Ustadzah Murtad

Orang-orang dari seluruh dunia yang murtad (termasuk dari FFInternasional). Siapa mereka dan mengapa mereka meninggalkan Islam ? Murtadin2 dari FFIndonesia silahkan masukkan pengakuan ke 'Mengapa Saya Murtad ?'
Post Reply
User avatar
Adadeh
Posts: 8184
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Ustadzah Murtad

Post by Adadeh »

Hijrahku Menuju Humanisme
14 January, 2014
Oleh: Chista Pantea

Image

Semuanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pada ibuku di malam hari di bulan Desember. “Bu, kenapa sih kita tidak merayakan Natal dan menghiasi rumah kita dengan pohon Natal?” Saat itu aku berusia lima tahun, dan di situlah aku mulai mengalami indoktrinasi agama. Aku tidak menyangka bahwa akibat pertanyaan sederhana ini aku akan terus mengalami segala gejolak emosi dan mental untuk waktu yang lama. “Kita adalah Muslim. Kita tidak menyembah Yesus, kita menyembah Allah.” Keesokan harinya, ibuku membawaku ke perpustakaan dan toko buku lokal, dan memperkenalkanku pada buku² Islam. Sejak usia tiga tahun, aku sudah bisa menghafal beberapa kalimat dan Surah pendek dalam Qur’an, meskipun aku tidak mengerti maknanya. Aku diberitahu berbagai kisah Islam tentang nabi² dan rasul², terutama kisah tentang Nabi Muhammad, di malam hari sebelum aku tidur. Saat itu aku masih muda dan polos sehingga menerima begitu saja apa yang disampaikan orangtuaku tanpa banyak bertanya. Sama seperti anak² lainnya, aku tidak pernah menyangka bahwa mereka itu sebenarnya salah.

Sewaktu di SD, aku bukanlah seorang Muslimah yang taat. Aku tidak banyak perhatian terhadap agama. Aku hanya tahu lima pilar Islam saja. Orangtuaku menyuruhku untuk sholat, puasa, dan melafalkan Qur’an. Aku mulai sholat di usia 9 tahun dan mengenakan hijab di usia 11 tahun. Sebenarnya orangtuaku ragu untuk memintaku mengenakan hijab di usia yang begitu muda, tapi aku ngotot ingin melakukan kewajiban Islamku. Aku begitu senang tatkala mereka mengijinkanku! Akhirnya aku bisa mengenakan hijab seperti ibuku dan bibi² ku.

Ketika di SMA, aku mulai mengenal faham Islam fundamental. Aku masih ingat benar tatkala temanku yang merupakan seorang ustadzah (guru dakwah wanita) di Madrasah di hari Minggu, mulai bicara padaku tentang hari kiamat. Sewaktu kami meninggalkan mesjid setelah sholat Asar, dia menjabarkan padaku segala pertanda datangnya hari kiamat dan tentang surga dan neraka. Untuk pertamakalinya aku menaruh perhatian akan hal tersebut. Percaya pada kehidupan di alam baka merupakan pilar keenam Islam. Dia menceritakan hukuman brutal dan keji di neraka, dan hatiku menciut ketakutan mendengarkannya. Aku merasa sangat berdosa dan bersalah. Meskipun aku senang akan Islam, tapi aku kurang taat menjalankan ibadahnya. Aku takut akan murka Allah dan kemungkinan dimasukkan ke dalam neraka. Aku segera minta ampun pada Allah dan mempersiapkan diri untuk menghadapi alam baka. Di hari itu saat berjalan pulang ke rumah, tubuhku benar² gemetar penuh rasa takut.

