Kebohongan Moralitas Pernikahan Muhammad SAW

Seputar pro dan kontra poligami dalam ajaran Islam.
luv_nice
Posts: 579
Joined: Tue Aug 15, 2006 11:08 am

Post by luv_nice »

Pada akhirnya jelas sudah, poligami yang dilakukan muhammad memang punya motif. Gak ada tulusnya sama sekali. Perempuan tak lebih sebagai alat pencapai tujuan. Kasihan.....
User avatar
iamthewarlord
Posts: 4375
Joined: Sun Feb 08, 2009 11:07 pm
Location: “Ibadah lelaki akan diputus dengan lewatnya keledai, wanita dan anjing hitam.” Muhammad.

Re: Kebohongan Moralitas Pernikahan Muhammad SAW

Post by iamthewarlord »

Ada sebuah teori mengapa muhammad menjadi nabi.
Karena pernikahannya dengan Khadijah,

Menurut Tabari :

Orang2 pada umumnya mengatakan bahwa Muhammad itu mata keranjang (Tabari, vol.ix, hal.139).

Khadijah adalah seorang wanita yang pandai, tidak ingin mengulangi kejadiannya menjadi janda dan tidak mau di madu, sedangkan dia sadar bahwa dia telah berumur lebih dari 40 dibandingkan dengan muhammad yang masih muda, maka Khadijah membuat seolah2 muhammad ini menjadi orang suci dengan harapan orang suci mempuyai moral baik dengan tidak melirik2 perempuan lain.

Usaha Khadijah ini berhasil semasa beliau hidup tetapi saat beliau mati, muhammad sudah tidak bisa di kontrol lagi, ibaratnya bendungan yang ambrol, muhammad tiba2 berubah menjadi tukang kawin.
Last edited by iamthewarlord on Wed Sep 22, 2010 9:41 pm, edited 1 time in total.
User avatar
iamthewarlord
Posts: 4375
Joined: Sun Feb 08, 2009 11:07 pm
Location: “Ibadah lelaki akan diputus dengan lewatnya keledai, wanita dan anjing hitam.” Muhammad.

Re: Rahasia Dibalik Perkawinan Nabi Muhammad SAW

Post by iamthewarlord »

dondon wrote:Rahasia Dibalik Perkawinan Nabi Muhammad SAW


Ketika orang-orang mendengar bawah Nabi Muhammad SAW mempunyai banyak istri
semasa hidupnya, banyaklah timbul suara-suara yang sumbang kearah Nabi
Muhammad SAW.


Padahal, kalau mereka mau menelaah lebih dalam untuk mengetahui apa rahasia
dibalik perkawinan Nabi Muhammad SAW,

bla..bla..bla..


Berikut ini kita tampilkan nama-nama Istri Nabi Muhammad SAW beserta
sekilas penjelasannya:
1. Khadijah: Nabi mengawini Khadijah ketika Nabi masih berumur 25
tahun, sedangkan Khadijah sudah berumur 40 tahun. Khadijah
sebelumnya sudah menikah 2 kali sebelum menikah dengan Nabi
SAW. Suami pertama Khadijah adalah Aby Haleh Al Tamimy dan
suami keduanya adalah Oteaq Almakzomy, keduanya sudah meninggal
sehingga menyebabkan Khadijah menjadi janda. Lima belas tahun
setelah menikah dengan Khadijah, Nabi Muhammad SAW pun diangkat
menjadi Nabi, yaitu pada umur 40 tahun. Khadijah meninggal pada
tahun 621 A.D, dimana tahun itu bertepatan dengan Mi’raj nya
Nabi Muhammad SAW ke Surga. Nabi SAW sangatlah mencintai
Khadija. Sehingga hanya setelah sepeninggalnya Khadijah lah
Nabi SAW baru mau menikahi wanita lain.

Muhammad menikah dengan Khadijah secara nasrani, artinya tidak boleh poligami dan bercerai sampai salah seorang mati, waraqa lah yg menikahkan mereka.

