Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2

Benturan dan bentrokan antara Islam dengan agama-agama dan peradaban lain di seluruh penjuru dunia.
User avatar
keeamad
Posts: 6954
Joined: Tue Aug 23, 2011 4:06 pm

Re: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2

Post by keeamad »

kuisa wrote:
Istilah suatu keadaan memunculkan keadaan lain tanpa diciptakan adalah pernyataan ngawur.
KALO ADA BATU GUEDUE ITEM DI PADANG PASIR SAAT SIANG HARI,
PASTI ADA GELAP DARI BAYANGAN SI BATU ITEM ....

MAKA KALO KEADAAN LAIN - GELAP, ITU MUNCUL TANPA DICIPTAKAN,
ADALAH PERNYATAAN NGAWUR YA slim .... ???

Lalu GELAP ITU HARUS DICIPTAKAN DULU ... ???
KALO GELAP ITU TIDAK DICIPTAKAN DULU,
MAKA BAYANGAN GELAP ITU GAK AKAN MUNCUL WALO DIA MENGHALANGI SINAR MATAHARI .... ???

Mirror 1: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2
Follow Twitter: @ZwaraKafir
User avatar
fayhem_1
Posts: 1402
Joined: Tue Sep 08, 2009 6:55 pm

Re: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2

Post by fayhem_1 »

sebenarnya alam ini gelap dan dingin, kemudian ada benda yg menghasilkan terang dan panas
kalo benda penghasil terang dan panas itu tidak ada, apa gelap dan dingin tidak ada jg ?
kalo benda penghasil terang dan panas itu tidak ada, apa bisa menyimpulkan kalo dingin adalah hasil dari berkurangnya panas, lha wong kita ga kenal panas ?
Mirror 1: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2
Follow Twitter: @ZwaraKafir
rahimii
Posts: 311
Joined: Sun Mar 06, 2011 6:33 pm

Re: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2

Post by rahimii »

kuisa wrote:Wah, rupanya saya yang harus mengajar logika kepada ahli logika :-k
di saat bersamaan harus ngajar bahasa juga.


Panas dingin
Panas dan dingin itu kata sifat. Tau kata sifat? suatu keadaan untuk menjelaskan suatu benda. Jadi tentu saja keduanya tidak eksis karena bukan benda itu sendiri.

Apa yang terukur untuk menentukan panas dingin? Temperatur/suhu. Untuk membuat sebuah benda menjadi panas, butuh energi untuk memanaskan, demikian juga sebaliknya untuk membuat sesuatu menjadi dingin, butuh energi untuk mendinginkan. Ada yang disebut transfer panas, lebih tepat transfer energi, dua benda dengan suhu berbeda akan mengalami transfer energi sampai suhu keduanya sama.

Sebutan panas dan dingin relatif terhadap kebutuhan, yang terukur adalah suhu, suhu sekian bisa disebut panas atau dingin tergantung apa yang diukur. Panas bisa diukur, dinginpun bisa diukur. :goodman:
Inilah sains ala padang pasir. Sungguh koplak mengatakan panas dan dingin sekedar penyebutan atau sifat. Itu karena otakmu demikian kecil sehingga menerjemahkan dalam bahasa indonesia HOT dan HEAT saja kamu tidak bisa. Lebih koplak lagi mengatakan panas dan dingin tidak eksis karena bukan benda itu sendiri. Kamu belajar dimana mengatakan panas dan dingin adalah sekedar kata sifat? Dengan pernyataan subjektif akan kata sifat, kau tidak membuktikan bahwa “dingin” itu tidak ada, atau bahwa “dingin” ada tanpa status ontologis. Apa yang kau lakukan adalah menunjukkan bahwa “dingin” adalah istilah subjektif. Ada atau tiada konsep istilah subjektif tersebut, eksistensi yang kita sebut “dingin” akan tetap ada. Mensubjektifkan istilah yang kita gunakan untuk merujuk kepada suatu fenomena tidak menghapuskan keberadaan fenomena tersebut. Lalu, bagaimana pula maksud dari pernyataan untuk membuat sebuah benda menjadi panas, dibutuhkan energi untuk memanaskan? Pada dasarnya panas itu sendiri adalah energi yang tersimpan di dalam suatu objek. Jadi kalimat yang menyatakan dibutuhkan energi untuk memanaskan agar membuat sebuah benda menjadi panas apakah pernyataan yang memiliki landasan atau sekedar modal congor?

Berikutnya, pernyataan lain dari modal congor adalah "sebaliknya untuk membuat sesuatu menjadi dingin, butuh energi untuk mendinginkan" Kita mengidentifikasi sesuatu sebagai dingin saat suhu menjadi lebih rendah. Tapi itu tidak berarti dibutuhkan sebuah energi untuk membuat "dingin", dingin adalah kondisi dimana hanya ada sedikit energi panas. Energi panas selalu bergerak dari sesuatu yang panas ke sesuatu yang lebih dingin. Tidak ada hal seperti energi dingin, sehingga objek hanya bisa menjadi dingin jika energi panas bergerak menjauh darinya. Jadi untuk membuat sesuatu menjadi dingin, justru tidak dibutuhkan energi tetapi jauhkanlah energi darinya.

Karena itu, panas jelas merupakan sesuatu karena ada energi dan aktivitas kinetik padanya. Dingin lah yang bukan sesuatu tetapi tetap merupakan sebuah eksistensi yang tercipta tanpa perlu diciptakan sebagai akibat hilangnya keberadaan panas. Eksistensi sebuah domain ketiadaan panas karena keberadaan panas terbukti ada.
kuisa wrote:Gelap terang
Gelap dan terang itu kata sifat. Tau kata sifat? suatu keadaan untuk menjelaskan suatu benda. Jadi tentu saja keduanya tidak eksis karena bukan benda itu sendiri.

