DISKUSI DENGAN MAS IBRA

Khusus bagi debat-diskusi one-to-one secara serius dan intelektual seputar Islam yang dimoderasi dengan ketat. Anggota yang melontarkan caci-maki dan hinaan yang bersifat ad-hominem akan dikeluarkan dari forum khusus ini. Silakan kontak Forum Admin atau Moderator untuk mendapatkan akses di Ruang Bedah Islam.
Post Reply
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Walaikum salam mas...

1. Sepakat. Publik FFI akan tahu mana yang benar dan mana yang salah. Mungkin sekarang, mungkin nanti, mungkin 10 tahun lagi. Tapi pasti, karena Allah mengatakan Ud uni astajib lakum, dan saya juga selalu berdoa Allahumma arinal Khaqqo2 warzuqnat tibaah, wa arinal bathila bathila warzuqnajtinabah...berrti suatu Saat akan terbuka (mata fdan hati kita semua) untuk menerima kebenarannya.

2. Yang saya maksud madzhab itu mainstream membaca nahwu shorof nya. Saya katakan berantakan, karena:
saya menerjemahkan :
Inna zaidan = setuhune zaid--> inna amil nawasih, zaid isim
Fil baiti = KANG TETEP INGDALEM OMAH--> sifat
wa ustadun = lan utawi guru--. mubatada' baru (bukan atof pada zaid)
Fid diwani = KANG TETEP INGDALEM KANTOR-->SIFAT BUKAN KHOBAR!
(IKU) mustaghilun = rebyek --> khobar

Bacanya:
zaid YANG lagi dalam rumah dan Pak guru YANG lagi di diwan (mboh anda nerjemahin opo) lagi sibuk..



Itu berarti anda pasti tahu, pendekatan nahwu saya adalah Pondo'an (made in pondok), made ini orang yang belajar alfiyaah dengan makno gandul khas pesantren salafi. Pendekatan ini robust dalam artian, siapapun (orang yang belajar nahwu) akan tahu, fiil fail nya, dan mubatda' khobar nya...sangat jelas dan lugas..

Anda comes up:

Inna zaidan = Sesungguhnya Zaid
Fil baiti = Didalam rumah
wa ustadun = Dan Pak guru
Fid diwani = Didalam Kantor
(IKU) mustaghilun = Sedang sibuk


1. partly anda maknai "nahwu made in belajar Gramedia" sebagian "nahwu pondok an", yang anda paste dari saya. ya gak papa, ya gak salah...
Bukan masalah madhab syafii atau dsb tapi bagaimana anda menrejemahkan nya...satu anda terjemahkan 'ala orang yang belajar bahasa arab kursusan , satunya pondok an yang jelas gak bisa dibandingkan...


kana Muhammadun aliman

tanpa anda belajar bahasa arab pun anda akan tahu bahwa artinya : (Ada) Muhammad yang snagat pinter..

Tapi kalau pengen tahu posisi kata secara tegas, orang belajar Nahwu akan bilang

kana =ono
(sopo) zaidun =zaid
(iku) aliiman =wongkang pinter

Saya sebenrnya pengen anda melakukan hal yang sama...kok bisaaaaaa anda bilang fid diwan dan mustaghilun doble khobar dari ustad...
apakah anda memaknai nya :

Inna zaidan = Sesungguhnya Zaid
Fil baiti = Didalam rumah
wa ustadun = Dan Pak guru
(iku) Fid diwani = ing dalem kantor
(IKU) mustaghilun = Sedang sibuk


saya membayangkan anda akan menjawab begini, karena LOGIKANYA kalau dua2 khobar anda akan memiliki dua "iku" sebelum kata tersebut...
Atau anda punya contoh khobar yang tanpa kita muradi "iku"...I dont think it is! ini as simple as "kalau harga naik, jumlah permintaan turun"..
semua mubtada' di muradi "utawi"
semua "khobar" iku,
semua "atof" lan
semua sifat "kang.."

Anda menyadari itu akan menjadi bahan tertawaan orang yang bisa dan faham nahwu, sehingga anda mengambil jalan "moderat yang sifatnya pseudo" dengan mengindonesia-kannya...sehingga gak bener2 kelihatan..anda nih tahu nahwu beneran gak sih..gitu lho maksud saya mas Hillman yang baik..

MENGAPA INI PENTING?
Masalah bahasa ini masalah yang orang salah pun gak kerasa...
Jadi saya bingung mau mengatakan bahasa anda berantakan dengan terjemahan di atas, anda gak akan percaya karena lazimnya bahasa, kita bebas memaknai walaupun sebenrnya ada rule standar nya.
Seriously, coba tanya deh dengan (mantan) guru anda, bener gak anda memuradi Inna zaidan wa ustadun ..seperti cara anda...atau second opinion...
Kalau anda percaya saya, dan selama kita diskusi melihat saya sosok yang amanah, maka percaya saya, bahwa cara memaknai anda belum/kurang/tidak benar..

Mas Ibra, sudah sangat sering sahabat-sahabat yang berdiskusi dalam topic ini, setelah tidak lagi memiliki jawaban untuk ulasan latar belakang konsistensi saya bahwa ada kesalahan tatabahasa Arab dalam Qur’an, melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan mas Ibra saat ini, berusaha menunjukan saya tidak memiliki pengetahuan dalam bahasa Arab dan pada akhirnya saya hanya tersenyum dan biarlah tulisan-tulisan saya yang membuktikan
Sebersit-pun, tidak mas..saya sering bilang some people here are definitely great person with big achievement (termasuk anda)..Saya selalu berkata "yang hebat memang hebat' "yang kacau memang kacau"..justru be positive itulah yang membuat kita maju (tuuuuh..orang Non islam aja bisa bahasa arab, masak kita gak...)..tapi, sorry, not for this case...
saya gak pernah bikin analogi AQ dengan Fisika karena saya tahu saya gak ahli Fisika fdan di forum ini ada yang jauh lebih ahli..misalnya. Simply karena saya respect dengan ilmu. jadi kritik ini gak sama sekali karena "saya gak ada alasan"..tapi saya berusaha menyamakan cara pandang agar lebih mudah dipahami oleh kita semua.

Kenapa saya ngeyel di sini..karena ini foundation untuk untuk comes up dengan topik utama kita, kalau gak ya..se berbusa-busa apapun saya punya pendapat, anda punya pendapat sendiri yang gak ada landasan Nahwu-nya..begitu Bung


thanks a bunch

Ibra
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

ibra wrote:Walaikum salam mas...

1. Sepakat. Publik FFI akan tahu mana yang benar dan mana yang salah. Mungkin sekarang, mungkin nanti, mungkin 10 tahun lagi. Tapi pasti, karena Allah mengatakan Ud uni astajib lakum, dan saya juga selalu berdoa Allahumma arinal Khaqqo2 warzuqnat tibaah, wa arinal bathila bathila warzuqnajtinabah...berrti suatu Saat akan terbuka (mata fdan hati kita semua) untuk menerima kebenarannya.
Sepakat mas …. Benar adalah benar dan bukan milik satu golongan. Walaikum salam wa rakhma mas.
ibra wrote: 2. Yang saya maksud madzhab itu mainstream membaca nahwu shorof nya. Saya katakan berantakan, karena:
saya menerjemahkan :
Inna zaidan = setuhune zaid--> inna amil nawasih, zaid isim
Fil baiti = KANG TETEP INGDALEM OMAH--> sifat
wa ustadun = lan utawi guru--. mubatada' baru (bukan atof pada zaid)
Fid diwani = KANG TETEP INGDALEM KANTOR-->SIFAT BUKAN KHOBAR!
(IKU) mustaghilun = rebyek --> khobar

Bacanya:
zaid YANG lagi dalam rumah dan Pak guru YANG lagi di diwan (mboh anda nerjemahin opo) lagi sibuk..



Itu berarti anda pasti tahu, pendekatan nahwu saya adalah Pondo'an (made in pondok), made ini orang yang belajar alfiyaah dengan makno gandul khas pesantren salafi. Pendekatan ini robust dalam artian, siapapun (orang yang belajar nahwu) akan tahu, fiil fail nya, dan mubatda' khobar nya...sangat jelas dan lugas..

Anda comes up:

Inna zaidan = Sesungguhnya Zaid
Fil baiti = Didalam rumah
wa ustadun = Dan Pak guru
Fid diwani = Didalam Kantor
(IKU) mustaghilun = Sedang sibuk


1. partly anda maknai "nahwu made in belajar Gramedia" sebagian "nahwu pondok an", yang anda paste dari saya. ya gak papa, ya gak salah...
Bukan masalah madhab syafii atau dsb tapi bagaimana anda menrejemahkan nya...satu anda terjemahkan 'ala orang yang belajar bahasa arab kursusan , satunya pondok an yang jelas gak bisa dibandingkan...


kana Muhammadun aliman

tanpa anda belajar bahasa arab pun anda akan tahu bahwa artinya : (Ada) Muhammad yang snagat pinter..

Tapi kalau pengen tahu posisi kata secara tegas, orang belajar Nahwu akan bilang

kana =ono
(sopo) zaidun =zaid
(iku) aliiman =wongkang pinter

Saya sebenrnya pengen anda melakukan hal yang sama... kok bisaaaaaa anda bilang fid diwan dan mustaghilun doble khobar dari ustad...
apakah anda memaknai nya :

Inna zaidan = Sesungguhnya Zaid
Fil baiti = Didalam rumah
wa ustadun = Dan Pak guru
(iku) Fid diwani = ing dalem kantor
(IKU) mustaghilun = Sedang sibuk


saya membayangkan anda akan menjawab begini, karena LOGIKANYA kalau dua2 khobar anda akan memiliki dua "iku" sebelum kata tersebut...
Atau anda punya contoh khobar yang tanpa kita muradi "iku"...I dont think it is! ini as simple as "kalau harga naik, jumlah permintaan turun"..
semua mubtada' di muradi "utawi"
semua "khobar" iku,
semua "atof" lan
semua sifat "kang.."