Mana berani muhammad kawin lagi selama masih ada khadijah, mau hilang jatah duit nya, muhammad inikan parasit mokondo, hidup dari duit khadijah.
dondon wrote: 2. SAWDA BINT ZAM’A: Suami pertamanya adalah Al Sakran Ibn Omro
Ibn Abed Shamz, yang meninggal beberapa hari setelah kembali
dari Ethiophia. Umur Sawda Bint Zam’a sudah 65 tahun, tua,
miskin dan tidak ada yang mengurusinya. Inilah sebabnya kenapa
Nabi SAW menikahinya.
Sawda dipilih biar ada yang ngurus anak2nya muhammad.
Sawda ini sadar sudah tua dan memberikan hari gilirannya kepada Aisah yang masih muda belia, daripada dicerai oleh muhammad, nanti siapa yang kasih makan?


dondon wrote: 3. AISHA SIDDIQA: Seorang perempuan bernama Kholeah Bint Hakeem
menyarankan agar Nabi SAW mengawini Aisha, putri dari Aby
Bakrs, dengan tujuan agar mendekatkan hubungan dengan keluarga
Aby Bakr. Waktu itu Aishah sudah bertunangan dengan Jober Ibn
Al Moteam Ibn Oday, yang pada saat itu adalah seorang
Non-Muslim. Orang-orang di Makkah tidaklah keberatan dengan
perkawinan Aishah, karena walaupun masih muda, tapi sudah cukup
dewasa untuk mengerti tentang tanggung jawab didalam sebuah
perkawinan. Nabi Muhammad SAW bertunangan dulu selama 2 tahun
dengan Aishah sebelum kemduian mengawininya. Dan bapaknya
Aishah, Abu Bakr pun kemudian menjadi khalifah pertama setelah
Nabi SAW meninggal.
Jangan lupa, sewaktu menikah, aisha berumur 6 tahun dan di sex oleh muhammad pedophil saat aisah berumur 9 tahun.
dondon wrote: 4. HAFSAH BINT U’MAR: Hafsah adalah putri dari Umar, khalifah ke
dua. Pada mulanya, Umar meminta Usman mengawini anaknya,
Hafsah. Tapi Usman menolak karena istrinya baru saja meninggal
dan dia belum mau kawin lagi. Umar pun pergi menemui Abu Bakar
yang juga menolak untuk mengawini Hafsah. Akhirnya Umar pun
mengadu kepada nabi bahwa Usman dan Abu Bakar tidak mau
menikahi anaknya. Nabi SAW pun berkata pada Umar bahwa anaknya
akan menikah demikian juga Usman akan kawin lagi. Akhirnya,
Usman mengawini putri Nabi SAW yiatu Umi Kaltsum, dan Hafsah
sendiri kawin dengan Nabi SAW. Hal ini membuat Usman dan Umar
gembira.
dondon wrote: 5. ZAINAB BINT KHUZAYMA: Suaminya meninggal pada perang UHUD,
meninggalkan dia yang miskin dengan beberapa orang anak. Dia
sudah tua ketika nabi SAW mengawininya. Dia meninggal 3 bulan
setelah perkawinan yaitu pada tahun 625 A.D.
dondon wrote: 6. SALAMA BINT UMAYYA: Suaminya, Abud Allah Abud Al Assad Ibn Al
Mogherab, meninggal dunia, sehingga meninggalkan dia dan
anak-anaknya dalam keadaan miskin. Dia saat itu berumur 65
tahun. Abu Bakar dan beberapa sahabat lainnya meminta dia
mengawini nya, tapi karena sangat cintanya dia pada suaminya,
dia menolak. Baru setelah Nabi Muhammad SAW mengawininya dan
merawat anak-anaknya, dia bersedia.
dondon wrote: 7. ZAYNAB BINT JAHSH: Dia adalah putri Bibinya Nabi Muhammad SAW,
Umamah binti Abdul Muthalib. Pada awalnya Nabi Muhammad SAW
sudah mengatur agar Zaynab mengawini Zayed Ibn Hereathah Al
Kalby. Tapi perkawinan ini kandas ndak lama, dan Nabi menerima
wahyu bahwa jika mereka bercerai nabi mesti mengawini Zaynab
(surat 33:37).
Muhammad dasar mata keranjang, istri anak angkat alias menantu sendiri juga diembat, gara2 lihat Zainab pake baju seadanya.
Pake acara bohong pula, ngaku2 allah yang menikahkannya di surga wakaka..

