Benarkah Islam disebarkan dengan pedang?

Hal2 yang menyebabkan terjadinya teror dalam Islam dan kaitannya dengan Jihad.
User avatar
keymon231
Posts: 536
Joined: Thu Jan 31, 2008 8:04 pm

Post by keymon231 »

MUHAMMAD SAW wrote:utk bro magnum
nah liatlah sudah 2 KAFIR yang "menasehati" anda .

saran saya... kalau anda emang bener2 KAFIR, ubahlah cara anda dalam berdiskusi

jangan sampai kafir2 malah mencap anda sebagai MUSLIM yang nyamar

kalau meliat track record anda,,anda kafir yang sangat bangga dgn sirah HUSEIN HAEKAL ada 2 topik dimana anda MENYARANKANkafir utk baca sirah propagandistsb,(maaf anda sama aja dgn kompas yg skrg lagi buat topik ttg husein haekal)
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... highlight=

sebgaia KAFIR tulen,harusnya kalau kita emang tau SEJARAH ISLAM, yang duluan kita tawarkan utk DIPELAJARI adalah :SIRAH IBNU HISYAN,/sirahnya ibnu saad tabaqat ataupun buku2Attabari.bukannaylangsung ke husein haekl

saya tidak tau apakah anda BEGITU sombong sampai tidak mau menerima saran saya dan adadeh.
dan terbukti di topik ini,,anda tanpa sadar "MELAWAN " 3 kafir sekaligus

SAYA CUKUPKAN kegiatan saya di topik ini
saya pamit :)
Saya juga kafir, tapi saya tidak merasa saudara Magnum itu salah. Masing2 ada pandangan sendiri.

Menurut saya ISLAM mengajarkan PEDANG adalah sarana untuk menyebarkan agama. Itu memang benar. Dalam hal ini, anda benar.

Tapi apakah penyebaran Islam didunia adalah 100% lewat pedang atau pemaksaan? Com on man, kita juga harus fair.

Tidak semua Muslim follow ajaran Muhammad sampai ke titik koma, dan yang paling penting MUSLIM BUKAN MUHAMMAD. Mereka tidak punya EGO seseorang yang mengangkat dirinya nabi.

Mengenai Umar, dia bukan Muhammad. Dia bisa saja memang mempertimbangkan keuntungan politis, bisa juga kebetulan rakyat Yerusalem memilih opsi dua. Bukan berarti dia welas asih atau Islam itu damai, it was just plain bussiness/politic interest. Siapa yang mau adu nyawa tanpa mendapat keuntungan apa2 buat dirinya sendiri.

Lagian Umar punya pasukan yang harus di biayai dan kepentingan pribadinya sendiri. Dan membangun pasukan Umar juga perlu keluar modal. Jadi, apa yang di bilang Magnum tidak bisa dianggap tidak beralasan.

Bila saya jadi Umar, sebuah Yerusalem yang membayar pajak mahal dan rutin jauh lebih menguntungkan dari Yerusalem luluh lantak penuh mayat, yang harus saya bayar dengan korban dipasukan saya. Penduduk Yerusalem jelas tidak akan berdiri nurut digorok begitu saja. Kecuali kalau saya punya EGO 'nabi' seperti Muhammad yang diatas pertimbangan keuntungan politis dan ekonomi.

Lebih besar kemungkinan Umar adalah orang yang memanfaatkan penyebaran Islam untuk kepentingan politiknya pribadi daripada melulu memenuhi ambisi seorang Muhammad yang sudah meninggal. Istilahnya, sambil nyelam minum air.
User avatar
United Nation
Posts: 1951
Joined: Wed May 14, 2008 9:00 pm
Location: Princeton University
Contact:

Post by United Nation »

Mangga Manis wrote:Oh Tante Lucy = United Nation = Magnum toh..... pantes

Males ah ngomong sama anda. Sy kurang tertarik dengan anda nih.... hahahaha. Maaf ya

salam
apa alasan Anda menuduh spt ini?

enak saja menuduh saya magnum.

saya ini tante lucy atau united nation.
User avatar
keymon231
Posts: 536
Joined: Thu Jan 31, 2008 8:04 pm

Post by keymon231 »

Magnum wrote:
Bukan cuma orang islam, agama apa saja jika diserang keyakinannya tetap akan membela keyakinannya dengan berbagaimacam cara !
Sangat2 SETUJU dengan anda
User avatar
United Nation
Posts: 1951
Joined: Wed May 14, 2008 9:00 pm
Location: Princeton University
Contact:

Post by United Nation »

Magnum wrote:
Bukan cuma orang islam, agama apa saja jika diserang keyakinannya tetap akan membela keyakinannya dengan berbagaimacam cara !
Aku bela dengan argument aja, nggak mau bacok2an. Takut... lagian enak di dunia, bisa jajanan. :lol:
Mangga Manis
Posts: 605
Joined: Mon Sep 29, 2008 3:41 pm

Post by Mangga Manis »

Wah wah kelihatannya semakin banyak Atheis yg senang berdebat dengan Theis Kristen di thread Muslim ini. Fenomena apa sih yg sebenarnya sedang terjadi ini? Apakah hanya dugaan sy aja ya bahwa para Atheis ini sedang menyamar, tapi koq kelihatan banget ya cara-cara menyamar kayak gini ini. I don't buy a bit these people are Atheists! Tolong koreksi sy sdr. Administrator/ Moderator.

Apakah forum ini mau dijadikan forum debat antara kafir (Theis Kristen) dengan kafir (Atheis)? Sy terus terang gak mau terjerumus dalam debat yg tidak sesuai dengan tujuan forum FFI ini. Mohon petunjuk sdr. Administrator/ Moderator.

salam
User avatar
United Nation
Posts: 1951
Joined: Wed May 14, 2008 9:00 pm
Location: Princeton University
Contact:

Post by United Nation »

Mangga Manis wrote:Wah wah kelihatannya semakin banyak Atheis yg senang berdebat dengan Theis Kristen di thread Muslim ini. Fenomena apa sih yg sebenarnya sedang terjadi ini? Apakah hanya dugaan sy aja ya bahwa para Atheis ini sedang menyamar, tapi koq kelihatan banget ya cara-cara menyamar kayak gini ini. I don't buy a bit these people are Atheists! Tolong koreksi sy sdr. Administrator/ Moderator.

