INDONESIA SARANG TERRORIST

Hal2 yang menyebabkan terjadinya teror dalam Islam dan kaitannya dengan Jihad.
wanasf
Posts: 74
Joined: Mon Apr 10, 2006 7:36 pm

Post by wanasf »

Neo
Posts: 30
Joined: Mon Apr 17, 2006 8:03 pm
Location: jakarta
Contact:

Post by Neo »

Admin_Indo wrote:Sdr. Neo,
Mohon tidak melakukan provokasi pembunuhan dan terorisme di FFI!!
Lain kali posting Anda akan dihapus tanpa peringatan lagi.
Ttd. Admin_Indo
saya lebih suka pada intinya, buat apa malu malu
wanasf
Posts: 74
Joined: Mon Apr 10, 2006 7:36 pm

Post by wanasf »

pandita , pendeta , bikhu , pastor memaksakan ajarannya ya jelas tidak dong mas.

kalau memang bukti2 sejarah islam masuk ke indonesia dengan jalan peperangan mana?

ah..jangan ngomong2 kotor dan suci mas...manusia biasa seperti kita ada kekurangan dan kelebihannya mas...
wanasf
Posts: 74
Joined: Mon Apr 10, 2006 7:36 pm

Post by wanasf »

diforum ini kan kita bicara tentang islam...tetapi banyak saudara kita yang menghujat-hujat tanpa ada alasan2nya.
User avatar
fren
Posts: 569
Joined: Tue Nov 22, 2005 6:27 am

Post by fren »

he he sdr. Neon, anda ini anak kambing asuhan Pdt. Michael, ya? Tapi betul juga itu, P. Diponegoro berhasil membunuh sebanyak mungkin tentara Belanda, menurut sejarah, Belanda juga merekrut sebanyak mungkin konco pribumi sebagai tentoro-nyo. Diponorogo itu pahlawannya orang Jawa, agamanya Islam, ya tentulah dalam agama Islamnya mengajarkan benci sama kafir. Jadi menurut versi beliau, perangnya dobel2 agama plus kepentingan rakyat/wilayah.

Sayang memang, kafir Belanda tidak bertujuan menumpas Islam di Nusantara, namun tujuan utama menguasai perdagangan. Kalo gak sudah saya anggap pahlawan belanda kafir itu. Bagaimana dengan pahlawan orang Maluku - Tomas Matulessy? bukankah dia juga kafir? kafir lawan kafir dunk?
Neo
Posts: 30
Joined: Mon Apr 17, 2006 8:03 pm
Location: jakarta
Contact:

Post by Neo »

siapa bilamg diponegoro extrimis itu orang silam? coba kalo dia pake kaos? pasti ada kalung salibnya wkakakaka


sekarang jangan rubutakan bagaimana kita mengajak orang pribumi murtad semua?
angels
Banned
Posts: 98
Joined: Tue Feb 21, 2006 12:58 am

Post by angels »

fren wrote:he he sdr. Neon, anda ini anak kambing asuhan Pdt. Michael, ya? Tapi betul juga itu, P. Diponegoro berhasil membunuh sebanyak mungkin tentara Belanda, menurut sejarah, Belanda juga merekrut sebanyak mungkin konco pribumi sebagai tentoro-nyo. Diponorogo itu pahlawannya orang Jawa, agamanya Islam, ya tentulah dalam agama Islamnya mengajarkan benci sama kafir. Jadi menurut versi beliau, perangnya dobel2 agama plus kepentingan rakyat/wilayah.