Anda menyadari itu akan menjadi bahan tertawaan orang yang bisa dan faham nahwu, sehingga anda mengambil jalan "moderat yang sifatnya pseudo" dengan mengindonesia-kannya...sehingga gak bener2 kelihatan..anda nih tahu nahwu beneran gak sih..gitu lho maksud saya mas Hillman yang baik..
Mas Ibra perhatikan tulisan anda yang saya beri warna merah diatas:

Itulah yang saya maksud dengan tulisan saya sebelumnya dibawah ini yang juga saya beri warna merah:
HILLMAN wrote: Perhatikan setelah Inna Zaidan ada kata JER+MAJRUR. JER = fi (didalam) + MAJRUR = baiti (rumah).

Ingat lagi hukum yang sangat dasar JER+MAJRUR = ISIM.

Ingat lagi dan lagi hukum KHOBAR itu terdiri dari, isim shifat atau kata benda isim alam.

KEMUDIAN

Perhatikan setelah Ustadzun ada kata JER + MAJRUR lagi. JER = fi (didalam) + MAJRUR = diwani (kantor).

Ingat hukum JER + MAJRUR = ISIM diatas.


KESIMPULANNYA

Fid diwani = ISIM dan itu adalah KHOBAR


Ada satu teori lagi mengenai khobar, dan saya ingin melihat jawaban anda sebelum saya berikan teorinya.


Insyaallah jelas.
Dengan tulisan anda seperti di atas yang men"
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Mas Hilman yang budiman…
Sejatinya sudah hampir 3 bulan kita berdiskusi, dan pengen sekali saya membuat nice ending buat diskusi kita. Anda bisa belajar begitupun juga saya..

Ini masukan dari saya:
1. Anda TIDAK memberikan murad seperti yang saya harapkan

(FYI bagi pembaca FFI yang budiiman murad adalah peletakan kata-kata sehingga kelihatan jelas posisi kata dalam setiap kalimat). Yang anda lakukan adalah menerjemahkan. Atau tepatnya menerka posisi nya dari terjemahan yang ada.
Ingat kan jawaban anda sebelumnya adalah :
Inna zaidan = Sesungguhnya Zaid
Fil baiti = Didalam rumah
wa ustadun = Dan Pak guru
Fid diwani = ing dalem kantor
(IKU) mustaghilun = Sedang sibuk

Jawaban ’ala gado-gado orang yang setengah belajar nahwu setengah gak...Its Ok.

Terus anda ralat dari masukan saya menjadi dobel khobar..which is itu lucu sekali, anda merubahnya menjadi :

Inna zaidan = Sesungguhnya Zaid
Fil baiti = Didalam rumah
wa ustadun = Dan Pak guru
(iku) Fid diwani = ing dalem kantor
(IKU) mustaghilun = Sedang sibuk

Itupun atas masukan saya. Apapun yang anda katakan, jelas saya merecord, anda belum mampu membuat Murad atas kalimat. Anda bisa menerjemahkan kata-kata bahasa Arab, anda bahkan (mungkin) bisa berbahasa Arab...Tapi belum cukup boy...

“JER MAJRUR fid diwaniâ€
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

ibra wrote:Mas Hilman yang budiman…
Sejatinya sudah hampir 3 bulan kita berdiskusi, dan pengen sekali saya membuat nice ending buat diskusi kita. Anda bisa belajar begitupun juga saya..

Ini masukan dari saya:
1. Anda TIDAK memberikan murad seperti yang saya harapkan

(FYI bagi pembaca FFI yang budiiman murad adalah peletakan kata-kata sehingga kelihatan jelas posisi kata dalam setiap kalimat). Yang anda lakukan adalah menerjemahkan. Atau tepatnya menerka posisi nya dari terjemahan yang ada.
Ingat kan jawaban anda sebelumnya adalah :
Inna zaidan = Sesungguhnya Zaid
Fil baiti = Didalam rumah
wa ustadun = Dan Pak guru
Fid diwani = ing dalem kantor
(IKU) mustaghilun = Sedang sibuk

Jawaban ’ala gado-gado orang yang setengah belajar nahwu setengah gak...Its Ok.
Mas Ibra yang lebih budiman dari saya.

Tahukah anda arti murad, yang anda katakan murad adalah peletakan kata-kata sehingga kelihatan jelas posisi kata dalam setiap kalimat

Astagafirullah… Afwan mas Ibra, inikah tulisan seseorang yang sungguh mengetahui?

Saya jelaskan lagi.

Murad itu artinya adalah maksud, tujuan , arti = purpose, aim.intention, meaning sense.
Apa kaitannya dengan posisi, letak kata dalam kalimat?

Dari awal saya sudah katakan anda salah fatal dengan menuliskan

“Inna zaidan bil Bait wa ustadzun fid diwan mustagilun”

Ingat posting saya yang ini:
HILLMAN wrote: Posted: Thu Jun 19, 2008 12:32 pm

Mas Ibra saya percaya anda tentu bukan termasuk umat yang muqollid dan taklid buta. Atau sebaliknya? :)

Maaf mas Ibra, penjelasan manakah yang menurut mas Ibra telah menunjukan tulisan dalam Alquran yang kita bahas benar? Dipersilahkan mas Ibra.

Kembali saya mohon maaf, kesalahan fatal kembali anda tunjukan dengan menuliskan

Inna zaidan bil Bait wa ustadzun fid diwan mustagilun.. dan saya berikan ulasan alasannya.
Sehingga saya sungguh menjadi ragu anda mengerti bahasa Arab, dan menduga anda hanya mengikuti apa yang dikatakan ustadz anda, sehingga saya pikir anda termasuk umat muqollid dan taklid buta.
Jelas mas? Dari awal saya sudah katakan anda salah, saya sudah berikan anda penjelasan yang runtut, silahkan disimak.

Ingat sebelumnya saya telah menterjemahkan tulisan anda menjadi 2 kalimat terpisah, ingat 2 kalimat terpisah :
HILLMAN wrote: Posted: Wed Jun 18, 2008 4:33 pm

Zaidan sebagai mubtada memiliki khobar bil Bait, ini merupakan satu kalimat,
Kemudian wa ustadzun sebagai mubtada memiliki khobar fid diwan mustagilun.

Sehingga ada 2 kalimat terpisah yang memiliki khobar masing-masing.
Terus saat ini anda katakan :
ibra wrote:
Terus anda ralat dari masukan saya menjadi dobel khobar..which is itu lucu sekali, anda merubahnya menjadi :

Inna zaidan = Sesungguhnya Zaid
Fil baiti = Didalam rumah
wa ustadun = Dan Pak guru
(iku) Fid diwani = ing dalem kantor
(IKU) mustaghilun = Sedang sibuk

Itupun atas masukan saya. Apapun yang anda katakan, jelas saya merecord, anda belum mampu membuat Murad atas kalimat. Anda bisa menerjemahkan kata-kata bahasa Arab, anda bahkan (mungkin) bisa berbahasa Arab...Tapi belum cukup boy...
Ha..ha..ha.. saya sungguh terpingkal ketika membaca tulisan bombastis ini.. (maaf) :)
Inilah yang dinamakan diberi muka meminta jantung hati.

Saya posting kan lagi tulisan anda menanggapi tulisan saya diatas :
ibra wrote: Posted: Wed Jun 18, 2008 6:15 pm

Bukan begitu mas Hilman yang baik..
Diskusi kita berawal dari suatu hipotesis bahwa AQ tidak sempuna. Tidak sempurna nya AQ satu fatkhahpun berarti tidak sempurnanya seluru kajian AQ.

Saya sudah tunjukkan bahwa AQ benar dan BARANGKALI problemnya pada ilmu kita yang terbatas.

Subhanallaj (anda melakukan kesalahan yang sangat elementer rupanya) mOhon maaf sebelumnya:

Inna zaidan bil Bait wa ustadzun fid diwan mustagilun..

Kalau anda pecah dalam dua kalimat:

1. Inna zaidan fil bait mustaghilun..inna menasobkan zaid dan merofakkan mustaghilun..
2. Ustadun fid diwan mustaghilun (ini mubtadak khobar standar dengan khobar mustaghilun..kenapa gak sekalian anda sebut fid diwam khobar (jadi kesalahan anda biar konsisten..maaf.


Nyuwun sewu mas, anda tanyakan ke seluruh santri di pesantren gak ada ceritanya kalimat di atas memiliki khobar fil bait..fil bait itu hanya zaman makan (keterangan tempat)..
gak ada cerita khobar itu dimaknai "ingdalem" yang ada khobar dimaknai "iku"..

saya juga faqir mas, mungkin lebih faqir dari anda..dari awal kalau anda track back saya sangat tidak berminat membahas debat antar agama. TAPI saya harus konsisten untuk membela agama saya, semaksimal mungkin selagi bisa...


seneng berdskusi dengan anda

wass
Ibra
Anda lihat tulisan yang saya besarkan, anda tidak mengetahui teori JER MAJRUR sehingga menulis kenapa gak sekalian anda sebut fid diwam khobar (jadi kesalahan anda biar konsisten..maaf. .

Jelas mas.

Kemudian saya berikan suatu pembuka untuk memberikan pengetahuan pada anda tentang JER MAJRUR :)
HILLMAN wrote: Posted: Thu Jun 19, 2008 12:32 pm

Arti dari “Inna zaidan bil Bait ” = Sesungguhnya Zaid di dalam rumah

Pertanyaannya apakah didalam rumah bukan khobar? :)

Baca kembali mas Ibra.

Khobar itu terdiri dari, isim shifat atau kata benda isim alam.