dondon wrote: 8. JUAYRIYA BINT AL-HARITH: Suami pertamanya adalah Masafeah Ibn
Safuan. Nabi Muhammad SAW menghendaki agar kelompok dari
Juayreah (Bani Al Mostalaq) masuk Islam. Juayreah menjadi
tahanan ketika Islam menang pada perang Al-Mustalaq (Battle of
Al-Mustalaq). Bapak Juayreyah datang pada Nabi SAW dan
memberikan uang sebagai penebus anaknya, Juayreyah. Nabi SAW
pun meminta sang Bapak agar membiarkan Juayreayah untuk
memilih. Ketika diberi hak untuk memilih, Juayreyah menyatakan
ingin masuk islam dan menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah
utusan Allah yang terakhir. Akhirnya Nabi pun mengawininya, dan
Bani Almustalaq pun masuk islam.
Perampokan oleh muhammad dibilang perang, dalam keadaan terdesak mana mungkin berani bilang tidak kepada muhammad?
dondon wrote: 9. SAFIYYA BINT HUYAYY: Dia adalah dari kelompok Jahudi Bani
Nadir. Dia sudah menikah dua kali sebelumnya, dan kemudian
menikahi Nabi SAW. Cerita nya cukup menarik, mungkin Insha
Allah disampaikan terpisah.
Kenapa tidak berani menceritakan bagian Safiyya?
Kehabisan alasan?
Para muslim sadar rupanya cerita ini sangat memalukan dan merendahkan akhlak nabi besar mereka, yaitu muhammad.
Orang tua dan suami Safiyya dibunuh oleh muhammad dan pada hari yang sama Safiyya dipaksa menikah oleh muhammad dan di-sex.

dondon wrote: 10. UMMU HABIBA BINT SUFYAN: Suami pertamanya adalah Aubed
Allah Jahish. Dia adalah anak dari Bibi Rasulullah SAW. Aubed
Allah meninggak di Ethiopia. Raja Ethiopia pun mengatur
perkawinan dengan Nabi SAW. Dia sebenarnya menikah dengan nabi
SAW pada 1 AH, tapi baru pada 7 A.H pindah dan tinggal bersama
Nabi SAW di Madina, ketika nabi 60 tahun dan dia 35 tahun.

11. MAYMUNA BINT AL-HARITH: Dia masih berumur 36 tahun ketika
menikah dengan Nabi Muhammad SAW yang sudah 60 tahun. Suami
pertamanya adalah Abu Rahma Ibn Abed Alzey. Ketika Nabi SAW
membuka Makkah di tahun 630 A.D, dia datang menemui Nabi SAW,
masuk Islam dan meminta agar Rasullullah mengawininya.
Akibatnya, banyaklah orang Makkah merasa terdorong untuk merima
Islam dan nabi SAW.
dondon wrote: 12. MARIA AL-QABTIYYA: Dia awalnya adalah orang yang membantu
menangani permasalahan dirumah
Rasullullah yang dikirim oleh
Raja Mesir. Dia sempat melahirkan seorang anak yang diberi nama
Ibrahim. Ibrahim akhirnya meninggal pada umur 18 bulan. Tiga
tahun setelah menikah, Nabi SAW meninggal dunia, dan akhirnya
meninggal 5 tahun kemudian, tahun 16 A.H. Waktu itu, Umar bin
Khatab yang menjadi Iman sholat Jenazahnya, dan kemudian
dimakamkan di Al-Baqi.
Perhatikan yg di bold, berarti Maria ini adalah seorang BABU dan di perkosa oleh muhammad tanpa ikatan pernikahan hingga hamil Ibrahim.
Maria ini di sex oleh muhammad diranjang Hafsa, sehingga Hafsa ngamuk2.
dondon wrote:Kalau sudah tahu begini dan kalau memang dikatakan mau mengikuti Sunnah
Nabi Muhammad SAW, kira-kira masih minat dan berani nggak ya kaum Adam
untuk ber-istri lebih dari 1?