Sayang memang, kafir Belanda tidak bertujuan menumpas Islam di Nusantara, namun tujuan utama menguasai perdagangan. Kalo gak sudah saya anggap pahlawan belanda kafir itu. Bagaimana dengan pahlawan orang Maluku - Tomas Matulessy? bukankah dia juga kafir? kafir lawan kafir dunk?
http://swaramuslim.net/more.php?id=535_0_1_0_M

Meluruskan sejarah Kapitan Ahmad `Pattimura' LussySejarah Oleh : Redaksi 08 Jun 2004 - 9:00 am

Tokoh Muslim ini sebenarnya bernama Ahmad Lussy, tetapi dia lebih dikenal dengan Thomas Mattulessy yang identik Kristen.
Inilah Salah satu contoh deislamisasi dan penghianatan kaum minor atas sejarah pejuang Muslim di Maluku dan/atau Indonesia umumnya.

Nunu oli
Nunu seli
Nunu karipatu
Patue karinunu

(Saya katakan kepada kamu sekalian (bahwa) saya adalah beringin besar dan setiap beringin besar akan tumbang tapi beringin lain akan menggantinya (demikian pula) saya katakan kepada kamu sekalian (bahwa) saya adalah batu besar dan setiap batu besar akan terguling tapi batu lain akan menggantinya).

Ucapan-ucapan puitis yang penuh tamsil itu diucapkan oleh Kapitan Ahmad Lussy atau dikenal dengan sebutan Pattimura, pahlawan dari Maluku. Saat itu, 16 Desember 1817, tali hukuman gantung telah terlilit di lehernya. Dari ucapan-ucapannya, tampak bahwa Ahmad Lussy seorang patriot yang berjiwa besar. Dia tidak takut ancaman maut. Wataknya teguh, memiliki kepribadian dan harga diri di hadapan musuh. Ahmad Lussy juga tampak optimis.

Namun keberanian dan patriotisme Pattimura itu terdistorsi oleh penulisan sejarah versi pemerintah. M Sapija, sejarawan yang pertama kali menulis buku tentang Pattimura, mengartikan ucapan di ujung maut itu dengan "Pattimura-Pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi kelak Pattimura-Pattimura muda akan bangkit". Namun menurut M Nour Tawainella, juga seorang sejarawan, penafsiran Sapija itu tidak pas karena warna tata bahasa Indonesianya terlalu modern dan berbeda dengan konteks budaya zaman itu.

Di bagian lain, Sapija menafsirkan, "Selamat tinggal saudara-saudara", atau "Selamat tinggal tuang-tuang". Inipun disanggah Tawainella. Sebab, ucapan seperti itu bukanlah tipikal Pattimura yang patriotik dan optimis.

Puncak kontroversi tentang siapa Pattimura adalah penyebutan Ahmad Lussy dengan nama Thomas Mattulessy, dari nama seorang Muslim menjadi seorang Kristen. Hebatnya, masyarakat lebih percaya kepada predikat Kristen itu, karena Maluku sering diidentikkan dengan Kristen.

Muslim Taat
Ahmad Lussy atau dalam bahasa Maluku disebut Mat Lussy, lahir di Hualoy, Seram Selatan (bukan Saparua seperti yang dikenal dalam sejarah versi pemerintah). Ia bangsawan dari kerajaan Islam Sahulau, yang saat itu diperintah Sultan Abdurrahman. Raja ini dikenal pula dengan sebutan Sultan Kasimillah (Kazim Allah/Asisten Allah). Dalam bahasa Maluku disebut Kasimiliali.

Menurut sejarawan Ahmad Mansyur Suryanegara, Pattimura adalah seorang Muslim yang taat. Selain keturunan bangsawan, ia juga seorang ulama. Data sejarah menyebutkan bahwa pada masa itu semua pemimpin perang di kawasan Maluku adalah bangsawan atau ulama, atau keduanya.

Bandingkan dengan buku biografi Pattimura versi pemerintah yang pertama kali terbit. M Sapija menulis, "Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau bukan nama orang tetapi nama sebuah negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan".