Saya berikan contoh :


الولدُ في البيتِ
al-waladu fii al-bayti = The boy in the house = Anak laki-laki itu dalam rumah.

Mana mubtada dan khobarnya? Mubtada, pastilah al-waladu. Dan khobarnya adalah JER MAJRUR yaitu fii al-bayti.
Yang lalu sungguh lucu, anda mengalihkan menjadi tanazu’fil amal dan makno gandul dalam post anda di bawah ini.. Hal ini membuat saya semakin yakin akan kualitas anda :)
ibra wrote:
Posted: Thu Jun 19, 2008 10:45 pm

Yang dimaksud dengan tanazu' fil amal adalah beberapa subyek yang memiliki khobar yang sama (sungguhpun satu atau lebih subyek yang berasungkatn memiliki kata sifat tertentu).

karakteristik error anda adalah pada pemaknaan di atas.

penjelasan anda 100% salah untuk kasus ini. Mohon maaf sekali lagi

Inna zaidan bil Bait wa ustadzun fid diwan mustagilun

adalah bentuk tanazu', saya kasihkan makno gandulnya,
biar anda ingat, sekaligus romantika waktu anda (migt be) pernah di pesantren atau IAIN.

Sekali lagi kalau mau di pisah kalimat di atas menjadi:

1. Inna zaidan fil baiti mustaghilun
2. (wa) Ustadun fid diwani mustaghilun

Ad.1.
Inna zaidan ==> setuhune zaid
Fil baiti ==> KANG TETEP INGDALEM OMAH
wa ustadun ==> lan utawi guru
Fid diwani ==> KANG TETEP INGDALEM KANTOR
(IKU) mustaghilun ==> rebyek kabeh a.k.a sibuk

dalam kasus ini fil baiti dan fid diwani BUKAN khobar tapi sifat.
bahasa Indonesia gampangnya adalah:

Sesunnguhnya zaid yang lagi nangkring di kelas dan pak guru yang lagi didalam kantor sibuk...

bener bahwa zaman makan bisa langsung sebagai khobar TAPI bukan dalam terkib tanazu'
Saya anggap menjadi tugas saya untuk memberitahu yang tidak tahu, sehingga saya memberikan tanggapan ini:
HILLMAN wrote:
Posted: Fri Jun 20, 2008 3:38 pm

Mohon maaf sebesarnya mas Ibra, kelihatannya anda tidak sungguh menguasai mengenai tanazu’ fil amal ini, saya yang lebih faqir dari anda mencoba memberikan ulasan dibawah ini:

Kita mulai dengan pengertian Tanazu’

Kita lihat definisi tanazu’ dalam bahasa Arab yang pernah saya pelajari:


اﻟـــﺘــﻨــﺎزع ﻟـــﻐـــﺔ
:
اﻟـــﺘــﺠــﺎذب ﺑـﺎﻟﻜــﻼم
واﺹــﻄــﻼﺡــﺎ
:
أن ﻳــﺘــﻘــﺪم ﻋــﺎﻡـــﻼن ﻓــﺎآـــﺜــﺮ ﻋـــﻠـــﻰ ﻡـــﻌـــﻤـــﻮل ﻏـــﻴـــﺮ ﺳـــﺒـــﺒـــﻲ
آـــﻞ واﺡـــﺪ ﻡــﻨـــﻬـــﻤ
ــﺎ ﻃــﺎﻟــــﺐ ﻟـــﻪ ﻡـــﻦ ﺟــﻬـــﺔ اﻟـــﻤـــﻌـــﻨــﻰ


At-tanazu’u/
lughatan : at-tajazubu
bi l-kalami
wa istilahan : an
yataqaddama ‘amilani
fa aksara ‘ala ma’mulin ghayra sababi kulla
wahidin minhuma talibin lahu min jihati l-‘na

Tanazu’ dalam bahasa
: berarti : perebutan dalam jumlah . Dan dalm istilah tanazu’ berarti
mendahului dua ‘amil atau lebih terhadap satu ma’mul selain beberapa
sebab , tiap-tiap satu di antara dua ‘amil meminta untuknya dari segi
.’arti.

Dan bukan seperti yang mas Ibra paksakan untuk menjelaskan Shabiin dan Shobiuun dalam Qur’an.

Saya contohkan beberapa bentuk kalimat tanazu’fil amal yang benar :

ﺟــﺎء و دﺧــﻞ اﻟـــﺮﺟــﻞ ﻓــﻰ اﻟـــﺒـــﻴـــﺖ


Ja-a wa dakhala r-rajulu fi l-bayti

= Telah datang dan masuk seorang lelaki di dalam rumah



ﺟـــﻞء و ذهــﺐ ﻋــﻠــﻲ


Ja’a wa zahaba ‘aliyyun

= Datang dan pergi si Ali



ﺳـــﻤـــﻊ و آـــﺘـــﺐ اﻟــﻤـــﺘـــﻌــﻠـــﻢ

.
Sumi’a wa kutiba l-muta’allimu

= Didengar dan ditulis pelajaran itu


Kemudian aya ambilkan contoh dari Qur’an
Surah Taha ayat 54


كُلُوا وَارْعَوْا أَنْعَامَكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّأُوْلِي النُّهَى


Kulu war ‘au an’amakum inna fi thalika layatin liuli alnnuha

= Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.



Surah Al Rahman ayat 5

الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ


Asy-syamsu wa l-qamaru bi husbanin

= Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.

Dari contoh yang saya berikan sangat jelas terlihat bahwa dengan khobar Zaid ada dirumah dan khobar sang ustadz ada di “kantor” sedang sibuk, Alasan pembenaran pendapat anda dengan terkib tanazu’ fil amal adalah (maaf) sangat salah.

Insyaallah cukup jelas mas Ibra.

Jazakallah khoir akhi

Wassalam.
Setelah post saya anda tidak dapat menanggapi, anda melarikan diri lagi meminta saya me “murad” i dengan post anda dibawah ini :
ibra wrote: Aww Mas Hillman yang baik,
Mungkin saya punya solusi singkat dari diskusi kita:
1. Untuk akselerasi, mungkin saya perlu tahu, buku Nahwu apa yang anda pakai. Sehingga kita bisa merujuk pada satu hal yang sama. Just quote saja, apakah anda pakai Al Fiyyah, atau anda pake Imrithy atau anda pake Balaghoh saya akan mencoba telaten menunjukkan.

Saya hanya sempat membaca bahwa tanazu' ada di bait 273 alfiyyah, (kalaupun anda memakai alfiyyah). Semua penjelasan saya saya sumberkan dari situ. saya sih insya allah yakin, kalau benar memang itu datangnya dari Allah (melalui wasilah Ibnu Malik si pengarang) kalau salah ya saya yang salah, berarti saya perlu belajar lagi..

2. Saya pengen denger anda memuradi
kalimat di atas versi anda:


Unnecessary words deleted…… (red.)


Jadi bagaimana anda memuradi:
Inna Zaidan fil baiti wa ustadun fid diwani mustaghilun

kalau anda pake makno gandul mungkin kedengaran lebih bagus..karena lebih sistematis posisi kata per kata..bagaimana anda menjelaskan fid diwani mustaghilun sebagai khobar..?

Sumonggo

Ibra


Ingat, anda yang meminta saya mengikuti gaya anda untuk memuradi Bagaimana anda katakan saya diawal tulisan anda MERALAT tulisan saya sendiri ? :) Bad trick…

Namun saya sungguh tetap konsisten untuk memberitahukan orang yang tidak tahu, kecuali orang yang tidak mau tahu. :) Saya postkan ini untuk anda:
HILLMAN wrote: Posted: Sat Jun 21, 2008 4:36 pm

Mas Ibra, dengan tanpa maksud menggurui, tapi saya katakan salah satu kesalahannya adalah anda menggunakan metode "makna gandul" untuk masalah tatabahasa Arab. Metode makna gandul adalah metode memahami kitab dengan menerjemahkan teks atau naskah kitab kata per kata dengan bahasa Jawa dan belum menyentuh nahwu.

Saya berikan contoh seperti yang anda "makna gandul"i :

Inna zaidan = setuhune zaid
Fil baiti = KANG TETEP INGDALEM OMAH
wa ustadun = lan utawi guru
Fid diwani = KANG TETEP INGDALEM KANTOR
(IKU) mustaghilun = rebyek kabeh a.k.a sibuk

Dan yang saya tafsirkan mengikuti standar dan terjemahan anda, namun bukan dalam bahasa Jawa:

Inna zaidan = Sesungguhnya Zaid
Fil baiti = Didalam rumah
wa ustadun = Dan Pak guru
Fid diwani = Didalam Kantor
(IKU) mustaghilun = Sedang sibuk

Kalau saya susun "tafsir"nya:

Sesungguhnya Zaid di dalam rumah dan Pak guru di dalam kantor sedang sibuk.

Kesimpulan dari kalimat itu adalah Zaid memiliki khobar sendiri, Pak guru juga memiliki khobar sendiri.

Insyaallah jelas, mas Ibra.

Wassalam.
Yang kemudian saya tambahkan lagi setelah tanggapan anda mengenai teori JER MAJRUR, mengapa Ustadz itu mubtada dan teori ATOF
HILLMAN wrote: Posted: Mon Jun 23, 2008 8:55 am

Perhatikan setelah Inna Zaidan ada kata JER+MAJRUR. JER = fi (didalam) + MAJRUR = baiti (rumah).

Ingat lagi hukum yang sangat dasar JER+MAJRUR = ISIM.

Ingat lagi dan lagi hukum KHOBAR itu terdiri dari, isim shifat atau kata benda isim alam.

KEMUDIAN

Perhatikan setelah Ustadzun ada kata JER + MAJRUR lagi. JER = fi (didalam) + MAJRUR = diwani (kantor).

Ingat hukum JER + MAJRUR = ISIM diatas.


