapi menjadi penjahat, berarti dia seorang pengingkar Tuhan yang dungu.
Sedangkan orang yang sudah tahu Tuhan itu ada, dan dia hidup dekat dengan Tuhan, tidak berani berbuat kejahatan, menunjukkan dia seorang yang saleh.
Ibra wrote:Allah memiliki Rohman (dalam tafsir qur’an artinya ”memiliki kasih sayang untuk semua manusia di DUNIA AKHIRAT” dan Rohim yang memiliki arti ”kasih sayang di AKHIRAT saja”.
Artinya orang kebanyakan (mau Islam atau tidak islam) akan mendapatkan sunnatullah dari Rohman. Mentang-mentang gak islam gak bisa punya anak (asal subur ya bisa), yang kaya? Banyak, yang pinter? Banyak.
Itu bukan allah swt, tapi TUHAN. TUHAN-lah yang memiliki kekuasaan di alam semesta ini memberi Rahman dan Rohim. Allah swt cuma ikut-ikutan saja, ngaku-ngaku saja, karena Muhammad yang membuatnya seolah demikian.

TUHAN yang saya maksud adalah TUHANNYA ISRAEL, Dia-lah sebenar-benarnya Tuhan. Karena dia mampu membuktikan keberadaan-Nya, baik lewat penampakan (api, gemuruh, kedahsyatan kuasa Ilahi-Nya), maupun lewat SUARA yang dapat didengar dengan telinga telanjang.

TUHAN sungguh-sungguh riil, sebab Dia bisa dirasakan dengan PANCA-INDERA.

Sebaliknya, allah swt, tuhannya bangsa Arab itu, cuma tuhan kayalan, hanya untuk disimpan dalam angan-angan saja, tetapi tidak pernah ada sebagai Tuhan selain sebagai jimat. Karena allah swt adalah cuma semacam jimat belaka, itulah sebabnya bangsa Arab harus menjaga allah swt dan seluruh pemuja allah di dunia pun diwajibkan menjaga allah dan mempertahankan atribut-atributnya.

Satu contoh, atribut allah tentang tidak beranak dan tidak diperanakkan. Ini adalah atribut yang disandangkan Arab untuk allah mereka. Kalau ada orang yang berani mengatakan allah punya anak atau allah diperanakkan, maka mereka akan tersinggung. Begitulah JIMAT, harus dibela dan dijaga-jagain atributnya agar tidak melenceng dari apa yang mereka ingini. Menjaga jimat sama rumitnya dengan menjaga bayi yang rentan terhadap ketidaksucian dan sakit penyakit.

Semoga Sdr Ibra tidak lagi membohongi diri sendiri.
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Halo Pak Duladi.
Mohon maaf sebelumnya agak lama merespons. Maklum, lagi ngurus visa Pak. Dan ternyata ribetnya setengah mati.
Anyway

1. Allah dari gemuruh, petir, api, dsb

Wah kalau itu saya sepakat sekali bahwa jelas itu menunjukkan keEsa-an Allah dan keMahakuasaan Allah. memang benar bahwa salah satu melihat Allah adalah dengan mengagumi/dan memahami lewat apa yang diciptakan.

Karena itulah anak-anak kecil, adik-adik kita di Taman Pendidikan Al Qur'an (TPQ) akan hapal mati (walaupun sekarang ada tren Bapak-Ibunya buta Al Qur'an dan anak2nya malah jago..everything is still in progress) bagaimana doanya ketika mendengar petir, mengalami badai, bumpy di pesawat, dsb. Yang sebagaimana menurut Bapak juga Allah itu Ada lewat penampakan-penampakan seperti itu. Karena sebagaimana Allah sendiri katakan bahwa ketika hati kita tenteram akan terasa keberadannya. Dan agar hati tenteram jalannya adalah zikir "alaa bidzikrillahi tatmainnal quluub". Bahwa dengan mengingat Allah hati akan tenang

Penanda-penanda duniawi itu juga bisa menjadi stimulus (warning/peringatan) agar orang-orang awam seperti kita mau dan mampu mengingat Tuhan. Dalam hal ini "TUhan Arab", "TUhan Israel", "TUhannya orang Zimbabwe" sama ...adalah Dia yang maha Kuasa. TAPI, Kalau anda mengatakan bahwa api, guntur, gelegar, itu anda katakan sebagai Dia, wah saya mundur.

Menurut saya agama-agama modern (baca; Samawi) seperti Islam juga tidak level untuk disejajarkan dengan agama yang keberadaan TUhan bisa dilihat dari kacamata deskriptif semacam itu. Terus terang saya gengsi. Apa bedanya dengan Majuzi yang penyembah api. Tapi saya 120% bahwa sepakat bahwa untuk kita, kehadiran fenomena itu akan memancing iman tauhid kita lebih terstimulus. Saya pasti adalah orang pertama yang mengatakan Atheis, kalau Allah menampakkan diri sebagai API. Apa hebatnya? Jepang bisa menciptakan api yang lebih canggih yang tahan dalam air (ingat api olimpiade Sydney). Atau mukjizat ditandai dengan hal-hal denotatif, misalnya patung MUhammad yang menitikkan air mata. Apa hebatnya? Jepang dengan kecanggihannya bisa menciptakan patung yang gak hanya menitikkan air mata, bahkan kita bisa memilih air matanya rasa kopi, teh apa Coke. Segala macam keMaha-an Allah, dan keAgungan mu'jizat rasulNya akan dangkal kalau kita ukur dari hal-hal yang sifatnya duniawi. Karena itulah comparative advantage, ketika kita menjual Islam sekarang, memperkenalkannya tidak lagi mukjizat Nabi yang bisa menggerakkan mendung, memancarkan air lewat jemarinya, mendatangkan panas, dsb. Tapi Al Qur'an sumber dari segala kebaikan dan kemuliaan serta ilmu yang tidak pernah habis


2. Berkhayal vs Ma'rifat Billah
Inilah yang menandakan bahwa Islam sebagaimana ilmu modern yang lain. Setiap "jabatan kita naik", setiap ilmu kita bertambah ITU HARUS
DENGAN BELAJAR. Makannya, kalau jambret senen teriak "saya mendapatkan wahyu", ya pasti jiwa Iman kita akan resisten. Ma'rifat Billah itu memakai ilmu. Ahmad Dahlan, Buya Sutan Mansyur, Faqih Usman, AR Fachrudin (MUhammadiyah), M. Baqir Adlan, Nawawi Al Bantani, Sholihah Munawwarah, Muhammad Qosim (NU), adalah orang-orang yang secara keimanan di atas rata-rata. Kalau semacam saya dan pak Duladi itu kan paling anget2an. Kadang-kadang masih tergoda maksiat, tapi kalau lagi deket sama Allah suka GR (merasa paling dekat). Nah orang-orang di atas ini yang menunjukkan bahwa untuk dekat dengan Allah butuh ilmu. Orang-orang di atas tidak butuh stimulus untuk merasakan dan mengalami keAda-an Allah karena memang seluruh waktu hidupnya untuk berjuang dalam agama Allah. Apakah mereka beda dengan kita? Bedanya adalah mereka ma'rifat billah atau at least lebih dekat dengan kita dalam orbital keimanan sementara kita masih tertatih-tatih. Wah kalau gitu Islam gak adil dong? Justru itulah keadilannya. Kita juga bisa seperti mereka asal belajar dengan benar "dzukain, wa khirsin, wastikbarin, wabulghotin, wa irsyadi ustadi wa kulli zamani", : belajar yang lama dengan guuru yang baik adalah modalnya. Kalau kita duduk terpekur baca-baca sendiri, gak tau Nahwu Shorof, tapi mengklaim Qur'an itu yang berbahaya, makannya muncul nabi-nabi palsu. Khaqqul Yakin 1000%, coba minta tolong anda tanyakan ke Lia Aminudin atau mantan PBSI, dia tau mubtada' lahul fail dan lahul khobar bedanya apa? Dia tidak tahu, tidak belajar tapi mengklaim dapat wahyu dari jibril. Wah Pak DUladi, saya lihat (maaf) anda juga punya potensi ke arah sana jika tidak menemukan guru yang tepat dalam mempelajari al Qur'an.


3. Hal yang paling mendasar

Sebenarnya, saya menangkap Bapak ini sepakat dengan substitusi persamaan (1) (2) ke persamaan (3) seperti yang kemarin saya bahas. "Kalau kita tidak bisa menemukan suatu hal dengan satu jalan, maka kita harus mencari jalan lain. Dan ketika Panca Indera kita terbatas pun logika kita terbatas, mengapa pula memaknai TUhan yang maha segalanya ini dengan sesuatu yang terbatas".
Anda tidak tahu berapa Ton klorofil yang tercipta setiap hari dari fotosintesis tanaman. Ketika anda buntu, kenapa anda tidak bertanya pada ahlinya atau daftar SPMB di Biologi (setidaknya anak anda atau adik anda sehingga nanti anda bisa bertanya?). jadi instead of menebak-nebak buah manggis tanpa dasar kita bisa belajar lewat jalan yang benar. Demikian juga dalam memahami Allah.

Apakah anda berharap Susi Susanti akan bernyanyi sebagus 3 diva, atau Uthe anda suruh ngangkat barbelnya Lisa Rumbewas. Pointnya adalah : ada jalan lain yang tidak anda lihat.

Anda ngotot nungguin kehadiran Tuhan Orang Arab sementara anda tidak Tahu ilmnya. Is it a Joke?
Tuhannya orang Arab sendiri berfirman "Alla bidzikrillahi tatmainnal Quluub", memang semuanya muaranya darai Qulub: hati. kenapa anda paksakan Allah tercium? Allah terlihat? Allah berbicara?

Bapak pasti akan capek menunggu kehadiranNya, sementara orang-orang di majelis AzZikra sudah mendapatkanNya, orang-orang yang berIslam dengan kaffah sudah merasakanNya. Your reason is thousand miles far from funny.

Kalau anda orang Statistik, Ekonomi atau Matematika. Saya tahu kesalahan fatal anda adalah di Exogeneity test, which is walapun tesis anda selesai itu mesti dirombak dari awal.
Apa itu?
Anda gagal membuat hubungan Granger causality atau Haussman test untuk mengelompokkan mana variabel dependen/terikat/endogen dan mana variabel independent/bebas/exogen. Anda mati-mati an defend bahwa variabel eksogen adalah manusia dan variabel endogen adalah TUhan. Implikasinya adalah Tuhan harus bisa dilihat dari ukuran, standar, ruang, lingkup, cakupan, cara pandang, pemahaman manusia which is totally absurd.
Anda kemudian menghitung seberapa besar keberadaan Tuhan berdasarkan ukuran manusia. Ketika Tuhan "nampak", "berbunyi", "bernyanyi", maka anda katakan its statistically significant to say TUhan itu Ada. dan ketika Tuhan Arab tidak memenuhi path dari variabel itu Anda mengatakan bahwa "TUhan Arab Palsu". Economist or even statistician has simple yet meaningful reason.

You wrongly put the variable! manusia lah yang harus tunduk dengan segala aturan Tuhan. Tempatkan manusia sebagai variabel dependen, anda akan hidup dengan tenang. Anda tidak dikejar target-target untuk menjawab pertanyaan "kenapa patung Muhammad tidak menangis padahal bangsa lagi kacau, BBM mencekik", atau"kenapa Tuhan gak kedengeran suaranya padahal kita sudah berkumpul di perkumpulan " Makannya dalam islam juga dikatakan sebelum fatihkah dalam sholat kita selalu berdoa IFTITAH, kalau ada waktu, coba anda baca artinya. Pasti sangat indah: sebuah penghambaan yang paling dalam dari umat kepada Khaliq nya. Sebuah endogenitas manusia yang nyata.

Wallahul Muwaffiq Ilaa aqwamith thorieq.
[/i]
Duladi
Posts: 7006
Joined: Thu Apr 12, 2007 10:19 pm
Location: Samarinda
Contact:

Post by Duladi »

Sdr Ibra, saya terkagum-kagum dengan penjelasan Anda yang demikian hebat dan mendalam. Dibaca dari gaya Anda dalam menjelaskan tentang tuhan Arab, menunjukkan Anda sudah sangat paham dan pernah bertemu langsung dengannya.

Tolong sampeyan jawab pertanyaan-pertanyaan ini:

1) Anda menyebut gemuru, petir, api adalah tanda-tanda keberadaan Tuhan. Saya setuju. Tapi kenapa Anda menghubungkannya dengan allah swt? Apa hubungannya allah swt dengan tanda-tanda itu? Dari mana Anda tahu bahwa gemuru, petir dan api adalah tanda-tanda keberadaan tuhannya Arab? Apakah pernah ada dalam catatan riwayat sejarah, tuhannya Arab itu pernah berkata kepada Muhammad, "Besok saya akan tunjukkan kekuasaanku di hadapan semua orang dalam wujud gemuru, petir dan api." Kemudian keesokan harinya hal itu benar-benar terjadi?

Kalau cuma sekedar mengklaim, "wah, ini bukti kekuasaan allah swt!" Bukankah Lia Eden pun juga bisa? Dia mengklaim di langit ada tulisan LE sebagai pertanda bahwa allah swt menunjuknya sebagai nabi terakhir. Itu hasil imajinasi (berkayal) dan sukar dibuktikan secara ilmiah, kecuali, sebelum tanda-tanda itu muncul, ada orang yang memberitahu dia (entah malaikat atau apa) bahwa nanti jam sekian atau besok sore di langit akan ada tanda awan berarak membentuk 2 huruf: LE. Bila hal itu tidak dikonfirmasi sebelumnya, bukankah itu tidak lebih dari sekedar FENOMENA ALAM biasa?