[/b]
Bagaimana? Apakah mau ikut sunnah rasul yang wajib dijalankan oleh umat muslim?
Pantas saja banyak TKI yang diperkosa oleh orang Arab di Arab Saudi sana..

:lol:
User avatar
pigsy
Posts: 220
Joined: Tue Sep 09, 2008 9:48 am

Re: Kebohongan Moralitas Pernikahan Muhammad SAW

Post by pigsy »

Sundul........... :yawinkle:

http://islampos.com/rasulullah-baru-pol ... hun-21924/
Rasulullah Baru Poligami di Usia 51 Tahun
By Pizaro on October 20, 2012


DALAM sirah disebutkan, Rasulullah mengakhiri masa lajangnya di usia 25 tahun dengan mengawini seorang perempuan mulia bernama Khadijah binti Khuwalid yang saat itu merupakan seorang janda empat anak dari perkawinan sebelumnya dan telah berusia 40 tahun. Ini adalah pernikahan yang ditunjuk Allah karena Khadijah merupakan wanita mulia dan yang pertama memeluk Islam. Dari Rasulullah SAW, Khadijah mendapat 6 orang anak lagi.

Rasulullah menjalani monogami—tidak menikah lagi—selama 25 tahun bersama Khadijah. Tidak ada satu pun petunjuk bahwa selama bersama Khadijah, Rasulullah pernah menyatakan niat untuk melakukan poligami atau tergoda dengan perempuan lain. Kesetiaan terhadap Khadijah dijalaninya selama 25 tahun masa pernikahan hingga Khadijah wafat.

Jika Rasulullah mau poligami di masa itu, di saat masih muda dan prima, tentu Rasulullah akan mudah untuk melakukannya. Terlebih sejumlah pemimpin suku Quraisy pernah merayu Beliau dengan tawaran perempuan-perempuan paling cantik seantero Arab sekali pun agar Rasulullah mau menghentikan dakwahnya. Tawaran yang di saat sekarang ini sangat menggiurkan, sebuah tawaran yang banyak sekali membuat pejabat, Raja, Presiden, dan bangsawan jatuh dari kursi kekuasaannya, tidak membuat Rasulullah bergeming. Rasulullah tetap setia pada Khadijah dan Dakwah Islam.

Ketika Khadijah wafat di kala Rasulullah berusia 50 tahun, beberapa waktu dilalui Rasulullah dengan menduda. Barulah di saat usia beliau menginjak 51 atau dilain kisah ada yang menulis 52 tahun, maka Rasulullah mengakhiri masa dudanya dengan menikahi Aisyah yang baru berusia 9 tahun (ada catatan lain yang mengatakan Aisyah ketika dinikahi Rasulullah berusia 19 tahun). Namun pernikahan dengan Aisyah ini baru disempurnakan ketika Beliau hijrah ke Madinah.

Setelah dengan Aisyah, Rasulullah yang telah berusia 56 tahun menikah lagi dengan Saudah binti Zam’ah, seorang janda berusia 70 tahun dengan 12 orang anak. Setelah dari Saudah, Rasulullah kembali menikah dengan Zainab binti Jahsyi, janda berusia 45 tahun, lalu dengan Ummu Salamah (janda berusia 62 tahun). Di saat berusia 57 tahun, Rasulullah kembali menikahi Ummu Habibah (janda 47 tahun), dan Juwairiyah binti Al-Harits (janda berusia 65 tahun dengan telah punya 17 anak).

Setahuh kemudian Rasulullah kembali menikahi Shafiyah binti Hayyi Akhtab (janda berusia 53 tahun dengan 10 orang anak), Maimunah binti Al-Harits (anda berusia 63 tahun), dan Zainab binti Harits (Janda 50 tahun yang banyak memelihara anak-anak yatim dan orang-orang lemah).