KESIMPULANNYA

Fid diwani = ISIM dan itu adalah KHOBAR

Ada satu teori lagi mengenai khobar, dan saya ingin melihat jawaban anda sebelum saya berikan teorinya.


Unnecessary words deleted…… (red.)


Saya terangkan secara sederhana ya mas Ibra :)

Wa ustadzun = Dan Pak Guru = mubtada

KARENA

Teori yang sangat dasar tentang Mubtada, adalah bisa terdiri dari (salah satu)
1. Isim alam (nama orang, nama benda, profesi, dll)
2. Kata ganti (saya, dia, mereka, kamu, dll)
3. Isim isyarah (ini, itu)

Dimana keberatan anda kalau USTADZUN adalah MUBTADA ?

Insyaallah jelas.

Unnecessary words deleted…… (red.)


Saya ingatkan kembali teori Atof

Pengertian atof adalah : merangkai suatu kalimat dengan kalimat yang lain dengan menggunakan huruf atof. Dalam hal ini , kalimat kedua disebut maa’tof harus sama bentuk dan keadaannya dengan kalimat pertama atau : ma’tof alayhi.
Setelah saya menilai anda memang membutuhkan penerangan maka saya berikan lagi agar anda mau mempelajari. Hal ini setelah anda menuliskan hal yang membuat anda semakin kelihatan memang tidak tahu.

ibra wrote: Posted: Mon Jun 23, 2008 11:09 am

Saya sebenrnya pengen anda melakukan hal yang sama.. .kok bisaaaaaa anda bilang fid diwan dan mustaghilun doble khobar dari ustad...
apakah anda memaknai nya :

Inna zaidan = Sesungguhnya Zaid
Fil baiti = Didalam rumah
wa ustadun = Dan Pak guru
(iku) Fid diwani = ing dalem kantor
(IKU) mustaghilun = Sedang sibuk

saya membayangkan anda akan menjawab begini, karena LOGIKANYA kalau dua2 khobar anda akan memiliki dua "iku" sebelum kata tersebut...
Atau anda punya contoh khobar yang tanpa kita muradi "iku"...I dont think it is! ini as simple as "kalau harga naik, jumlah permintaan turun"..
semua mubtada' di muradi "utawi"
semua "khobar" iku,
semua "atof" lan
semua sifat "kang.."

Anda menyadari itu akan menjadi bahan tertawaan orang yang bisa dan faham nahwu, sehingga anda mengambil jalan "moderat yang sifatnya pseudo" dengan mengindonesia-kannya...sehingga gak bener2 kelihatan..anda nih tahu nahwu beneran gak sih..gitu lho maksud saya mas Hillman yang baik..


Dan saya berikan lagi sebuah pengetahuan untuk anda :
HILLMAN wrote: Posted: Tue Jun 24, 2008 1:25 pm

Inilah teori yang saya katakan akan saya tuliskan setelah anda (yang telah saya duga) akan memberikan kesimpulan double khobar.

(Maaf) Baca kembali buku qawa’id anda mas Ibra, sebelumnya sekedar reminder, amil adalah subyek dan ma'mul adalah predikat, please check it out:

Ini teori dasar letak ma'mul dalam kalimat tanazu'
Dalam kalimat dikenal peristilahan amil dan ma'mul. Kedua istilah ini saling berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk satu kalimat

Pada pembahasan tentang letak ini, bahwa kalimat yang menjadi ma'mul terletak sesudah amil yang berbilang dua atau lebih. Amil-amil ini menempati tempat yang beriringan dan tidak dapat di antarai atau diawali oleh huruf yang beramal selain huruf atof. Masing-masing amil bertujuan langsung kepada ma'mul dalam segi pengamalan. Akan tetapi salah satu ma'mul di antaranya dapat beramal kepada jabatan kalimat yang menjadi ma'mul.


Dengan teori yang sangat mendasar yang diajarkan apabila seseorang mempelajari tatabahasa Arab, seharusnya anda mengetahuinya, itulah sebabnya saya sering memberikan jawaban menggantung seperti ini untuk mengetahui seberapa jauh mas Ibra mempelajari qawa'id bahasa Arab ini.
Dan tiba-tiba anda menuliskan ini di posting terakhir ini :)

ibra wrote:
JER MAJRUR fid diwani yang ma'mul, dengan teori diatas "mustaghilun" yang juga ma'mul, untuk membentuk kalimat sempurna, maka "JER MAJRUR fid diwani" beramal kepada "mustaghilun" membentuk KHOBAR "fid diwani mustaghilun" = sibuk didalam kantor.


Sekali lagi! Ini bukan murad Bang. Ini anda menebak terjemahan. Bukan ini yang saya maksud bukan itu yang saya inginkan. Seperti kemarin saya katakan, gak ada beda kalau kita antara orang yang bisa nahwu sama yang nggak, kalau hanya pake terjemahan bahasa Indonesia.

Saya kasih contoh satu lagi tentang murad.
Duriba zaidun =zaid dipukul
Kalau tidak di muradi gak ada istimewa-istimewanya…Cukup anda cari kamus, terjemahin , jadilah terjemahan nya..

TAPI yang saya inginkan adalah, anda menunjukkan murad antar kata
That’s why, kalimat di atas harus diturunkan dulu dari jumlah fi’liyah sederhana:
Doroba Fulanun zaidan
Doroba =wus mukul
(sopo) Fulanun =mas fulan
zaidan =ing zaid

(gak tahu anda tahu apa nggak)
kalimat di atas di derivasi menjadi Passive :
Duriba zaidan
Duriba =den pukul/smacked
(sopo) zaidun =zaid

Fulan nya hilang menjadi dhomir.

Saya tunggu bebeberapa hari anda muleeeek aja pada penjelasan jair majrur. Anda takut sekali kalau kebisaan anda menjelaskan jair majrur tidak ter ekspos.

Semua juga tahu bahwa diwan adalah isim dan terkena huruf jair fa’ menjadi fid diwan. Tapi percaya sama saya..untuk konteks di atas itu bukan khobar...

2. Saya akan kembali ke pokok bahasan kita pada Al maidah 69. Mesikpun saya pesimis it could close our problem, karena sampai saat ini, anda gak menunjukkan pada saya bahwa anda bisa memuradi kalimat...
Berikut, aya akan tunjukkan bahwa,

”Allah yang menurunkan dan Allah pula yang menjaga”...menjaga in terms of everything...termasuk dari usikan2 orang-orang yang mengklaim kesalahan AQ padahal dia tidak tahu...

Saya berikan murad nya sebagai berikut.

Bismillahirrahmanirrohim
Bismillahi =kelawan nyebut asma Allah (Ba’ Ilshoq)
Arrahmani = kang welas asih dunia akhirat
Arrahimi =kang welas asih ing akhirat bloko

Innalladzina =setuhune wong akeh
Amanu=kang podo iman sopo alladzin
Walladzina =lan wongh akeh
Haadu =kang agomone yahudi sopo alladzin
WASSHIBIUNA=lan utawi wong-wong agamo shobiin
Wannashoro =lan wong nasrani
Man =rupane wong
Amana=kang iman sopo man
Billahi=kelawan allah
Wal yaumil akhiri =lan dino akhir
Wa amila = lan nglakoni sopo man
Solihan =ing kebagusan
Fala khoufun =mongko iku ora ono wedi
Alaihim=ingatase qoum
Walahum =lan ora ono utawi qoum
(IKU) yakhzanuun=podo susah sopo qoum.

Terjemahannya ya seperti yang sudah sering anda copy and paste..

Just as smooth as silk. Insya Allah Begini cara memuradinya. Jadi 100% tidak ada yang salah hanya keterbatasan pemahaman kita saja yang tidak faham. Its really perfect example of tanazu’ fil amal, Fala khoufun..dst adalah khobar bersama yang “diperebutkan” oleh semua qoum; amanu, hadu, shobiin dan nasrani..

I suppose you to read it very carefully. Anda gak lagi kejar setoran kan buat posting..coba deh mas, saman renungkan barang 1-2 hari..Insya Allah hidayah Allah datang (menunjukkan kebenaran)..Dan ini adalah hikmah yang baik untuk kita belajar..

Wallahul muwafiq ilaa aqwamith Thorieq

Wassalam

Ibra

Yet, you are one of my best buddy here..:)
Ha..ha..ha… sungguh kali ini saya lebih terpingkal lagi (maaf sebesarnya, tapi ini benar terjadi)

Mas Ibra yang saya tulis itu teori dasar letak ma'mul dalam kalimat tanazu' bukan MURAD…. :) . Sedangkan anda memaknai MURAD saja amburadul mas, bagaimana anda menuntut saya untuk mengikuti gaya anda.

Jika saya dikatakan menebak terjemahan, maka anda adalah meramal terjemahan.. :)

Saya test murad anda.. :)
ibra wrote:
Saya berikan murad nya sebagai berikut.

Bismillahirrahmanirrohim
Bismillahi =kelawan nyebut asma Allah (Ba’ Ilshoq)
Arrahmani = kang welas asih dunia akhirat
Arrahimi =kang welas asih ing akhirat bloko

Innalladzina =setuhune wong akeh
Amanu=kang podo iman sopo alladzin
Walladzina =lan wongh akeh
Haadu =kang agomone yahudi sopo alladzin
WASSHIBIUNA=lan utawi wong-wong agamo shobiin
Wannashoro =lan wong nasrani
Man =rupane wong
Amana=kang iman sopo man
Billahi=kelawan allah
Wal yaumil akhiri =lan dino akhir
Wa amila = lan nglakoni sopo man
Solihan =ing kebagusan
Fala khoufun =mongko iku ora ono wedi
Alaihim=ingatase qoum
Walahum =lan ora ono utawi qoum
(IKU) yakhzanuun=podo susah sopo qoum.
1. Anda meramal WASSHIBIUNA = utawi, dari mana dasarnya?
2. Kalau mereka utawi kenapa Wannashoro = mboten?
3. Kenapa yang MU’MIN dan YAHUDI mboten?