Ada kejanggalan dalam keterangan di atas. Sapija tidak menyebut Sahulau itu adalah kesultanan. Kemudian ada penipuan dengan menambahkan marga Pattimura Mattulessy. Padahal di negeri Sahulau tidak ada marga Pattimura atau Mattulessy. Di sana hanya ada marga Kasimiliali yang leluhur mereka adalah Sultan Abdurrahman.

Jadi asal nama Pattimura dalam buku sejarah nasional adalah karangan dari Sapija. Sedangkan Mattulessy bukanlah marga melainkan nama, yaitu Ahmad Lussy. Dan Thomas Mattulessy sebenarnya tidak pernah ada di dalam sejarah perjuangan rakyat Maluku.

Berbeda dengan Sapija, Mansyur Suryanegara berpendapat bahwa Pattimura itu marga yang masih ada sampai sekarang. Dan semua orang yang bermarga Pattimura sekarang ini beragama Islam. Orang-orang tersebut mengaku ikut agama nenek moyang mereka yaitu Pattimura.

Masih menurut Mansyur, mayoritas kerajaan-kerajaan di Maluku adalah kerajaan Islam. Di antaranya adalah kerajaan Ambon, Herat, dan Jailolo. Begitu banyaknya kerajaan sehingga orang Arab menyebut kawasan ini dengan Jaziratul Muluk (Negeri Raja-raja). Sebutan ini kelak dikenal dengan Maluku.

Mansyur pun tidak sependapat dengan Maluku dan Ambon yang sampai kini diidentikkan dengan Kristen. Penulis buku Menemukan Sejarah (yang menjadi best seller) ini mengatakan, "Kalau dibilang Ambon itu lebih banyak Kristen, lihat saja dari udara (dari pesawat), banyak masjid atau banyak gereja. Kenyataannya, lebih banyak menara masjid daripada gereja."

Sejarah tentang Pattimura yang ditulis M Sapija, dari sudut pandang antropologi juga kurang meyakinkan. Misalnya dalam melukiskan proses terjadi atau timbulnya seorang kapitan. Menurut Sapija, gelar kapitan adalah pemberian Belanda. Padahal tidak.

Leluhur bangsa ini, dari sudut sejarah dan antropologi, adalah homo religiosa (makhluk agamis). Keyakinan mereka terhadap sesuatu kekuatan di luar jangkauan akal pikiran mereka, menimbulkan tafsiran yang sulit dicerna rasio modern. Oleh sebab itu, tingkah laku sosialnya dikendalikan kekuatan-kekuatan alam yang mereka takuti.

Jiwa mereka bersatu dengan kekuatan-kekuatan alam, kesaktian-kesaktian khusus yang dimiliki seseorang. Kesaktian itu kemudian diterima sebagai sesuatu peristiwa yang mulia dan suci. Bila ia melekat pada seseorang, maka orang itu adalah lambang dari kekuatan mereka. Dia adalah pemimpin yang dianggap memiliki kharisma. Sifat-sifat itu melekat dan berproses turun-temurun. Walaupun kemudian mereka sudah memeluk agama, namun secara genealogis/silsilah/keturunan adalah turunan pemimpin atau kapitan. Dari sinilah sebenarnya sebutan "kapitan" yang melekat pada diri Pattimura itu bermula.

Perjuangan Kapitan Ahmad Lussy
Perlawanan rakyat Maluku terhadap pemerintahan kolonial Hindia Belanda disebabkan beberapa hal. Pertama, adanya kekhawatiran dan kecemasan rakyat akan timbulnya kembali kekejaman pemerintah seperti yang pernah dilakukan pada masa pemerintahan VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie). Kedua, Belanda menjalankan praktik-praktik lama yang dijalankan VOC, yaitu monopoli perdagangan dan pelayaran Hongi. Pelayaran Hongi adalah polisi laut yang membabat pertanian hasil bumi yang tidak mau menjual kepada Belanda. Ketiga, rakyat dibebani berbagai kewajiban berat, seperti kewajiban kerja, penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi.

