Moslem wrote:Selama ini saya tidak menggunakan perhitungan matematis untuk mengenali zat Allah. Saya hanya menggunakan hitungan-2 untuk memahami cara bekerja Allah dan cara kerja alam semesta untuk lebih memahami Allah SWT. That's all. Sifat-sifat Allah SWT sudah jelas disebutkan dalam Quran, jadi saya tidak perlu mempermasalahkan lagi ttg sifat Allah:
Allah SWT sudah menunjukkan sifat-2Nya dalam ayat-2 Quran. Kaum muslimin tidak perlu mencari-2nya lagi. Ilmu matematis hanya saya gunakan utk memahami mekanisme kerja dan hukum Allah.
Baiklah, untuk hal ini, brarti kita berada dalam pola berpikir yang sama.
Baik saya sebutkan sifat-sifat Allah (juga penjelasan buat forum FFI):
Allah mempunyai 20 sifat wajib, 20 sifat mustahil, sifat Jaiz dan 99 nama/julukan bai Allah SWt. Terma-2 ini diambil dari ayat-2 Quran.
Beberapa sifat Allah:
1. Qidam, artinya Allah itu Zat Yang Terdahulu, tidak bermula dan tidak ada yang mendahului wujud Allah
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. 57:3 )
2. Baqa', atau kekal.
3. Qityamuhu Binafsihi, artinya Allah wujud (ada) dengan diri-Nya sendiri, tidak membutuhkan bantuan yang lain.
4. Iradah, artinya Allah SWT itu Zat Yang Berkehendak, dan kehendak Allah itu tidak terbatas.
cukup...
Ada beberapa tambahan penjelasan misal:
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat. (QS. 42:11)
Dia tidak beranak dan juga tidak diperanakkan, (QS. 112:3 )
Cukup jelas pernyataan Quran.... Jadi setiap muslim mengetahui prinsip ini dan berpegang padanya. Jika ada prinsip diluar kedua prinsip tsb, maka muslim menyakini itu bukan sifat Allah.
Ok, terima kasih atas penjelasannya.
saya tidak tahu... lihat kembali sifat-2 Allah diatas tapi sebutan Allah sebagai yang Awal dan Akhir telah disebutkan dalam ayat Quran:
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. 57:3 )
waktu hanyalah sebuah besaran untuk menunjukkan suatu pengertian sebuah ukuran dan tidak selalu waktu berarti suatu atribut yg menempel pada suatu zat yg menunjukkan suatu pembatas (dimension) belaka....
Ok, terima kasih atas penjelasannya.
..Janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu yaitu Al-Kitab dan Al-Hikmah. Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu.. (QS. 2:231)
membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS. Ali Imran/Keluarga Imran 3:164)
ini hanya masalah sudut pandang/definitif belaka. Jika Al-Quran tidak memuat pernyataan untuk menggunakan referensi kitab lain (yaitu Hadis), maka bolehlah seseorang menyebut Al-Quran tidak lengkap... Smile
Kenyataannya ayat Quran telah menempatkan jati-dirinya untuk merefer ke kitab lain... Jika pernyataan Quran tidak memuat link ke ref. lain barulah bisa disebut Quran tsb tidak lengkap.... Smile
ayat-2 yg lain bisa dilihat di:
http://mrdnet.110mb.com/ffi/hukum2.htm
analoginya misal ada halam web site yg hanya berisi 1 topik (garis-2 besar/outline), tapi web site tsb telah merefer/memecah topik-2nya ke dalam sub-2 topik yg lebih terinci dan panas ke web site/halaman lain dalam satu kesatuan. Apakah web site/halaman tsb disebut tidak lengkap hanya krn mengacu ke web/halaman lain yg direfernya, padahal mereka satu kesatuan? Jika link tsb tidak ada barulah disebut web tsb tidak lengkap identitasnya.
cek this:
http://www.al-firdaus.com/20hujah/hujah1.htm#h1 , "Al-Qur’an adalah lengkap lagi sempurna".
sebaiknya mengambil ilmu islam dari ahlinya, alih-2 dari ahli syubhat atau pembuat bid'ah, ...
Kalau link itu pusat dan sumbernya sama (tidak Independen), maka bisa dikatakan link itu lengkap. Tetapi kalau link itu pusat dan sumbernya berbeda (Dependen), maka walaupun isinya saling mendukung/(bisa jadi) mengisi satu sama lain, maka link itu tidak bisa disebut lengkap.
analogyku adalah, apabila ada sebuah buku (Sebut saja buku A) lalu buku itu merekomendasikan buku-buku lain (B,C,D), buku A dapat dipastikan bukan buku lengkap sebab masih butuh buku B,C,D.
Atau contoh lain adalah Karya penelitian ilmiah. Penelitian Ilmiah seringkali merekomendasikan hasil2 penelitian sebelumnya yang subjek/ temanya sama, namun dengan metode penelitian yang berbeda. Kalau dilihat di bagian "kekurangan penelitian" pada suatu penelitian ilmiah terakhir, kadang2 penulispun mencantumkan kelemahan di penelitiannya yang sebenarnya sudah ditutup penelitian sebelumnya, padahal bukankah penulis sudah merekomendasikan penelitian sebelumnya, sehingga seyogyanya menurut sudut pandangmu tidak perlu ditulis kelemahan penelitian itu? nah, satu2nya alasan yang masuk akal adalah karena penulis (peneliti) membedakan secara jelas "merekomendasikan" dengan "menjadi bagian dari karya lain" (Sehingga setiap karya menjadi bagian dari keseluruhan karya penulisan---> lengkap).
Contoh ini bisa dibalik juga, bisakah karya Ilmiah yang paling awal dikatakan lengkap dengan alasan dia sudah menulis "sumbangan untuk Karya-karya di masa depan" di bagian "manfaat penelitian"?
Tapi sekali lagi, kita punya perbedaan masalah sudut pandang di sini, kalau bagimu merekomendasikan sudah menunjukkan kelengkapan (berbeda dnegan cara berpikirku), aku tetap hargai itu, namun wawasanku juga semakin bertambah nnegan diskusi denganmu, karena itu aku sampaikan terima kasih.
Nah, aku rasa masalah waktu sudah terjawab, dan aku puas dengan jawaban Moslem yang berdasarkan pada Alquran