Jelaskan pada saya ya. :)

Sepertinya anda yang menggebu-gebu mas. :)

Syukron.

Wassalam.

Note: Ditto my friend, you are my best buddy. :)
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

As I expected..
Evaporated-version ..
Mas Hillman, saya memahami posisi anda.Seriously..Anda manusia biasa..Saya tahu itu, dan selayaknya manusia biasa, anda perlu mempertahankan dignity anda sebagai "the one against Islam who has the most understanding thought on nahwu shorof".

Tapi anda gak cukup legowo untuk belajar..dan sering mempertanyakan hal-hal yang menurut saya bukanesensi dari diskusi ini..
1. Yang saya katakan "murad" itu bahasa pondok-an boy! Problemnya anda ini identitasnya gak jelas "are you pondok an atau gramedia?". kalau anda dari pondok, murad itu sudah jelas, murad itu memaknakan (memberi makno gandul' dari suatu kalimat, murad=terkib.
kalau anda di pesantren dan sedang ujian safahi (lisan) fiqh, anda akan dikasih satu lembar Fatkhul Qorib, trus ustadz nya akan bilang "Hilman tolong anda tarkib-i atau murad-i" Fasl tentang Munakahat..blah blah blah...

Itu bahasa yang standar banget..Murad/terkib ini ditanyakan untuk mengetes apakah orang bener2 tahu nahwu apa nggak, gak sekedar baca terjemahan trus girang gemirang merasa tahu nahwu shorof (I called this genus aliran "gramedia"). Orang yang belajar sendiri, baca2 trus "merasa tahu" trus ngritik AQ lagi...Entahlah kalau anda merasa tersindir..

Saya pikir inilah keunggulan pesantren2 salafi dalam membuat suatu sistem yang bisa mengetes seseorang bener2 tahu nahwu apa nggak. Nah problemnya sampai saat ini saya gak tahu anda itu anda itu bener2 bisa gak? Mungkin anda bukan gramedia tapi wikipidia...

dan saya cukup bersukur karenanya, berarti saya gak perlu syak wasangka, karena memang anda bukan the one I expect before (seseorang lulusan pesantren yang sempat belajar alfiyyah, sempat hafal matannya barang 500 atau 600 trus "dapat pencerahan" untuk meninggalkan Islam...

karena kalau anda dari pesantren, bahasa2 standar2 saya tentu langsung anda sambit..Nah sebaliknya anda mbuleeet aja di hal-hal lughoti, such as, menanyakan "apa murat bil lughot?" yang menuryt saya bukan isu yang menarik..

2. kenapa anda masih BINGUNG atas MUROD a.k.a TERKIB saya, karena (1). anda terlalu sombong. Saya men suppose, cobalah boy barang sehari/2 hari saja anda resapi dan get the point,
(2) pertanyaan anda itu ya mentah lagi...sama juga anda ngotot bahwa ustadun anda Muradi 'DAN PAK USTAD"...sama itu..
kalau analogi pertama saya anda gak tune in
Yang inipun anda gak akan bisa tune in..

3. Coba cari second opinion deh...

Ibra
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

Tepat sekali mas Ibra, saya hanya manusia biasa. Kalau anda pasti luar biasa. :)
Kembali kepada anda apa yang anda ucapkan, apakah anda cukup legowo untuk menerima pelajaran-pelajaran dasar qawa'id yang sudah saya berikan pada anda?
Apakah belum cukup jelas saya tuliskan, bahwa apa yang anda kedepankan tentang tanazu' , makno gandul, murad dll, tetapi anda sendiri tidak tahu teori dan penggunaan yang benar tentang itu. Di pesantren dulu anda belajar atau tidak mas Ibra?

Kalau saya tidak perlu menyindir mas, tapi saya langsung berikan apa yang benar dan semoga saja anda atau orang lain yang membaca mendapat hikmah.

Ha..ha..ha... kembali saya tertawa mas. Menurut anda murad itu hanya bahasa pondokan? Kalau diluar pondok di bilang apa mas?

Dan yang paling lucu, tapi membuat saya semakin tahu kualitas anda adalah di tulisan anda kali ini:
ibra wrote: karena kalau anda dari pesantren, bahasa2 standar2 saya tentu langsung anda sambit..Nah sebaliknya anda mbuleeet aja di hal-hal lughoti, such as, menanyakan "apa murat bil lughot?" yang menuryt saya bukan isu yang menarik..

2. kenapa anda masih BINGUNG atas MUROD a.k.a TERKIB saya, karena (1). anda terlalu sombong. Saya men suppose, cobalah boy barang sehari/2 hari saja anda resapi dan get the point,
(2) pertanyaan anda itu ya mentah lagi...sama juga anda ngotot bahwa ustadun anda Muradi 'DAN PAK USTAD"...sama itu..
kalau analogi pertama saya anda gak tune in
Yang inipun anda gak akan bisa tune in..
Saya yakin anda tidak dapat memberikan ulasan mengenai ini:
HILLMAN wrote: 1. Anda meramal WASSHIBIUNA = utawi, dari mana dasarnya?
2. Kalau mereka utawi kenapa Wannashoro = mboten?
3. Kenapa yang MU’MIN dan YAHUDI mboten?

Jelaskan pada saya ya. :)
Sehingga anda "lari" dengan menuliskan kata-kata diatas. :)

Sebenarnya adalah anda tidak mengerti tatabahasa untuk menjelasakan tulisan anda sendiri, dan sebenarnya dengan mem “post” teori-teori tatabahasa agar anda bisa belajar, karena menurut saya anda pintar. Jadi sebaiknya anda belajar kembali mengenai teori tatabahasa untuk mendukung tulisan anda.

Mengenai tulisan ini:
ibra wrote: dan saya cukup bersukur karenanya, berarti saya gak perlu syak wasangka, karena memang anda bukan the one I expect before (seseorang lulusan pesantren yang sempat belajar alfiyyah, sempat hafal matannya barang 500 atau 600 trus "dapat pencerahan" untuk meninggalkan Islam...
Cermin sebuah usaha ke-putus asa-an, dari mencoba menunjukan saya tidak bisa bahasa Arab, saya dari mazhab yang berbeda, bukan lulusan pesantren, dan usaha terakhir dan yang paling ULTIMATE adalah saya adalah NON MUSLIM... BAD TRICK dan Insyaallah, semua tidak berhasil menjelekan saya. Btw, FYI, saya lahir di luar Jawa, mas :)

Wassalam.
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Halo Pak...
Become hot and hotter..tapi Ok lah
(pengen ketemu aja euy..geleuh nulisnya..kalo pis to pis kan gampang
gak pake jeda waktu..tapi kebanyakan netter di sini diajak pis to pis pada gak mau..ya udah lah..)

1. Mas Hillman, saya (gak bermaksud sombong) adalah orang yang jarang/gak pernah bilang orang lain bodo..satu2 nya yang pernah mungkin adalah ke adik2 saya. Sayang sering mengatakan bodo,misalnya lagi ngajarin sekolah, simply karea saya gak ada satir. Namanya juga adik sendiri. Kalau di beberapa posting terakhitr saya seakan-akan bilang anda "bodo" itu juga pada derajat yang sama, karena saya pikir saya sayang dengan anda dan gak ada barrier untuk lagi untuk mengatakan "wah Hilman eloe mesti belajar lagi deh..", dst. Meskipun tetap sejauh mungkin prinsip saling menghormati tetap dijunjung tinggi. Di treat lain saya dicela "tolol", sama cewek lagi...tapi karena saya ada barrier ya gak usah dilayani..Jadi kalau anda katakan:
HILLMAN wrote:Cermin sebuah usaha ke-putus asa-an, dari mencoba menunjukan saya tidak bisa bahasa Arab, saya dari mazhab yang berbeda, bukan lulusan pesantren, dan usaha terakhir dan yang paling ULTIMATE adalah saya adalah NON MUSLIM... BAD TRICK dan Insyaallah, semua tidak berhasil menjelekan saya
Wah, saya gak ada untungnya mas..dijelekim dan menjelekkan orang hehehe. Its just a forum kan..saya gak lebih dari menyampaikan yang bener seperti apa..sekali lagi Mazhab yang saya maksud adalah "cara pandang".

Bagi pembaca lain mungkin gak penting, tapi menjadi sangat penting bagi saya mengerti ini..karena dari Sentra2 pesantren salafi AsySyafiiyah di Jakarta, Cirebon, Demak, Langitan, Ploso, Kediri, Sampang, Jember...
(KIta) memiliki bahasa yang uniform dalam menTERKIBI (saya ganti ah..)
suatu kata...
Sehingga jelas, istilah kata, kalau saya ekonom disuruh ngitung dampak kurs terhadap growth, saya tinggal memakai ekonometri dan semua paham..

Jadi kalau saya ketemu di bis kah, di pasar kah, di bulan kah, kalau kita ngobral-ngabril dengan sesama lulusan pesantren memaknai bismillahirrohmanirrohom itu as simple as seperti kemarin:
bismillahi : kelawan nyebut asma allah
arrahmani : kang welas asih dunya akhirat
arrohimi : kang welas asih ing kahirat bloko
Kalau anda punya kenalan lulusan santri pondokan dia akan sependapat
begitupun dengan

Duriba amrun, seperti kemarin, terkib naibul fail ini akan sangat familiar
sebagai
Duriba ; den pukul
sopo (amrun) umar..