Akibat penderitaan itu maka rakyat Maluku bangkit mengangkat senjata. Pada tahun 1817, perlawanan itu dikomandani oleh Kapitan Ahmad Lussy. Rakyat berhasil merebut Benteng Duurstede di Saparua. Bahkan residennya yang bernama Van den Bergh terbunuh. Perlawanan meluas ke Ambon, Seram, dan tempat-tempat lainnya.

Perlawanan rakyat di bawah komando Kapitan Ahmad Lussy itu terekam dalam tradisi lisan Maluku yang dikenal dengan petatah-petitih. Tradisi lisan ini justru lebih bisa dipertanggung jawabkan daripada data tertulis dari Belanda yang cenderung menyudutkan pahlawan Indonesia. Di antara petatah-petitih itu adalah sebagai berikut:

Yami Patasiwa
Yami Patalima
Yami Yama'a Kapitan Mat Lussy
Matulu lalau hato Sapambuine
Ma Parang kua Kompania
Yami yama'a Kapitan Mat Lussy
Isa Nusa messe
Hario,
Hario,
Manu rusi'a yare uleu uleu `o
Manu yasamma yare uleu-uleu `o
Talano utala yare uleu-uleu `o
Melano lette tuttua murine
Yami malawan sua mena miyo
Yami malawan sua muri neyo
(Kami Patasiwa
Kami Patalima
Kami semua dipimpin Kapitan Ahmad Lussy
Semua turun ke kota Saparua
Berperang dengan Kompeni Belanda
Kami semua dipimpin Kapitan Ahmad Lussy
Menjaga dan mempertahankan
Semua pulau-pulau ini
Tapi pemimpin sudah dibawa ditangkap
Mari pulang semua
Ke kampung halaman masing-masing
Burung-burung garuda (laskar-laskar Hualoy)
Sudah pulang-sudah pulang
Burung-burung talang (laskar-laskar sekutu pulau-pulau)
Sudah pulang-sudah pulang
Ke kampung halaman mereka
Di balik Nunusaku
Kami sudah perang dengan Belanda
Mengepung mereka dari depan
Mengepung mereka dari belakang
Kami sudah perang dengan Belanda
Memukul mereka dari depan
Memukul mereka dari belakang)



Berulangkali Belanda mengerahkan pasukan untuk menumpas perlawanan rakyat Maluku, tetapi berulangkali pula Belanda mendapat pukulan berat. Karena itu Belanda meminta bantuan dari pasukan yang ada di Jakarta. Keadaan jadi berbalik, Belanda semakin kuat dan perlawanan rakyat Maluku terdesak. Akhirnya Ahmad Lussy dan kawan-kawan tertangkap Belanda. Pada tanggal 16 Desember 1817 Ahmad Lussy beserta kawan-kawannya menjalani hukuman mati di tiang gantungan.

Nama Pattimura sampai saat ini tetap harum. Namun nama Thomas Mattulessy lebih dikenal daripada Ahmad Lussy atau Mat Lussy. Menurut Mansyur Suryanegara, memang ada upaya-upaya deislamisasi dalam penulisan sejarah. Ini mirip dengan apa yang terjadi terhadap Wong Fei Hung di Cina. Pemerintah nasionalis-komunis Cina berusaha menutupi keislaman Wong Fei Hung, seorang Muslim yang penuh izzah (harga diri) sehingga tidak menerima hinaan dari orang Barat. Dalam film Once Upon A Time in China, tokoh kharismatik ini diperankan aktor ternama Jet Li.

Dalam sejarah Indonesia, Sisingamangaraja yang orang Batak, sebenarnya juga seorang Muslim karena selalu mengibarkan bendera merah putih. Begitu pula Pattimura.