Atau umpamanya pada suatu hari ada kilat menyambar dan merobohkan sebatang pohon. Lalu saya bilang, "Itu adalah tanda kekuasaan PANJUL selaku Tuhan. Panjul sedang menunjukkan amarahnya."

Nah, bukankah kalau cuma menghubung-hubungkan dan mengklaim sesuatu sebagai miliknya (atau milik dewanya) itu cukup mudah? Anda tentu bisa membedakan mana BERKAYAL dan mana melihat REALITA?

2) Dari mana Anda tahu, nama-nama yang Anda sebutkan ini: Ahmad Dahlan, Buya Sutan Mansyur, Faqih Usman, AR Fachrudin (MUhammadiyah), M. Baqir Adlan, Nawawi Al Bantani, Sholihah Munawwarah, Muhammad Qosim (NU), adalah orang-orang yang keimanannya di atas rata-rata? Bukankah sebenarnya mereka tak beda dengan Anda dan saya, yang bisa beriman secara membuta dan bersikap fanatik seolah-olah apa yang diimaninya itu 100% benar tanpa mereka sendiri sanggup menjelaskannya secara logis dan ilmiah?

Ketika ada orang gila ngamuk kesetanan, membacoki orang-orang yang ada di sekelilingnya, dia mengaku mendapat wahyu dari Tuhan agar membantai orang-orang yang ada di sekelilingnya, itu pun IMAN YG HEBAT, IMAN yang berada di atas rata-rata. Saking berimannya dia pada sosok yang memberinya wahyu, sehingga dia bisa bersikap nekat dan edan, padahal dia sendiri sukar membedakan antara REALITA dengan KAYALAN.

Amrozi cs, meledakkan bom di Bali, karena dia begitu yakin bahwa dia diperintahkan demikian oleh tuhannya dan dia bakal masuk surga. Ini adalah contoh orang dengan IMAN YG HEBAT, berada di atas rata-rata. Tapi apakah dia sanggup menjelaskan dasar imannya itu secara masuk akal dan logis?

Sesuatu yang dijadikan dasar/landasan dapat dikatakan FAKTA ILMIAH bila dapat dijelaskan secara logis dan dapat diterima dengan akal sehat. Bila keberimanan kita didasarkan pada sesuatu yang samar-samar dan patut diragukan kebenarannya, maka itu bukan IMAN YG CERDAS, tapi IMAN YG **** & MEMBABI BUTA.

Bukankah IMAN harus ada dasarnya?

Apakah orang yang ketika ditanya "Benarkah allah swt itu Tuhan?" langsung ngamuk dan teriak-teriak, "Dasar Kafir, dasar kafir! Berani benar dirimu meragukan allah swt sebagai tuhan!" adalah contoh orang dengan TINGKATAN IMAN yang TINGGI?

3) Anda berkata:
Anda ngotot nungguin kehadiran Tuhan Orang Arab sementara anda tidak Tahu ilmnya. Is it a Joke?
Tuhannya orang Arab sendiri berfirman "Alla bidzikrillahi tatmainnal Quluub", memang semuanya muaranya darai Qulub: hati. kenapa anda paksakan Allah tercium? Allah terlihat? Allah berbicara?


Apakah firman tuhan Arab itu bisa dipertanggung jawabkan? Siapa yang mendengar firman itu? Apakah ada saksi mata yang menyaksikan turunnya firman itu?

4) Anda berkata:
Anda kemudian menghitung seberapa besar keberadaan Tuhan berdasarkan ukuran manusia. Ketika Tuhan "nampak", "berbunyi", "bernyanyi", maka anda katakan its statistically significant to say TUhan itu Ada. dan ketika Tuhan Arab tidak memenuhi path dari variabel itu Anda mengatakan bahwa "TUhan Arab Palsu". Economist or even statistician has simple yet meaningful reason.
Bukankah di sini kita memperbandingkan tuhannya Arab dengan tuhannya para nabi?

Tuhannya para nabi mampu menyatakan KEKUASAANNYA, mampu menunjukkan diriNya benar-benar ILAHI, dan bukan hasil klaim manusia atau ngaku-ngaku nabinya belaka.

Tapi tuhan Arab, NOL, tak ada bukti ilahinya sama sekali. Lalu darimana Anda bisa mengatakan kalau tuhan Arab sama dengan Tuhannya para nabi? Bukankah Paijo pun juga bisa mengklaim kalau Panjul adalah tuhan yang sama dengan Tuhan yang mengutus nabi Musa dan nabi Isa? Apa susahnya kalau cuma ngaku-ngaku tanpa bukti?

Para pengikut Paijo juga bisa berhalusinasi dalam hatinya. Mereka berkata bahwa Panjul adalah benar-benar Tuhan, bukan tuhan kayalan. Mereka mengetahui hal itu bukan dari hasil pernyataan langsung dari sang Panjul, tapi dari hasil berangan-angan, apa yang diingini hatinya semata.

Mengetahui keberadaan Tuhan dari hati tidak sama dengan mengetahui keberadaan Tuhan dari hasil penerimaan PANCA INDERA.

Kita di sini sedang membahas ILLUSION GOD dan THE REAL GOD. Apakah sampeyan setuju bahwa allah swt adalah the illusion god?
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Menunjukkan Anda sudah sangat paham dan pernah bertemu langsung dengannya.

Selalu berusaha lebih baik-lebih baik dan lebih baik lagi adalah pegangan saya. Dibungkus dengan lillahi taala. Kan memang nasehat Nabi abhwa hari ini haus lebih baik dari kemarin.

Kalau cuma sekedar mengklaim, "wah, ini bukti kekuasaan allah swt!" Bukankah Lia Eden pun juga bisa? Dia mengklaim di langit ada tulisan LE sebagai pertanda bahwa allah swt menunjuknya sebagai nabi terakhir. Itu hasil imajinasi (berkayal) dan sukar dibuktikan secara ilmiah, kecuali, sebelum tanda-tanda itu muncul, ada orang yang memberitahu dia (entah malaikat atau apa) bahwa nanti jam sekian atau besok sore di langit akan ada tanda awan berarak membentuk 2 huruf: LE. Bila hal itu tidak dikonfirmasi sebelumnya, bukankah itu tidak lebih dari sekedar FENOMENA ALAM biasa?

Atau umpamanya pada suatu hari ada kilat menyambar dan merobohkan sebatang pohon. Lalu saya bilang, "Itu adalah tanda kekuasaan PANJUL selaku Tuhan. Panjul sedang menunjukkan amarahnya."

Nah, bukankah kalau cuma menghubung-hubungkan dan mengklaim sesuatu sebagai miliknya (atau milik dewanya) itu cukup mudah? Anda tentu bisa membedakan mana BERKAYAL dan mana melihat REALITA?


Selama dia bukan mengaku Islam, ya gak papa. Panjul mengaku dapat agama baru, misalnya agama buto ijo, atau Sumanto ngaku dapat wahyu buto cakil. BAGI SAYA PRIBADI, no problem silakan. Biar urusan Departemen Agama dan Pemerintah (kan pemerntah mengakui hanya 5 agama). tapi kalo Prapto Mondroguno, mengaku mendapat wahyu atas nama ISLAM. Saya orang pertama yang maju mendebat kebulsyitannya. Atau percampuran Islam dengan Agama Upil, atau sinkretisme apapun yang masih atas nama islam.

islam itu rijid, fix dengan syariah (bukan muammalah, kalo muammalah banyak aturan yang kita bisa ijma dan qiyas) yang pakem. Sholat ya sholat 5 waktu. gak lebih gak kurang.
Justru itulah, pada level-level kita fenomena alam itu anabolic steroid untuk iman, kalau iman kita belum mumpuni benar. kalau orang-orang yang tasawuf,mereka gak butuh itu untuk memahami Ketauhidan. Gak butuh, huruf Allah dilangit, buah berbetuk allah, dsb. Semua kiasan itu hanya mengajak orang (Islam yang faqir2 bangsa saya ini) untuk mengingat dan berzikir. Dan justru karena absurdnya memahami Allah yang maha segalanya ini dari panca indera dan logika kita yang terbatas, semua hal yang sifatnya duniawi itu bukan sufficient condition untuk mempelajari Allah. gampang saja sebanrnya, ada 4 step utama yang anda lakukan:
1. Pergi ke Gramedia
2. Belilah Al Qur'an (dan terjemahannya)
3. Belilah Asbabun Nuzul nya juga (ada)
4. Panggillah guru yang benar, yang tahu Qur'an dan ilmu alatnya. Sekali lagi jangan diikuti kebiasaan netter di sini yang menerjemahkan Qur'an yang seakan-seakan seperti anak kelas 2 SD yang gak tau trigonometri dan asal tebak aja bahwa sinus 30 derajat = 4. Carilah guru yang benar, sebagaimana si anak ini mencari guru yang benar, sehingga tahu bahwa nilainya harus 1/2.

Langkah (1) dan (2) sudah cukup menginformasikan bahwa Al Qur'an ada 144 ayat, Langkah (3) akan menjelaskan bahwa ketika Allah menyebut orang kafir "binatang" itu ada sebabnya, karena mereka benar2 manusia yang ingkar. Langkah 4 akan menjelaskan "kenapa ada shobiina dan shobiuna, ada aku, ada Allah ada Kami dsb (topik-topik yang terjawab kalau anda sekalian punya waktu sedikit saja untuk belajar. Si anak SD ini saja sabar bahwa akhirnya dia baru sin 30 derajat 7 tahun berikutnya. Mengapa untuk ilmu agama kita malu dan resistan memulainya?? Dunia akhirat jaminannya.

Ketika ada orang gila ngamuk kesetanan, membacoki orang-orang yang ada di sekelilingnya, dia mengaku mendapat wahyu dari Tuhan agar membantai orang-orang yang ada di sekelilingnya, itu pun IMAN YG HEBAT, IMAN yang berada di atas rata-rata. Saking berimannya dia pada sosok yang memberinya wahyu, sehingga dia bisa bersikap nekat dan edan, padahal dia sendiri sukar membedakan antara REALITA dengan KAYALAN.

Ini kesalahan fatal. To be honest, saya jarang menemukan kesalahan fatal dalam logika anda. Orang gila yang ngamuk itu gak bisa dikatakan beriman dengan kuat atau hebat, bahkan atas nama hukum apapun (apalagi hukum islam). Orang gila ter exclude dari hukum. Jadi kalau ada dua orang gila di hutan kerjaannya zina ya dia bebas dari hukum, atau bahkan dua orang gila bersodomi, dsb. Mereka adalah outlier. Dalam Islam jelas. Syahadat harus diucapkan dengan Kalam. Apa itu kalam "Kalaamuna lafdzun mufidun kastaqim", harus jelas dan memahamkan.

Para pengikut Paijo juga bisa berhalusinasi dalam hatinya. Mereka berkata bahwa Panjul adalah benar-benar Tuhan, bukan tuhan kayalan. Mereka mengetahui hal itu bukan dari hasil pernyataan langsung dari sang Panjul, tapi dari hasil berangan-angan, apa yang diingini hatinya semata.


Sekali lagi silakan asalkan agamanya bukan islam. Kalau paijo ngaku Islam atau Lia Aminudin. Maaf, mohon tanyakan ke Lia Aminudin, hal standar saja membaca Al Qur'an, bagaimana membedakan imalah dan Istmam (yang anak-anak TPA) biasa baca. Gak usah nanya mubtada' lahul fail dan lahul khobar. Bagaimana hal mendasar saja dia gak tau, dan bisa merevisi Al Qur'an. Di sini banyaaaaaak sekali posting semacam itu

Kira2 ya..ada orang yang nulis surat pembaca di Kompas "3Diva bersuara fals", namanya Pi'i Ternyata si Pi'i ini buta musik, dia menyanyikan do dengan si dan la dengan fa. Gak usah di tes Bminor, A mayor, gak usah ditanya referensi musik nya Avril, Whitney apa Mariah. Gak usah disuruh praktek vibrasi (yang ada dia teriak). Dia tapi ngotot 3Diva suaranya fals!! Kira-kira fans nya 3 Diva marah gak ya? bahkan menurut saya "Tidak". Fans nya 3 diva cuman akan bilang shortly "Dasar orang gila".

Menurut hemat saya, Kesalahan mendasar anda tetap pada

Endogeneity Test. Sekali lagi anda coba anda renungi dan resapi benar gak:

Tuhannya para nabi mampu menyatakan KEKUASAANNYA, mampu menunjukkan diriNya benar-benar ILAHI, dan bukan hasil klaim manusia atau ngaku-ngaku nabinya belaka

Kan selalu diklaim orang Islam terbelakang, gak pinter. Saya yakin anda punya temen2 yang tahu statistik dan matematik atau ekonomi. Kalau kalimat di atas diterjemahkan dalam fungsi :

Tuhan=f(hal-hal yang bisa ditangkap manusia).