Apakah forum ini mau dijadikan forum debat antara kafir (Theis Kristen) dengan kafir (Atheis)? Sy terus terang gak mau terjerumus dalam debat yg tidak sesuai dengan tujuan forum FFI ini. Mohon petunjuk sdr. Administrator/ Moderator.

salam
Jadi saya harus bagaimana?

Mau nyerang Muslim nggak ada perlawanan, muslim go blog sih.

Ada nggak sih muslim pintar?

OK ntar gue undang BanggaIslam dari forum gay sebelah. tunggu.............
Magnum
Posts: 222
Joined: Fri Sep 21, 2007 11:45 pm

Post by Magnum »

http://en.wikipedia.org/wiki/Dhimmi

This status was originally only made available to non-Muslims who were People of the Book (i.e. Jews and Christians), but was later extended to include Sikhs[citation needed], Zoroastrians, Mandeans, and, in some areas, Hindus[2] and Buddhists.[3][4] Dhimmi had fewer legal and social rights than Muslims, but more rights than other non-Muslim religious subjects.[5] This status applied to millions of people living from the Atlantic Ocean to India from the 7th century until modern times.[6][7][8] Conversion by a dhimmi to Islam was generally easy, and almost without exception emancipated the new convert from all legal impairments of his previous dhimmi status. Violently forced conversion was rare or unknown in early Islamic history, but increased in frequency in later centuries, such as in the Almohad dynasty of North Africa and al-Andalus.[7][9]

Treatment of Dhimmis
...........
Most of these disabilities had a social and symbolic rather than a tangible and practical character.[17] All of them, however, were designed to eliminate other religions in a deliberate, long-term process. Although persecution in the form of violent and active repression was rare and atypical.[18], the limitations on the rights of dhimmis made them vulnerable to the whims of rulers and the violence of mobs[19]

Byzantine precedents
..........
Under Byzantine rule, Jews were obliged not to pray loudly; their prayers were not to be audible in the nearby church. Building new synagogues (and repairing existing ones) was likewise prohibited, unless the buildings threatened to collapse and a special permission was obtained. Jews were banned from all public offices and the army; they were prohibited from criticizing Christianity, marrying a Christian, or owning a Christian slave. Furthermore, Jews paid distinctive taxes, possibly the precursors of jizya.

Pact of Umar

Academic historians believe that the Pact of Umar in the form it is known today was a product of later jurists who attributed it to the venerated caliph Umar I in order to lend greater authority to their own opinions. The striking similarities between the Pact of Umar and the Theodesian and Justinian Codes suggest that perhaps much of the Pact of Umar was borrowed from these earlier codes by later Islamic jurists. At least some of the clauses of the pact mirror the measures first introduced by the Umayyad caliph Umar II or by the early Abbasid caliphs.[40]

Legal and social status
.............
In his classic treatise on the principles of Islamic governance, the 11th-century Shafi'i scholar Al-Mawardi divided the conditions attached to ‘’dhimma’’ on top of the requirement to pay tribute into compulsory and desirable. The compulsory conditions included prohibitions on blasphemy against Islam, entering into sexual relations or marriage with a Muslim woman, proselytizing among Muslims, and assisting the enemies of Islam. The desirable conditions included a requirement to wear distinctive apparel, a prohibition to visibly display religious symbols, wine, or pork, ringing church bells, or loudly praying, a requirement to bury dead bodies unobtrusively, and finally, a prohibition on riding horses or camels, but not donkeys.[49] The latter restrictions were largely symbolic in nature and were designed to highlight the inferiority of dhimmis compared to Muslims.[50]

The treatment of dhimmis, including the enforcement of restrictions placed on them, varied over time and space, depending on both the goodwill of the ruler and the historical circumstances. The "dhimma" was the most oppressive in Morocco, where Jews were subjected to what Norman Stillman called “ritualized degradation”,[53] as well as in Yemen and Persia.[54] The periods when Islamic states were strong generally coincided with more relaxed attitude towards dhimmis; however, treatment of non-Muslims usually became harsher when Islam was weak and in decline.[37][55] Over time, the treatment of dhimmis tended to develop in cycles, such that periods of when restrictions imposed on dhimmis were relaxed were immediately followed by the periods of pious reaction when such restrictions came to be enforced again.[56]

Conversions to Islam

The spread of the Muslim faith in the first centuries of the Islamic rule was mainly by persuasion, long term selective taxation, and other inducements, though at times there were attempts at forcible conversions. Many Christians, Jews and Zoroastrians converted to Islam, however there were significant differences among the conversion rate and scale of these three religions. Most Zoroastrians converted rather rapidly[citation needed], while the conversion of Christians was gradual. Judaism however on the whole survived throughout Islamic lands. Lewis explains that the reason for rapid conversion of Zoroastrians was the close association of the Zoroastrian priesthood and the structure of power in ancient Iran, and also neither possessing "stimulation of powerful friends abroad by the Christians, nor the bitter skill in survival possessed by the Jews." For the Christians, the process of Arab settlement, of conversion to Islam and assimiliation into the dominant culture caused their gradual conversion. For many of them, transition from a dominant to a subject status, which involved disadvantages, was too much to endure. In some places, like the Maghreb, Central Asia, and southern Arabia, Christianity died out completely. Jews in contrast were more accustomed to adversity. For them, the Islamic conquest was just a change of master. They had already learned how to adapt themselves and "endure under the conditions of political, social and economic disability."[7] Jewish Encyclopedia reports the high rate of conversion to Islam of informed Jews in the twelfth century. Kohler and Gottheil in Jewish Encyclopedia agree with Grätz who thinks the reason was 'the degeneracy that had taken hold of Eastern Judaism, manifesting itself in the most superstitious practises,' and also their being 'moved by the wonderful success of the Arabs in becoming a world-power.' Jewish Encyclopedia also reports outward conversions of Jews to Islam at around the year 1142 in southwestern Europe due to the rise of the Almohades.[57]

Freedom of religion and forced conversions
...........
most forced conversions of dhimmis that did happen occurred in Persia.[63] In 1656, Shah Abbas I expelled the Jews from Isfahan and compelled them to adopt Islam, although the order was subsequently withdrawn, possibly because of the loss of fiscal revenues.[64] In the early 18th century, Shia'a clergy attempted to force all dhimmis to embrace Islam, but without success. In 1830, all 2,500 Jews of Shiraz were forcibly converted to Islam.[65] In 1839, Jews were massacred in Mashhad and survivors were forcibly converted.[66] The same fate awaited the Jews of Barforoush in 1866, even though they were allowed to revert to Judaism after an intervention from the British and French ambassadors.[65]