Ada apa dengan bendera merah putih? Mansyur merujuk pada hadits Imam Muslim dalam Kitab Al-Fitan Jilid X, halaman 340 dari Hamisy Qastalani. Di situ tertulis, Imam Muslim berkata: Zuhair bin Harb bercerita kepadaku, demikian juga Ishaq bin Ibrahim, Muhammad bin Mutsanna dan Ibnu Basyyar. Ishaq bercerita kepada kami. Orang-orang lain berkata: Mu'adz bin Hisyam bercerita kepada kami, ayah saya bercerita kepadaku, dari Qatadah dari Abu Qalabah, dari Abu Asma' Ar-Rahabiy, dari Tsauban, Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah memperlihatkan kepadaku bumi, timur dan baratnya. Dan Allah melimpahkan dua perbendaharaan kepadaku, yaitu merah dan putih".

Demikianlah pelurusan sejarah Pattimura yang sebenarnya bernama Kapitan Ahmad Lussy atau Mat Lussy. Wallahu A'lam Bish Shawab.* (dari berbagai sumber)
ahmad666
Posts: 34
Joined: Thu Feb 09, 2006 12:17 pm

Post by ahmad666 »

Sayangnya belanda kurang satu semboyan
seharusnya Gold,Gopel,Glory + Girls sepertinya lebih perfect kedengarannya.

seperti kejadian sebelumnya pada jaman perang pada abad ke 6-7 :lol:
ahmad666
Posts: 34
Joined: Thu Feb 09, 2006 12:17 pm

Post by ahmad666 »

lho gajahmada , mputantular itu orang asing yah ??? kok jadi Pancasila sih ??? o iya jaman mereka kan belum jadi indonesia, masih kerajaan Majapahit

kalau pahlawan Revolusi gmn tuh , gak di itung yah ???
User avatar
fren
Posts: 569
Joined: Tue Nov 22, 2005 6:27 am

Post by fren »

Muslim ingin mengislamkan nama Pattimura juga gak ngaruh2 wae... saya tetap menyayangkan belanda kafirnya tidak bertujuan utama membasmi islam. (And isi www.faithfreedom.org tetap betul)

nih ada thread dari keluarga ybs. (tidak seislami yang ye garap)


http://w3.rz-berlin.mpg.de/~wm/MN/ARSIP1/970121-2.html

Maluku Net New Archive
Date: Tue, 21 Jan 1997 00:29:32 -0500
From: Butje <[email protected]>
Subject: [maluku-net] Pakaian Pattimura
To: [email protected]
Sender: [email protected]



Pakaian Perang Pattimura Tersimpan Utuh Di Saparua

Ambon, 15 Januari, Suara Pembaruan

Kapur barus (kamper) dan daun teh, tampaknya bisa untuk mengawetkan baju
dan celana peninggalan Pahlawan Nasional Pattimura. Dua lembar kain berupa
baju dan celana yang dipercaya sudah berusia lebih dari 180 tahun adalah
busana perang Thomas Matulessy sang pahlawan itu.

Benda bersejarah tersebut kini masih tetap utuh, dirawat keluarga ahli
waris Thomas Matulessy di Desa Haria Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku
Tengah. Stelan pakaian perang tersebut sudah berwarna merah pudar. Benda
itu disimpan di dalam sebuah lemari kaca. Ahli waris Kapitan Pattimura
menempatkannya dalam kamar yang relatif sempit, di sebuah rumah sederhana.
Selain pakaian perang, juga tersimpan sebilah pedang milik Pattimura.
Namun menurut penjaga rumah, alat perang tersebut bukan asli.

''Ini hanya pedang duplikat, dibuat mirip yang asli,'' ujar Yance Matulessy
(54 tahun) keluarga generasi ketujuh dari Thomas Matulessy yang mendapat
tugas merawat peninggalan pakaian Pattimura. Ia mengaku baru dua tahun
diberi tugas tersebut.
Kepada di Haria, Minggu (12/1), Yance Matulessy menjelaskan,
setiap hari selalu ada wisatawan yang mengunjungi rumah tersebut. Dalam
buku tamu, tercatat nama-nama para wisatawan asing, anggota legislatif,
gubernur, tokoh ABRI, mahasiswa dan juga masyarakat umum.