2. Topik anda ini gak bisa diselesaikan dengan terjemah AQ tapi dengan melihat kata perkata. kan victimnya "washobiuna"...
makannya sangat penting untuk memastikan anda menerkibi dengan cara yang sama (bukan dengan hasil yang sama lho...tapi caranya yang sama)
Kalau input sama, proses sama (cara sama) pasti hasil sama...
Tapi sekali lagi, anda gak comes up..saya disuruh membaca berkali-kali teori jair majrur...subhanaalah..Itu aja yang mungkin agak ridiculous.
3..Sehingga anda "lari" dengan menuliskan kata-kata diatas.
kata ini yang paling saya sukai. karena saya bisa menjawab dengan jawaban yang sama. SETITIK ATOMPUN, gak terbersit keinginan saya buat -jangankan lari-, ngesot pun tidak.
Jadi jangan kuatir mas, selama memungkinkan, selama ada waktu, selama ada koneksi internet (selama istri saya gak tambah ngamuk karena tagihan meningkat hehehe), kita akan bisa bertemu di dunia maya. Insya Allah
1. Anda meramal WASSHIBIUNA = utawi, dari mana dasarnya?
2. Kalau mereka utawi kenapa Wannashoro = mboten?
3. Kenapa yang MU’MIN dan YAHUDI mboten?

Jelaskan pada saya ya. Smile
Washobiuna statusnya sama dengan ustadzun, dia lepas dari isimnya inna, menjadi mubtada' baru, sehingga di terkibi 'utawi"
wannosoro= ya masak utawi lagi, dia atof aja pada sobiun
3. Kenapa yang MU’MIN dan YAHUDI mboten?
Mboten apa maksudnya? Iya , semuanya kemudian memiliki khobar pada "fala khoufun alaihim"..

jadi gak ada masalah....

saya ingin nanya satu hal
Mohon di jawab singkat aja dan to the point

kalau saya bilang:
Duriba zaidan--> kan salah ya
karena sebagai naibul fail dia harus Rofa'.kan harusnya seperti bentuk semula atau ganti aja zaidan nya jadi zaidun

nah saya minta, anda terkib-i Al Maidah 69, sehingga kata-per kata kelihatan yang salah versi anda + gimana mbenerin nya...

Thanks bro

Ibra


Saudara Ibra,
Silakan gunakan fungsi kutip [qu ote="HILLMAN"] dan berakhir dengan [/quote] untuk mengutip kata2 Hillman. Ini akan memudahkan semua pembaca.
Forum Admin.
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

It’s never on my mind, mas Ibra, tetapi janganlah mengikuti EVIL TRICK netter-netter (maaf) situs Islami yang telah berulang kali saya alami, bahkan terakhir kali saya di banned dengan alasan “kamu pasti bukan muslim”. Berdiskusilah dengan ulasan-ulasan yang bermanfaat bagi yang setuju maupun yang tidak setuju dengan pendapat kita.

Akur..? mas Ibra :)
ibra wrote:
Washobiuna statusnya sama dengan ustadzun, dia lepas dari isimnya inna, menjadi mubtada' baru, sehingga di terkibi 'utawi"
wannosoro= ya masak utawi lagi, dia atof aja pada sobiun
Mas Ibra, inilah yang saya maksudkan anda tidak akan dapat menunjukan SEBABNYA washobiuna menjadi mubtada baru. Kalau cuma karena anda tuliskan “utawi” di depan kata saat anda menterkibi, maka apakah tidak bisa kalau “utawi” itu anda letakkan untuk kata wannashara.

Anda tidak memberikan sebuah LANDASAN QAWA’ID mengapa “utawi” ada disana.

Get it?

Sekarang saya berikan sebuah rangkaian analisa secara tatabahasa bagi Surah Al Maedah ayat 69 ini:

Kita mulai dengan:

Bismillahi =kelawan nyebut asma Allah (Ba’ Ilshoq)

Arrahmani = kang welas asih dunia akhirat

Arrahimi =kang welas asih ing akhirat bloko


Sampai kalimat ini anda 100 % benar. Two tumbs up :)

Kemudian kita analisa secara qawa’id yang berikutnya :


Inna = Karena ada “Inna” maka berlaku qawa’id tugas Inna, yaitu menashobkan mubtada' dan merafa'kan khobar.

Ada mubtada ada khobar, yang mana mubtada? yang mana khobar? Maka berlaku qawa’id mubtada adalah isim alam, kata ganti dan isim isyarah. Sedangkan khobar adalah isim shifat atau kata benda isim alam. OK :)

Sekarang lihat kata di belakang Inna.

Alladzina Amanu = ini kata ganti orang dengan isim maushul, maka = mubtada, di periksa dengan qawa’id Inna = sudah nashob. Jadi kesimpulan = OK :)

Walladzina Haadu = ini kata ganti orang dengan isim maushul, maka = mubtada, diperiksa teori Inna = sudah nashob, tapi ada waw di depan, harus diperiksa lagi dengan kaidah atof Atof adalah merangkai suatu kalimat dengan kalimat yang lain dengan menggunakan huruf atof. Dalam hal ini, kalimat kedua disebut maa’tof harus sama bentuk dan keadaannya dengan kalimat pertama atau ma’tof alayhi. . Sudah sama, jadi kesimpulan = OK :)


WASSHIBIUNA = ini kata ganti orang, maka = mubtada, diperiksa teori Inna = bukan nashob, bentuk rafa. Kesimpulan = Not OK. Ada waw di depan, diperiksa dengan kaidah atof , kesimpulan tidak sama, yang di depannya nashob. Kesimpulan = Not OK

Wannashoro = ini kata ganti orang, maka = mubtada, diperiksa teori Inna = nashob. Ada waw di depan, diperiksa dengan kaidah atof, sudah sama. Kesimpulan = OK :)

Man = ini isim maushul yang berdiri sebagai amal untuk keempat mubtada didepan.

Amana Billahi = ini isim shifat = khobar. Ingat teori khobar, khobar adalah isim shifat atau kata benda isim alam. . Kesimpulan = OK :)

Wal yaumil akhiri = ini isim shifat = khobar. Ada waw atof didepan, periksa dengan kaidah atof. Kesimpulan = OK :)

Wa amila Solihan = ini isim shifat = khobar. Ada waw atof didepan, periksa dengan kaidah atof. Kesimpulan = OK :)

Fala khoufun = ini isim haal sebagai amal isim maushul mubtada, periksa kaidah isim hall, Isim hall, kalau isim haal itu dibuang, maka kalimatnya masih kalimat sempurna, isim haal itu nakiroh (tidak ada al), dan nashob, Isim haal itu biasanya dibentuk dari kata sifat Kesimpulan = OK :)

Alaihim = ini Maf'ul bih = sebagai penerima isim haal dan khobar. Kesimpulan = OK :)

Walahum = ini Maf’ul bih = sebagai penerima isim haal dan khobar. Kesimpulan = OK :)

Yakhznuuna = ini isim shifat = khobar. Yang menjadi amal bagi ma’mul didepannya dan menjadi khobar dari jumlah. Kesimpulan = OK :)

Kemudian periksa keseluruhan jumlah surah Al Maedah ayat 69 dengan kaidah kalimat tanazu' bahwa kalimat yang menjadi ma'mul terletak sesudah amil yang berbilang dua atau lebih. Amil-amil ini menempati tempat yang beriringan dan tidak dapat di antarai atau diawali oleh huruf yang beramal selain huruf atof. Masing-masing amil bertujuan langsung kepada ma'mul dalam segi pengamalan. Akan tetapi salah satu ma'mul di antaranya dapat beramal kepada jabatan kalimat yang menjadi ma'mul.

KESIMPULAN = Not OK ,

DENGAN LANDASAN karena WASSHIBIUNA = ini kata ganti orang, maka = mubtada, diperiksa teori Inna = bukan nashob, bentuk rafa. Kesimpulan = Not OK. Ada waw di depan, diperiksa dengan kaidah atof , kesimpulan tidak sama, yang di depannya nashob. Kesimpulan Not OK


Silahkan disimak.

Jazakallah Khair


Wassalam.
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Ocre boy...
Tapi sekali lagi..
bab ini gak bisa diselesaikan dengan marfuatul asma dalam hal ini teori inna semata...karena BUKAN bentuk inna nor naat atof taukid badal theory...

Walaupun anda gak menerikibi..ok second best choice lah..

Innalladzina =setuhune wong akeh
Amanu=kang podo iman sopo alladzin
Walladzina =lan wongh akeh
Haadu =kang agomone yahudi sopo alladzin
----------------------------------------------------------------
=====>hanya untuk Nasoro dan Shobiin<WASSHIBIUNA>habis untuk nasoro dan shobiin berlaku sama untuk amanu, hadu dan shobiin <=====

Fala khoufun =mongko iku ora ono wedi
Alaihim=ingatase qoum
Walahum =lan ora ono utawi qoum
(IKU) yakhzanuun=podo susah sopo qoum.


Mengapa washobiuna menjadi mubtada' baru, karena semua kata dari washobiuuna dan sholihan bukan miliknya amanu dan haadu, itu miliknya shobiun dan nashoro...

Statusnya sama dengan Williams sisters pada

Justine henin, Svetlana Kusnetsova dan venus Serena williams ketika mereka bermain baik dan gak memecah pikiran untuk tenis dan mode, berpeluang menjadi juara wimbledon.

Ana dan maria statusnya sama dengan amanu dan haadu...
Venus dan serenda statusnya sama dengan shobiun dan nasoro yang memiliki kata sifat sendiri

kalau anda hanya memkai teori inna ya jelas gak pernah nyambung KARENA
aaamnu yang depan, itu gak butuh kata sifat man amana billahi wa amila shilihan...jadi aamanu itu langsung berkhobar pada "fala khoufun ....."