Sporadic waves of forced conversion occurred at different times and places: for example, in Libya in 1558-89, in Tabriz in 1291 and 1338, and in Baghdad in 1333 and 1344.[61]

Restrictions on practice

Although dhimmis were allowed to perform their religious rituals, they were obliged to do so in a manner not conspicuous to Muslims. Display of non-Muslim religious symbols, such as crosses or icons, was prohibited on buildings and on clothing (unless mandated as part of distinctive clothing). Loud prayers were forbidden, as was the ringing of church bells or the trumpeting of shofars.[72]

Dhimmis had the right to choose their own religious leaders: patriarchs for Christians, exilarchs and geonim for Jews. However, the choice of the community was subject to the approval of the Muslim authorities, who sometimes blocked candidates or took the side of the party that offered the larger bribe.[73]

Dhimmis were prohibited from proselytizing on pain of death. Neither were they allowed to obstruct the spread of Islam in any manner. Other restrictions included a prohibition on publishing or sale of non-Muslim religious literature and a ban on teaching the Qur’an.[39]

As required by the Pact of Umar, dhimmis had to bury their dead without loud lamentations and prayers.[39] Incidents of harassment of dhimmi funeral processions by Muslims, involving pelting with stones, battery, spitting, or cursing, even by Muslim children, were common regardless of place and time.[74]

Blasphemy
...............
As Edward William Lane put it describing his visit to Egypt: "[Jews] scarcely ever dare to utter a word of abuse when reviled or beaten by the meanest Arab or Turk; for many a Jew have been put to death upon a false and malicious accusation of uttering disrespectful words against the Kuran or the Prophet".[85] Accusations of blasphemy provoked acts of violence against the entire dhimmis communities, as it happened in Tunis in 1876, Hamadan in 1876, Aleppo in 1889, Sulaymaniya in 1895, Tehran in 1895, or Mosul in 1911.[86]

Taxation

Dhimmi communities were subjected to the payment of taxes in favor of Muslims — a requirement that was central to dhimma as a whole. Sura 9:29 stipulates that jizya be exacted from non-Muslims as a condition required for jihad to cease. Failure to pay the jizya could result in the pledge of protection of a dhimmi's life and property becoming void, with the dhimmi facing the alternatives of conversion, enslavement or death (or imprisonment, as advocated by Abu Yusuf, the chief qadi — religious judge — of Abbasid caliph Harun al-Rashid).[87]

Taxation from the perspective of Dhimmis who came under the Muslim rule was "a concrete continuation of the taxes paid to earlier regimes" and from the point of view of the Muslim conqueror was a material proof of Dhimmi's subjection.[88] Lewis states that it seems that the change from Byzantine to Arab rule was welcomed by many among the Dhimmis who found the new yoke far lighter than the old, both in taxation and in other matters. Some even among the Christians of Syria and Egypt preferred the rule of Islam to that of Byzantines.[15]

The importance of dhimmis as a source of revenue for the Muslim community is illuminated in a letter ascribed to Umar I and cited by Abu Yusuf: "if we take dhimmis and share them out, what will be left for the Muslims who come after us? By God, Muslims would not find a man to talk to and profit from his labors."
.........
Although in general dhimmis had to pay higher taxes (despite not having to pay zakat), Lewis notes that there are varying opinions among scholars as to how much of an additional burden this was.[87] According to Norman Stillman: "Jizya and kharaj were a crushing burden for the non-Muslim peasantry who eked out a bare living in a subsistence economy."[92] Ultimately, the additional taxation was a critical factor that drove many dhimmis to accept Islam.

Humiliation of dhimmis
.......
some Quranic verses as suggesting that Muslims inflict humiliation and misery on unbelievers in support of the goal of making Islam prevail over all other religions.[112] According to 14th-century Egyptian scholar Ibn Naqqash: "[T]he prior degradation of the infidels in this world before the life to come — where it is their lot — is considered an act of piety."[113] In societies where honor plays a critical role, denigration of dhimmis was supposed to reduce them to the lowest level of human life, helping to generate many conversions among dhimmis of upper classes.
...
As recommended by many Muslim scholars, jizya was to be collected in a humiliating procedure:

[T]he collector remains seated and the infidel remains standing…, his head bowed and his back bent. The infidel must place money on the scales, while the collector holds him by his beard and strikes him on both cheeks.(Al-Nawawi)[116]

Jews, Christians, and Majians must pay the jizya… on offering up the jizya, the dhimmi must hang his head while the official takes hold of his beard and hits [the dhimmi] on the protruberant bone beneath his ear [i.e., the mandible]… (Al-Ghazali)[117]

Following this [the handing over of the jizya payment] the emir will strike the dhimmi on the neck with his fist; a man will stand near the emir to chase away the dhimmi in haste; then a second and a third will come forward to suffer the same treatment as well as all those to follow. All [Muslims] will be admitted to enjoy this spectacle. (Ahmad al-Dardi al-Adawi)[118]

On the day of payment they [the dhimmis] shall be assembled in a public place … They should be standing there waiting in the lowest and dirtiest place. The acting officials representing the law shall be placed above them and shall adopt a threatening attitude so that it seems to them, as well as to the others, that our object is to degrade them by pretending to take their possessions. They will realize that we are doing them a favor in accepting from them the jizya and letting them go free. They then shall be dragged one by one for the exacting of payment. When paying, the dhimmi will receive a blow and will be thrown aside so that he will think that he has escaped the sword through this. This is the way that the friends of the Lord, of the first and last generations, will act toward their infidel enemies, for might belongs to Allah, to His Prophet, and to the believers. (Muhammad Abd al-Karim al-Maghili)[119]

The dhimmis posture during the collection of the jizya – [lowering themselves] by walking on their hands, reluctantly; on the authority of Ibn ’Abbas (al Tabari).[120]

Some scholars explicitly link this ritual to the interpretation of Sura [Qur'an 9:29], that jizya was not merely to be a tax, but also a symbol of humiliation:[115]

[Saaghiruuna means] submissively… by coercion… [’an yadin means] directly, not trusting the trickery of an intermediary… by force… without resistance… in an unpraiseworthy manner… while you stand [and the dhimmi] sits with the whip in front of you [you take] the money while he has dirt on his head. (Al-Suyuti's tafsir on Sura 9:29)[121]