Peninggalan Keluarga

Rumah tersebut merupakan peninggalan keluarga Matulessy dari generasi
terdahulu, terbuat dari bahan-bahan semi permanen. Lantai semen, dinding
papan, atas seng dan dilengkapi aliran listrik. Rumah terdiri dari
lima bilik, satu di antaranya digunakan untuk menyimpan pakaian Pattimura.
Sedangkan satu bilik menjadi ruang tamu, dilengkapi sepuluh kursi kayu.
Dua bilik lain dibiarkan kosong, sedangkan bilik depan menjadi beranda
rumah.
Di rumah tersebut juga tersimpan salinan naskah pelantikan Pattimura
sebagai panglima besar bergelar kapitan. Selain itu terdapat salinan
silsilah Matulessy. Dalam silsilah tersebut, diketahui Thomas sendiri
dicantumkan tidak menikah. Keturunan Matulessy yang menjadi ahli warisnya
adalah saudara kandung Thomas Matulessy bernama Yohanis Matulessy.

Yance Matulessy menjelaskan, warga Desa Haria juga ikut membantu menjaga
rumah tersebut, sehingga ia tidak khawatir bila nantinya ada tangan-tangan
jahil yang mencoba membawa keluar peninggalan sejarah yang tersimpan di
sana. Selain sebagai aset desa, Yance percaya pakaian tersebut menjaga
diri sendiri. ''Boleh percaya boleh tidak. Setiap tanggal 14 Mei, suasana
di dalam rumah ini menjadi sangat lain. Sepertinya ada yang datang ke
sini,'' ungkapnya serisus.

Perawatan pakaian Pattimura ini dilakukan secara sederhana. Selain
disimpan di lemari kaca dan tidak dibuka untuk umum, mereka pun menggunakan
kapur barus dan daun teh. Untuk kepentingan itu, ia akui tidak menerima
dana dari mana-mana, kecuali sumbangan sukarela dari wisatawan yang datang.
Yance mengharapkan pemerintah bisa menyediakan sedikit dana, untuk
membantu biaya pemeliharaan serta merenovasi bagian rumah yang
mulai keropos******


http://www.tokohindonesia.com/ensiklope ... ndex.shtml

http://home.iae.nl/users/arcengel/NedIn ... timura.htm
angels
Banned
Posts: 98
Joined: Tue Feb 21, 2006 12:58 am

Post by angels »

maklum jawa peninggalan belanda :D
User avatar
fren
Posts: 569
Joined: Tue Nov 22, 2005 6:27 am

Post by fren »

http://home.iae.nl/users/arcengel/NedIn ... engels.htm
...
Pattimura

The Moluccan took Fort Duurstede on the island Saparua after hour-long battles, during which the sole survivor was the 6-year-old son of the resident. Naturally, this had to be retributed!

The first counterattack miserably failed: of the 200 soldiers that were sent to the island, merely 30 survived. What an embarrassment, particularly because Pattimura was being supported by more and more islanders who did not want to have to do anything anymore with the Dutch.

Only after 6 months new troops were available and now the attack on The Moluccas was successful. After two months of battle Pattimura could be taken prisoner and the resistance collapsed. The exact amount of casualties was never revealed.......

Pattimura was hung on 16 December 1817 in Fort Victoria. His body was put in a cage above sea. Pattimura and his fellow prisoners spent the night before his execution "praying and singing psalms". Indeed, they were devouted Protestants who were convinced that they were fighting for a religious cause........

Jean Lubbert, the 6-year-old son of the murdered resident, was attending the execution. The child was transferred to The Netherlands in 1820 and until today, his family officially goes by the name of "Van den Berg van Saparua".