Tuhan adalah variabel dependen dan manusia adalah independen. karena HANYA ukuran-ukuran manusia yang bisa menunjukkan keTuhanan. TUhan kan bukan anak-anak yang baru nglamar kerja trus anda masukan ke probation test untuk menunjukkan kemampuannya bisa ngetik, bisa ngitung. Logika anda sangat berkebalikan. Tuhan kan bukan anak anda yang harus anda bujuk2, "hayo kalau bisa nyanyi di depan Om Ibra, papa kasih Permen..". memang kita siapa?
Kalau anda hubungkan ya pasti variabel kanan anda tidak akan signifikan menjelaskan TUhannya Orang Arab. Dia sungguh mulia dan hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang berIlmu dan berlogika

wallahu 'alam bishowab
Duladi
Posts: 7006
Joined: Thu Apr 12, 2007 10:19 pm
Location: Samarinda
Contact:

Post by Duladi »

Sdr Ibra, tampaknya Anda kurang fokus dengan pertanyaan-pertanyaan saya. Tapi okelah, tidak apa-apa.

Anda menulis:
  • Selalu berusaha lebih baik-lebih baik dan lebih baik lagi adalah pegangan saya. Dibungkus dengan lillahi taala. Kan memang nasehat Nabi bahwa hari ini haus lebih baik dari kemarin.
Baguslah kalau begitu, kita sama-sama untuk berusaha lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Kalimat Anda di atas sekaligus sebagai sebuah saran untuk saya. Tapi jangan nanti malah terbalik, justru Anda yang makin lama makin ndelewer dan banyak mengumbar istilah-istilah Arab seolah Anda seorang pakar rohani tapi Anda tidak mampu bernalar. Saya menangkap dari gaya tulisan Anda belakangan ini seperti asal nyerocos saja (maaf) tapi saya sulit menangkap isinya. Anda bergaya seorang PROFESOR ISLAM tapi kata-kata Anda cenderung tidak menjawab esensi pertanyaan.

Ibaratnya saya bertanya: "Di mana rumahmu?" (ini sebuah pertanyaan yang simpel) Tapi Anda menjawab: "House atau home adalah rumah dan address adalah alamat. Where is your home artinya di mana rumahmu." Bukan jawaban seperti itu yang saya inginkan, Saudaraku. Anda bukannya menjawab esensi pertanyaan saya, tapi malah memamerkan kepintaran Anda dalam berbahasa Inggris. Saya yakin Anda bukan orang yang baru lulus Kesarjanaan. Anda pasti seorang profesional. Jadi mohon tidak usah bergaya atau sok-sok'an. Saya orang yang simpel dan tidak suka bahasa yang muluk-muluk. Dengan bahasa Indonesia saja saya rasa kita sudah mampu menggunakan nalar dan logika, tidak usah memamerkan kemahiran bahasa asing. Karena walaupun kalimatnya panjang dan terlihat banyak, tapi sebenarnya tidak menjawab apa yang ditanyakan.

Semoga Anda di sini tidak sedang berusaha menaikkan derajat bahasa Arab di atas bahasa sendiri. Hargailah bahasa Indonesia.
Ibra wrote:Selama dia bukan mengaku Islam, ya gak papa. Panjul mengaku dapat agama baru, misalnya agama buto ijo, atau Sumanto ngaku dapat wahyu buto cakil. BAGI SAYA PRIBADI, no problem silakan. Biar urusan Departemen Agama dan Pemerintah (kan pemerntah mengakui hanya 5 agama). tapi kalo Prapto Mondroguno, mengaku mendapat wahyu atas nama ISLAM. Saya orang pertama yang maju mendebat kebulsyitannya. Atau percampuran Islam dengan Agama Upil, atau sinkretisme apapun yang masih atas nama islam.
Saya ingin tahu bagaimana cara Anda mendebat kebulshitan Prapto Mondroguno yang mengaku mendapat wahyu atas nama Islam? Ibarat saja, Prapto Mondroguno benar-benar melakukannya.

Dan kenapa Anda tidak ingin ada agama baru hasil sinkretisme agama Islam, sementara Islam sendiri adalah hasil sinkretisme agama Pagan, Nasrani, Milah Ibrahim dan Yahudi?

Orang Islam sendiri mengakui itu. Lihat linknya di sini:
http://209.85.175.104/search?q=cache:kr ... cd=1&gl=id
Namun sejarah membuktikan bahwa selama 17 abad, sejak abad ke 10 SM Ka’bah menjadi pusat paganisme, dan baru pada abad 7 M, Muhammad saw membebaskan Ka’bah dari paganisme dan menjadikannya pusat agama monoteisme menurut tradisi Semit. Namun tidak secara total bersih dari pengaruh psikologis paganisme, terbukti dengan tetap disakralkannya ‘hajar aswad’, batu hitam yang merupakan bagian dari ilah pemersatu bangsa Quraisy darimana Muhammad saw dilahirkan.

Suku Quraisy sejak sebelum dan sesudah Islam menjadi penguasa Mekah yang menjadi pusat peradaban Hejaz. Dengan dasar hadist-hadist dhaif, hajar aswad sesudah wafatnya Muhammad saw dipertahankan sebagai bagian dari mitos haji meski non-ritual, dengan mendis-informasikan berasal dari sorga.
Dan:
http://persatuan.web.id/?p=80
Sinkretisme Islam dengan paganisme tampak dalam ritual hajji yang sarat dengan simbol-simbol lama, termasuk Hajar Aswad (batu hitam) yang dipasang di sudut Ka’bah yang sesungguhnya merupakan lambang persatuan paganis pra Islam yang menjadi simbol paganis terpenting aristokrasi Quraisy. Perlu dicatat di masa pra Islam Ka’bah merupakan situs pemujaan al-Lah pantheon tertinggi dalam system religi paganis Mekah dengan Hajar Aswad sebagai lambang persatuan.

Meskipun tidak termasuk dalam ritualitas hajji, Hajar Aswad dihormati sebagai yang sakral. Ini merupakan bentuk kompromi sinkretisme. Tujuan Nabi Muhammad tentu untuk mencegah konflik latent yang bisa berkobar menjadi perang besar dikemudian hari yang dapat mengancam seluruh bangunan peradaban Islam.
Sdr Ibra yang budiman. Bila Islam sendiri adalah hasil sinkretisme (penggabungan) ajaran Pagan dengan agama-agama Samawi, kenapa sekarang Anda menolak bila ada orang lain yang ingin memperbaharui Islam agar lebih modern dan lebih manusiawi? Sikap Anda ini semata-mata karena Anda sudah menjadi BUDAK DOGMA atau dari pemikiran Anda sendiri?
Ibra wrote:Dan justru karena absurdnya memahami Allah yang maha segalanya ini dari panca indera dan logika kita yang terbatas, semua hal yang sifatnya duniawi itu bukan sufficient condition untuk mempelajari Allah.
Sdr Ibra, bila Anda sudah mengakui sendiri bahwa allah itu absurd, kenapa Anda masih meyakininya ADA?

Ini jelas-jelas sebuah KHAYALAN TINGKAT TINGGI, anda tidak realistis.

Tidakkah keberimanan muslim kepada tuhan Arab itu terkesan dipaksakan saja?
Ibra wrote:Sekali lagi jangan diikuti kebiasaan netter di sini yang menerjemahkan Qur'an yang seakan-seakan seperti anak kelas 2 SD yang gak tau trigonometri dan asal tebak aja bahwa sinus 30 derajat = 4. Carilah guru yang benar, sebagaimana si anak ini mencari guru yang benar, sehingga tahu bahwa nilainya harus 1/2.
Sdr Ibra yang budiman, apakah Anda mengerti dengan apa yang Anda omongkan ini, dan bukan sekedar asal nyerocos supaya terlihat seolah-olah sampeyan sudah menjawab?

Bisakah Anda berikan satu saja, contoh netter di sini yang menerjemahkan Quran seperti anak kelas 2 SD, ibaratnya main tebak sinus 30 derajat = 4? Saya ingin Anda memberikan contohnya pada saya, agar Anda tidak dianggap asal nyerocos tanpa Anda sendiri mengerti apa yang Anda ucapkan.
Ibra wrote:Langkah (1) dan (2) sudah cukup menginformasikan bahwa Al Qur'an ada 144 ayat,
Mohon maaf, koreksi, bukan 144 ayat, tapi 114 surat. Apakah Alquran saya berbeda dengan Alquran Anda?
Ibra wrote:Langkah (3) akan menjelaskan bahwa ketika Allah menyebut orang kafir "binatang" itu ada sebabnya, karena mereka benar2 manusia yang ingkar. Langkah 4 akan menjelaskan "kenapa ada shobiina dan shobiuna, ada aku, ada Allah ada Kami dsb (topik-topik yang terjawab kalau anda sekalian punya waktu sedikit saja untuk belajar. Si anak SD ini saja sabar bahwa akhirnya dia baru sin 30 derajat 7 tahun berikutnya. Mengapa untuk ilmu agama kita malu dan resistan memulainya?? Dunia akhirat jaminannya.
Sdr Ibra, bila sampeyan saja sulit menjelaskan hal-hal yang absurd dari Alquran, bagaimana sampeyan dengan lancangnya mengatai orang yang mengerti keabsurdan Quran sebagai anak SD? Bila Anda bisa mengatai orang yang mengetahui keabsurdan Quran sebagai anak SD, itu artinya Anda tidak menganggap Quran absurd dan Anda sudah pasti bisa menjelaskannya secara TIDAK ABSURD (=masuk akal). Tapi nyatanya, Anda sendiri kesulitan, bukan? Jadi, sebenarnya di sini siapa yang bertingkah seperti anak SD? Netter non-muslim, atau justru netter muslim sendiri yang berusaha mengimani keniscayaan?

Ibaratnya ada dongeng "ONTA bisa terbang". Anak SD yang nalarnya terbatas itu percaya saja tanpa berpikir panjang, tanpa mencoba menelaahnya lebih lanjut apakah hewan onta itu bisa terbang atau tidak. Semua informasi absurd itu ditelannya mentah-mentah dan dianggapnya sebagai kebenaran mutlak. Sebaliknya, ada anak sarjana yang tahu kalau itu tidak masuk akal (absurd), kemudian berusaha mengingatkan anak SD bahwa cerita yang diterimanya itu sekedar dongeng dan bukan fakta. Tapi anak SD itu malah berteriak-teriak: "Anda ini kok sok tahu, sampeyan itu masih SD, bisanya cuma main tebak-tebakan, Sinus 30 = 4. Sana, belajar lagi yang benar."

Sdr Ibra, kalau ISLAM adalah sebuah KEBENARAN, tentu umatnya tidak akan kesulitan untuk menjelaskan kebenaran itu. Tapi faktanya, sampeyan sendiri kesulitan untuk memahami Islam sebagai sebuah kebenaran, kecuali KEBODOHAN yang dipaksakan sebagai kebenaran.

Untuk menutupi kebodohan itu, muslim biasanya akan melimpahkan tanggung jawab pada yang lain, atau berusaha kabur dengan alasan seperti Umar bin Khattab, "Saya cuma ikut-ikutan nabi, saya nggak tahu urusannya." Atau, seperti ucapan muslim kebanyakan, "Sana belajar lagi bahasa Arab yang bener, pelajari Asbabun nuzulnya." Padahal, dia sendiri tidak mengerti apa yang dia ucapkan.

Orang yang bingung, untuk menutupi kebingungannya, dia akan berusaha kabur dengan kata-kata di atas.

Sdr Ibra, sebelumnya saya berkata:

Ketika ada orang gila ngamuk kesetanan, membacoki orang-orang yang ada di sekelilingnya, dia mengaku mendapat wahyu dari Tuhan agar membantai orang-orang yang ada di sekelilingnya, itu pun IMAN YG HEBAT, IMAN yang berada di atas rata-rata. Saking berimannya dia pada sosok yang memberinya wahyu, sehingga dia bisa bersikap nekat dan edan, padahal dia sendiri sukar membedakan antara REALITA dengan KAYALAN.

Anda menanggapi:
  • Ini kesalahan fatal. To be honest, saya jarang menemukan kesalahan fatal dalam logika anda. Orang gila yang ngamuk itu gak bisa dikatakan beriman dengan kuat atau hebat, bahkan atas nama hukum apapun (apalagi hukum islam). Orang gila ter exclude dari hukum. Jadi kalau ada dua orang gila di hutan kerjaannya zina ya dia bebas dari hukum, atau bahkan dua orang gila bersodomi, dsb. Mereka adalah outlier. Dalam Islam jelas. Syahadat harus diucapkan dengan Kalam. Apa itu kalam "Kalaamuna lafdzun mufidun kastaqim", harus jelas dan memahamkan.


Sdr Ibra, Amrozi cs meledakkan bom di bali karena alasan apa? ISLAM. Demi menjalankan ajaran nabinya, membantai kafir dan membuat bumi ini SUCI hanya untuk awloh semata, maka Amrozi tega membunuh ratusan manusia yang tidak pernah memusuhinya atau bahkan menyakitinya. Itu adalah contoh IMAN TINGKAT TINGGI. Saking tingginya iman Amrozi, Imam Samudera dkk. sehingga dia bisa melakukan perbuatan semacam itu.

Sama seperti seorang PASTUR Katolik yang rela hidup membujang seumur hidup. Kenapa dia rela menjadi seperti itu? Karena IMAN. Ini adalah contoh IMAN TINGKAT TINGGI, sehingga orang rela berbuat apa saja demi imannya.

Nah, apakah Anda sadar, Sdr Ibra, bahwa IMAN ISLAM adalah iman yang sangat ****? Apa dasar dari iman Islam? Kalau Islam percaya pada allah swt yang notabene tidak pernah ada tapi dikayal-kayalkan HARUS ADA, bukankah itu ****? Dan lebih **** lagi, demi kayalannya itu, manusia rela BERBUAT KEJAM? Tentang ini, nanti akan kita bahas pada thread tentang ISLAM (sementara ini belum saya bikin threadnya).