Apa yang terukur untuk menentukan gelap terang? Cahaya. Terang gelap tergantung banyaknya cahaya dan relatif terhadap kebutuhan, kondisi pencahayaan tertentu bisa disebut gelap atau terang untuk keperluan yang berbeda. Terang bisa diukur, gelap juga bisa diukur. :goodman:

Mengenai gelap dan terang, sedari awal yang saya oposisikan dari gelap adalah cahaya, bukan terang. Kau yang seenakmu menggantinya dengan terang. Saya mencerna dan memahami dulu setiap kata dan kalimat, tidak seperti kau yang sembrono dan asal cuap. Cahaya adalah sesuatu, terang tidak. Cahaya adalah sesuatu, gelap tidak. Cahayalah yang menghasilkan terang, sehingga opisisi gelap adalah cahaya. Kegelapan adalah ketiadaan cahaya. Dimanapun, untuk menentukan tingkat kegelapan, yang diukur adalah intensitas jumlah cahaya, bukan jumlah kegelapan.

Tetapi perhatikan lagi pernyataanmu sang lulusan sekolah Taliban ranking terakhir : “Terang bisa diukur, gelap juga bisa diukur.”
Bagaimana caramu mengukur tingkat kegelapan? Apa instrumen yang akan kau gunakan? Cahaya dapat diukur karena itu adalah energi. Kegelapan bukanlah energi sehingga tidak akan dapat diukur. Apa yang kau lakukan adalah menunjukkan bahwa “gelap” adalah istilah subjektif. Ada atau tiada konsep istilah subjektif tersebut, eksistensi yang kita sebut “gelap” akan tetap ada. Mensubjektifkan istilah yang kita gunakan untuk merujuk kepada suatu fenomena tidak menghapuskan keberadaan fenomena tersebut.

Oleh karena itu, cahaya jelas merupakan sesuatu karena ada energi padanya. Gelap lah yang bukan sesuatu tetapi tetap merupakan sebuah eksistensi yang tercipta tanpa perlu diciptakan sebagai akibat hilangnya keberadaan cahaya. Eksistensi sebuah domain ketiadaan cahaya karena keberadaan cahaya terbukti ada.
rahimii wrote:Apa yang terjadi ketika es batu ditambahkan ke air hangat hingga kita mendapatkan es teh?

a.Panas ditransfer dari air hangat ke es.
b.Konten dingin dari es batu ditransfer ke air hangat.
c.Baik panas dan dingin ditransfer antara es batu dan air hangat.
kuisa wrote:panas dan dingin hanya sifat (hot cold)
yang ditranfer adalah energi, memang disebut juga energi panas (heat, kalor). Kalor yang tinggi menyebabkan suatu keadaan yang disebut hot. Kalor yang rendah menyebabkan suatu keadaan yang disebut cold.

Eksistensi heat, kalor, energi memunculkan 2 keadaan sekaligus panas dan dingin tergantung besarannya dan suka2 sesuai kebutuhan, namanya juga sifat.

Mutar-mutar lagi kamu. Kalau kau dapat merasakan sesuatu dengan inderamu, maka sudah barang tentu sesuatu itu ada. Panas dan dingin jelas eksis dan bukan sekedar kata sifat karena kau bisa merasakannya, hanya saja proses terjadi dan penciptaannya memanglah sulit untuk kau pahami.
kuisa wrote:Istilah suatu keadaan memunculkan keadaan lain tanpa diciptakan adalah pernyataan ngawur.
Ingat dengan analogi koinmu? Bila koin dilihat dari sisi depan, bisakah kau mendapat penglihatan sisi belakang secara bersamaan? Saat kau melihat sisi depan, itu akan menciptakan keadaan ketiadaan sisi belakang. Bila kau membalik untuk melihat sisi belakang, itu menciptakan keadaan ketiadaan sisi depan. Tiada dan berada sisi depan dan belakang eksis dalam satu keberadaan koin. Sisi depan adalah bukan sisi belakang, mereka selalu berbeda. Namun mereka membentuk satu koin yang sama. Sisi depan dan belakang bukanlah sekedar bagian dari koin, karena mereka tidak dapat dipisahkan. Idenya adalah koin memiliki dua domain yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan dan tidak perlu diciptakan secara tersendiri. Keberadaan sisi depan memunculkan keadaan ketiadaan sisi belakang. Karena ketiadaan ada, keberadaan dapat didefinisikan dan sebaliknya. Atau pikirkan tentang aktif dan pasif. Aktif melahirkan domain yang pasif dalam dirinya sendiri tanpa perlu diciptakan terpisah di satu tempat pada satu waktu. Maka, keberadaan tuhan dapat mewujudkan definisi domain ketiadaan tuhan tanpa perlu diciptakan terpisah di satu tempat pada satu waktu yang berbeda.
Mirror 1: Panas dingin
Follow Twitter: @ZwaraKafir
Last edited by rahimii on Thu Oct 09, 2014 10:41 am, edited 1 time in total.
rahimii
Posts: 311
Joined: Sun Mar 06, 2011 6:33 pm

Re: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2

Post by rahimii »

fayhem_1 wrote:sebenarnya alam ini gelap dan dingin, kemudian ada benda yg menghasilkan terang dan panas
kalo benda penghasil terang dan panas itu tidak ada, apa gelap dan dingin tidak ada jg ?
kalo benda penghasil terang dan panas itu tidak ada, apa bisa menyimpulkan kalo dingin adalah hasil dari berkurangnya panas, lha wong kita ga kenal panas ?
Mirror 1: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2
Follow Twitter: @ZwaraKafir
Thanks bro fayhem. Saya coba jawab ya. Kalau ada jumlah tak terbatas dari bintang dan alam semesta sudah tak terbatas dalam hitungan eksistensinya, memang seharusnya akan ada bintang di mana-mana dan langit semesta seharusnya akan sangat cerah. Tapi alam semesta tidak setua itu. Umurnya diperkirakan sekitar 14 miliar tahun dan sejak kecepatan cahaya adalah konstan, kita hanya dapat melihat benda-benda yang kurang dari 14 miliar tahun cahaya jauhnya. Ini berarti bahwa kita hidup dalam bola 'alam semesta teramati' yang lebih kecil dari alam semesta total dan bahwa cahaya dari bintang-bintang yang lebih jauh dari 14 miliar tahun cahaya tidak akan memiliki cukup waktu untuk mencapai Bumi.