Echoing a saying attributed to Muhammad (Sahih Muslim 26:5389), Hasan al-Kafrawi, an 18th century scholar, advises that "if you [Muslims] encounter one of them [dhimmis] on the road, push him into the narrowest and tightest spot".[122] Both Muslim sources and European travelers to the Middle East describe humiliations and insults of dhimmis, and especially of the Jews.[115][123] Throwing of stones at dhimmis was a favorite amusement of Muslim children in many places from early times until nowadays.[104][124]

The annual payment ritual was not followed in parts of the Ottoman Empire, where jizya was collected from individuals by representatives of the dhimmi communities themselves.[91] Dhimmis were frequently referred to by derogatory names, both in the official and in the everyday speech. In the Ottoman Empire, the official appellation for dhimmis was "raya", meaning "a herd of cattle". In the Muslim parlance, "apes" was the standard epithet for the Jews, while Christians were frequently denoted as "pigs". These animalistic parallels were rooted in the Qur'anic verses describing some People of the Book being transformed into apes and pigs (Qur'an [Qur'an 5:60]).[125]
...........


dst.............
borjuis
Posts: 2030
Joined: Mon Aug 25, 2008 5:45 pm

Post by borjuis »

Wah wah kelihatannya semakin banyak Atheis yg senang berdebat dengan Theis Kristen di thread Muslim ini.
mungkin para atheis merasa kesepian dalam pemahaman mereka
mereka tuh senangnya kalo banyak org sepemikiran dgn mereka,dan mereka baru dapat berpuas hati kalo pola pikir mereka sudah merasuk dan mendarah daging dalam hidup kita, tujuan agar kita menjadi yes man dalam pemahaman mereka :lol:

Fenomena apa sih yg sebenarnya sedang terjadi ini?
yg terjadi sebenarnya bukan fenomena,tapi ajang aksi utk menbutuhkan pengakuan dari para theis :lol:

Apakah hanya dugaan sy aja ya bahwa para Atheis ini sedang menyamar,
atheis tidak sedang menyamar,tapi saatnya unjuk gusi(maklumlah atheis gak punya gigi alias ompong),seakan-akan mau berteriak "dengarlah wahai theis sekalian....bahwa kami para atheis bukanlah termasuk golongan org2 yg tercela.....akuilah kami sebagai manusia juga,sama seperti kalian......jangan jauhi kami...jangan fitnah kami....jangan hina kami......apakah krn sebuah agama lantas kalian mencela kami?......maka jangan salahkan jika kami mengungkapkan ke-bobrokan agama kalian,bila perlu beserta tuhannya sekalian.........supaya kalian akan malu bila bertemu org2 yg pernah kalian cela itu.....ayo teman2 atheis sekalian,mari kita tunjukan kehebatan atheis....kita bikin mereka para theis malu terhadap tuhannya.....ayo kita bikin mereka malu terhadap agamanya bila bertemu fice to fice dgn kita.....pokoknya mereka harus berjalan dgn menundukan muka bila bersua dgn kita........dst"
wah plong bangat ya :oops: :oops: :oops:
Tolong koreksi sy sdr. Administrator/ Moderator.
tolong koreksi juga bila saya salah,krn apa yg saya sampaikan adalah jeritan hati saya ketika menjadi atheis sesaat
jeritan hati itu ketika seorang pendeta yg selalu menyindir saya ketika jarang ke gereja(sekarang malah sudah lupa nama gereja dan pendeta saya :lol: )

yg lain2nya saya setuju dgn bro mangga manis
User avatar
United Nation
Posts: 1951
Joined: Wed May 14, 2008 9:00 pm
Location: Princeton University
Contact:

Post by United Nation »

Saya ini mantan kristen udah dibaptis. Semakin dewasa dan semakin kritis berpikir, akhirnya saya memilih nyante aja lagi....

Saya tahu persis kok orang2 kristen yang benar hidupnya bersih.

Begitu juga dengan orang2 buddha.

Malah hidup saya banyak ditolong dari orang2 itu.

Jujur, tidak ada motif INDOMIE di sini.

Bagi saya, tak ada cacad kehidupan yesus selain "mengobrak-abrik pasar". Seperti apa yang saya katakan pada postingan saya dahulu kala, saya hanya kepentok ama doktrin "penebusan dosa, yesus adalah tuhan, dsbnya..."
Perlu ditegaskan disini, saya tidak mengambil PL sebagai acuan krn menurut hemat saya, orang kristen disebut pengikut yesus dan bukan pengikut Musa. CMIIW

Saya juga tidak menemukan cacad dalam moral Sidarta selain "meninggalkan tanggung jawab sebagai seorang suami".
Ajaran buddha baik sesuai dengan common sense.


Saya anggap mereka berdua sebagai manusia bijak.



TAPI............


ini luar biasa aneh....


Muhammad..............oh no.............................



Hidupnya morat marit kacau balau............

Tukang bunuh, tukan rampok, tukang perkosa lagi....

Dibandingkan Yesus dan Sidarta........... hahahhaaha, jauh banget..............

Tapi kenapa.............. muslim kok bisanya beriman kepada orang yang luar biasa biadab ini?

ini yang menjadi tanda tanya ..........besar buat saya.....

Tapi... saya sangat kagum dengan Muhammad, luar biasa...


luar biasa................
Mangga Manis
Posts: 605
Joined: Mon Sep 29, 2008 3:41 pm

Post by Mangga Manis »

United Nation wrote:Saya ini mantan kristen udah dibaptis.
Tapi... saya sangat kagum dengan Muhammad, luar biasa...


luar biasa................
Artinya mualaf ya Tante Lucy aka sdr. United Nation.... hahahahaha. Gak kaget koq mam. I rest my case!

salam
User avatar
keymon231
Posts: 536
Joined: Thu Jan 31, 2008 8:04 pm

Post by keymon231 »

Mangga Manis wrote:Wah wah kelihatannya semakin banyak Atheis yg senang berdebat dengan Theis Kristen di thread Muslim ini. Fenomena apa sih yg sebenarnya sedang terjadi ini? Apakah hanya dugaan sy aja ya bahwa para Atheis ini sedang menyamar, tapi koq kelihatan banget ya cara-cara menyamar kayak gini ini. I don't buy a bit these people are Atheists! Tolong koreksi sy sdr. Administrator/ Moderator.
Fenomena ini karena semakin hari beberapa Theist Kristen semakin arogan dan merasa empunya forum. Kalau ada theist Kristen bilang A maka jangankan bilang B, yang mengatakan A- aja langsung di sikat.