Saya sudah membuat 3 thread untuk kita berdua berdiskusi secara intelek dan mendalam, yaitu: Thread tentang ALLAH SWT, thread tentang Muhammad, dan thread tentang Alquran. Semuanya ada di RUANG BEDAH ISLAM.
Ibra wrote:Menurut hemat saya, Kesalahan mendasar anda tetap pada Endogeneity Test. Sekali lagi anda coba anda renungi dan resapi benar gak:

Tuhannya para nabi mampu menyatakan KEKUASAANNYA, mampu menunjukkan diriNya benar-benar ILAHI, dan bukan hasil klaim manusia atau ngaku-ngaku nabinya belaka

Kan selalu diklaim orang Islam terbelakang, gak pinter. Saya yakin anda punya temen2 yang tahu statistik dan matematik atau ekonomi. Kalau kalimat di atas diterjemahkan dalam fungsi :

Tuhan=f(hal-hal yang bisa ditangkap manusia).

Tuhan adalah variabel dependen dan manusia adalah independen. karena HANYA ukuran-ukuran manusia yang bisa menunjukkan keTuhanan. TUhan kan bukan anak-anak yang baru nglamar kerja trus anda masukan ke probation test untuk menunjukkan kemampuannya bisa ngetik, bisa ngitung. Logika anda sangat berkebalikan. Tuhan kan bukan anak anda yang harus anda bujuk2, "hayo kalau bisa nyanyi di depan Om Ibra, papa kasih Permen..". memang kita siapa?
Kalau anda hubungkan ya pasti variabel kanan anda tidak akan signifikan menjelaskan TUhannya Orang Arab. Dia sungguh mulia dan hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang berIlmu dan berlogika
Saya percaya itu, Sdr Ibra, bahwa TUHAN itu DEPENDEN dan kita manusia adalah independen.

Tapi kenapa Anda menghubungkannya dengan allah swt?

Anda sudah di-brainwash oleh orang Arab. Darimana Anda bisa menghubungkan allah swt dengan tuhan? Orang Yunani pun juga bisa mengatakan Zeus adalah variabel dependen dan manusia adalah variabel independen, untuk memaksakan keyakinan mereka bahwa Zeus=Tuhan. Tapi mana buktinya?

Saudara Ibra, tidakkah Anda mengerti maksud saya? TIDAK ADA BUKTI KALAU ALLAH SWT ITU TUHAN BENERAN.

Anda harus menentukan sikap di sini, Saudaraku, bahwa:

1) ALLAH SWT adalah THE ILLUSION GOD
ataukah
2) ALLAH SWT adalah THE REAL GOD.

Salam kasih untuk Anda dan keluarga di rumah.

Hormat saya,

DULADI
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Pak Duladi yang begitu menyenangkan,

Kalau bapak lihat paragraf awal ini adalah jawaban dari greeting anda.
Anda memuji:
Menunjukkan Anda sudah sangat paham dan pernah bertemu langsung dengannya.

Saya menjawab:
Selalu berusaha lebih baik-lebih baik dan lebih baik lagi adalah pegangan saya. Dibungkus dengan lillahi taala. Kan memang nasehat Nabi bahwa hari ini haus lebih baik dari kemarin

Implicitly yang saya ingin saya katakan adalah: terima kasih atas khusnudzon anda, dan saya anggap khusnudzon (baik sangka anda) adalah do'a supaya saya selalu lebih baik dari hari kehari. Jadi saya tidak tau pada bagian mana jawaban saya miss match.

Saya juga merasa, saya lebih firmed dengan dua posting saya sebelumnya. Posting saya yang terakhir, menurut hemat saya, gak lebih dari grade 6 out of 10. Justru ini melecut saya lebih baik dalam berdiskusi. Jadi perkiraan anda juga saya setujui. Toh, Roger federer juga gak selalu bermain bagus, bukan.

Saya ingin tahu bagaimana cara Anda mendebat kebulshitan Prapto Mondroguno yang mengaku mendapat wahyu atas nama Islam? Ibarat saja, Prapto Mondroguno benar-benar melakukannya.

Karena kalau dia mengaku mendapat wahyu atas nama Islam, Islam yang mana yang dia claim? "Al yauma akmaltu lakum diinukum waatmamtu alaikum warodiitu lakumul islama dinna". Itu sudah stated bahwa islam sudah JANGKEP! Sudah lengkap, sudah accomplished. Tinggal umatnya saja. Dah bahwa rasul adalah rasulullah SAW sebagai pembawa risalah terakhir sudah pula Fix/jangkep. Sampun cetho. Jadi silakan Prapto Mondroguno pake nama agama lain, karena Islam TIDAK membutuhkan risalah baru, wahyu baru dan nabi baru. Kalau dia mengklaim agama baru, Agama Butho Terong atau agama Walang kadung, nggih sumunggo..
Akan makin kontradiktif kalau kita masukkan unsur logika di sini. a. Islam sudah lengkap, b. Muhammad rasul terakhir c. ada nabi baru. Variabel C ini tidak akan pernah bisa masuk dalam Islam karena ada constrain A dan B

Dan kenapa Anda tidak ingin ada agama baru hasil sinkretisme agama Islam, sementara Islam sendiri adalah hasil sinkretisme agama Pagan, Nasrani, Milah Ibrahim dan Yahudi?


Tepatnya (yang kami yakini dan hasus Muslim yakini) adalah Islam sebagai agama penyempurna. Jadi menurut saya kalau orang manajemen bilang bukan meger, tapi Acquisition. Jadi agama Islam itu sudah melengkapi semua millah adan agama dari Nabi dan Rasul sebelumnya.

Sdr Ibra, bila Anda sudah mengakui sendiri bahwa allah itu absurd

Mohon tidak dipenggal cara membacanya, menurut saya anak kalimat di atas tidak lengkap:
Dan justru karena absurdnya memahami Allah yang maha segalanya ini dari panca indera dan logika kita yang terbatas

Saya hanya mengatakan, tools dalam memahami keAda-an TUhan seperti yang anda tawarkan itu, sebenarnya ilmu yang sangaaaaat lama. Al Qur'an juga menjelaskan, bagaimana Ibrahim Alaihissalam, memulainya dengan pendekatan yang anda lakukan. Apakah Tuhan itu Matahari , matahari ternyata tenggelam, apakah Tuhan itu Bulan, bulan hilang pada pagi hari pakah bulan api, api padam kena air. Makannya saya katakan, memaknai Tuhan dengan logika dan panca indera kita yang terbatas itu akan absurd dalam menyimpulkan keberadaan Allah yang maha agung, sebagaimana lesson leatned yang telah ditunjukkan Ibrahim AS sampai akhirnya dia berujung bahwa Allah itu Dzat yang Maha segalanya dan tidak usah diukur dari indikator versi manusia.

Sdr Ibra, bila sampeyan saja sulit menjelaskan hal-hal yang absurd dari Alquran, bagaimana sampeyan dengan lancangnya mengatai orang yang mengerti keabsurdan Quran sebagai anak SD?


Gini pak, kalau ibaratnya anda belajar dari nol, sampai dengan rentang anda tahu Al Qur'an. Jarak antara 2 SD sampai 2SMP =7 tahun. (dimana trigonometri itu diajarkan) adalah jarak yang sebenar-benarnya secara formal bagi orang yang belajar Islam dengan benar. Seriously. jangan marah terlebih dahulu.Begini secara sistematis, dalam struktur formal pesantren salafi bisa saya ceritakan.
Kelas 1 Ibtidai : Fiqih (mabadi), Nahwu (Belum ada) + Ta'lim Mutaalim
Kelas 2 Ibtidai : Fiqih (Fatkhul Qorib), Nahwu (Jurumiyyah)
Kelas 3 Ibtidai: Fiqih (Fatkhul Qorib-Lanjutan), Nahwu (Imrithi)
Kelas 4 Ibtidai : Fiqih (Fatkhul Muin), Nahwu (Alfiyyah Ibni Malik)
Kelas 5 Teaching Assistant untuk mengajar kelas 1 plus Nahwu (Alfiyyah lanjutan)
Kelas 6 Teaching Assistant, Nahwu/Logika (balaghoh)
Kelas 7 Teacing Asssitant, Nahwu/Logika (balaghoh lanjutan)
Next..orang sudah mulai menjadi uistadz dan ustadzah kecil

saya gak asal nerocos. tapi memang begitu adanya. Sama juga kita belajar Kalkulus, Kalkulus 1, Accounting , Advance Accounting, dsb
Jadi memang wajar kalau saya katakan sebagian posting yang ada di sini gak mengambil rule itu. dan itu tugas saya untuk telaten tetap menanggapu.

Pertanyaan lanjutan : Ribet amir belajar Al Qur'an dan Islam?
karena itulah islam ada differensiasi manusia. Ada Nabi, ada khalifah, ada shohabat, ada Tabiin (pengikut nabi) ada tabiit Tabiin (pengikutnya pengikut nabi) ada tabiit Tabiit Tabiin, dst.

karena itulah seperti saya tulis kemarin, saya tuliskan orang-orang yang saya cantumkan kemarin sebagai Hall of Famem ya karena memang mereka lebih dari kita dari sisi keilmuan agamnaya. dan karena keilmuan agama most likely berhubungan dengan ketaqwaan, sebagaimana firman Allah "manusia diciptakan sama kecuali ketaqwaannya" jelas mereka levelnya akhirnya di atas kita.

Nah bagi kita-kita yang faqir gimana?? ya ikutilah ulama, cari guru yang benar. Sebagaimana pesan Opick, mengingat Allah dengan hati, dan tombo ati, salah satunya adalah "bergaul dengan orang-orang saleh", agar kita tidak kerempas dari orbital orang-orang beriman. jadi jelas beda orang belajar dan tau ilmu dengan orang yang tidak tau ilmu. Taksih ndawuhi kulo NYEROCOS? Monggo kerso.

"Sana belajar lagi bahasa Arab yang bener, pelajari Asbabun nuzulnya." Padahal, dia sendiri tidak mengerti apa yang dia ucapkan

Tapi ya memang harus seperti itu. Non Muslim (?) selalu reluctant dengan kata-kata itu. Tapi ya bagaimana lagi? Bukan untuk menutupi kebodohan. Tapi bagaimana membuka kebodohan dengan jalan yang benar. Seperti contoh, "Idrib" diartikan memukul, "Memprotes Islam yang diskriminatif katena menyebut orang Kafir Binatang", hampir semua posting saya di FFI ini mostly memberikan view konteks asbabun nuzul dalam setiap ayat.

Orang yang bingung, untuk menutupi kebingungannya, dia akan berusaha kabur dengan kata-kata di atas.
Sekali lagi Asbabun Nuzul, asbabul wurud, Nahwo, Shorof dan Tools dalam I'robul Qur'an adalah ilmu untuk mempelajari Al Qur'an, ilmu bagaimana Islam memahami Al Qur;an.
Logikanya adalah :
(1) Islam adalah agama yang mempunyai kitab suci
(2) Al Qur'an adalah kitab sucinya, artinya
(3) Al Qur'an milik orang Islam
(4) Orang islam memaknai Qur'an tidak literal tapi dengan Asbanun Nuzul dan Irobul Qur'an.

Pertanyaan saya:
Al Qur'an milik siapa yang sedang anda kritisi? miliknya si (a) Paimo, apa milik (b) orang Islam, kalau jawabannya (a). Pertama suruh Paimo jangan make nama Qur'an, karena sudah fix milik Islam, segera setelah namanya jadi "Kitab Al Muqiyyio", silahkan anda kritisi dengan logika anda, sambil ngesot, sambil nyanyi, sambil rujaan.

Tapi kalau jawabannya (b)
Ya lakukan substitusi (4) ke (3) : Pahamilah Al Qur'an sebagaimana cara orang islam memahaminya, karena ini milik orang islam. Njih nopo mboten??

Sama seperti seorang PASTUR Katolik yang rela hidup membujang seumur hidup. Kenapa dia rela menjadi seperti itu? Karena IMAN. Ini adalah contoh IMAN TINGKAT TINGGI, sehingga orang rela berbuat apa saja demi imannya.


Ini debat saya dengan pak Fox di ruang sebelah yang (menurut saya) pak Fox pun setuju konklusinya bukan AGAMA. Sebagaimana bagaimana Orang kristen serbia membunuh ibu-ibu di Sarajevo, Srebenika, dsb. saya tidak tahu injil, tapi saya khaqqul yakin, not even every single dari ayat di Bible yang nyuruh mbunuh orang tidak berdosa, bagaimana Iraq dibumihanguskan, orang-orang israel membunuh bayi2 di Plestina. Ini akan menjadi list yang panjang kalau kita itung2an salah siapa. Jadi kita kembalikan ke konteks agama. Amrozi? wallahu alam, saya yakin itu kesalahan pemahaman agama, sebagaimana orang Kristen Serbia menziani perempuan2 bosnia.

Saya percaya itu, Sdr Ibra, bahwa TUHAN itu DEPENDEN dan kita manusia adalah independen.

Tapi kenapa Anda menghubungkannya dengan allah swt?