Mengenai alam semesta dingin, transfer energi panas lewat radiasi adalah satu-satunya pilihan yang dapat terjadi dalam ruang vakum. Pada dasarnya, energi radiasi harus melakukan perjalanan dalam kecepatan cahaya di ruang hampa. Jadi setidaknya ada dua kemungkinan mengapa temperatur alam semesta dingin:
1.Alam semesta berkembang, dan cahaya dari bintang-bintang yang paling jauh belum mencapai kita, sehingga porsi ruang hampa kita belum menerima manfaat dari pemanasan dsumber-sumber tersebut.
2.Bahkan dalam alam semesta steady state yang tidak berkembang, alam semesta begitu besar dan masih cukup muda, sehingga cahaya (dan energi) dari bintang-bintang yang paling jauh tidak memiliki waktu untuk mencapai dan menghangatkan temperatur. Lebih kurangnya mari kita diskusikan lebih lanjut..
Mirror 1: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2
Follow Twitter: @ZwaraKafir
rahimii
Posts: 311
Joined: Sun Mar 06, 2011 6:33 pm

Re: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2

Post by rahimii »

sorry, double post..
Last edited by rahimii on Thu Oct 09, 2014 10:39 am, edited 1 time in total.
User avatar
qprim
Posts: 259
Joined: Wed Nov 09, 2005 4:01 pm

Re: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2

Post by qprim »

Apa kabar bro rahimii? Ijin nimbrung sepintas saja....

Kok jadi seperti pelajaran fisika tingkat dasar ya?
Ada baiknya kuisa belajar dulu mengenai makna dari HEAT, HOT, dan COLD. Juga LIGHT, BRIGHT, dan DARK. Sekali2 belajar memahami kamus Inggris ya nak......
Kalau sudah mulai paham coba cari referensi mengenai SOURCE OF HEAT. Ingat, HEAT ya nak. Bukan HOT.
Lama2 kuisa keenakan ini, disuapi terus asupan bergizi buat otaknya oleh para kafirun. Cobalah cari sendiri dulu ya nak.....

Setelah itu, bolehlah dilanjut diskusinya .....
Mirror 1: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2
Follow Twitter: @ZwaraKafir
kuisa
Posts: 706
Joined: Mon May 05, 2014 12:33 pm

Re: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2

Post by kuisa »

qprim wrote:Apa kabar bro rahimii? Ijin nimbrung sepintas saja....

Kok jadi seperti pelajaran fisika tingkat dasar ya?
Ada baiknya kuisa belajar dulu mengenai makna dari HEAT, HOT, dan COLD. Juga LIGHT, BRIGHT, dan DARK. Sekali2 belajar memahami kamus Inggris ya nak......
Kalau sudah mulai paham coba cari referensi mengenai SOURCE OF HEAT. Ingat, HEAT ya nak. Bukan HOT.
Lama2 kuisa keenakan ini, disuapi terus asupan bergizi buat otaknya oleh para kafirun. Cobalah cari sendiri dulu ya nak.....

Setelah itu, bolehlah dilanjut diskusinya .....
Mirror 1: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2
Follow Twitter: @ZwaraKafir
Sama2 nyuapinlah, Pak Prim jangan pelit nyuapin orang lain, Pak Prim bisa lihat sendiri berapa banyak kafir yang minta saya suapin.



Kamus sepertinya sih ga ada bedanya dengan pendapat saya

hot:
adjective

having a high degree of heat or a high temperature.

cold:
adjective

of or at a low or relatively low temperature, especially when compared with the human body.

heat:
noun

the quality of being hot; high temperature.

bright
adjective

giving out or reflecting a lot of light; shining.

dark
adjective

with little or no light.

light
noun

the natural agent that stimulates sight and makes things visible.

Hot dan cold dasarnya adalah adjective, heat (the quality of being hot) adalah noun, nilai dari heat menyebabkan adanya sifat hot dan cold.

Bright dan dark dasarnya adalah adjective, light (the natural agent that stimulates sight and makes things visible) adalah noun, nilai dari light menyebabkan adanya sifat bright dan dark.



Menurut saya sih, -nanti saya koreksi jika ternyata keliru-, pendapat Pak Rahimii yang anda dukung hanyalah doktrin gereja yang salah kaprah. :goodman:
kuisa
Posts: 706
Joined: Mon May 05, 2014 12:33 pm

Re: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2

Post by kuisa »

kuisa wrote:Wah, rupanya saya yang harus mengajar logika kepada ahli logika :-k
di saat bersamaan harus ngajar bahasa juga.


Panas dingin
Panas dan dingin itu kata sifat. Tau kata sifat? suatu keadaan untuk menjelaskan suatu benda. Jadi tentu saja keduanya tidak eksis karena bukan benda itu sendiri.

Apa yang terukur untuk menentukan panas dingin? Temperatur/suhu. Untuk membuat sebuah benda menjadi panas, butuh energi untuk memanaskan, demikian juga sebaliknya untuk membuat sesuatu menjadi dingin, butuh energi untuk mendinginkan. Ada yang disebut transfer panas, lebih tepat transfer energi, dua benda dengan suhu berbeda akan mengalami transfer energi sampai suhu keduanya sama.

Sebutan panas dan dingin relatif terhadap kebutuhan, yang terukur adalah suhu, suhu sekian bisa disebut panas atau dingin tergantung apa yang diukur. Panas bisa diukur, dinginpun bisa diukur. :goodman:
rahimii wrote: Inilah sains ala padang pasir. Sungguh koplak mengatakan panas dan dingin sekedar penyebutan atau sifat. Itu karena otakmu demikian kecil sehingga menerjemahkan dalam bahasa indonesia HOT dan HEAT saja kamu tidak bisa.