Ini forum bebas, siapapun boleh mengatakan pendapatnya dan tidak ada kewajiban untuk paduan suara dengan siapapun. Selama ini saya melihat Atheist berbeda pendapat dengan kalian juga TIDAK BERBENTUK pembelaan terhadap Islam atau Muslim, hanya memberikan opini sesuai pendangan mereka dan mereka sepenuhnya BERHAK untuk melakukan itu.

Kalau anda perhatikan, hampir semua bentuk debat antara Kristen dan Atheist itu dimulai dari Theist Kristen yang KURANG PUAS dengan argumen netral yang dianggap TIDAK CUKUP MEMOJOKAN Islam. "Kesalahan" Magnum disini adalah dia menyuarakan pendapat dan pandangannya dan beberapa netter Kristen merasa pendapatnya terlalu mengenakan Islam, atau TIDAK CUKUP MEMOJOKAN ISLAM. Thats all. Lalu semua orang yang sependapat dengan Magnum dicurigai adalah Muslim atau Muslim Taqiya atau cloningan. Padahal saya lihat saudara Magnum sebenarnya sudah sangat sungkan dan respect kepada kalian2 semua.

Maaf, ini bukan anda. Tapi saya terus terang muak dengan beberapa netter Kristen yang mulutnya lebih bau dari comberan. Anda masih termasuk yang sopan dan bertata krama.
Apakah forum ini mau dijadikan forum debat antara kafir (Theis Kristen) dengan kafir (Atheis)? Sy terus terang gak mau terjerumus dalam debat yg tidak sesuai dengan tujuan forum FFI ini. Mohon petunjuk sdr. Administrator/ Moderator.
Apakah kita disini berdebat atas dasar pendapat berdasarkan objektifitas atau berdasarkan sentimen golongan agama? Jadi kalau ada netter Kristen yang mengeluarkan argumen se absurd apapun, yang Atheist atau yang lainnya ga boleh berkomentar? Bukannya kalian mengcopy arogansi mayoritas dari Islam di dunia nyata ke dunia maya secara bulat2? An eye for an eye?

Sementara kalian seenaknya mengatai2 nabi orang sebagai babi dsb, Tuhan orang sebagai setan dll. Tapi kalian tidak mampu toleran dengan pendapat orang yang cuma sekedar TIDAK 100% SEPENDAPAT. Selama berdebat dengan Kristen, saya belum melihat ada netter Atheis yang suka memaki2 Tuhan kalian dengan kata2 tidak bertata krama. Itu saja sudah seenaknya kalian menuduh Taqiya dll sebagainya.

Saya bisa mengerti, kita semua muak dengan tingkah laku dan arogan para Muslim. Mereka merasa paling benar, paling mayoritas, paling berkuasa. Seenaknya mendiskreditkan agama orang lain lewat TOA, namun tidak bisa toleran dengan perbedaan pendapat dan memaksakan kehendak. Sadar atau tidak, tata cara itu sudah kalian pelihara di FFI ini.

Nah ini cuma sekedar pendapat saya. Kalau gara2 ini saya mau dianggap Muslim Taqiya, atau cloningnya entah siapa... Silahkan...

Kalau Om Moderator merasa apa yang saya bilang diatas adalah FITNAH tanpa dasar, silahkan saya di suspend atau di BAN.
User avatar
United Nation
Posts: 1951
Joined: Wed May 14, 2008 9:00 pm
Location: Princeton University
Contact:

Post by United Nation »

Mangga Manis wrote: Artinya mualaf ya Tante Lucy aka sdr. United Nation.... hahahahaha. Gak kaget koq mam. I rest my case!

salam
Ternyata Mangga Manis ini orang dungu.
Mangga Manis
Posts: 605
Joined: Mon Sep 29, 2008 3:41 pm

Post by Mangga Manis »

keymon231 wrote:Fenomena ini karena semakin hari beberapa Theist Kristen semakin arogan dan merasa empunya forum. Kalau ada theist Kristen bilang A maka jangankan bilang B, yang mengatakan A- aja langsung di sikat...
Sdr. Keymon231,

Klo anda merasa Theis Kristen begitu arogan kenapa gak diajak aja debat mereka-mereka (Theis Kristen) ini? Tapi tolong ya jangan disini karena ini threadnya sdr. Gaston yg membicarakan Benarkah Islam disebarkan oleh pedang. Itu aja yg sy permasalahkan koq. Maksudnya klo OOT jangan kejauhan gitu loh. Itu yg dilakukan sdr. Magnum dengan menyatakan bahwa dalam beberapa hal Islam = Kristen. Kan gak nyambung dong. Topiknya membahas apa, dia mengeluarkan pernyataan yg melenceng dari topik. Dan sy udah memberitahukan dia klo mau membahas pandangannya itu silahkan buka thread baru dan jangan dilakukan di thread ini. Semoga anda mengerti tulisan sy ini.

salam
Mangga Manis
Posts: 605
Joined: Mon Sep 29, 2008 3:41 pm

Post by Mangga Manis »

United Nation wrote:Ternyata Mangga Manis ini orang dungu.
Sdr. United Nation,

Anda gak bisa kasih argumen balik cuma bisanya mengejek. Sy udah bilang itu adalah trademark anda yg sama seperti ...... Hahaha. Ngaku aja deh, gak ada yg marah koq. Paling-paling anda cuma malu koq :oops: :oops: :oops: ... hahaha.

salam
borjuis
Posts: 2030
Joined: Mon Aug 25, 2008 5:45 pm

Post by borjuis »

keymon231 wrote:Saya juga kafir, tapi saya tidak merasa saudara Magnum itu salah. Masing2 ada pandangan sendiri.
WOOOIIIIII ADA MUSLIM TAQIYA NIH
User avatar
Adadeh
Posts: 8184
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Post by Adadeh »

keymon231 wrote:Saya juga kafir, tapi saya tidak merasa saudara Magnum itu salah. Masing2 ada pandangan sendiri.

Menurut saya ISLAM mengajarkan PEDANG adalah sarana untuk menyebarkan agama. Itu memang benar. Dalam hal ini, anda benar.