Menurut saya, Bapak masih terbalik, Tuhan itu exogen yang paling exogen, independen dan manusia dependen yang paling dependen.

kenapa dihubungkan dengan Allah taala karena kita sedang mengkaji tuhan : Allah SWT, bukan Zeus, bukan Yesus Kristus.
Kan anda ingin membuktikan bagaimana mengukur keberadaan Tuhan. Sumonggo kalau Tuhan lain diterjemahkan dengan sederhana dengan inera manusia. Tapi BUKAN itu yang dilakukan untuk mengukur Tuhan Arab, sekali lagi yang bisa ngukur adalah Qullub. Hati yang gimana? hati yang bersih. Yang bagaimana? hati orang yang beeriman dan bertaqwa dan berilmu. dalam ilmu modern pun (ekonomi, misalnya) membuktikan sesuatu itu bukan dengan contoh. kalau kita bisa menggunakan if-then dan logic ya itulah proof nya.

wallahu alam bishowab
[/i]
Duladi
Posts: 7006
Joined: Thu Apr 12, 2007 10:19 pm
Location: Samarinda
Contact:

Post by Duladi »

Saudaraku Ibra yang menyenangkan,

Sebelum saya menanggapi komentar Anda yang terakhir quote per quote, saya perlu penegasan dari Anda tentang:

1) Apakah Anda tidak merasa diri Anda di-brainwash oleh ajaran Arab?

dan

2) Apakah metode Anda dalam menjawab ini sama dengan cara USTAD (guru agama) Anda ketika mengajari Islam kepada sampeyan? Kalau iya, saya sangat gembira sekali karena dalam diskusi ini saya seolah berhadapan langsung dengan seorang GURU AGAMA ISLAM, tapi kalau tidak, juga tidak apa-apa.

Mohon Saudara tanggapi yang ini dulu, barulah saya akan lanjutkan.
Duladi
Posts: 7006
Joined: Thu Apr 12, 2007 10:19 pm
Location: Samarinda
Contact:

Post by Duladi »

PS.
Ibra wrote:saya pikir, kalau kita tidak keberatan, kita merge saja pembahasan ini dalam satu keranjang
Kalau kita membicarakan Allah tentu kita membicarakan kitabNya dan rasulNya. Kita selesaikan satu per satu dengan pikiran tenang dan hati yang jujur
Baiklah, saya berubah pikiran dan saya setuju kalau semua topik itu kita selesaikan di sini saja step by step.

2 Thread yang lain (Diskusi Duladi & Ibra) sudah saya hapus.

Kenapa saya berubah pikiran? Sebab saya melihat pembahasan Anda di sini mulai mengembang dan tidak hanya tentang allah saja, tapi juga Muhammad, Alquran dan Islam. Jadi saya ingin menanggapinya di sini saja mengikuti pola jawaban Anda. Akan sayang, bila ada jawaban sampeyan yang saya lewati atau saya tunda menanggapinya.
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Sepakat pak...
Masak kita yang suka ngritik pemerintah, malah kalah sama mereka. Pemerintah lagi menggiatkan "manajemen satu atap" "one stop for all"
Jadi kita bikin saja dalam satu pembahasan. kalau saya pribadi, saya sesuaikan dengan permintaan. Post-post bapak (meskipun tentang Allah) kan juga mempertanyakan pula esistensi Al Qur'an dan Rasululluah..jadi ya kita bundle saja dalam satu paket.

1) Apakah Anda tidak merasa diri Anda di-brainwash oleh ajaran Arab?

Saya benar-benar Bloko Suto ini pak : Sejujurnya saya merasa amat di brainwash. Semakin banyak mempelajari agama, semakin sadar bahwa ilmu agama itu luass sekali. Dan hanya sedikit sekali yang sudah kita pahami. Berawal dari bisa membaca Al Qur'an, memahaminya, membangun relasinya dengan Aqidah, Hadist maupun Fiqh. Terus terang saya sempat mengalami trance. Saya pengeen sekali belajar agama, tapi waktu dan tempat yang tidak mengijinkan. bahkan saya sudah berjanji dengan istri : kalau tahun ini gak dapet PhD, saya balik ke pesantren. Biar rejeki Allah yang mengatur.

2) Apakah metode Anda dalam menjawab ini sama dengan cara USTAD (guru agama) Anda ketika mengajari Islam kepada sampeyan? Kalau iya, saya sangat gembira sekali karena dalam diskusi ini saya seolah berhadapan langsung dengan seorang GURU AGAMA ISLAM, tapi kalau tidak, juga tidak apa-apa.

wallahu alam. Mungkin tidak mungkin iya. saya mendengarkan Quraish Shihab, Gus Dur, Jefry Al Bukhory, Opick, tapi (jangan salah) saya juga pendengar setia Mama Dedeh. Kalau pengen sedikit nakal, Gunawan Muhammad juga boleh, tapi gak terlalu suka Ulil Absar. Tapi jelas saya bukan guru agama, sejujurnya saya lebih suka debat ekonomi daripada agama. kenapa BBM harus naik (:P)
Kalau saya pribadi berpendapat orang yang mumpuni agama harus minimal belajar sampai Balaghoh, saya drop out di Alfiyyah. kalau dikatakan faham aturan Nahwu Shorof, harus hafal 1000 matan Al fiyyah (jadi kayak aturan-aturan bacaan dalam Bahasa Arab yang diformulasikan dalam syair, misalnya subject mesti gimana,predikat bila subjectnya berupa kata ganti, dsb), saya hanya hafal 300-an, mungkin sekarang tinggal 5 bait pertama.
Saya malah lebih hapal, hari ini siapa kontestan American Idol yang keluar malam ini trus Maria Sharapova ngalahin siapa. Atau krisis AC Milan yang nyaris gak lolos kompetisi Eropa.
Saya sering dengerin John hartman, Evelyn atau Gilbert Lumoindong.
Saya juga suka dengerin Crefto Dollar pagi-pagi, sambil nunggu sholat shubuh. menurut saya, tipikal da'wah umat Kristen sangat maju dan to some extent bisa ditiru. Yet, saya pernah juara debat se-Jawa Bali tingkat ekonomi. Mungkin metode saya agak berbeda. saya gak saklek dengan dalil naqli, kalau memang make sense ya just go on. Wong, memang agama diperuntukkan bagi orang berilmu dan orang berpikir.

Semoga menjawab.

illa Liqo'
Duladi
Posts: 7006
Joined: Thu Apr 12, 2007 10:19 pm
Location: Samarinda
Contact:

Post by Duladi »

Ibra wrote:saya pernah juara debat se-Jawa Bali tingkat ekonomi
Selamat!!!
Image
Ibra wrote:Sejujurnya saya merasa amat di brainwash.
Sdr Ibra, bukankah setelah dibrainwash oleh Arab, Anda tidak lagi sanggup berpikir kritis?

Orang yang sudah dicuci-otak, pikirannya menjadi seperti ZOMBIE.
Apapun yang dikatakan oleh Arab, Anda langsung percaya 100% tanpa mempertanyakannya lagi. Benar, bukan?

Arab sebagai master dan sampeyan selaku slave.

Saya sarankan, kepintaran Anda di bidang ekonomi belum sempurna bila Anda belum keluar dari brainwashing Arab.

Oke, sekarang mari kita lanjutkan diskusi.

Sdr Ibra yang budiman,

Saya bagi postingan saya menjadi 4 bagian:

1) TENTANG ALLAH SWT

Lanjutan postingan awal:

Tuhan tidak mengekor pada nabinya
5. Tuhan itu Baik, Dia membenci Kejahatan. Tuhan membenci perbuatan-perbuatan yang nista, perbuatan yang mencerminkan ketidaksetiaan dan ketamakan.

Sampeyan menanggapi:
Wallahu alam, sebatas yang saya tahu, nabi dan (apalagi Rasul) adalah manusia pilihan. (Bagi kami mulim) apalagi Muhammad SAW.
Karena manusia pilihan, sejahat apapun dia, Tuhan akan selalu membelanya?

Tuhan tidak akan menggandengkan namanya dengan nabinya

6. Tuhan ketika menyampaikan firman dengan perantaraan nabiNya, Dia akan menggunakan DiriNya sebagai Subyek yang harus dipatuhi. Nabi hanyalah sebagai alat, sebagai penerus kata-kataNya, sebagai penyambung lidahNya.

Sampeyan menanggapi:
Untungnya di Al Qur'an juga tidak ada. Saya banyak membahas ini dengan Mas Hilman.
Anda berdusta. Faktanya ada.
Saya kutipkan 2 contoh:

QS 8:1
Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: "Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul, oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman."

QS 33: 57
Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.

"Barangsiapa taat kepada Rasul maka dia taat kepada Allah. Karena secara hakikiki Dia lah yang memerintah dan melarang. Sedangkan Rasul hanyalah orang yang menyampaikan perintah dan larangan.
Bukankah itu janggal? Siapa yang mengucapkan kalimat-kalimat itu kepada orang Arab? Bukankah Muhammad? Bila dirinya turut disertakan sebagai SUBYEK dalam ayat-ayat itu, tidakkah itu sarat dengan kepentingannya sendiri?
Sunnah Allah sudah berlaku bahwa Dia tidak memerintah kecuali melalui Rasul.
Dengan kata lain, RASUL itu sudah menjadi TUHAN bagi para pengikutnya?
Jadi apapun yang diperintahkan Rasulullah merupakan deviasi dari perntahNya sebagaimana larangan Rasul adalah deviasi dari laranganNya.
Tahu darimana kita, bahwa apa yang diperintahkan orang tersebut adalah perintah tuhan bernama allah?
Apa buktinya?
Rasul jelas tidak sama dengan Allah SWT, karena sifat wajib, sifat jaiz dan sifat mustahilnya tidak sama.
Ini pandangan yang naif. Saya tidak bilang Muhammad memiliki sifat-sifat Tuhan. Tapi kalau sifat-sifat allah sama dengan sifat-sifat Muhammad, memang iya, karena yang memerankan diri menjadi allah adalah Muhammad.
Seperti yang pernah saya tuliskan, Allah memiliki 20 sifat wajib sebagai Dzat yang Azza wa jalla (wujud, qidam, baqo, mukhalafatul lilkhawadist, qiyamuhu binafsihi, wahdaniyyah, qudrah, irodah, ilmu, hayat, sama, bashor, kalam, qodiron, muridan, aliman, khayyan, samian, bashiran, mutakalliman)
Itu teori. Apakah ada buktinya dari riwayat sejarah bahwa allah swt benar-benar memiliki 20 sifat itu?
dan ketika saya mengimani Rasulullah maka sifat wajib yang melekat kepadanya adalah Shidiq, amanah, tabligh dan fathonah.
Tentang ini akan dibahas di sub MUHAMMAD.
Jelas Rasul tidak baqo' karena beliau wafat, jelas rasul tidak qiyamuhu binnafsih karena dia lahir dari Siti Aminah, dan ayah Abdullah, jelas dia tidak wahdaniyyah karena dia beristri dan berketurunan. Sifat jaiznya pun juga beda, sifat jaiz nabi sebagaimana manusia biasa: makan, minum, biologis sementara sifat jaiz allah fi'lu kulli mutamakinin au tarkhuhu (Allah berkehendak menjadikan sesuatu atau tidak menjadikan sesuatu), suatu sifat jaiz yang jelas Rasul tidak dilekati. Sehingga apa hal yang harus menyamakan Allah SWT dan Rasulullah SAW dari sisi sifat dan keberadaanya??
Muhammad dan allah swt adalah SAMA, tapi Muhammad memang tidak sama dengan TUHAN.

Tuhan tidak bergantung pada mulut satu orang manusia


7. Keberadaan Tuhan tidak bergantung pada "congor" satu orang manusia,
Simply karena Rasulullah adalah rasul terakhir, dan dinyatakan telah lengkap sebagaimana ayat terakhir yang turun "Al yuma akmaltu lakum diinukum...ila akhir"
Maksud saya, apakah pada masa ketika Muhammad hidup, allah swt (Jibril) juga pernah berbicara kepada orang lain?

Bila di masa Muhammad hidup, allah swt atau setidak-tidaknya Jibril pernah berbicara kepada orang lain, maka saya akan percaya kalau allah swt benar-benar EKSIS sebagai TUHAN. Bila tidak pernah, bagaimana ia bisa diyakini ada sebagai tuhan kecuali tuhan karang-karangan Muhammad belaka?

Tuhan bukan PENIPU

8. Tuhan itu maha suci, jauh dari sifat-sifat buruk, salah satunya adalah suka menipu. Jadi, Tuhan bukanlah penipu!
Wallahu alam, bagian mana yang anda maksud. Alhamdulillah, Allah azza wajalla bukan penipu.
QS 3:54
Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.

Bila allah swt tak beda dengan orang kafir, lalu ngapain allah swt dipuja sebagai TUHAN?

Lanjutan komentar-komentar Sdr Ibra dari postingan terakhir:


Mohon tidak dipenggal cara membacanya, menurut saya anak kalimat di atas tidak lengkap:
Dan justru karena absurdnya memahami Allah yang maha segalanya ini dari panca indera dan logika kita yang terbatas
Bisakah Anda jelaskan pada saya secara ilmiah darimana Anda tahu ALLAH SWT (tuhan bangsa Arab itu) MAHA SEGALANYA? Dari fakta sejarah, atau dari hasil klaim Muhammad?
Saya hanya mengatakan, tools dalam memahami keAda-an TUhan seperti yang anda tawarkan itu, sebenarnya ilmu yang sangaaaaat lama. Al Qur'an juga menjelaskan, bagaimana Ibrahim Alaihissalam, memulainya dengan pendekatan yang anda lakukan. Apakah Tuhan itu Matahari , matahari ternyata tenggelam, apakah Tuhan itu Bulan, bulan hilang pada pagi hari pakah bulan api, api padam kena air.
Itu Ibrahim versi Muhammad. Tapi faktanya, bukan Ibrahim yang mencari TUHAN, melainkan TUHAN-lah yang menemui Ibrahim.