Sorry mas..anda gak harus mengulang teori atof, teori inna dasb, karena bukan dengan tools itu anda menjelaskan ayat ini..ya sampai nanti kuda bisa baca sms anda tidak akan mendapatkan jawabannya, karena memang:
YANG suka mode hanya williams sisters
sama dengan yang dikenai " ma amana " adalah nasara dan shobiun

Wallahu alam

Ibra

P.S. saya takut menyimpulkan, tapi sepertinya anda hanya salah tools saja..karena tools yang salah menyebabkan kesimpulan akhir yang salah.

menjadi susah karena diskusi kita kemarin anda belum tune in bahwa
Inna zaidan wa ustadun fiddiwani mustaghilun==> tanazu fil amal
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

ibra wrote:Ocre boy...
Tapi sekali lagi..
bab ini gak bisa diselesaikan dengan marfuatul asma dalam hal ini teori inna semata...karena BUKAN bentuk inna nor naat atof taukid badal theory...

Walaupun anda gak menerikibi..ok second best choice lah..

Innalladzina =setuhune wong akeh
Amanu=kang podo iman sopo alladzin
Walladzina =lan wongh akeh
Haadu =kang agomone yahudi sopo alladzin
----------------------------------------------------------------
=====>hanya untuk Nasoro dan Shobiin<WASSHIBIUNA>habis untuk nasoro dan shobiin berlaku sama untuk amanu, hadu dan shobiin =====

Fala khoufun =mongko iku ora ono wedi
Alaihim=ingatase qoum
Walahum =lan ora ono utawi qoum
(IKU) yakhzanuun=podo susah sopo qoum.


Mengapa washobiuna menjadi mubtada' baru, karena semua kata dari washobiuuna dan sholihan bukan miliknya amanu dan haadu, itu miliknya shobiun dan nashoro...

Statusnya sama dengan Williams sisters pada

Justine henin, Svetlana Kusnetsova dan venus Serena williams ketika mereka bermain baik dan gak memecah pikiran untuk tenis dan mode, berpeluang menjadi juara wimbledon.

Ana dan maria statusnya sama dengan amanu dan haadu...
Venus dan serenda statusnya sama dengan shobiun dan nasoro yang memiliki kata sifat sendiri

kalau anda hanya memkai teori inna ya jelas gak pernah nyambung KARENA
aaamnu yang depan, itu gak butuh kata sifat man amana billahi wa amila shilihan...jadi aamanu itu langsung berkhobar pada "fala khoufun ....."

Sorry mas..anda gak harus mengulang teori atof, teori inna dasb, karena bukan dengan tools itu anda menjelaskan ayat ini..ya sampai nanti kuda bisa baca sms anda tidak akan mendapatkan jawabannya, karena memang:
YANG suka mode hanya williams sisters
sama dengan yang dikenai " ma amana " adalah nasara dan shobiun

Wallahu alam

Ibra

P.S. saya takut menyimpulkan, tapi sepertinya anda hanya salah tools saja..karena tools yang salah menyebabkan kesimpulan akhir yang salah.

menjadi susah karena diskusi kita kemarin anda belum tune in bahwa
Inna zaidan wa ustadun fiddiwani mustaghilun==> tanazu fil amal
Saya pikir sudah saya berikan pelajaran yang terbaik buat anda, dipersilahkan untuk dipergunakan atau dilupakan, itu hak anda.

Yang pasti anda hanya dapat menjadi TOOLS (ALAT) dan BUKAN “MAN BEHIND THE TOOLS” . Anda hanya dapat menjadi ANNOUNCER yang diputar berulang-ulang isinya hanya pembenaran-pembenaran , bukan seorang THINKER yang karyanya dapat memberi pengetahuan bagi orang lain. :)

Anda menerangkan pada saya (maaf) “ngalor ngidul” tanpa dasar pengetahuan mengenai tatabahasa. Seperti tulisan anda ini :
ibra wrote: Mengapa washobiuna menjadi mubtada' baru, karena semua kata dari washobiuuna dan sholihan bukan miliknya amanu dan haadu, itu miliknya shobiun dan nashoro...
Anda orang ekonomi katanya, darimana anda tahu average growth, kalau tidak menggunakan metode yang (maybe) pernah anda pelajari di kampus anda, misalnya methode robust.

Bandingkan dengan tulisan diatas, apalagi tulisan anda tentang para pemain tennis, get it?

Mengenai catatan kaki anda :
ibra wrote:
P.S. saya takut menyimpulkan, tapi sepertinya anda hanya salah tools saja..karena tools yang salah menyebabkan kesimpulan akhir yang salah.

menjadi susah karena diskusi kita kemarin anda belum tune in bahwa
Inna zaidan wa ustadun fiddiwani mustaghilun==> tanazu fil amal
Kenapa anda rubah tulisan anda dan seaakan-akan tulisan saya adalah tulisan anda?

LIHAT TULISAN ANDA
ibra wrote:
Posted: Wed Jun 18, 2008 5:42 am

Oh iya, saya, saya rujukkan.
Kalau anda belajar Al Fiyyah Ibni Malik, konteks ayat itu adalah kurang lebih Tanazu'.
Tepatnya ada di bait 273.

Kalau anda belajar nahwunya gak dari Alfiyyah
Anda bisa cari di bab (deket-deket dengan : naibul Fail, Istighol, Taady Fi'ly, Tanazu, Maful laih, Maful Mutlak, maful Fiih.

Dulu contoh gampangnya biasanya disebut Inna zaidan bil Bait wa ustadzun fid diwan mustagilun ..lihat bahwa ustadzun nya gak beramal nasob tapi rofa'
LIHAT TULISAN SAYA
HILLMAN wrote:
Posted: Mon Jun 23, 2008 8:55 am

Akan lebih tepat jika anda memberi contoh :

. Inna zaidan wa ustadzun fid diwan masyghuulun..
Please don’t use that EVIL TRICK again and again. :)

Afwan minkum, wassalam.
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Sebenernya saya sudah menduga bahwa diskusi kita akan menjadi kurang menarik sejak beberapa post kemarin ketika kita gak sepakat dengan contoh saya...

Gini deh. Saya punya cara, kalau anda sepakat..

Saya punya 15 kombinasi kata di bawah, Pertanyaannya adalah bener atau salah. kalau bener terkib (murad) nya gimana kalau salah kenapa salah...



masyghulun (yg disbukkan) dan mustaghilun (yang sibuk)...jd saya pikir podo wae..

Inna zaidan fil baiti wa ustadun fid diwani masghulun....

Then, right or wrong the following sentences, if right gimana murad nya if wrong kenapa?

1. Inna zaidan fil baiti wa USTADAN fid diwani mashghulun
2. Inna zaidan fil baiti wa inna ustadan fid diwani masghulun
3. Inna zaidan fil baiti fid diwan wa ustadan fil madrosati
4. Inna zaidan fid diwan
5. Inna zaidan fil baiti wa ustadun fid diwan
6. Inna zaidan wa ustadun fid diwani
7. Inna zaidan fil baiti wa ustadun fid diwani masghulun....


have a nice trivia

saya tunggu

Ibra
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

ibra wrote:Sebenernya saya sudah menduga bahwa diskusi kita akan menjadi kurang menarik sejak beberapa post kemarin ketika kita gak sepakat dengan contoh saya...

Gini deh. Saya punya cara, kalau anda sepakat..

Saya punya 15 kombinasi kata di bawah, Pertanyaannya adalah bener atau salah. kalau bener terkib (murad) nya gimana kalau salah kenapa salah...



masyghulun (yg disbukkan) dan mustaghilun (yang sibuk)...jd saya pikir podo wae..

Inna zaidan fil baiti wa ustadun fid diwani masghulun....

Then, right or wrong the following sentences, if right gimana murad nya if wrong kenapa?

1. Inna zaidan fil baiti wa USTADAN fid diwani mashghulun
2. Inna zaidan fil baiti wa inna ustadan fid diwani masghulun
3. Inna zaidan fil baiti fid diwan wa ustadan fil madrosati
4. Inna zaidan fid diwan
5. Inna zaidan fil baiti wa ustadun fid diwan
6. Inna zaidan wa ustadun fid diwani
7. Inna zaidan fil baiti wa ustadun fid diwani masghulun....


have a nice trivia

saya tunggu

Ibra
Kenapa lari-lari lagi, tidak cukupkah Surah Al Maedah ayat 69 menjadi trivia anda (but not for me).

Istighfar please, you are old enough to have a responsibility for whatever you done.

Wassalam
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

mas Hillman yang mulai gak sabar

hehehe..
tampaknya anda mengalami yang saya alami kemarin...
Be Cool BOY..

So what can I say..

1. Saya bilang itu tanazu, anda berpendapat yang lain
2. saya bilang itu sederajat dengan "inna zaidan fil baiti wa ustadun fid diwani mustaghilun, anda punya pendapat lain
3. Saya bilang tolong di muradi, anda malah mempertanyakan murad..
4. saya bilang wu ustadun sebagai mubtada' baru, anda menerjemahkan (dan pak ustad :))
5. saya bilang Al maidah, washobiuna mubtada' baru (dan wan nasoro adalah atof nya) anda malah menelaskan hal-hal yang lain...mengatakan washobiuna harus ikut pengamalannya Inna

ya memang yang anda katakan gak cocok...
makannya saya bilang tools kita lain
Dengan tools tanazu', semuanya beres gak ada yang salah
Anda makenya Inna

Ya gimana??

kalau anda di pihak saya, anda berharap saya melaukan apa?
Membenarkan pendapat anda, saya pikir juga salah..

Makannya sya pengen tahu, pemahaman anda pada beberapa trivia tersebut, sama gak dengan saya...

kalau memang beda, ya kita bisa pake konklus:

Dengan pengamakan Inna salah (menurut anda)
Dengan tanazu benar..dan implikasi kalimatnya jadi berbeda

Kalau pake inna berarti man amana nya berlaku untuk semua..
dan kalau pake tanazu hanya nasoro dan shobiun yang harus man amana ila akhir...

Begitu kan

Ibra
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

ibra wrote:mas Hillman yang mulai gak sabar

hehehe..
tampaknya anda mengalami yang saya alami kemarin...
Be Cool BOY..