Tapi apakah penyebaran Islam didunia adalah 100% lewat pedang atau pemaksaan? Com on man, kita juga harus fair.
Maaf ikut nimbrung, keymon. Saya pikir Pedang memang senjata utama dalam menyebarkan Islam di jaman dulu. Jaman sekarang sih, Muslim lebih memilih senjata lain, misalnya minyak dalam menyebarkan Islam ke negara2 kafir barat. Di Indonesia, Muslim pun masih menggunakan kekerasan untuk menyebarkan Islam: bom/bakar/tutup tempat2 ibadah non-Islam, bom bunuh kafir, bom kedubes2 asing, bikin aturan2 atau UU yang semakin menyudutkan kafir, dll. Pendeknya, tiada senjata apapun (yang violence atau non-violence) yang tidak digunakan Muslim untuk menekan kafir.

Pemaksaan dalam Islam di jaman modern terutama tampak jika ada Muslim murtad. Reaksi warga dan keluarga Muslim sangatlah antipati dan cenderung menjurus ke tindakan kekerasan, meskipun tidak selalu pakai pedang. Rasanya kita semua juga sudah tahu akan hal ini.
Magnum wrote:Ini tidak membuat Umar menjadi benar, karena meng-invasi negara lain dengan cara apa pun juga adalah tidak benar !!
Tergantung apa yang telah dilakukan negara Islam tersebut, Magnum. Setelah membaca sejarah jihad, aku setuju tentara Kristen menyerbu tentara Muslim di Timur Tengah, tapi tidak setuju dengan pembantaian yang dilakukan terhadap orang2 Yahudi di Yerusalem.
Magnum wrote:Politis Umar adalah ia tahu bahwa tidak ada gunanya membantai para kafir yg tdk mau tunduk dibawah Islam, karena mengurangi pendapatan kas negara.
Setuju. Itulah juga alasan mengapa Muhammad mengijinkan orang2 Yahudi tinggal di Jazirah Arabia, tapi hanya sampai di hari ajalnya saja, sebab sebelum mati Muhammad cepat2 memerintahkan Umar untuk mengusir semua Yahudi agar Islam jadi satu2nya agama di Jazirah Arabia. Dengan demikian, seluruh Jazirah Arabia jadi Muslim semua, dan otomatis pendapatan Abu Bakr, Umar dll, sangat berkurang.

Ini sedikit tentang asal-usul Jizyah:
Jizyah adalah pungutan liar yang ditetapkan Muhammad bagi keuntungan Muslim agar Muslim tambah kaya. Di Q 9:28,29 dijelaskan bahwa Jizyah merupakan uang ganti rugi hilangnya pendapatan Muslim karena Allah/Muhammad mulai melarang non-Muslim masuk Al-Masjid Al-Haram di Mekah. Jelas kehilangan pendapatan Muslim ini adalah gara2 Islam sendiri!!

Sekarang pertanyaannya:
DARI MANA ASAL UANG PENGGANTI HILANGNYA PENDAPATAN MUSLIM ITU?
Dari mana lagi kalau bukan dari kantong para kafir, tepatnya kafir Yahudi dan Kristen!!!

Ayat Q 9:28,29 memerintahkan Muslim untuk memerangi/membunuh para Ahli Kitab (Yahudi dan Kristen) jika mereka tidak mau bayar pajak jizya. Dalam proses mengambil duit kafir Yahudi dan Kristen, Muslim harus melakukannya dengan penghinaan terhadap mereka.

Q 9:28-29
(28 ) Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(29) Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.

Perhatikan kata "maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya". Ternyata karunia Allah SWT itu tidak lain daripada Jizya alias harta yang dirampas dari tangan kafir Yahudi dan Kristen untuk memperkaya Muslim!! Sudah jelas bahwa Islam memang agama preman yang menghalalkan perampasan harta orang lain demi keuntungan Muslim. Makanya Muslim kaffah pada males kerja dan lebih memilih memalak kafir.

Lihat tafsir Ibn Kathir tentang Q 9:28,29:
http://www.tafsir.com/default.asp?sid=9&tid=20958
[وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ]
(and if you fear poverty, Allah will enrich you, out of His bounty.) Muhammad bin Ishaq commented, "The people said, `Our markets will be closed, our commerce disrupted, and what we earned will vanish.' So Allah revealed this verse,
terjemahan:
(dan jika kau takut miskin, Allah akan memperkaya dirimu, dengan upahNya.)
Muhammad bin Ishaq menjelaskan, "Orang2 berkata, 'Pasar2 kami akan bangkrut, dagang kami terganggu, dan pendapatan kami akan hilang.' Karena itu Allah menurunkan ayat ini,

[إِن شَآءَ]
(if He wills), until,
terjemahan
(jika Dia menghendaki), sampai,

[وَهُمْ صَـغِرُونَ]
(. ..and feel themselves subdued.)
This Ayah means, `this will be your compensation for the closed markets that you feared would result.' Therefore, Allah compensated them for the losses they incurred because they severed ties with idolators, by the Jizyah they earned from the People of the Book.'' Similar statements were reported from Ibn `Abbas, Mujahid, `Ikrimah, Sa`id bin Jubayr, Qatadah and Ad-Dahhak and others. Allah said,
terjemahan:
(.... mereka tunduk.)
Ayat ini berarti, `ini adalah kompensasi bagimu atas akibat kebangkrutan pasar2mu yang kau takutkan itu.' Karena itu, Allah memberi ganti rugi karena hilangnya pendapatan mereka akibat memutus hubungan dengan para pagan, dengan bayaran Jizyah yang mereka dapatkan dari para Ahli Kitab." Perkataan yang sama dilaporkan oleh Ibn `Abbas, Mujahid, `Ikrimah, Sa`id bin Jubayr, Qatadah and Ad-Dahhak and others. Allah said,

[إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ]
(Surely, Allah is All-Knowing),
in what benefits you,
terjemahan:
(Memang benar, Alah itu Maha Tahu),
apa yang bermanfaat bagimu,

[حَكِيمٌ]
(All-Wise), in His orders and prohibitions, for He is All-Perfect in His actions and statements, All-Just in His creations and decisions, Blessed and Hallowed be He. This is why Allah compensated Muslims for their losses by the amount of Jizyah that they took from the people of Dhimmah.
terjemahan:
(Maha Bijaksana), dalam peraturan dan laranganNya, karena Dia Maha Sempurna dalam semua Perbuatan dan aturannya, Maha Adil pada ciptaan dan keputusanNya, Terpujilah Dia. Inilah sebabnya mengapa Allah memberi ganti rugi pada Muslim karena kehilangan duit dengan Jizya yang mereka ambil dari masyarakat Dhimmi (Yahudi dan Kristen).