Sdr Ibra, Islam tidak pernah bertemu Tuhan, tapi Islam hanyalah sekedar berkayal tentang Tuhan.

Seringkali umat Muslim berkata, "umat agama lain suka membuat Tuhan sendiri menurut imajinasi mereka sendiri."

Tapi muslim tidak menyadari, justru Islam-lah yang menciptakan "tuhan".

Allah swt adalah tuhan ciptaan Muhammad, tuhan ciptaan bangsa Arab.

Allah swt tidak pernah hadir secara nyata lewat perantaraan PANCA INDERA, karena ia mitos. Muhammad dan para muslim-lah yang menciptakan sosok tuhan menurut selera & akal pikiran mereka sendiri, ibarat seorang perancang merancang boneka mainannya. Si perancang ini menghendaki sosok yang benar-benar MAHA-SEGALANYA, SANGAT SUPER, sangat sempurna dan tak terkalahkan, seperti pencipta komik SUPERMAN. Tapi, alih-alih bukannya mendapatkan sosok yang diharapkan, Muhammad justru lebih tertarik pada sosok benda imut berwarna hitam sebagai allah-nya.
Makanya saya katakan, memaknai Tuhan dengan logika dan panca indera kita yang terbatas itu akan absurd dalam menyimpulkan keberadaan Allah yang maha agung, sebagaimana lesson leatned yang telah ditunjukkan Ibrahim AS sampai akhirnya dia berujung bahwa Allah itu Dzat yang Maha segalanya dan tidak usah diukur dari indikator versi manusia.
Sdr Ibra, gambaran di dalam Quran tentang bagaimana Ibrahim mencari Tuhan sebenarnya adalah gambaran tentang diri Muhammad sendiri ketika dirinya mencari Tuhan.

Dari sini saja kelihatan, kalau allah swt adalah tuhan hasil ciptaan pikiran Muhammad, sebuah rekayasa permainan pikiran Muhammad belaka, dan bukan benar-benar Tuhan yang pernah datang menemuinya.
Menurut saya, Bapak masih terbalik, Tuhan itu exogen yang paling exogen, independen dan manusia dependen yang paling dependen.

kenapa dihubungkan dengan Allah taala karena kita sedang mengkaji tuhan : Allah SWT, bukan Zeus, bukan Yesus Kristus.
Maksud saya adalah: Kenapa Anda begitu percaya kalau allah swt si tuhan Arab itu adalah TUHAN?

Kalau orang Yunani berkata: "Zeus adalah tuhan kami dan tuhan Anda juga. Percayalah pada Zeus." Anda tidak percaya.

Tapi kalau orang Arab yang berkata: "Allah swt adalah tuhan kami dan tuhan Anda juga. Percayalah pada allah swt." Anda langsung percaya. Kenapa?

Bukankah sesungguhnya Zeus dan allah swt tak ada bedanya? Keduanya sama-sama mitos (khayalan)?

Agar Anda paham maksud saya, pertanyaan saya ubah begini: Dari mana Anda yakin kalau allah swt itu adalah variabel dependen dan manusia adalah variabel independennya, sementara allah swt tidak pernah terbukti sebagai TUHAN?
Kan anda ingin membuktikan bagaimana mengukur keberadaan Tuhan. Sumonggo kalau Tuhan lain diterjemahkan dengan sederhana dengan indera manusia. Tapi BUKAN itu yang dilakukan untuk mengukur Tuhan Arab, sekali lagi yang bisa ngukur adalah Qullub. Hati yang gimana? hati yang bersih.
Seperti apa hati yang bersih itu? Apakah Muhammad hatinya bersih? Tidak. Ternyata untuk mengerti allah sebagai Tuhan, tidak diperlukan hati yang bersih, tapi HATI YG BUTA.
Yang bagaimana? hati orang yang beeriman dan bertaqwa dan berilmu.
Beriman? maksudnya percaya saja secara membuta tanpa dasar yang kuat & intelek?

Bertaqwa? maksudnya harus sujud dulu kepada allah swt walau hatinya belum percaya?

Berilmu? bila beriman dan bertaqwa saja dijalani dengan terpaksa, bagaimana bisa dikatakan sebagai orang yang berilmu?

Apakah orang yang percaya pada kayalan bisa dibilang berilmu?

Mungkin saja ilmu yang Anda maksudkan adalah ilmu "MERANCANG DAN MENCIPTAKAN TUHAN". Saya pun juga bisa, kalau cuma sekedar menciptakan tuhan super. Saya katakan bahwa Gusti itu tuhan yang maha dahsyat, maha besar, maka kuat, dan sebagainya (pokoknya serba maha yang bagus-bagus.) Saya tidak mungkin menyematkan gelar maha kecil atau maha ***** kepada sang Gusti. So....? Betapa mudahnya menciptakan Tuhan Khayalan, bukan?
dalam ilmu modern pun (ekonomi, misalnya) membuktikan sesuatu itu bukan dengan contoh. kalau kita bisa menggunakan if-then dan logic ya itulah proof nya.
Masalahnya, IF-THEN tersebut salah sasaran.

Orang yang mengira allah swt sebagai TUHAN adalah orang yang keliru dan salah duga.

Ibaratnya TUHAN menciptakan kue, tapi kemudian manusia-manusia **** mengira yang bikin kue itu adalah IBLIS. Jadi manusia itu bukannya menyembah TUHAN, tapi malah menyembah IBLIS.


2) TENTANG MUHAMMAD
dan ketika saya mengimani Rasulullah maka sifat wajib yang melekat kepadanya adalah Shidiq, amanah, tabligh dan fathonah.
Siddiq berarti benar. Maksudnya, Muhammad itu diklaim selalu bersikap dan berkata dengan benar. Tapi saya katakan, TIDAK. Karena Muhammad adalah seorang pembohong dan pelanggar sumpah.
Amanah berarti dapat dipercaya. Maksudnya, Muhammad dapat dipercaya semua perkataan dan perbuatannya. Bagaimana dapat dipercaya, bila sumpah saja dibuat main-main?
Tabligh berarti menyampaikan. Maksudnya, Muhammad bertugas menyampaikan kabar baik dan peringatan kepada kita semua. Namun, kabar baik apakah yang dibawa Muhammad selain seruan agar orang-orang sujud di bawah kakinya dengan mengatasnamakan allah swt?
Fatanah berarti cerdas. Maksudnya, Muhammad Itu sangat cerdas. Bagaimana bisa disebut cerdas, bila ia BUTA ROHANI? Bagaimana Muhammad bisa dikatakan cerdas, bila perbuatan merampok saja dia tidak bisa memahaminya sebagai perbuatan yg jahat? Pemerkosaan, pembunuhan, penjarahan, pemaksaan kehendak, semuanya itu tidak dia pahami sebagai kejahatan. Orang yang tidak tahu bahwa jahat adalah jahat, adalah BUTA ROHANI. Dan orang yang buta rohani tidak bisa disebut CERDAS.

3) TENTANG ALQURAN

"Sana belajar lagi bahasa Arab yang bener, pelajari Asbabun nuzulnya." Padahal, dia sendiri tidak mengerti apa yang dia ucapkan

Orang yang bingung, untuk menutupi kebingungannya, dia akan berusaha kabur dengan kata-kata di atas.
Sekali lagi Asbabun Nuzul, asbabul wurud, Nahwo, Shorof dan Tools dalam I'robul Qur'an adalah ilmu untuk mempelajari Al Qur'an, ilmu bagaimana Islam memahami Al Qur;an.
Jadi, kalau begitu, Alquran adalah kitab panduan hidup Muhammad (dan para pengikutnya) pada masa itu saja, dan bukan kitab panduan hidup untuk kita yang hidup pada masa sekarang. Dengan kata lain, isi Alquran sebenarnya bukan untuk diterapkan, tapi sekedar sebagai bahan pengetahuan saja bagi muslim, bahwa dahulu kala Muhammad dan para pengikutnya menerapkan cara hidup seperti yang tertulis dalam Alquran. Tapi apa yang tertulis itu bukan untuk dicontoh oleh kita yang hidup pada zaman sekarang, bukan?

Saya tekankan kembali sesuai pernyataan Anda di atas, jadi Alquran adalah Kitab panduan hidup Muhammad, dan bukan kitab panduan hidup bagi kita.

Karena apa? Karena ayat-ayat Alquran diturunkan untuk kepentingan hidup Muhammad, dan bukan untuk memenuhi hidup kita.

Allah swt jauh-jauh hari sudah menulis kitab Alquran di Lauh Mahfudz ternyata untuk membuat enjoy kehidupan nabinya.

Ketika Muhammad ingin diakui rasul, allah keluarkan ayatnya.
Ketika Muhammad ingin kawin lebih dari 4 wanita, allah keluarkan ayatnya.
Ketika Muhammad ingin kawin dengan anak menantunya sendiri, allah keluarkan ayatnya.
Ketika Muhammad ingin merampok dan menjarah harta benda orang Yahudi, allah keluarkan ayatnya.
Ketika Muhammad ingin mendapat jatah 1/5 dari hasil rampokan para pengikutnya, allah keluarkan ayatnya.
Ketika Muhammad ingin melanggar sumpah janjinya sendiri, allah swt keluarkan ayatnya.
Dan seterusnya dan seterusnya.

Memang benar kesimpulan ini, bahwa Alquran adalah kitab panduan hidup Muhammad.
Al Qur'an milik siapa yang sedang anda kritisi? miliknya si (a) Paimo, apa milik (b) orang Islam, kalau jawabannya (a). Pertama suruh Paimo jangan make nama Qur'an, karena sudah fix milik Islam, segera setelah namanya jadi "Kitab Al Muqiyyio", silahkan anda kritisi dengan logika anda, sambil ngesot, sambil nyanyi, sambil rujaan.

Tapi kalau jawabannya (b)
Ya lakukan substitusi (4) ke (3) : Pahamilah Al Qur'an sebagaimana cara orang islam memahaminya, karena ini milik orang islam. Njih nopo mboten??
Justru itulah, Sdr Ibra, saya ingin tahu sejauh mana intelektualitas Islam dalam memahami Alqurannya sebagai kitab yang turun dari langit. Apakah keimanan terhadap Alquran itu dapat dibilang INTELEK atau justru sebaliknya: ****???


4) TENTANG ISLAM

Saya ingin tahu bagaimana cara Anda mendebat kebulshitan Prapto Mondroguno yang mengaku mendapat wahyu atas nama Islam? Ibarat saja, Prapto Mondroguno benar-benar melakukannya.
Karena kalau dia mengaku mendapat wahyu atas nama Islam, Islam yang mana yang dia claim? "Al yauma akmaltu lakum diinukum waatmamtu alaikum warodiitu lakumul islama dinna". Itu sudah stated bahwa islam sudah JANGKEP! Sudah lengkap, sudah accomplished. Tinggal umatnya saja. Dah bahwa rasul adalah rasulullah SAW sebagai pembawa risalah terakhir sudah pula Fix/jangkep. Sampun cetho. Jadi silakan Prapto Mondroguno pake nama agama lain, karena Islam TIDAK membutuhkan risalah baru, wahyu baru dan nabi baru. Kalau dia mengklaim agama baru, Agama Butho Terong atau agama Walang kadung, nggih sumunggo..
Akan makin kontradiktif kalau kita masukkan unsur logika di sini. a. Islam sudah lengkap, b. Muhammad rasul terakhir c. ada nabi baru. Variabel C ini tidak akan pernah bisa masuk dalam Islam karena ada constrain A dan B
Masalahnya sekarang, siapa yang mengklaim diri sebagai rasul terakhir? Bukankah itu Muhammad sendiri?
Kalau Anda mengatakan kalimat "Al yauma akmaltu lakum diinukum waatmamtu alaikum warodiitu lakumul islama dinna" firman allah swt, siapa saksinya? Cobalah anda mikir, kalimat seperti itu keluar dari bibir Muhammad, bukan keluar dari bibir orang lain.

Saya pun juga bisa berkata, "Duladi adalah rasul terakhir, setelah Duladi tidak akan ada lagi nabi, karena agama Duladi adalah agama paling sempurna dan paling terakhir yang diridhoi Tuhan." Anda bisa lihat, kalimat itu untuk kepentingan siapa?

Dan kenapa Anda tidak ingin ada agama baru hasil sinkretisme agama Islam, sementara Islam sendiri adalah hasil sinkretisme agama Pagan, Nasrani, Milah Ibrahim dan Yahudi?
Tepatnya (yang kami yakini dan hasus Muslim yakini) adalah Islam sebagai agama penyempurna.
Bisakah Sdr Ibra jelaskan PENYEMPURNA dalam hal apa? Dalam hal ajaran? Atau, dalam hal men-tauhidkan allah swt?

Sdr Ibra, buat apa satu, kalau bukan Tuhan?