Lebih koplak lagi mengatakan panas dan dingin tidak eksis karena bukan benda itu sendiri. Kamu belajar dimana mengatakan panas dan dingin adalah sekedar kata sifat? Dengan pernyataan subjektif akan kata sifat, kau tidak membuktikan bahwa “dingin” itu tidak ada, atau bahwa “dingin” ada tanpa status ontologis. Apa yang kau lakukan adalah menunjukkan bahwa “dingin” adalah istilah subjektif.
Hati2 kalau menulis, dimana saya salah menggunakan hot dan heat?
btw, ini universal kali, mau di padang pasir atau himalaya konsepnya sama, memang nyatanya kedua hal panas dingin adalah kata sifat/adjective.
Ada atau tiada konsep istilah subjektif tersebut, eksistensi yang kita sebut “dingin” akan tetap ada. Mensubjektifkan istilah yang kita gunakan untuk merujuk kepada suatu fenomena tidak menghapuskan keberadaan fenomena tersebut. Lalu, bagaimana pula maksud dari pernyataan untuk membuat sebuah benda menjadi panas, dibutuhkan energi untuk memanaskan? Pada dasarnya panas itu sendiri adalah energi yang tersimpan di dalam suatu objek. Jadi kalimat yang menyatakan dibutuhkan energi untuk memanaskan agar membuat sebuah benda menjadi panas apakah pernyataan yang memiliki landasan atau sekedar modal congor?
Fenomena itukan sifatnya/gejala, objeknya adalah energy yang disebut heat menghasilkan 2 istilah, panas dan dingin.
Manasin air emang ga perlu kompor?
Berikutnya, pernyataan lain dari modal congor adalah "sebaliknya untuk membuat sesuatu menjadi dingin, butuh energi untuk mendinginkan" Kita mengidentifikasi sesuatu sebagai dingin saat suhu menjadi lebih rendah. Tapi itu tidak berarti dibutuhkan sebuah energi untuk membuat "dingin", dingin adalah kondisi dimana hanya ada sedikit energi panas. Energi panas selalu bergerak dari sesuatu yang panas ke sesuatu yang lebih dingin. Tidak ada hal seperti energi dingin, sehingga objek hanya bisa menjadi dingin jika energi panas bergerak menjauh darinya. Jadi untuk membuat sesuatu menjadi dingin, justru tidak dibutuhkan energi tetapi jauhkanlah energi darinya.
Emangnya kulkas anda bisa dingin sendiri? colok dulu pak! [-X
Karena itu, panas jelas merupakan sesuatu karena ada energi dan aktivitas kinetik padanya. Dingin lah yang bukan sesuatu tetapi tetap merupakan sebuah eksistensi yang tercipta tanpa perlu diciptakan sebagai akibat hilangnya keberadaan panas. Eksistensi sebuah domain ketiadaan panas karena keberadaan panas terbukti ada.

Itu boleh disebut heat, tapi bukan hot dan cold yang hanya sifat saja, sebutan yang diberikan untuk banyaknya nilai heat.
kuisa wrote:Gelap terang
Gelap dan terang itu kata sifat. Tau kata sifat? suatu keadaan untuk menjelaskan suatu benda. Jadi tentu saja keduanya tidak eksis karena bukan benda itu sendiri.

Apa yang terukur untuk menentukan gelap terang? Cahaya. Terang gelap tergantung banyaknya cahaya dan relatif terhadap kebutuhan, kondisi pencahayaan tertentu bisa disebut gelap atau terang untuk keperluan yang berbeda. Terang bisa diukur, gelap juga bisa diukur. :goodman:
Mengenai gelap dan terang, sedari awal yang saya oposisikan dari gelap adalah cahaya, bukan terang. Kau yang seenakmu menggantinya dengan terang. Saya mencerna dan memahami dulu setiap kata dan kalimat, tidak seperti kau yang sembrono dan asal cuap. Cahaya adalah sesuatu, terang tidak. Cahaya adalah sesuatu, gelap tidak. Cahayalah yang menghasilkan terang, sehingga opisisi gelap adalah cahaya. Kegelapan adalah ketiadaan cahaya. Dimanapun, untuk menentukan tingkat kegelapan, yang diukur adalah intensitas jumlah cahaya, bukan jumlah kegelapan.
Anda sedikit lagi setuju dengan penjelasan saya, terang dan gelap itu memang bukan sesuatu, hanya sebutan yang digunakan untuk mendefinisikan suatu nilai dari cahaya.
Tetapi perhatikan lagi pernyataanmu sang lulusan sekolah Taliban ranking terakhir : “Terang bisa diukur, gelap juga bisa diukur.”
Bagaimana caramu mengukur tingkat kegelapan? Apa instrumen yang akan kau gunakan? Cahaya dapat diukur karena itu adalah energi. Kegelapan bukanlah energi sehingga tidak akan dapat diukur. Apa yang kau lakukan adalah menunjukkan bahwa “gelap” adalah istilah subjektif. Ada atau tiada konsep istilah subjektif tersebut, eksistensi yang kita sebut “gelap” akan tetap ada. Mensubjektifkan istilah yang kita gunakan untuk merujuk kepada suatu fenomena tidak menghapuskan keberadaan fenomena tersebut.
keduanya, terang gelap adalah fenomena atau sifat, objeknya adalah cahaya :goodman:
Oleh karena itu, cahaya jelas merupakan sesuatu karena ada energi padanya. Gelap lah yang bukan sesuatu tetapi tetap merupakan sebuah eksistensi yang tercipta tanpa perlu diciptakan sebagai akibat hilangnya keberadaan cahaya. Eksistensi sebuah domain ketiadaan cahaya karena keberadaan cahaya terbukti ada.
keliru, terang dan gelap takkan pernah disebut jika tidak ada cahaya, banyaknya cahaya mendefinisikan sesuatu disebut terang atau gelap.
rahimii
Posts: 311
Joined: Sun Mar 06, 2011 6:33 pm

Re: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2

Post by rahimii »

kuisa wrote:Wah, rupanya saya yang harus mengajar logika kepada ahli logika :-k
di saat bersamaan harus ngajar bahasa juga.