Lihatlah keterangan di atas. Muslim rugi kehilangan duit gara2 aturan Islam sendiri, tapi yang disuruh ganti rugi duitnya adalah kafir. Benar2 akrobat logika yang jungkir balik dan aturan ganti rugi buatan preman/mafia asli. Udah gitu dikatakan Allah Maha Adil segala.
Last edited by Adadeh on Thu Nov 13, 2008 6:54 am, edited 2 times in total.
User avatar
United Nation
Posts: 1951
Joined: Wed May 14, 2008 9:00 pm
Location: Princeton University
Contact:

Post by United Nation »

Mangga Manis wrote: Sdr. United Nation,

Anda gak bisa kasih argumen balik cuma bisanya mengejek. Sy udah bilang itu adalah trademark anda yg sama seperti ...... Hahaha. Ngaku aja deh, gak ada yg marah koq. Paling-paling anda cuma malu koq :oops: :oops: :oops: ... hahaha.

salam
Argumenmu yang bagus mana? Cuman nuduh doang.
User avatar
Adadeh
Posts: 8184
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Post by Adadeh »

keymon231 wrote:Fenomena ini karena semakin hari beberapa Theist Kristen semakin arogan dan merasa empunya forum. Kalau ada theist Kristen bilang A maka jangankan bilang B, yang mengatakan A- aja langsung di sikat.
Setuju, keymon. Terima kasih atas masukannya.
Tapi apakah penyebaran Islam didunia adalah 100% lewat pedang atau pemaksaan? Com on man, kita juga harus fair.
Kembali ke masalah ini. Netter Magnum mengajukan argumen:
Kalimat "islam disebarkan dengan pedang" adalah kalimat ambigu. Jawabannya bisa YA dan bisa TIDAK.
YA : Islam memang mendasari penaklukan negara lain yg mana diberi pilihan tunduk atas kekuasaan islam atau diserang.
TIDAK : Ternyata korban masih boleh menjalankan keyakinannya, setelah ditaklukkan tapi didalam tekanan/dominasi.
Bisa tidak, bisa iya. Mari lihat contoh perbuatan Muhammad. Waktu di Mekah, dakwah Islam Muhammad tidak laku. Dia lalu hijrah ke Medinah dan mengumpulkan kekuatan militer. Muhammad datang lagi ke Mekah beberapa tahun kemudian dengan 10.000 tentara pakai pedang dan senjata lengkap lainnya. Mekah ditaklukkan, dan semua pagan akhirnya harus memeluk Islam; dan jika tidak mau maka akan dibunuh. Jadi PEDANG berperanan penting buanget dalam Islamisasi seluruh Mekah.

Beberapa suku Yahudi, seperti Yahudi Khaybar, diserang Muhammad tanpa alasan pakai PEDANG dan hartanya semua diambil, sambil tak lupa ngeseks dengan Safiyah. Yahudi Khaybar tidak dibantai, tidak dipaksa masuk Islam, dan dibiarkan tinggal di tanahnya untuk bertani, dengan syarat sebagian besar panen masuk kantong Muhammad. Nah, dalam kasus ini memang Islam tidak sepenuhnya disebarkan oleh PEDANG, tapi kafir dimanfaatkan oleh Muhammad dengan paksaan ancaman PEDANG. Suku Khaybar ini nantinya diusir semua oleh si Umar, berdasarkan perintah akhir Muhammad sebelum mati bahwa Yahudi tidak boleh lagi berada di Jazirah Arabia.

Setelah semua Jazirah Arabia jadi Muslim dan tidak ada lagi kafir yang bisa diperah dan dimanfaatkan duitnya, maka Umar pun harus cari tambahan penghasilan lain di tanah kafir yang baru. Maklumlah, Muslim Arab jahiliyah kan tidak mampu bertani mengolah gurun pasir jadi daerah pertanian subur seperti yang dilakukan kaum Yahudi, tidak mampu membuat barang2 kerajinan dan alat2 perang berkualitas tinggi seperti kaum Yahudi, dan bisanya cuma jadi lintah doank menyedot harta dan darah kafir.

TUJUAN UTAMA Muslim melakukan Jihad menyerang tanah kafir adalah demi DUIT dan HARTA kafir. Jika semua kafir jadi Muslim atau jika semua kafir mati, tentunya hilang masukan duit dari kafir. Jadi dalam hal ini posisi kafir sama seperti hewan ternak yang bisa diperas dan dimanfaatkan demi kemakmuran Muslim.

Muhammad juga tidak membantai semua kafirun ketika menyerang dan menaklukan suku2 kafir. Yang melawan dibunuh, dan sisanya diperbudak untuk menyamankan hidup Muslim, dijual-belikan di pasar budak untuk menambah devisa Muslim, dibiarkan cari nafkah tapi musti kasih sebagian besar pendapatannya pada Muslim. Muhammad dan gerombolan Muslim tidak akan mampu memanfaatkan kafir tanpa PEDANG atau ancaman BUNUH lainnya.

Perintah berjihad pakai pedang memang sudah tertulis dengan nyata dalam ayat2 Qur'an, tapi tujuan utamanya bukan demi penyebaran Islam, melainkan demi mendapatkan HARTA kafir, dan juga demi NGESEKS dengan kafir wanita secara mudah dan gratis. Istilah penyebaran Islam hanya sekedar embel2 yang ditempelkan saja bagaikan stiker di jidat Muslim. Istilah ini digunakan untuk menyelubungi tujuan asli Muslim menyerang kafir.
User avatar
Adadeh
Posts: 8184
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Post by Adadeh »

Magnum wrote: http://en.wikipedia.org/wiki/Siege_of_Jerusalem_(1099)
Once the Crusaders had breached the outer walls and entered they killed many of the citizens about 40,000 to some accounts, the killing was for the most part indiscriminate both of Muslims and Jews. [4] Although many inhabitants were killed many were also allowed to live by either paying a tax or being expelled from Jerusalem.[5]

referensi nomer 4: Paul Tobin (anti-Christian atheist), http://www.geocities.com/paulntobin/crusades.html
Ini jelas referensi yang patut dipertanyakan obyektivitasnya.
referensi nomer 5: Thomas F. Madden, New Concise History at 34.
Thomas Madden hanya membual saja dan mengutip sumber Muslim yang selalu membesar-besarkan jumlah korban.
Yang berminat membaca tentang Perang Salib, silakan baca keterangan dari Robert Spencer:
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... 798#186798