Sejak saat itu, aku benar² khusuk dalam menyempurkan din (agama), iman, dan ihsan (kesempurnaan dalam beribadah). Aku menghafal berbagai Surah, doa, dan hadis di luar kepala. Aku selalu berusaha sholat lima waktu. Aku juga melakukan sholat Tahajjud (di larut malam). Aku selalu ingat akan Allah di setiap saat dalam hidupku. Selama waktu berjalan, aku mulai mencintai Allah, Nabi Muhammad, dan Islam. Rasa cinta ini mendorongku untuk aktif dalam berbagai proyek dan aktivitas Islamiah. Aku bahkan menjadi seorang ustadzah di madrasah dan mengajar anak² kecil usia 4 sampai 9 tahun tentang Islam. Aku ikut dalam berbagai kompetisi Islamiah dan aku seringkali menang dan menjadi juara pertama. Aku unggul dalam penghafalan dan pelafalan Qur’an. Tapi meskipun telah jadi Muslimah kaffah sekalipun, aku tetap bersikap humanis. Aku tidak bisa membayangkan begitu banyak orang akan masuk neraka, sehingga aku bertekad mengIslamkan semua orang. Karena itu aku mulai ikut program² dakwah, dan aku meluruskan segala salah pandang orang tentang Islam, dan aku menjabarkan Islam sebagai ajaran penuh kedamaian dan amat positif. Dalam usaha ini, aku selalu menyalahkan pihak Barat kafir dan Yahudi dan selalu membela kaum Muslim. Inilah saat di mana aku terpengaruh berbagai teori konspirasi politik. Aku yakin 9/11 itu dilakukan pihak Barat dan Yahudi untuk menyalahkan umat Muslim. Orang² Yahudi dan Zionis adalah orang² jahat, tak layak disebut manusia, dan mereka adalah musuh² Islam. Mereka ingin menghancurkan Islam, sehingga kami sebagai umat Muslim harus mengobarkan jihad besar²an untuk melindungi Islam. Tidak terlintas dalam benakku sedikit pun bahwa kesalahan sebenarnya terletak pada ajaran Islam itu sendiri, sebab sejak kecil aku telah diajar untuk tidak boleh mengritik atau mempertanyakan Islam. Dalam pandanganku saat itu, dunia ini dibagi atas dua kelompok yakni Muslim dan non-Muslim, di mana Muslim adalah superior karena kami memiliki jalan hidup yang benar.

Aku lalu mempelajari sains di SMA, dan saat itu aku menganggap bahwa sains tentang penciptaan bumi dan isinya merupakan bukti kebesaran Allah dan segala teka-teki dunia merupakan pertanda kebijakan Allah yang belum dimengerti manusia. Meskipun Teori Evolusi diajarkan di SMA, aku tidak percaya akan hal itu. Sebaliknya, aku lebih memilih mendengarkan keterangan² ahli Islam yang menyangkal Teori Evolusi dan tetap percaya muzizat Allah dalam menciptakan dunia. Saat itu aku tidak banyak tahu tentang evolusi dan aku yakin segala hal yang bertentangan dengan Allah sudah tentu salah. Cara pemikiran ini merupakan hasil didikan padaku sejak kecil yang memaksaku untuk menerima saja semuanya tentang Islam tanpa boleh mengritik. Hanya ulama saja yang boleh menganalisa agama, karena mereka dianggap berpengetahuan lebih akan Islam dibandingkan orang² awam.