Panas dingin
Panas dan dingin itu kata sifat. Tau kata sifat? suatu keadaan untuk menjelaskan suatu benda. Jadi tentu saja keduanya tidak eksis karena bukan benda itu sendiri.

Apa yang terukur untuk menentukan panas dingin? Temperatur/suhu. Untuk membuat sebuah benda menjadi panas, butuh energi untuk memanaskan, demikian juga sebaliknya untuk membuat sesuatu menjadi dingin, butuh energi untuk mendinginkan. Ada yang disebut transfer panas, lebih tepat transfer energi, dua benda dengan suhu berbeda akan mengalami transfer energi sampai suhu keduanya sama.

Sebutan panas dan dingin relatif terhadap kebutuhan, yang terukur adalah suhu, suhu sekian bisa disebut panas atau dingin tergantung apa yang diukur. Panas bisa diukur, dinginpun bisa diukur. :goodman:
rahimii wrote: Inilah sains ala padang pasir. Sungguh koplak mengatakan panas dan dingin sekedar penyebutan atau sifat. Itu karena otakmu demikian kecil sehingga menerjemahkan dalam bahasa indonesia HOT dan HEAT saja kamu tidak bisa.

Lebih koplak lagi mengatakan panas dan dingin tidak eksis karena bukan benda itu sendiri. Kamu belajar dimana mengatakan panas dan dingin adalah sekedar kata sifat? Dengan pernyataan subjektif akan kata sifat, kau tidak membuktikan bahwa “dingin” itu tidak ada, atau bahwa “dingin” ada tanpa status ontologis. Apa yang kau lakukan adalah menunjukkan bahwa “dingin” adalah istilah subjektif.
kuisa wrote:Hati2 kalau menulis, dimana saya salah menggunakan hot dan heat?
btw, ini universal kali, mau di padang pasir atau himalaya konsepnya sama, memang nyatanya kedua hal panas dingin adalah kata sifat/adjective.
Yang jelas kalau ngomong, jangan mengalihkan pembahasan ke masalah tata bahasa. Semua yang bisa dirasakan lewat indera, pastilah eksis. Panas eksis, dingin eksis. Indera manusia bisa merasakannya. Kamu bisa merasakannya tidak? Jawab ya atau tidak saja, gak usah mutar-mutar..
rahimii wrote: Ada atau tiada konsep istilah subjektif tersebut, eksistensi yang kita sebut “dingin” akan tetap ada. Mensubjektifkan istilah yang kita gunakan untuk merujuk kepada suatu fenomena tidak menghapuskan keberadaan fenomena tersebut. Lalu, bagaimana pula maksud dari pernyataan untuk membuat sebuah benda menjadi panas, dibutuhkan energi untuk memanaskan? Pada dasarnya panas itu sendiri adalah energi yang tersimpan di dalam suatu objek. Jadi kalimat yang menyatakan dibutuhkan energi untuk memanaskan agar membuat sebuah benda menjadi panas apakah pernyataan yang memiliki landasan atau sekedar modal congor?
kuisa wrote:Fenomena itukan sifatnya/gejala, objeknya adalah energy yang disebut heat menghasilkan 2 istilah, panas dan dingin.
Manasin air emang ga perlu kompor?
Asli saya ketawa..kamu memang lulusan sekolah taliban ranking terakhir ya? Untuk memanaskan sesuatu, yang terpikir di otakmu yang kecil adalah kau butuh kompor. Saya tidak akan jelaskan caranya. Silahkan kau belajar lagi gimana caranya mendidihkan air tanpa kompor atau alat pemanas. Kalau sudah tahu, baru balik lagi ya..Contoh lain untuk menguji kesehatan logikamu. Sakit kepala juga gejala / fenomena. Apakah karena sakit kepala bukanlah sesuatu (thing), maka sakit kepala tidak eksis?
rahimii wrote: Berikutnya, pernyataan lain dari modal congor adalah "sebaliknya untuk membuat sesuatu menjadi dingin, butuh energi untuk mendinginkan" Kita mengidentifikasi sesuatu sebagai dingin saat suhu menjadi lebih rendah. Tapi itu tidak berarti dibutuhkan sebuah energi untuk membuat "dingin", dingin adalah kondisi dimana hanya ada sedikit energi panas. Energi panas selalu bergerak dari sesuatu yang panas ke sesuatu yang lebih dingin. Tidak ada hal seperti energi dingin, sehingga objek hanya bisa menjadi dingin jika energi panas bergerak menjauh darinya. Jadi untuk membuat sesuatu menjadi dingin, justru tidak dibutuhkan energi tetapi jauhkanlah energi darinya.
kuisa wrote:Emangnya kulkas anda bisa dingin sendiri? colok dulu pak! [-X
Hihihihi..habis kata-kata saya menggambarkan kekoplakanmu. Belajar lagi sana, gimana cara membuat air menjadi es tanpa kulkas atau alat pendingin. Belajarnya ke sekolah beneran, jangan sekolah taliban ya..
rahimii wrote:Karena itu, panas jelas merupakan sesuatu karena ada energi dan aktivitas kinetik padanya. Dingin lah yang bukan sesuatu tetapi tetap merupakan sebuah eksistensi yang tercipta tanpa perlu diciptakan sebagai akibat hilangnya keberadaan panas. Eksistensi sebuah domain ketiadaan panas karena keberadaan panas terbukti ada.
kuisa wrote:Itu boleh disebut heat, tapi bukan hot dan cold yang hanya sifat saja, sebutan yang diberikan untuk banyaknya nilai heat.
Sakit kepala juga gejala / fenomena dan bukan sesuatu (thing), apakah sakit kepala tidak ada?
kuisa wrote:Gelap terang
Gelap dan terang itu kata sifat. Tau kata sifat? suatu keadaan untuk menjelaskan suatu benda. Jadi tentu saja keduanya tidak eksis karena bukan benda itu sendiri.