....
Phoenix
Posts: 9422
Joined: Mon Feb 27, 2006 5:33 am
Location: FFI

Post by Phoenix »

Emang kenapa sih kalau Fren berbahasa Jawa? KAlau dia benar orang Jawa?? RAcist loe!!!
Neo
Posts: 30
Joined: Mon Apr 17, 2006 8:03 pm
Location: jakarta
Contact:

Post by Neo »

iya nih, mentang mentang si mas fren pengikut kompeni
Neo
Posts: 30
Joined: Mon Apr 17, 2006 8:03 pm
Location: jakarta
Contact:

Post by Neo »

fren:
avatar baru niih....??
User avatar
raihan
Posts: 113
Joined: Tue Apr 11, 2006 8:39 pm

Post by raihan »

ahmad666 wrote: Sebaiknya anda mengaca terhadap golongan sendiri sebelum memfitnah golongan lain , apa anda tidak tahu bahwa dahulu di indo banyak kerajaan Penganut Hindu hancur atas invasi Islam di tanah air ini , apa mungkin invasi Islam di Indonesia hanya di lakukan dengan cara berdagang ?? itu semua penipuan menurut saya yg di ataskan buku2x sejarah yg di manipulasi yg di terbitkan di negara ini untuk pendidikan , dan kenyataan sebenarnya ialah dengan kekerasan,begitu juga yg di lakukan penjajah baik belanda dan jepang .

Dan sebelum ajaran lain masuk di negara ini apakah ada bukti bahwa seorang pandita , pendeta , bikhu , pastor memaksakan ajarannya agar di terima dengan cara mengacungkan senjata ??? ternyata tidak .

Sebaiknya benahilah diri anda terlebih dahulu sebelum membenahi golongan lain , sebab saya pikir , orang2 seperti andalah ini yg menhancurkan bangsa ini sebenarnya , karena anda mengaggap orang lain kotor , sedangkan anda seperti suci saja ? apakah anda benar2x suci ??
sori maksud ente dengan kekerasan apaan??ada bukti??
Phoenix
Posts: 9422
Joined: Mon Feb 27, 2006 5:33 am
Location: FFI

Post by Phoenix »

Wah komen si angel diganti abis!
Phoenix
Posts: 9422
Joined: Mon Feb 27, 2006 5:33 am
Location: FFI

Post by Phoenix »

Neo wrote:iya nih, mentang mentang si mas fren pengikut kompeni
NEO mending elo diem deh ngga bacot..gue udah tahu siapa ente...
hilmanos1
Posts: 20
Joined: Sat May 20, 2006 5:26 pm
Contact:

Post by hilmanos1 »

ini neo orang indo bukan sih
jangan berpikiran picik dong

menurut gw kenapa islam lebih cepat menyebar di indo karena cara masuknya agama islam secara damai

kalo agama kristen di bawa masuk oleh penjajah jadi di indo jarang yang mau mengikuti agama penjajah hanya orang orang yang dekat untuk mendapat kan keuntungan dengan penjajah yang mau menjadi kristen ini sejarah loh

dan bukan di buat buat
coba kamu tanya orang jawa yang katolik bagai mana asal usul agamanya biasanya keturunan dari orang tua yang orang tua dulunya adalah antek belanda jadi knil atau jadi abdi dalem orang belanda
begitu juga orang ambon yang kristen banyakyang jagi gurka pada jaman ganyang malaysia jadi banyak keturunan orang ambon yang jadi kristen

jadi menurut gw lo jangan menghina pahlawan yang beragama islam yang jutru sekarang lo nikmati menjadi negara bebas jangan picik lah

bukan berarti agama kristen jelek gw pikir semua agama baik, tapi orang yang agamanya cetek kadang yang bikin rusuh
Phoenix
Posts: 9422
Joined: Mon Feb 27, 2006 5:33 am
Location: FFI

Post by Phoenix »

hilman,

Neo itu kambing berbulu domba...
Post Reply