Setelah lulus SMA, aku menganggur dan punya banyak waktu kosong. Sebagai seorang Muslimah yang baik, aku bertekad belajar tentang Islam, terutama tentang Fiqih (hukum Islam) yang merupakan pesan utama Islam. Aku membaca banyak buku dan bicara dengan berbagai ahli Islam. Aku juga bergabung dengan kelompok² Muslimah, ikut dalam kegiatan studi mereka, membaca, dan mempelajari Islam. Saat itulah untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku membaca Qur’an dalam bahasa Inggris. Awalnya semua berjalan lancar, sampai seorang Muslim menerbitkan tulisan Islamiah tentang mengapa wanita harus melayani permintaan sex dari suami dalam keadaan dan saat apapun juga. Artikel ini mengutip ayat² Qur’an dan hadis sebagai bukti yang mendukung. Aku sungguh tidak bisa menerima keterangan ini. Sudah jelas ini merupakan perkosaan dalam pernikahan! Aku benar² bingung, tapi aku berusaha untuk terus mencari tahu. Tak lama setelah itu, aku datang pada sebuah acara dakwah di mana sang Imam berbicara tentang ketaatan istri pada suami. Ternyata dia juga mengutip ayat² Qur’an dan hadis yang sama untuk mendukung penjelasannya. Aku lalu memeriksa ayat² Qur’an itu dengan mata terbuka. Baru saat itulah aku menyadari akan sexisme (diskriminasi yang dilakukan karena perbedaan kelamin) dalam agama. Aku lalu menemukan ayat² penuh kekerasan pada kaum wanita, penghalalan perkosaan, pengutamaan pria, dan direnggutnya hak wanita atas tubuhnya sendiri dan atas pilihan hidupnya. Aku terus mencari berbagai penjelasan masuk akal atas ayat² ini. Aku tak bisa menerima pesannya yang sangat jelas dan langsung. Aku tidak membutuhkan berbagai terjemahan Qur’an dan hadis dalam bahasa lain karena aku mengerti maknanya dalam bahasa Arab. Tiada seorang ulama atau ustad atau wanita atau teman yang bisa memberiku jawaban yang memuaskan.

Image

Selama bermalam-malam aku tidak bisa tidur. Aku menangis tiap hari karena aku merasa benar² hilang arah. Dalam segala keraguan dan kebingunganku, daftar pertanyaanku yang menyala dalam hati justru jadi semakin panjang setiap hari. Bagaimana mungkin Tuhan yang sedemikian kucintai sepenuh hati bisa begitu merendahkan diriku hanya karena aku punya vagina? Mengapa pria tidak perlu menutupi wajah mereka? Mengapa pria boleh dengan bebas mengunjungi berbagai kegiatan masyarakat sedangkan wanita harus diam saja di rumah? Mengapa pria boleh punya banyak istri, sedangkan wanita tidak boleh punya lebih dari satu suami dan tidak bisa menceraikan suaminya? Mengapa di surga para pria mendapat hadiah bidadari² perawan sedangkan wanita harus tetap jadi istri bagi suaminya? Mengapa sexualitas pria dijunjung sangat tinggi sedangkan sexualitas wanita begitu direndahkan? Aku masih cinta agamaku, tapi di saat yang sama, aku tidak bisa menerima wanita dan anak² perempuan direndahkan seperti itu. Aku tidak bisa mengkhianati kaumku.

Untuk mengatasi pertentangan bathin ini, aku mencari pemahaman Islam yang sesuai dengan perasaanku, dan aku meninggalkan aliran Sunni Islam dan menjadi pengikut Qur’anisme. Qur’anisme merupakan aliran Islam yang hanya mengikuti Qur’an saja dai menolak sumber lain, terutama Hadis. Banyak perbedaan pendapat dalam Qur’anisme. Aku menjadi bagian dari grup Aastana, yang percaya bahwa “kode moral dalam Qur’an berhubungan dengan sistem sosial ekonomi yang menyediakan makanan dan keamanan bagi masyarakat yang menjalankan hukumnya. Qur’an merupakan bimbingan praktis yang mengutungkan semua pihak; merupakan sebuah bentuk pemerintahan yang melindungi umat manusia dalam segala hal dan standard kehidupan.” Di saat itu Qur’anisme tampaknya menjadi sumber Islam yang paling bisa kuterima karena aku menemukan berbagai kontradiksi dalam hadis dan sumber Islam lain. Qur’anisme bersumber dari pandangan bahwa Qur’an adalah firman Tuhan yang sempurna, benar, dan asli. Tapi tak lama kemudian aku juga mulai merasa ragu karena aku mulai menemukan berbagai kontradiksi dalam Qur’an. Terlebih lagi, aku merasa bahwa Qur’anisme terlalu bergantung pada berbagai teori konspirasi. Dengan banyaknya pandangan yang berbeda dan sedikitnya metoda untuk menelaah informasi yang disampaikan diantara umat Qur’anis, maka aku jadi merasa sangat frustasi karena sukar membedakan mana yang benar dan yang salah.