So what can I say..

1. Saya bilang itu tanazu, anda berpendapat yang lain
2. saya bilang itu sederajat dengan "inna zaidan fil baiti wa ustadun fid diwani mustaghilun, anda punya pendapat lain
3. Saya bilang tolong di muradi, anda malah mempertanyakan murad..
4. saya bilang wu ustadun sebagai mubtada' baru, anda menerjemahkan (dan pak ustad :))
5. saya bilang Al maidah, washobiuna mubtada' baru (dan wan nasoro adalah atof nya) anda malah menelaskan hal-hal yang lain...mengatakan washobiuna harus ikut pengamalannya Inna

ya memang yang anda katakan gak cocok...
makannya saya bilang tools kita lain
Dengan tools tanazu', semuanya beres gak ada yang salah
Anda makenya Inna

Ya gimana??

kalau anda di pihak saya, anda berharap saya melaukan apa?
Membenarkan pendapat anda, saya pikir juga salah..

Makannya sya pengen tahu, pemahaman anda pada beberapa trivia tersebut, sama gak dengan saya...

kalau memang beda, ya kita bisa pake konklus:

Dengan pengamakan Inna salah (menurut anda)
Dengan tanazu benar..dan implikasi kalimatnya jadi berbeda

Kalau pake inna berarti man amana nya berlaku untuk semua..
dan kalau pake tanazu hanya nasoro dan shobiun yang harus man amana ila akhir...

Begitu kan

Ibra
I am always cool, as cool as the winter breeze :)

Seperti saya sudah katakan pada anda, anda menuliskan semua tapi sama sekali tidak mengerti arti dan fungsi, (maaf) saya telah berikan pelajaran tatabahasa gratis untuk anda :)

Saya hanya menyayangkan bila suatu saat anda bukan hanya TOOLS (ALAT) dan BUKAN “MAN BEHIND THE TOOLS” tetapi sudah menjadi GUNS (SENJATA) dan yang di"GUNA"kan oleh “MAN BEHIND THE GUNS” , dengan menjadi umat yang muqollid dan taklid buta.

That's what I see about you, just a matter of time :)

Wassalam
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Saya sedang berpikir untuk menghentikan claim meng claim ini..
Kalaupun saya bilang anda gak paham nahwu shorof, faktanya anda akan tetap ngotot paham..



But i am still working on it..on finding another method to comvince you
hehehe

have a nice weekend bro...
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

ibra wrote:Saya sedang berpikir untuk menghentikan claim meng claim ini..
Kalaupun saya bilang anda gak paham nahwu shorof, faktanya anda akan tetap ngotot paham..



But i am still working on it..on finding another method to comvince you
hehehe

have a nice weekend bro...
Take your time, heve a nice weekend, bro :)
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

yo'i
No one cant stop me on watching Nadal game (wimbledon makin panas euy)
+ euro juga..hehehe

Semua sudah tersampaikan cuman the to convince you aja

Tapi Btw..yang ini udah gak ada waktu ya?
Just to answer right or wrong

1. Inna zaidan fil baiti wa USTADAN fid diwani mashghulun
2. Inna zaidan fil baiti wa inna ustadan fid diwani masghulun
3. Inna zaidan fil baiti fid diwan wa ustadan fil madrosati
4. Inna zaidan fid diwan
5. Inna zaidan fil baiti wa ustadun fid diwan
6. Inna zaidan wa ustadun fid diwani
7. Inna zaidan fil baiti wa ustadun fid diwani masghulun....

Ibra
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

ibra wrote:yo'i
No one cant stop me on watching Nadal game (wimbledon makin panas euy)
+ euro juga..hehehe

Semua sudah tersampaikan cuman the to convince you aja

Tapi Btw..yang ini udah gak ada waktu ya?
Just to answer right or wrong

1. Inna zaidan fil baiti wa USTADAN fid diwani mashghulun
2. Inna zaidan fil baiti wa inna ustadan fid diwani masghulun
3. Inna zaidan fil baiti fid diwan wa ustadan fil madrosati
4. Inna zaidan fid diwan
5. Inna zaidan fil baiti wa ustadun fid diwan
6. Inna zaidan wa ustadun fid diwani
7. Inna zaidan fil baiti wa ustadun fid diwani masghulun....

Ibra
It's not about we have time or not, mas Ibra.

We should stay at the main topic, Al Maedah chapter 69.

If you have something to share about later, I'll be glad to join with you.

Thanks a lot.

Wassalam.
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Halo bung..
saya sepakat kita tetap stuck pada topik kita.
TAPI selama cara pandangnya berbeda ya gak ketemu2...
Gitu kan..
nah saya punya beberapa channel untuk lebih memahamkan anda sekarang.

You wrote:
Posted: Fri Jun 20, 2008 3:38 pm

Mohon maaf sebesarnya mas Ibra, kelihatannya anda tidak sungguh menguasai mengenai tanazu’ fil amal ini, saya yang lebih faqir dari anda mencoba memberikan ulasan dibawah ini:

Kita mulai dengan pengertian Tanazu’

Kita lihat definisi tanazu’ dalam bahasa Arab yang pernah saya pelajari:


اﻟـــﺘــﻨــﺎزع ﻟـــﻐـــﺔ
:
اﻟـــﺘــﺠــﺎذب ﺑـﺎﻟﻜــﻼم
واﺹــﻄــﻼﺡــﺎ
:
أن ﻳــﺘــﻘــﺪم ﻋــﺎﻡـــﻼن ﻓــﺎآـــﺜــﺮ ﻋـــﻠـــﻰ ﻡـــﻌـــﻤـــﻮل ﻏـــﻴـــﺮ ﺳـــﺒـــﺒـــﻲ
آـــﻞ واﺡـــﺪ ﻡــﻨـــﻬـــﻤ
ــﺎ ﻃــﺎﻟــــﺐ ﻟـــﻪ ﻡـــﻦ ﺟــﻬـــﺔ اﻟـــﻤـــﻌـــﻨــﻰ


At-tanazu’u/
lughatan : at-tajazubu
bi l-kalami
wa istilahan : an
yataqaddama ‘amilani
fa aksara ‘ala ma’mulin ghayra sababi kulla
wahidin minhuma talibin lahu min jihati l-‘na

Tanazu’ dalam bahasa
: berarti : perebutan dalam jumlah . Dan dalm istilah tanazu’ berarti
mendahului dua ‘amil atau lebih terhadap satu ma’mul selain beberapa
sebab , tiap-tiap satu di antara dua ‘amil meminta untuknya dari segi
.’arti.

Dan bukan seperti yang mas Ibra paksakan untuk menjelaskan Shabiin dan Shobiuun dalam Qur’an.

Saya contohkan beberapa bentuk kalimat tanazu’fil amal yang benar :

ﺟــﺎء و دﺧــﻞ اﻟـــﺮﺟــﻞ ﻓــﻰ اﻟـــﺒـــﻴـــﺖ


Ja-a wa dakhala r-rajulu fi l-bayti

= Telah datang dan masuk seorang lelaki di dalam rumah



ﺟـــﻞء و ذهــﺐ ﻋــﻠــﻲ


Ja’a wa zahaba ‘aliyyun

= Datang dan pergi si Ali


Salah satu obstacle terbesar kita adalah pada pemahaman anda, bahwa tanazu itu hanya pada jumlah fi'liyah, sehingga anda gak tune in bahwa
Inna zaidan fil baiti wa ustadun fid diwani mustaghilun

memang di buku2 nahwu standar (qowaid2 standar) tanazu sering/selalu dijelaskan sebagai jumlah fi'liyah.

nah saya sudah dapat sumbernya.

Ini Dia :

Kitab Ibnu Aqil (Sarah-nya), Bahjatul Mardiyyah
halaman 77 baris 5 dari atas.



Ini dia, anda bisa lihat berbagai macam kombinasi jumlah fi'liyah dan ismiah

nah kalau anda sudah dapat yang ini. Kita putar lagi Inna zaidan..
Sehingga kita akan dapat menyimpulkan bahwa nothing wrong with AQ kita..

Begitu kira2..

wassalam
Ibra
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

Mas Ibra, mohon anda jelaskan pada saya dengan landasan pengetahuan anda tentang qawa'id bahasa Arab, pernyataan anda di bawah ini, sementara itu biarlah Zaid dan Ustadz istirahat dulu. Dipersilahkan:
ibra wrote: Posted: Sat Jun 14, 2008 12:13 pm

Yang Al Maidah 69 juga nothing seriuosly topic (dari segi bahasa ya..)
HANYA.... Shobiun dan Nasahra nya tidak menjadi isimnya inna, tidak berlaku sama dengan yahudi dan amaanu..
jadi dia adalah Mubtada' yang baru..


Jadi kalau anda baca :

allatheena amanoo waallatheena hadoo, waalssabioona waalnnasara
man amana biAllahi waalyawmi alakhiri waAAamila salihan (kadzalik) fala khawfun AAalayhim wala hum yahzanoona
Artinya, karena bukan menjadi isimnya INNA maka shobiunnya tidak perlu nasob,.,Ada mustatir kadzalik di sutu (semono ugo orang nasrani dan shobiin yang amana billah, wal yaumil akhir wa amila sholihan..)

Jadi kata kuncinya adalah SHOBIUN bukan menjadi isimnya Inna dengan justifikasi bisa dari beberapa hal : anda bisa merujuk pula alasan sebelumnya.
Tapi ingat konteks ayat2 di atas sebelum adanya Islam. Sesudah adanya Al Qur'an ya..Inna Dina indallahil Islam....Thats for sure..
Kita berbicara mengenai tatabahasa bukan? Silahkan anda kutip teori anda dan kita buktikan bersama-sama, deal mas Ibra?

Wassalam.
Post Reply