Gini pak, kalau ibaratnya anda belajar dari nol, sampai dengan rentang anda tahu Al Qur'an. Jarak antara 2 SD sampai 2SMP =7 tahun. (dimana trigonometri itu diajarkan) adalah jarak yang sebenar-benarnya secara formal bagi orang yang belajar Islam dengan benar. Seriously. jangan marah terlebih dahulu.Begini secara sistematis, dalam struktur formal pesantren salafi bisa saya ceritakan.
Kelas 1 Ibtidai : Fiqih (mabadi), Nahwu (Belum ada) + Ta'lim Mutaalim
Kelas 2 Ibtidai : Fiqih (Fatkhul Qorib), Nahwu (Jurumiyyah)
Kelas 3 Ibtidai: Fiqih (Fatkhul Qorib-Lanjutan), Nahwu (Imrithi)
Kelas 4 Ibtidai : Fiqih (Fatkhul Muin), Nahwu (Alfiyyah Ibni Malik)
Kelas 5 Teaching Assistant untuk mengajar kelas 1 plus Nahwu (Alfiyyah lanjutan)
Kelas 6 Teaching Assistant, Nahwu/Logika (balaghoh)
Kelas 7 Teacing Asssitant, Nahwu/Logika (balaghoh lanjutan)
Next..orang sudah mulai menjadi uistadz dan ustadzah kecil
Sdr Ibra, yang diajarkan di sekolah-sekolah Madrasah dan Pesantren itu bukan ILMU ROHANI, melainkan belajar membaca dan menghafalkan Alquran. Sehingga yang didapatkan bukan manusia-manusia melek rohani, tapi manusia-manusia buta rohani.

Muslim biasanya bangga bila dirinya pintar mengucapkan istilah-istilah Arab, seperti Alhamdulillahirobbilalamin, Astaghfirullah, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Naudzubillah, dsb. Muslim akan merasa sudah SALEH dan merasa SANGAT ISLAMI.

Tapi Anda jangan keliru. ISLAMI tidak identik dengan saleh. Justru semakin islami seseorang, ia semakin BUTA ROHANI & *****.

Anda lihat Ustadz AA Gym. Bukannya dia menjadi orang yang mengerti bagaimana seharusnya menjadi seorang suami yang setia, tapi malah menjadi pengumbar syahwat dan menyakiti hati istrinya?

Sdr Ibra yang budiman, kesalehan seseorang tidak diukur dari ritual-ritual ibadah dan seberapa banyak dia hafal kalimat-kalimat bahasa Arab, melainkan sejauhmana dirinya mengerti HIKMAT dan bagaimana cara menerapkannya dalam kehidupannya.
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Pak Duladi yang curiosity luar biasa.
Entah kenapa, saya kok khusnudzon, Bapak memiliki ketertarikan yang luar biasa terhadap Islam. Metode anda menegasikan semua pendapat tentang Islam itu sebenarnya memang cara yang paling efektif untuk memupuk keimanan tentang islam. Entah anda Muslim atau bukan, tapi once anda menjadi Muslim, saya khaqqul yakin, anda akan menjadi orang berkualitas dan sekaligus muttaqin sejati. Kerna dengan negasi-negasi ekstrim seperti anda, iman akan tertanam dengan baik. (Juga pada pembaca-pembaca lain yang budiman).Who knows?

Ok, saya akan mencoba menjawab sesuai dengan preferensi saya:

Sdr Ibra, yang diajarkan di sekolah-sekolah Madrasah dan Pesantren itu bukan ILMU ROHANI, melainkan belajar membaca dan menghafalkan Alquran. Sehingga yang didapatkan bukan manusia-manusia melek rohani, tapi manusia-manusia buta rohani.

Muslim biasanya bangga bila dirinya pintar mengucapkan istilah-istilah Arab, seperti Alhamdulillahirobbilalamin, Astaghfirullah, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Naudzubillah, dsb. Muslim akan merasa sudah SALEH dan merasa SANGAT ISLAMI


Saya yakin anda pasti sudah bertahun-tuhan mensurvey pesantren dan lingkup kehidupannya. Mungkin saya tambahkan, yang sejenis anda katakan itu adalah pesantren Hafiz-Hafizah (penghafal) Qur'an. Ilmu-ilmu yang diajarkan di atas tidak hanya membahas tentang Al Qur'an, tapi disebut dengan ilmu Alat, karena digunakan untuk membuka tabir ilmu-ilmu yang lain. Kalau anda ke Ploso, Kediri, pesantren tersebut sangat kuat ilmu alatnya sangat kuat, orang-orang nya suka berdebat (bahsul mastail), kalau anda maen ke kedeonglo, kediri, ilmu tasawufnya yang kuat, anda pasti akan kaget, melihat anak-anak BALITA menangis di sana. Bukan karena gak ada susu, tapi berzikir; "fafirru illa allah'., Seriously, mereka menanamkan ketauhidan jauh dari dasar, kalau anda maen ke gontor, ya gak perlu kaget kalau anak-nakanya IELTS nya bahkan di atas anak2 SMA rata-rata plus jago basket. kalau kita menelusuri Madura, anda akan lihat (masih ada di jaman ini) pesantren yang mendidik santrinya agar santri mandra guna. Ya..bukan konotatif, tapi denotatif benar-benar secara fisik. Jadi diversfikasi itu membuat beberapa daerah di Jawa secara tradisional masih sangat kuat Islamnya..Entah mungkin sampai 100 tahun ke depan.
lazimnya, selain ilmu alat, anda akan belajar Ihya Ulumuddin (tentang budi pekerti, akidah), Bulughul Marom (tentang Fiqih), Duratun Nasiihin (bagaimana berhubungan sex yang sehat, pernikahan pendidikan anak), Matoinul Ibad, Khikam (tasawuf). makannya saya berkata, semakin kita belajar Islam, semakin kita sadar kita berdiri pada kaki yang kerdil melihat angkasa jagat raya ilmu agama yang begitu luas.

Bukankah itu janggal? Siapa yang mengucapkan kalimat-kalimat itu kepada orang Arab? Bukankah Muhammad? Bila dirinya turut disertakan sebagai SUBYEK dalam ayat-ayat itu, tidakkah itu sarat dengan kepentingannya sendiri?

As simple as: Setiap kapal ada nahkoda, setiap sekolah ada headmaster, setiap rumah ada kepala rumah tangga, setiap agama punya pembawa risalah. Dengan adanya ayat itu saja, yang ngaku-ngaku nabi banyak, bahkan jauh sebelum masa kekinian. Islam yang mana yang harus dipeluk Muslim? Ya islamnya Nabi Muhammad! Bukan islamnya Paimo. Itu hanya penegasan bahwa, Islam yang hakiki adalah risalah yang dibawa oleh rasulullah, bukan oleh "nabi-nabi sedudahnya". Itu semacam penegasan bahwa islam yang hakiki adalah yang betrsumber dari Al Qur'an dan Hadist bukan dari Al Mukiyyo. Saya pikir itu cukup menjelaskan.

Dengan kata lain, RASUL itu sudah menjadi TUHAN bagi para pengikutnya?

Really miss my previous post?? Ada beda yang jelas antara Rasulullah dan Allah SWT. Saya sudah menjawab bagian ini 3/4 post sebelumnya.

Tapi kalau sifat-sifat allah sama dengan sifat-sifat Muhammad, memang iya, karena yang memerankan diri menjadi allah adalah Muhammad

Idem dengan komentar sebelumnya.rasulullah memerankan diri sebagai pembawa risalah. Tahunya dari mana? Ya dari Al Qur'an.

Next Question; Dari mana tahu bahwa Al Qur'an dari Allah dan bukan dari karangan Muhammad?
(Orang-orang yang gak sabar menjawab pertanyaan anda akan menjawab, sejarahnya MUhammad itu Ummy (gak bisa baca tulis), jadi tidak ada alasan bahwa Al Qur'an itu karangannya).

Kalau saya as simple as. Itu adalah konsekuansi ke-Imanan. Al Qur'an dari Allah lewat Muhammad sebagai Rasulnya. Terlalu **** mengatakan bahwa Al Qur'an ciptaan manusia karena kandungannya yang multidimensi. kalau menurut saya sebagai orang belajar ekonomi: Jaman itu tidak ada konsep bunga, jaman itu gak ada konsep money as commodty. Dan kandungan yang ada dalam Al Qur'an adalah hal-hal yang sekarang sedang dibahas untuk mengatasi gejolak ekonomi dunia yang membosankan ini : sistem bagi hasil, fiskal dengan zakat, perhitungan kemiskinan tidak dengan poverty line tapi dengan 8 asnaf, gak perlu ada bank sentral ("spirit" nya diadopsi oleh Hongkong dengan Currency Board System). Dan mereka jauuh lebih stabil dibandingkan negara yang gak nganut CBS, gak perlu ada intervensi pemerintah TAPI pasar efisien, output volatility yang menjadi lebih kecil karena kita menggunakan ekonomi Islami (no riba, mudarrobah), dsb

Saya hanya mencuplik satu tangkai (ekonomi) dari berjuta tangkai dari kandungan Al Qur'an (Fiqh, Muammalah, IPTEK, dsb). But, I couldnt say more "Ibra, are you stupid of thinking this kind of book is human made?" Oh come on!!

Saya mengimani Muhammad sebagai Rasulullah dan manusia pilihan, TAPI kalau Muhammad sebegitu sempurnanya, dan begitu canggihnya meramal, bahkan saya tidak percaya dia bisa membuat suatu ayat2 yang (lebih dan sangat relevan) 600 tahun kemudian. Bagi saya yang belajar ekonomi just two words "Too absurd".

Itu teori. Apakah ada buktinya dari riwayat sejarah bahwa allah swt benar-benar memiliki 20 sifat itu?


Bahkan itu bukan teori. gak ada yang perlu dihipotesiskan, gak perlu ada preposisi, gak perlu ada asumsi, sehingga bukan teori. Tapi itu GIFT. Itu Iman, dan itu yang paling mahal dalam kehidupan.

Begini logikanya:
Berapa jauh jarak rumah bapak dari kantor? 10 km? 20 km? gak tau deh yang penting 2 jam, jadi kalau rata-rata 40km/jam, rumah bapak 80 km. Tapi pernahkah kita berpikir kita juga beriman! Percaya pada sesuatu yang berasal dari manusia:

"The metre itself has been defined and re-defined with different approaches over time, and is currently (since 1983) defined in terms of the speed of light. Specifically, it is defined as 1⁄299,792,458 of a light-second, meaning that the speed of light comes out to exactly 299,792,458 metres per second. (But note that the metre is defined in terms of the speed of light, not vice versa.) Each definition has tried to match the previous one as closely as possible[2]—just taking a different approach to doing it—so the changes have not affected the practical use of the unit."
kenapa kita tidak pernah gengsi beriman pada buatan manusia? Siapa sih Manusia?
a. manusia menciptakan sesuatu
b. salah satunya adalah menjelaskan bahwa 1 m = 1/299 juta light /detik
c. manusia adalah ciptaan TUhan (versi anda Tuhan saja bukan Allah SWT atau Tuhan orang Arab

kalau anda substitusikan akhirnya, Tuhan (walaupun bukan Tuhan ARab) adalah yang lebih berkuasa (karena dia yang menciptakan indikator 1 m tsb) , bisa jadi 1 m = 1/300 juta. Artinya dia lebih berkuasa.

Then,
Kenapa anda melarang Kami mengimani Tuhan Kami, kalau bahkan anda mengimani made in dari makhluk TUhan anda??

wah sudah azan Jumat
To be continue

Ibra
Duladi
Posts: 7006
Joined: Thu Apr 12, 2007 10:19 pm
Location: Samarinda
Contact:

Post by Duladi »

Tobe continue... atau sedang menunggu tanggapan?

Sdr ibra, kalau masih ada yang perlu Anda tambahkan, saya persilahkan daripada saya memotong penjelasan Anda di tengah jalan.

Perlu saya ingatkan, ada penjelasan Anda yang nggak konek.

SAYA:
  • Dengan kata lain, RASUL itu sudah menjadi TUHAN bagi para pengikutnya?


ANDA:
  • Ada beda yang jelas antara Rasulullah dan Allah SWT.
Saya tidak sedang mengatakan Muhammad punya KESAKTIAN sebagai TUHAN, maha ini maha itu, tidak bisa wafat, tidak butuh makan dan tidak butuh minum. Bukan itu, tapi maksud saya adalah Muhammad diperlakukan seperti Tuhan (didewakan) oleh muslim.

Herannya, jawaban Anda kok nggak konek? (secara tidak sengaja melenceng, atau memang disengaja untuk membrainwash pikiran Anda sendiri?)
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Halo Pak..
Sebagai badminton freakier saya menghabiskan banyak waktu nonton Thomas Uber. Ok to be continue.
(Sebenarnya kalau mau dipotong silakan saja pak. Insya Allah saya gak kehilangan link)
Menurut saya bagian kemarin bukan miss/nggak konek, tapi sengaja tidak saya jawab karena memang sebelumnya saya sudah jawab

Dengan kata lain, RASUL itu sudah menjadi TUHAN bagi para pengikutnya?

Really miss my previous post?? Ada beda yang jelas antara Rasulullah dan Allah SWT. Saya sudah menjawab bagian ini 3/4 post sebelumnya.

Tapi kalau sifat-sifat allah sama dengan sifat-sifat Muhammad, memang iya, karena yang memerankan diri menjadi allah adalah Muhammad


Dengan kata lain, RASUL itu sudah menjadi TUHAN bagi para pengikutnya?

Ok anda mensyaratkan harus ada pembedaan antara rasulullah SAW dan Allah SWT dari sisi sifat, bukan hakikat. Berikut list-list nya

1. Salah satu sifat Tuhan adalah, menjadi tempat berdoa dan bermohon. Dari ribuan Hadist Rasulullah tidak ada satupun yang menyatakan "bermohonlah padaku akan aku kabulkan" Yang ada adalah dalam Qur'an " Ud uuni astajib lakum". Jadi otoritas ketuhanan hanya pada Allah.