Sewaktu aku meneliti lebih jauh masalah agama dan filosofi, aku akhirnya menemukan sebuah ideologi yang cocok bagiku, yakni humanisme. Humanisme mengajarkan bahwa umat manusia mampu meraih hal yang lebih besar dari apa yang dibatasi oleh berbagai ideologi agama. Tuhanku berpusat pada citra dunia yang berpusat pada kepentingan umat manusia. Aku belajar mencintai dan menghargai prestasi umat manusia, dan bekerja untuk mencapai kesejahteraan manusia yang lebih besar. Inilah sebabnya aku bangga memanggil diriku sebagai seorang humanis dan penegak hak azasi manusia. Aku jadi lebih tertarik kepada filosofi klasik, literatur klasik, dan juga terutama sains. Aku belajar menghargai manusia di atas berbagai pandangan, humanitas di atas segala ideologi dan kepercayaan. Duniaku jadi semakin berkembang. Aku akhirnya dapat menghirup udara segar, seakan belenggu mental ini dilepaskan sehingga akal sehatku bisa berpikir dengan jelas tanpa rasa takut hukuman api neraka.

Ayah dan ibuku merupakan anggota aktif dalam masyarakat Islam. Ibuku mengajar di madrasah yang sama di mana aku dulu mengajar Islam. Ayahku adalah majelis umat Muslim yang menyelenggarakan dakwah dan berbagai kegiatan Islamiah bagi Muslim. Beberapa pamanku merupakan aktivis Islam yang giat dan bersuara keras, dan mereka terus-menerus mengingatkanku akan Zakir Naik dan Hamza Tzortzis. Mereka sering mengadakan perjalanan dakwah ke berbagai negara, terutama negara² Asia selatan, untuk menyebarkan Islam. Meskipun aku sedarah-daging dengan mereka, tapi pendapatku akan Islam sangat berbeda. Aku berdiri dan berjuang untuk melindungi apa yang ingin dihancurkan oleh anggota keluargaku dalam nama moral dan hukum Islam. Meskipun aku tidak memberitahu kemurtadanku pada siapapun, aku telah mencapai tahap pertama kemerdekaan jiwaku. Aku sanggup berpikir bagi diriku sendiri tanpa tergantung pada pemikiran imam atau ahli agama. Aku sanggup mempelajari berbagai pandangan dan ideologi, dan ini merupakan hal yang tidak berani dilakukan oleh keluargaku. Aku tahu rasanya memiliki tubuh dan pikiranku sendiri, dan ini merupakan hak istimewa yang tidak dimiliki wanita lain dalam keluargaku. Aku bisa bangga mengatakan bahwa aku adalah murtadin pertama dalam keluargaku yang kaffah Islam. Dengan demikian aku juga merupakan seorang pemberontak.

Ustadzah Murtad
FFI Alternative
Faithfreedompedia
walet
Posts: 5858
Joined: Wed Feb 11, 2009 4:52 am
Contact:

Ex-Muslims of North America

Post by walet »

Di fbnya Ex-Muslims of North America banyak info menarik.

https://www.facebook.com/exmna
IC1101
Posts: 354
Joined: Fri Oct 21, 2011 9:54 pm

Re: Ustadzah Murtad

Post by IC1101 »

Kira-kira si ustadzah sudah baca hadis-hadis ini gak ya? hehe...

http://www.searchtruth.com/book_display ... umber=3424
Sahih Muslim, Buku 008, Nomor 3424:
‘A’isha (kiranya Allah berkenan kepadanya) menceritakan bahwa Sahla bint Suhail menemui Rasul Allah (SAW) dan berkata: Wahai Utusan Allah, aku melihat pada wajah Abu Hudhaifa (tanda-tanda kekesalan) ketika Salim (yang adalah seorang sekutu) masuk ke dalam (rumah kami), dan kemudian Rasul Allah (SAW) berkata: Susuilah dia. Wanita itu berkata: Bagaimana saya harus menyusuinya karena ia adalah seorang pria dewasa? Utusan Allah (SAW) tersenyum dan berkata: aku sudah tahu kalau ia adalah seorang pria muda. ‘Amr telah membuat tambahan ini dalam narasinya bahwa ia berpartisipasi dalam Perang Badr dan dalam narasi Ibn ‘Umar (perkataannya adalah): Utusan Allah (SAW) tertawa.