Seperti yang telah kita dengar berkali-kali, laporan kebiadaban ini merupakan “saat dimulainya permusuhan milenium antara Islam dan Barat.” [7] Tapi lebih tepat dikatakan bahwa inilah saat dimulainya milenia penuh tuduhan dan propaganda anti-Barat. Penaklukan Yerusalem yang dilakukan tentara Salib adalah tindakan kriminal yang biadab – terutama karena bertentangan dengan prinsip moral dan agama yang mereka seharusnya mereka junjung tinggi. Akan tetapi jika melihat kebiasaan militer pada jaman itu, yang mereka lakukan bukanlah hal yang luar biasa. Di jaman itu sudah menjadi kebiasaan umum bahwa jika sebuah kota yang dikepung melakukan perlawanan, maka kota itu akan dihancurkan, dan jika kota itu menyerah, maka akan diampuni. Beberapa sumber menyatakan bahwa tentara Salib berjanji tidak akan membunuh penduduk kota Yerusalem, tapi lalu melanggar janji sendiri. Yang menulis bahwa tentara Salib membiarkan orang2 Yahudi dan Muslim meninggalkan kota dengan aman. Count Raymond memberi jaminan pribadi bagi keamanan Gubernur Fatimid Yerusalem yang bernama Iftikar al-Daulah. [8] Dalam pandangan tentara Salib, ketika jaminan ini dikeluarkan, maka mereka yang tetap tinggal dalam kota dianggap sebagai pihak yang melawan – dan karena itu mereka dibunuh. [9]
[7] Amin Maalouf, The Crusaders Through Arab Eyes (New York: Schocken Books, 1984), xvi.
[8] Warren Carroll, The Building of Christendom (Front Royal, VA: Christendom College Press, 1987), 545.
[9] Tentang tentara Salib, lihat Gil, hal. 827. Untuk keterangan membebaskan orang2 untuk meninggalkan kota, lihat buku Thomas F. Madden, The New Concise History of the Crusaders (Lanham, MD: Rowman & Littlefield, 2005), 34.


Lalu bagaimana tentang darah yang menggenang sampai lutut? Ini hanyalah cerita yang semakin lama semakin di-besar2kan. Para pemimpin Salib jelas membual tentang laporan mereka karena hal ini tidak mungkin bisa terjadi. Tidak cukup banyak orang yang hidup di Yerusalem yang bisa mengucurkan darah sebanyak itu, bahkan jikalaupun populasi masyarakat membengkak dengan adanya pengungsi dari daerah2 sekitar. Catatan2 sejarah tertua yang ditulis Muslim tentang penaklukan Yerusalem tidak menunjukkan peristiwa ini sebagai sesuatu yang luar biasa kejam. Di sekitar tahun 1160, dua penulis Syria yakni al-‘Azimi dan Ibn al-Qalanisi menulis penaklukan Yerusalem secara terpisah. Keduanya tidak menyebut jumlah korban yang dibunuh. Al-‘Azimi hanya menulis bahwa tentara Salib “bergerak ke Yerusalem dan menaklukkannya dari kekuasaan orang2 Mesir. Godfrey mengambilnya. Mereka membakar sinagog2 Yahudi.” Ibn al-Qalanasi menulis sedikit detail tambahan:
“Tentara Frank menyerbu masuk kota dan menaklukannya. Sejumlah penduduk kota melarikan diri ke tempat perlindungan dan sejumlah besar penduduk lainnya dibunuh. Kaum Yahudi berkumpul di sinagog, dan tentara Frank membakar sinagog di atas kepala mereka. Kaum Yahudi menyerahkan tempat berlindung (sinagog) kepada tentara Frank dengan jaminan keamanan pada tanggal 22 Sha’ban (14 Juli) tahun ini, dan mereka menghancurkan tempat suci dan kuburan Abraham.” [10]
Setelah itu rupanya penulis Muslim sadar akan perlunya propaganda yang mem-besar2kan jumlah korban yang dibunuh.
[10] Dikutip dari Hillenbrand, The Crusaders: Islamic Perspective (Oxford: Routledge, 2000), 64-65.


Terdapat perubahan jumlah korban tentara Kristen dari tahun 1160 sampai ke tahun2 berikutnya. Muslim membesar-besarkan jumlah korban dengan tujuan propaganda. Hal ini serupa pula dengan yang dilakukan Haykal yang mengganti keterangan2 sejarah Islam. Haykal menambah, mengurangi keterangan demi menampilkan sosok Islam dan Muhammad yang lebih menyenangkan hati Muslim. Hal ini seringkali dilakukan penulis2 Muslim sejarah Islam abad ke-19, karena mereka tidak suka keterangan yang tertulis di buku2 sejarah Islam tua seperti yang ditulis Ibn Ishaq, Tabari, Ibn Sa'd, Ibn Kathir, dll.
User avatar
gudang_geram
Posts: 217
Joined: Sun Oct 12, 2008 4:41 pm

Post by gudang_geram »

Mangga Manis wrote:Wah wah kelihatannya semakin banyak Atheis yg senang berdebat dengan Theis Kristen di thread Muslim ini. Fenomena apa sih yg sebenarnya sedang terjadi ini? Apakah hanya dugaan sy aja ya bahwa para Atheis ini sedang menyamar, tapi koq kelihatan banget ya cara-cara menyamar kayak gini ini. I don't buy a bit these people are Atheists! Tolong koreksi sy sdr. Administrator/ Moderator.

Apakah forum ini mau dijadikan forum debat antara kafir (Theis Kristen) dengan kafir (Atheis)? Sy terus terang gak mau terjerumus dalam debat yg tidak sesuai dengan tujuan forum FFI ini. Mohon petunjuk sdr. Administrator/ Moderator.

salam
Maklum aja bro, mungkin disini banyak juga yg seperti saya seorang kristen yg tidak utuh ( dalam 15 thn pergi gereja nggak nyampe 5 kali )
apapun jurusnya , walau kadang kebablasan biasanya netter seperti sy HANYA minta fair-play saja
..Saya benci Islam nggak sampe ketulang sumsum lah , yg saya benci dari Islam cuma KEJAHATANnya saja
Post Reply