2. Penegasan bahwa Allah adalah pemberi wahyu dan Muhammad adalah penerima wahyu (yang benar). QS 53.2-17
3. Allah menegur, dan rasulullah menerima teguran tersebut QS 80:1-14

4. MUhammad adalah manusia biasa yang mendapatkan wahyu (vice versa Allah adalah Dzat pencipta) QS 17.93

5. Rasulullah menampakkan sifat-sifat manusiawi : kesedihan (vice versa Allah Tidak) 26.3
---------------------------------------------------------..: agak galak )vice versa Allah tidak)80.1-10

6. rasulullah diutus sebagai nabi penutup (ALlah yang mengutus) 33.40

7. Rasulullah adalah Ummi, sementara Allah SWt kalam, basiron. 7:158, 29.48

Kalau stressing anda masih pada kenapa "Allah dan rasulnya sering muncul",:
1. Itu kembali lagi untuk menegaskan bahwa Islam yang harus dipegang adalah Islam dengan Risalah Rasulullah, makannya Allah sudah mematok bahwa "Qur'an dan Hadist" itu merupukan rujukan utama. jadi kenakalan anda untuk memasukkan panjul, paimo, bedes, atau apapun itu sudah diantisipasi dari dulu, bahwa tidak akan ada distoris lain dari Islam kecuali islam-nya rasulullah. Tidak ada lagi Qur'an selain Al Karim, tidak ada lagi syahadat kecuali "Asyhadu alla ila ha Illa Allah, Wa anna muhammadar rasulullah".

2. saya punya trick mudah untuk melihat apakah Muslim memperlakukan Rasulullah sebagai Tuhan. kalau anda punya uang, lakukan riset dan tanyakan bagaimana Muslim berdoa. Semua pasti dumulai dengan "Allahumma"........mengapa rasulullah disamakan dengan Tuhan. Maaf, jauh lebih mudah membedakan rasulullah adalah Rasul dan Allah Azza wa jalla dibanding konsep ketauhidan agama lain (IMHO).

3. kalau pertanyaannya adalah bahwa anda tetap melihat hal ini berpangkap pada keraguan anda terhadap Qur'an dan dugaan konspirasi Rasul bertindak sebagai Tuhan. Saya sudah menjawab, bahwa
a. Dalam Qur'an dinyatakan bahwa rasul adalah utusanNya
b. Allah adalah Al Kholiq
c. dan bahwa dalam bidang ekonomi (1 di antara ribuan bidang pengetahuan), saya yakin bahwa secanggih-canggihnya manusia, tidak akan ada yang bisa meramalkan sesuatu 600 tahun yang akan datang dan bahwa Al Qur'an memuat hal-hal kekinian
d. karena nya saya yakin Al Qur'an adalah dari Allah

Kalau anda mensubstitusikan (c) ke (d), maka (a) dan (b) harus anda keep ceteris paribus. Artinya Al Qur'an yang menyatakan bahwa Allah adalah Al Khaliq dan rasul adalah rasulullah adalah BENAR ADANYA.

Ibra

PS kalau semua ayat-ayat anda minim saya bahas, itu simply karena saya berpikir, selama bahan berpijak kita lain (anda reluctant saya mengatakan Asbabun Nuzul, Irobul Qur'an dsb) dan anda kekeuh menggunakan cara anda sendiri menerjemahkan tafsir, bagaimana diskusi bisa ketemu. jadi saya prefer membahas dalil aqly2 semata.
Duladi
Posts: 7006
Joined: Thu Apr 12, 2007 10:19 pm
Location: Samarinda
Contact:

Post by Duladi »

Sdr Ibra yang budiman,

Setelah membaca tulisan-tulisan Anda di thread ini, saya simpulkan bahwa Anda memiliki pandangan-pandangan sebagai berikut:

1) Sekalipun terdapat 8 PERBEDAAN TABIAT antara tuhan Arab dengan TUHAN PARA NABI, anda masih tetap yakin bahwa tuhan Arab itu adalah Tuhan yg sama dengan Tuhan Para Nabi.

2) Anda sangat percaya bahwa tuhan Arab itu adalah tuhan. Dan untuk memahami tuhan Arab sebagai Tuhan, kita tidak bisa menggunakan AKAL SEHAT dan METODE ILMIAH, tetapi cukup dengan berangan-angan (dari hati). Itu ibaratnya saat ini Paijo mengorbitkan tuhan baru bernama PANJUL, tanpa bukti apapun cukup dengan menunjukkan GAYA PREMAN, maka kita semua wajib mempercayainya. Percaya bukan karena kita telah memiliki dasar yang ilmiah dan sesuai akal sehat, namun karena semata-mata hati kita diharuskan PERCAYA SAJA agar tidak dibunuh. Ingat! Begitulah status keimanan orang-orang muslim pada era Muhammad selain gerombolannya sendiri (di luar para sahabat, istri, tentara anshar dan muhajirin).

3) Anda punya pandangan bahwa metode untuk mengerti tuhan Arab berbeda dengan metode yang dipakai untuk mengerti TUHAN PARA NABI (Tuhan Israel). Kalau Tuhan para nabi dapat dipahami sebagai Tuhan dengan metode ilmiah dan akal sehat, sementara metode yang digunakan untuk memahami tuhan Arab sebagai "tuhan" cukup dengan beriman buta saja (berangan-angan dalam hati). Esensinya adalah, bahwa apabila METODE-nya saja berbeda, bagaimana bisa dianggap SAMA? Tapi, sekalipun Anda secara tersirat sudah mengakui keduanya berbeda (karena metode untuk memahaminya berbeda), anda masih tetap beranggapan bahwa tuhan Arab adalah Tuhan yg sama dengan yang disembah para nabi.

4) Anda menganggap Alquran adalah SUMBER KEBENARAN, yang di dalamnya banyak berisi segala informasi mengenai kenabian Muhammad dan kebenaran agama yang dibikinnya. Padahal, Alquran berasal dari bibir Muhammad, dan bukan dari orang lain. Ibaratnya saya membuat sebuah buku setebal 200 halaman dan mengklaimnya berasal dari dikte malaikat, di dalamnya banyak berisi klaim-klaim bahwa Duladi adalah seorang pembawa rahmat, seorang yang saleh, utusan Tuhan dan wajib dihormat dan dipatuhi. Siapa yang menentang Duladi sama saja dengan menentang Tuhan. Terhadap hal seperti itu, Anda langsung percaya saja pada isi buku tersebut dan memuja saya laksana dewa karena buku itu memandu Anda agar berbuat begitu kepada saya.

Mohon konfirmasi bila saya telah keliru dalam memahami Anda.

Dan juga mohon Sdr Ibra memberi tahu saya Anda lulusan mana dan gelar Anda apa?

Saya perlu memberitahukan status saya di sini adalah sebagai seorang rakyat jelata biasa, seorang kakek yang sudah punya 4 cucu, tidak punya gelar akademis apa-apa, karena saya cuma lulusan Sekolah Rakyat (setara SD).

Sementara ini saya yakin, Anda pastilah seorang sarjana. Bila benar demikian, jadi, ini adalah thread diskusi antara seorang SARJANA vs "LULUSAN SD".

Di sini saya hendak menunjukkan kepada Anda, Sdr Ibra, bahwa gelar kesarjanaan seseorang tidak menjamin orang itu punya OTAK YG ENCER, selama orang itu digembleng dengan ajaran Arab. Saya sebagai orang yang sudah lepas dari ajaran Arab, merasa lebih berotak encer daripada mereka-mereka yang masih ngendon di dalam ajaran itu. Saya bukannya mau pamer, tapi hendak menyadarkan siapapun di sini, bahwa Islam membuat muslim menjadi **** sepenuhnya. Masa seorang lulusan SD bisa mengalahkan seorang SARJANA dalam bernalar? Pasti ada yang tidak beres dengan si sarjana, ada something error yang menghinggapinya.

Oke, sekian dulu dan mohon tanggapan sampeyan.

Selamat malam.
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Halo Pak Duladi. Cant imagine how happy you are, dengan 4 cucu yang lucu2 akrab dengan internet dan logika yang dahsyat. Pasti sangat membahagiakan. Saya juga membayangkan sesusia anda, kelak masih bisa produktif dan masih bertukar logika dengan orang-orang yang mungkin seusia anak atau cucu kita. To be honest, Saya bangga bisa berada di sini.

Pertama : Tetap tidak ada yang keliru dari Bapak, kita berada di sisi yang berbeda dalam memahami Al Qur'an.

1. Dalam islam yang saya pegang Teguh adalah Al Qur'an dan Hadist, Jikalau sudah tertuang Rasul sebagai rasul terakhir dan Qur'an adalah kitab terakhir/wahyu terakhir, mengapa saya harus ragu bahwa Allah adalah Dzat yang maha azza wa jalla. Menurut saya inilah tingkat yang harus dicapai manusia untuk TIDAK beriman secara parsial, namun secara holistik. Kalaupun ada yang belum tercerna oleh logika, mungkin sekarang, nanti, besok akan ada hasil upaya manusia yang merujuk pada kebenaran Al Qur'an, meskipun so far sudah banyak yang terkuak. Dengan demikian tidak akan ada syak wasangka terjadap ketauhidan kita pada Allah karena kita selalu ada di posisi yang "sangat kecil".

2. Metode ilmiah: ada 6 step, minimal ada : define the problem, make a hypothesis, do the exercise, build a temporary conclusion, re checking and final conclusion. Pertanyaannya : apakah kita menampatkan Allah sejajar dengan Amuba Proteus yang kita harus lihat dia berkembang biak dengan membelah diri atau dengan tunas? Siapakah kita? Siapakah TUhan? sampai kita harus menghipotesiskan , kalau begini......................, maka Tuhan ada, kalau tidak begini......................, maka Tuhan tidak ada. Sekali lagi (in my opinion) bapak sepakat bahwa logika kita terbatas, mengapa memaksakan sesuatu yang terbatas untuk meng-capture sesuatu yang maha dahsyat, maka kita harus menggunakan pendekatan lain. Apakah bapak stuck pada sempoa untuk menghitung kalkulus 3?

3. karena Risalah Al Qur'an diperuntukkan bagi umat akhir zaman, "keajaiban2" Allah dan rasulnya tidak didesign seperti pada umat jaman dahulu. Kalau Musa dengan ular besar, Sulaiman dengan kekayaan tujuh turunan (bersenda gurau dengan jin dan binatang) ya memang itulah yang dibutuhkan oleh umat terdahulu. Sekarang Al Qur'an adalah keajaiban yang masihhhh banyak hal yang harus dikuak. Needless to say, bahwa pada jaman Nabi, kalaupun toh bapak ingin tahu hal-hal yang sifatnya "lebih mudah dicerna" dari keajaiban Allah : perang Uhud, perang Khondak, penaklukan Persia, selalu ditandai dengan hal-hal yang luar biasa : jumlah personil Islam yang sedikit bisa mengalahkan lawan dengan pesonil yang double, atau Nabi mengucurkan air dari sela tangannya, dsb dsb. Atau perang kemerdekaan, mayoritas pejuang nasional yang notabene muslim selalu menghubungkan perang kolonial dengan jihad fi sabilillah, banyak keajaiban "untuk sekedar menunjukkan Allah itu ada!" kalau kita lihat di kasus perang Aceh, Diponegoro, dsb. tapi sekali lagi BUKAN itu konsep Ketauhidan yang harus dipahami.

4. Saya masih sangat percaya ABSOLUTE POWER TENDS TO CORRUPT ABSOLUTELY, sesuatu yang terlalu berkuasa akan membawa distorsi dalam kehidupan. Ingat kisah Ramses 2 (Firaun dalam Al Qur'an), akhirnya dia tidak bisa berbuat lama bahwa Dia bukan Tuhan. Dia adalah manusia, sehingga di saat-saat akhir sinergi Tuhan dan Manusia itu shrinking! bencana, kelaparan, dsb. Muhammad ya Muhammad, Allah SWT ya Tuhan, karena itu Risalah Al Qur'an yang diturunkan Allah ke Muhammad pastilah benar dan tiada cela, karena:
4.1. Tidak ada cerita ARab lebih buruk setelah Islam (KECUALI ketika mulai timbul perpecahan), yang ada adalah masyarakat madani yang balancing nya bahkan belum terjadi sampai sekarang

4.2. Secara bahasa, Al Qur'an adalah perfect, secara substansi (memang) sedikit demi sedikit baru kita kaji. Kalau saya orang ekonomi, baru sedikit2 kita petani hal-hal yang mungkin bisa dikonsepkan sebagai Ekonomi Islami yang fixed thanks to Adiwarman A Karim.

4.3. Saya tidak usah bicara substansi, kalau Bapak atau teman-teman yang lain bisa membuat Al Qur'an dengan bahasa seindah (tentu ada ukuran-ukuran standar untuk menilai suatu kalimat Indah atau tidak) Al Qur'an satu juz saja, saya akan mulai ragu bahwa Al Qur'an bukan dari Allah.

Wah kalau masalah logika, itu GIFT pak. Bahkan kalaupun bapak tidak sekolah pun, bapak memang diberi Gift/anugerah memiliki logika yang luar biasa dalam melihat sesuatu. Saya pikir banyak PhD (S3) yang gak bisa mikir logik, sama halnya banyak orang tidak usah sarjana untuk bisa berpikir dengan baik. Bill Gates selalu diundang di wisudanya Harvard untuk pidato, meskipun dia gak lulus S1.

Siapapun bapak, saya harus bilang, saya bangga bisa berdiskusi di sini.

Semoga ada terang dari Allah SWT untuk kita semua

Wallahu 'alam bishowab

Ibra
Post Reply