Apa yang terukur untuk menentukan gelap terang? Cahaya. Terang gelap tergantung banyaknya cahaya dan relatif terhadap kebutuhan, kondisi pencahayaan tertentu bisa disebut gelap atau terang untuk keperluan yang berbeda. Terang bisa diukur, gelap juga bisa diukur. :goodman:
rahimii wrote:Mengenai gelap dan terang, sedari awal yang saya oposisikan dari gelap adalah cahaya, bukan terang. Kau yang seenakmu menggantinya dengan terang. Saya mencerna dan memahami dulu setiap kata dan kalimat, tidak seperti kau yang sembrono dan asal cuap. Cahaya adalah sesuatu, terang tidak. Cahaya adalah sesuatu, gelap tidak. Cahayalah yang menghasilkan terang, sehingga opisisi gelap adalah cahaya. Kegelapan adalah ketiadaan cahaya. Dimanapun, untuk menentukan tingkat kegelapan, yang diukur adalah intensitas jumlah cahaya, bukan jumlah kegelapan.
kuisa wrote:Anda sedikit lagi setuju dengan penjelasan saya, terang dan gelap itu memang bukan sesuatu, hanya sebutan yang digunakan untuk mendefinisikan suatu nilai dari cahaya.
Saya dari awal sudah menjelaskan bahwa gelap bukanlah sesuatu. Mengapa pula saya yang menjadi sedikit lagi setuju dengan kau? Tapi saya masih punya rasio mengatakan bahwa gelap itu eksis meski itu bukanlah eksistensi yang mandiri akan dirinya sendiri. Tidak tahu malumu itu lho..
rahimii wrote:Tetapi perhatikan lagi pernyataanmu sang lulusan sekolah Taliban ranking terakhir : “Terang bisa diukur, gelap juga bisa diukur.”
Bagaimana caramu mengukur tingkat kegelapan? Apa instrumen yang akan kau gunakan? Cahaya dapat diukur karena itu adalah energi. Kegelapan bukanlah energi sehingga tidak akan dapat diukur. Apa yang kau lakukan adalah menunjukkan bahwa “gelap” adalah istilah subjektif. Ada atau tiada konsep istilah subjektif tersebut, eksistensi yang kita sebut “gelap” akan tetap ada. Mensubjektifkan istilah yang kita gunakan untuk merujuk kepada suatu fenomena tidak menghapuskan keberadaan fenomena tersebut.
kuisa wrote:keduanya, terang gelap adalah fenomena atau sifat, objeknya adalah cahaya :goodman:
Sakit kepala juga gejala / fenomena, apakah sakit kepala tidak eksis? Bisamu hanya menelan ludah dimana-mana. Jawab yang ini : “Terang bisa diukur, gelap juga bisa diukur.” Itu kata-kata yang keluar dari congormu. Disatu sisi bilang gelap hanyalah kata sifat, telan ludah lagi bilang gelap bisa diukur. Tak tahu malu kamu..
rahimii wrote: Oleh karena itu, cahaya jelas merupakan sesuatu karena ada energi padanya. Gelap lah yang bukan sesuatu tetapi tetap merupakan sebuah eksistensi yang tercipta tanpa perlu diciptakan sebagai akibat hilangnya keberadaan cahaya. Eksistensi sebuah domain ketiadaan cahaya karena keberadaan cahaya terbukti ada.
kuisa wrote:keliru, terang dan gelap takkan pernah disebut jika tidak ada cahaya, banyaknya cahaya mendefinisikan sesuatu disebut terang atau gelap.
Siapa yang ngomong terang adalah oposisi gelap? Saya bilang oposisi gelap adalah cahaya. Memang ajaib benar kamu, tidak punya malu sedikitpun. Saya jelas katakan cahaya adalah sesuatu karena merupakan energi. Tapi dengan b0dohnya bilang saya keliru. Kamu kemanakan analogi koin dan aktif pasif saya? Sengaja kamu tidak komentari karena saya keliru juga tong?
Mirror 1: Panas dingin
Follow Twitter: @ZwaraKafir
rahimii
Posts: 311
Joined: Sun Mar 06, 2011 6:33 pm

Re: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2

Post by rahimii »

qprim wrote:Apa kabar bro rahimii? Ijin nimbrung sepintas saja....

Kok jadi seperti pelajaran fisika tingkat dasar ya?
Ada baiknya kuisa belajar dulu mengenai makna dari HEAT, HOT, dan COLD. Juga LIGHT, BRIGHT, dan DARK. Sekali2 belajar memahami kamus Inggris ya nak......
Kalau sudah mulai paham coba cari referensi mengenai SOURCE OF HEAT. Ingat, HEAT ya nak. Bukan HOT.
Lama2 kuisa keenakan ini, disuapi terus asupan bergizi buat otaknya oleh para kafirun. Cobalah cari sendiri dulu ya nak.....

Setelah itu, bolehlah dilanjut diskusinya .....
Mirror 1: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2
Follow Twitter: @ZwaraKafir
Kabar baik bro qprim..muslim dimana-mana ya sama saja bro.. :lol:
Mirror 1: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2
Follow Twitter: @ZwaraKafir
User avatar
fayhem_1
Posts: 1402
Joined: Tue Sep 08, 2009 6:55 pm

Re: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2

Post by fayhem_1 »

Thanks bro rahimi,
rahimii wrote: Thanks bro fayhem. Saya coba jawab ya. Kalau ada jumlah tak terbatas dari bintang dan alam semesta sudah tak terbatas dalam hitungan eksistensinya, memang seharusnya akan ada bintang di mana-mana dan langit semesta seharusnya akan sangat cerah. Tapi alam semesta tidak setua itu. Umurnya diperkirakan sekitar 14 miliar tahun dan sejak kecepatan cahaya adalah konstan, kita hanya dapat melihat benda-benda yang kurang dari 14 miliar tahun cahaya jauhnya. Ini berarti bahwa kita hidup dalam bola 'alam semesta teramati' yang lebih kecil dari alam semesta total dan bahwa cahaya dari bintang-bintang yang lebih jauh dari 14 miliar tahun cahaya tidak akan memiliki cukup waktu untuk mencapai Bumi.