http://www.searchtruth.com/book_display ... umber=3425
Sahih Muslim, Buku 008, Nomor 3425:
‘A’isha (kiranya Allah berkenan kepadanya) melaporkan bahwa Salim, budak Abu Hudhaifa yang telah dimerdekakan, tinggal dengannya dan keluarganya dalam rumah mereka. Ia (yaitu anak perempuan Suhail menemui Rasul Allah (SAW) dan berkata: Salim telah mencapai (pubertas) seperti halnya pria dewasa, dan ia mengerti apa yang mereka mengerti, dan ia masuk ke rumah kami dengan bebas, bagaimanapun, aku melihat ada sesuatu (yang mendatangkan kemarahan) di hati Abu Hudhaifa, dan Rasul Allah (SAW) berkata kepadanya: Susuilah dia dan kamu akan menjadi haram baginya, dan (kemarahan) yang dirasakan Abu Hudhaifa dalam hatinya akan hilang. Ia pulang dan berkata: Jadi aku menyusuinya, dan apa (yang ada) di hati Abu Hudhaifa menghilang.

http://www.searchtruth.com/book_display ... umber=3427
Sahih Muslim, Buku 008, Nomor 3427:
Umm Salama berkata kepada ‘A’isha (kiranya Allah berkenan kepadanya): Seorang remaja pria di ambang pubertas datang kepadamu. Bagaimanapun, aku tidak suka ia mendatangiku, dan ‘A’isha (kiranya Allah berkenan kepadanya) berkata: Tidakkah engkau melihat dalam diri Utusan Allah (SAW) sebuah teladan untukmu? Ia juga berkata: Istri Abu Hudhaifa berkata: Wahai Utusan Allah, Salim datang kepadaku dan sekarang ia adalah seorang (dewasa), dan ada sesuatu yang (membuat marah) dalam pikiran Abu Hudhaifa mengenai dia, dan Utusan Allah (SAW) berkata: Susuilah dia (sehingga ia menjadi anak asuhmu), dan dengan demikian ia dapat datang kepadamu (dengan bebas).

http://www.searchtruth.com/book_display ... umber=3428
Sahih Muslim, Buku 008, Nomor 3428:
Zainab anak perempuan Abu Salama mengisahkan: Aku mendengar Umm Salama, istri Rasul Allah (SAW) berkata kepada ‘A’isha: Demi Allah, aku tidak suka terlihat oleh seorang remaja pria yang telah melewati masa pengasuhan, dan ia (‘A’isha) berkata: Mengapa demikian? Sahla anak perempuan Suhail menemui Utusan Allah (SAW) dan berkata: Wahai Utusan Allah, aku bersumpah demi Allah bahwa aku melihat di wajah Abu Hudhaifa (tanda-tanda kemarahan) saat Salim masuk (ke dalam rumah), dan Utusan Allah (SAW) berkata: Susuilah dia. Ia (Sahla bint Suhail) berkata: Ia berjanggut. Tetapi nabi (sekali lagi) berkata: Susuilah dia, dan itu akan menghilangkan (ekspresi kemarahan) yang ada di wajah Abu Hudhaifa. Ia berkata: (Aku melakukannya) dan, demi Allah, aku tidak lagi melihat (tanda-tanda kemarahan) di wajah Abu Hudhaifa.

Juga Hadis Malik Muwatta
http://www.searchtruth.com/book_display ... ber=30.1.8
http://www.searchtruth.com/book_display ... er=30.2.12
http://www.searchtruth.com/book_display ... er=30.2.13
http://www.searchtruth.com/book_display ... er=30.2.14

Ustadzah Murtad
Mirror: Ustadzah Murtad
Faithfreedompedia static
Post Reply