Setahun kemudian, Rasulullah menikah lagi dengan Mariyah binti Al-Kibtiyah (gadis 25 tahun yang dimerdekakan), lalu Hafshah binti Umar bin Khattab (janda 35 tahun, Rasulullah berusia 61 tahun), dan ketika berusia 61 tahun itulah Rasulullah baru menyempurnakan pernikahannya dengan Aisyah, saat mereka telah hijrah ke Madinah.

Dalam setiap pernikahan poligami yang dilakukan Rasulullah SAW terdapat keistimewaan-keistimewaan dan situasi khusus sehingga Allah mengizinkan Beliau untuk itu. Dari segala catatan yang ada, tidak pernah ada satu catatan pun yang menyatakan bahwa pernikahan poligami yang dilakukan Rasulullah disebabkan Rasulullah ingin menjaga kesuciannya dari perzinahan atau dari segala hal yang berkaitan dengan hawa nafsu. Maha Suci Allah dan Rasul-Nya.

Alasan yang banyak dikemukakan para poligamor sekarang ini dalam melakukan kehidupan poligami adalah untuk menjaga kesucian mereka dari perzinahan. Ini tentu tidak salah. Hanya saja, dengan memiliki isteri lebih dari satu, hal itu bukanlah jaminan bahwa seorang lelaki terbebas dari godaan terhadap perempuan lain. Rasulullah SAW tidak pernah menjadikan alasan ini untuk poligaminya.

Dalam tulisan kedua akan dipaparkan satu-persatu keistimewaan pernikahan poligami Rasulullah SAW., yang dilakukan bukan karena desakan hawa nafsu, bukan agar tidak tergoda lagi dengan perempuan lain, bukan untuk alasan klise menjaga syahwat, dan sebagainya. Tujuan poligami Rasulullah SAW memiliki landasan yang lebih agung dan mulia. Bukan sekadar alasan yang dicari-cari agar bisa nikah lagi.

Sepeninggal Khadijah r. A., Rasulullah SAW sangat bersedih hati. Namun kesedihan ini tidak dipendam lama-lama karena dakwah Islam yang masih berusia sangat muda memerlukan penanganan yang teramat serius. Sebab itu, Rasulullah SAW memerlukan pendamping hidup sepeninggal Khadijah r. A. Maka beliau pun, atas izin Allah SWT, menikah kembali. Inilah keutamaan pernikahan-pernikahan yang dilakukan Rasulullah SAW sepeninggal Khadijah r. A. Seperti yang ditulis oleh Dr. M. Syafii Antonio, M. Ec dalam buku “The Super Leader Super Manager: Learn How to Succeed in Business & Life From The Best Example” (ProLM;Agustus 2007). Inilah petikannya:

Saudah binti Zum’ah

Ketika dilamar Rasulullah SAW, Saudah telah berusia 70 tahun dengan 12 anak. Perempuan berkulit hitam dari Sudan ini merupakan janda dari sahabat Nabi bernama As-Sukran bin Amral Al-Anshari yang menemui syahid keran menjadikan dirinya perisai hidup bagi Rasulullah di medan perang. Rasulullah yang ketika melamar Saudah telah berusia 56 tahun menikahi wanita itu agar Saudah bisa terjaga keimanannya dan terhindar dari gangguan kaum Musyirikin yang tengah hebat-hebatnya memusuhi umat Islam yang ketika itu masih sangat sedikit jumlahnya.

Zainab binti Jahsy

Tak lama setelah menikahi Saudah, Rasulullah mendapat perintah dari allah SWT untuk menikahi Zainab binti Jahsy, seorang janda berusia 45 tahun yang berasal dari keluarga terhormat. Pernikahan dengan Zainab ini merupakan suatu pelaksanaan perintah Allah SWT bahwa pernikahan haruslah sekufu. Zainab merupakan mantan isteri dari Zaid bin Haritsah.

Ummu Salamah binti Abu Umayyah

Setelah menikahi Saudah dan Zainab, Rasulullah kembali mendapat perintah Allah SWT agar menikahi puteri dari bibinya yang pandai mengajar dan juga pandai berpidato. Ummu Salamah binti Abu Umayyah, seorang janda berusia 62 tahun. Setelah menikah dengan Rasulullah SAW, Ummu Salamah kelak banyak membantu Nabi dalam medan dakwah dan pendidikan bagi kaum perempuan.

Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan

Dalam pengembangan dakwah Islam yang masih sangat terbatas, umat Islam mendapat cobaan ketika salah seorang darinya, Ubaidillah bin Jahsy, murtad dan menjadi seorang Nasrani. Secara syar’i, murtadnya Ubaidillah ini menyebabkan haram dan putusnya ikatan suami-isteri dengan Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan. Untuk menyelamatkan akidah janda berusia 47 tahun ini, Rasulullah mengambil langkah cepat dengan menikahi Ummu Habibah. Kelak langkah Rasulullah SAW ini terbukti tepat dengan aktifnya Ummu Habibah di dalam menunjang dakwah Islam.

Juwairiyyah binti Al-Harits al-Khuzaiyyah

Juwairiyyah adalah seorang janda berusia 65 tahun dengan 17 anak. Perempuan ini merupakan budak dan tawanan perang yang dibebaskan Rasulullah. Setelah dibebaskan Rasulullah SAW, Juwairiyyah dengan ke-17 orang anaknya tentu akan kebingungan karena dia sama sekali tidak memiliki seorang kerabat pun. Allah SWT memerintahkan Nabi SAW agar menikahi perempuan ini sebagai petunjuk agar manusia mau membebaskan budak dan memerdekakannya dari perbudakan dan penghambaan kepada selain Allah SWT.

Shafiyyah binti Hayyi Akhtab

Setahun setelahnya, saat berusia 58 tahun, Rasulullah kembali menikahi Shafiyah binti Hayyi Akhtab, seorang janda dua kali berusia 53 tahun dan memiliki 10 orang anak dari pernikahan sebelumnya. Shafiyyah merupakan seorang perempuan Muslimah dari kabilah Yahudi Bani Nadhir. KeIslaman Shafiyyah diboikot orang-orang Yahudi lainnya. Untuk menolong janda tua dengan 10 orang anak inilah Rasulullah SAW menikahinya.

Maimunah binti Al-Harits

Dakwah Islam tidak hanya diperuntukkan bagi orang-orang Arab semata, tetapi juga kepada manusia lainnya termasuk kepada orang-orang Yahudi. Sebab itu, Rasulullah kemudian menikahi Maimunah binti Al-Harits, seorang janda berusia 63 tahun, yang berasal dari kabilah Yahudi Bani Kinanah. Pernikahan ini dilakukan semata untuk mengembangkan dakwah Islam di kalangan Yahudi Bani Nadhir.

Zainab binti Khuzaimah bin Harits

Zainab binti Khuzaimah merupakan seorang janda bersuia 50 tahun yang sangat dermawan dan banyak mengumpulkan anak-anak yatim, orang-orang lemah, serta para fakir miskin di rumahnya, sehingga masyarakat sekitar menjulukinya sebagai “Ibu Fakir Miskin”. Guna mendukung secara aktif aktivitas janda tua ini maka Rasulullah menikahinya. Dengan pernikahannya ini Rasulullah ingin mencontohkan kepada umat-Nya agar mau bersama-sama menyantuni anak-anak yatim dan orang-orang lemah, bahkan dengan hidup dan kehidupannya sendiri.

Mariyah al-Kibtiyyah

Setelah delapan pernikahannya dengan para janda-janda tua dengan banyak anak, barulah Rasulullah SAW menikahi seorang gadis bernama Mariyah al-Kibtiyah. Namun pernikahannya ini pun bertujuan untuk memerdekakan Mariyah dan menjaga iman Islamnya. Mariyah merupakan seorang budak berusia 25 tahun yang dihadiahkan oleh Raja Muqauqis dari Iskandariyah Mesir.

Hafshah binti Umar bin Khattab

Dia merupakan puteri dari Umar bin Khattab, seorang janda pahlawan perang Uhud yang telah berusia 35 tahun. Allah SWT memerintahkan Rasulullah untuk menikahi perempuan mulia ini karena Hafshah merupakan salah seorang perempuan pertama di dalam Islam yang hafal dengan seluruh surat dan ayat al-Qur’an (Hafidzah). Pernikahan ini dimaksudkan agar keotentikan al-Qur’an bisa tetap terjaga.