Mengenai alam semesta dingin, transfer energi panas lewat radiasi adalah satu-satunya pilihan yang dapat terjadi dalam ruang vakum. Pada dasarnya, energi radiasi harus melakukan perjalanan dalam kecepatan cahaya di ruang hampa. Jadi setidaknya ada dua kemungkinan mengapa temperatur alam semesta dingin:
1.Alam semesta berkembang, dan cahaya dari bintang-bintang yang paling jauh belum mencapai kita, sehingga porsi ruang hampa kita belum menerima manfaat dari pemanasan dsumber-sumber tersebut.
2.Bahkan dalam alam semesta steady state yang tidak berkembang, alam semesta begitu besar dan masih cukup muda, sehingga cahaya (dan energi) dari bintang-bintang yang paling jauh tidak memiliki waktu untuk mencapai dan menghangatkan temperatur. Lebih kurangnya mari kita diskusikan lebih lanjut..
Dengan kata lain bintang2 itu untuk menerangi luar angkasa agar tidak gelap dan memberi panas agar ruang angkasa tidak dingin ?
Bagaimana jika tidak ada bintang2 penerang itu ? tentu ruang angkasa akan gelap dan dingin
Lebih ekstreemnya, mari kita analisa keadaan sebelum bigbang,apakah keadaannya terang atau gelap. dingin atau panas ?
Tentu keadaannya adalah gelap dan dingin. Artinya gelap dan dingin sudah ada/sudah eksis sebelum terang dan panas tercipta
Mirror 1: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2
Follow Twitter: @ZwaraKafir
User avatar
qprim
Posts: 259
Joined: Wed Nov 09, 2005 4:01 pm

Re: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2

Post by qprim »

Sudah mulai belajar ya kuisa?
kuisa wrote:Kamus sepertinya sih ga ada bedanya dengan pendapat saya

hot:
adjective
having a high degree of heat or a high temperature.

cold:
adjective
of or at a low or relatively low temperature, especially when compared with the human body.

heat:
noun
the quality of being hot; high temperature.

bright
adjective
giving out or reflecting a lot of light; shining. Dlst......

Menurut saya sih, -nanti saya koreksi jika ternyata keliru-, pendapat Pak Rahimii yang anda dukung hanyalah doktrin gereja yang salah kaprah.
Sekarang coba bandingkan definisi HEAT, HOT, dlsb. yang anda kutip dengan pernyataan anda sebelumnya yang dikutip keeamad. Nyambung gak?
kuisa wrote:Istilah suatu keadaan memunculkan keadaan lain tanpa diciptakan adalah pernyataan ngawur.
keeamad wrote:KALO ADA BATU GUEDUE ITEM DI PADANG PASIR SAAT SIANG HARI,
PASTI ADA GELAP DARI BAYANGAN SI BATU ITEM ....

MAKA KALO KEADAAN LAIN - GELAP, ITU MUNCUL TANPA DICIPTAKAN,
ADALAH PERNYATAAN NGAWUR YA slim .... ???

Lalu GELAP ITU HARUS DICIPTAKAN DULU ... ???
KALO GELAP ITU TIDAK DICIPTAKAN DULU,
MAKA BAYANGAN GELAP ITU GAK AKAN MUNCUL WALO DIA MENGHALANGI SINAR MATAHARI .... ???
Saya mendukung rahimii yang mendukung doktrin gereja? Halah, gampang amat mengambil kesimpulan?
Lebih baik coba dijawab dulu pernyataan dari keeamad.
kuisa
Posts: 706
Joined: Mon May 05, 2014 12:33 pm

Re: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2

Post by kuisa »

qprim wrote:Sekarang coba bandingkan definisi HEAT, HOT, dlsb. yang anda kutip dengan pernyataan anda sebelumnya yang dikutip keeamad. Nyambung gak?
Pak Prim agak mengecewakan saya dgn permintaan ini, karena terus terang saya biasanya tidak menanggapi pertanyaan yang seharusnya bisa dijawab sendiri.
keeamad wrote:KALO ADA BATU GUEDUE ITEM DI PADANG PASIR SAAT SIANG HARI,
PASTI ADA GELAP DARI BAYANGAN SI BATU ITEM ....

MAKA KALO KEADAAN LAIN - GELAP, ITU MUNCUL TANPA DICIPTAKAN,
ADALAH PERNYATAAN NGAWUR YA slim .... ???

Lalu GELAP ITU HARUS DICIPTAKAN DULU ... ???
KALO GELAP ITU TIDAK DICIPTAKAN DULU,
MAKA BAYANGAN GELAP ITU GAK AKAN MUNCUL WALO DIA MENGHALANGI SINAR MATAHARI .... ???
sebelum matahari datang apa yang terjadi?

Saya jawab tuh dengan bertanya balik dan Pak Prim jangan pura2 tidak lihat kesimpulan saya dari kamus:
Hot dan cold dasarnya adalah adjective, heat (the quality of being hot) adalah noun, nilai dari heat menyebabkan adanya sifat hot dan cold.

Bright dan dark dasarnya adalah adjective, light (the natural agent that stimulates sight and makes things visible) adalah noun, nilai dari light menyebabkan adanya sifat bright dan dark.
Kenapa tidak ditanggapi?
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2

Post by Kibou »

Salut buat Bro rahimii, Bro JGA dan teman-teman lain yang memiliki keteguhan dan ketabahan hati dalam melayani sesama di forum ini. Kalian melayani dalam bentuk dialektik dan diskursus. Saya benar-benar kagum.
fayhem_1 wrote: Dengan kata lain bintang2 itu untuk menerangi luar angkasa agar tidak gelap dan memberi panas agar ruang angkasa tidak dingin ?
Bagaimana jika tidak ada bintang2 penerang itu ? tentu ruang angkasa akan gelap dan dingin
Lebih ekstreemnya, mari kita analisa keadaan sebelum bigbang,apakah keadaannya terang atau gelap. dingin atau panas ?
Tentu keadaannya adalah gelap dan dingin. Artinya gelap dan dingin sudah ada/sudah eksis sebelum terang dan panas tercipta
Bro fayhem,

yang perlu diperhatikan adalah bahwa peristiwa big bang itu sendiri adalah batasan awal dari semua realita ruang-waktu. Bagi para penganut paham naturalisme ini mereka imani sebagai munculnya alam semesta dari ketiadaan.