Aisyah binti Abu Bakar

Puteri dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ini merupakan seorang perempuan muda yang cantik, cerdas, dan penuh izzah. Allah SWT memerintahkan langsung kepada Rasululah SAW agar menikahi gadis ini. Pernikahan Rasululah dengan Aisyah r. A. Merupakan perintah langsung Allah SWT kepada Rasulullah SAW lewat mimpi yang sama tiga malam berturut-turut (Hadits Bukhari Muslim). Tentang usia pernikahan Aisyah yang katanya masih berusia 9 tahun, ini hanya berdasar satu hadits dhaif yang diriwayatkan oleh Hisyam bin ‘Urwah saat beliau sudah ada di Iraq, dalam usia yang sangat tua dan daya ingatnya sudah jauh menurun. Mengenai Hisyam, Ya’qub ibn Syaibah berkata, “Apa yang dituturkan oleh Hisyam sangat terpercaya, kecuali yang dipaparkannya ketika ia sudah pindah ke Iraq. ” Malik ibnu anas pun menolak segala penuturan Hisyam yang sudah berada di Iraq.

Oleh para orientalis, hadits dhaif ini sengaja dibesar-besarkan untuk menjelek-jelekan Rasulullah SAW. Padahal menurut kajian-kajian semacam al-Maktabah Al-Athriyyah (jilid 4 hal 301) dan juga kajian perjalanan hidup keluarga dan anak-anak dari Abu Bakar Ash-Shiddiq, maka akan diperoleh keterangan kuat bahwa Asiyah sesungguhnya telah berusia 19-20 tahun ketika menikah dengan Rasululah SAW. Suatu usia yang cukup matang uhtuk menikah.

Bagi yang mau lebih jauh menelusuri tentang keterangan ini silakan menelusuri Tarikh al-Mamluk (Jilid 4, hal. 50) dari at-Thabari, Muassasah al-Risalah (Jilid. 2 hal. 289) dari Al-Zahabi, dan sumber-sumber ini dituliskan kembali oleh Dr. M. Syafii Antonio, M. Ec dalam buku “The Super Leader Super Manager: Learn How to Succeed in Business & Life From The Best Example” (ProLM;Agustus 2007). Jadi tidak benar tudingan dan fitnah para orientalis bahwa Rasulullah menikahi Aisyah di saat gadis itu masih berusia sangat belia.

Inilah pernikahan-pernikahan agung yang dilakukan Rasulullah SAW. Beliau banyak menikahi para janda tua dengan banyak anak sebelum menikah dengan dua gadis (Mariyyah dan Aisyah), itu pun atas perintah Allah SWT dan di saat usia Beliau sudah tidak muda lagi. Poligami yang diajarkan, yang disunnahkan Rasulullah SAW adalah poligami yang berdasarkan syariat yang sejati, bukan berdasar akal-akalan, bukan berdasarkan syahwat yang berlindung di balik ayat-ayat Allah SWT.

Jika sekarang banyak sekali orang-orang Islam yang melakukan poligami, mengambil isteri kedua, isteri ketiga, dan isteri keempat, yang semuanya masih gadis, cantik, muda usia, dan sesungguhnya tidak berada dalam kondisi yang memerlukan pertolongan darurat terkait keimanannya, maka hal itu berpulang kepada mereka masing-masing. Adakah poligami yang demikian itu sesuai dengan poligami yang dilakukan dan dijalani Rasululah SAW? Silakan tanya pada hati nurani masing-masing, karena hati nurani tidak pernah mampu untuk berbohong. Wallahu’alam bishawab.

Rizky Ridyasmara
Berjamaah mereka memoles kisah tentang perkawinan "nabi besar" agar tetap layak sebagai Manusia Mulia, Kekasih Auloh SWT. \:D/

Rasulullah Baru Poligami di Usia 51 Tahun
Mirror
Faithfreedom forum static
Post Reply