Jadi kalau kita menurut apa yang dikatakan para ahli kosmologi mengenai big bang, maka sebenarnya jika kita berbicara dalam konteks ruang-waktu, maka tidak ada ruang dan tidak ada waktu sebelum big bang. Jadi adalah sebuah asumsi yang perlu dibuktikan dulu jika kita beranggapan bahwa "dingin" memiliki status ontologis yang lebih tinggi (priority) dibandingkan "panas".

Semoga penjelasan singkat ini bisa mencerahkan. Kalau ingin diteruskan kita bisa melalui PM supaya topik ini tidak mengganggu jalur tujuan awal dari Bro kuisa sang empunya trit. Salam bahagia bagi semua.
Mirror 1: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2
Follow Twitter: @ZwaraKafir
rahimii
Posts: 311
Joined: Sun Mar 06, 2011 6:33 pm

Re: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2

Post by rahimii »

fayhem_1 wrote:Thanks bro rahimi,
rahimii wrote: Thanks bro fayhem. Saya coba jawab ya. Kalau ada jumlah tak terbatas dari bintang dan alam semesta sudah tak terbatas dalam hitungan eksistensinya, memang seharusnya akan ada bintang di mana-mana dan langit semesta seharusnya akan sangat cerah. Tapi alam semesta tidak setua itu. Umurnya diperkirakan sekitar 14 miliar tahun dan sejak kecepatan cahaya adalah konstan, kita hanya dapat melihat benda-benda yang kurang dari 14 miliar tahun cahaya jauhnya. Ini berarti bahwa kita hidup dalam bola 'alam semesta teramati' yang lebih kecil dari alam semesta total dan bahwa cahaya dari bintang-bintang yang lebih jauh dari 14 miliar tahun cahaya tidak akan memiliki cukup waktu untuk mencapai Bumi.

Mengenai alam semesta dingin, transfer energi panas lewat radiasi adalah satu-satunya pilihan yang dapat terjadi dalam ruang vakum. Pada dasarnya, energi radiasi harus melakukan perjalanan dalam kecepatan cahaya di ruang hampa. Jadi setidaknya ada dua kemungkinan mengapa temperatur alam semesta dingin:
1.Alam semesta berkembang, dan cahaya dari bintang-bintang yang paling jauh belum mencapai kita, sehingga porsi ruang hampa kita belum menerima manfaat dari pemanasan dsumber-sumber tersebut.
2.Bahkan dalam alam semesta steady state yang tidak berkembang, alam semesta begitu besar dan masih cukup muda, sehingga cahaya (dan energi) dari bintang-bintang yang paling jauh tidak memiliki waktu untuk mencapai dan menghangatkan temperatur. Lebih kurangnya mari kita diskusikan lebih lanjut..
fayhem wrote:Dengan kata lain bintang2 itu untuk menerangi luar angkasa agar tidak gelap dan memberi panas agar ruang angkasa tidak dingin ?
Bagaimana jika tidak ada bintang2 penerang itu ? tentu ruang angkasa akan gelap dan dingin
Lebih ekstreemnya, mari kita analisa keadaan sebelum bigbang,apakah keadaannya terang atau gelap. dingin atau panas ?
Tentu keadaannya adalah gelap dan dingin. Artinya gelap dan dingin sudah ada/sudah eksis sebelum terang dan panas tercipta
Mirror 1: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2
Follow Twitter: @ZwaraKafir
Sebelum bigbang, alam semesta eksis sebagai sebuah singularitas. Semua materi di alam semesta, semua ruang hampa itu sendiri ada dalam bentuk yang lebih kecil dari partikel subatomik. Alam semesta kita punya 3 dimensi ruang dan 1 dimensi waktu (ada lebih dimensi menurut string teori). Empat dimensi ini saling melengkapi dan dikenal sebagai ruang-waktu (atau kontinum ruang-waktu).

Namun, sebelum dimensi ini bahkan ada, alam semesta adalah titik sangat kecil yang berisi setidaknya segala sesuatu di alam semesta yang bisa kita amati sekarang. Oleh karenanya, singularitas ini memiliki kepadatan yang tak terbatas, dan juga sangat panas. Panas adalah nilai terukur yang dihasilkan dari gerakan partikel molekul, sehingga masuk akal kalau energi panas ada didalam singularitas sejak semula, bukan dingin. Jika kita bisa melihat singularitas tersebut, itu akan menjadi sesuatu yang sangat terang. Hanya,ruang hampa sendiri tidak eksis sebelum bigbang, sehingga logikanya hal semacam terang atau gelap juga belum eksis sebelum bigbang. Ini yang bisa saya sampaikan dari tinjauan filosofisnya bro..jangan ditanya hitung-menghitung dan rumus-merumus ya.. :lol:
Mirror 1: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2
Follow Twitter: @ZwaraKafir
kuisa
Posts: 706
Joined: Mon May 05, 2014 12:33 pm

Re: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2

Post by kuisa »

kuisa wrote:Wah, rupanya saya yang harus mengajar logika kepada ahli logika
di saat bersamaan harus ngajar bahasa juga.


Panas dingin
Panas dan dingin itu kata sifat. Tau kata sifat? suatu keadaan untuk menjelaskan suatu benda. Jadi tentu saja keduanya tidak eksis karena bukan benda itu sendiri.

Apa yang terukur untuk menentukan panas dingin? Temperatur/suhu. Untuk membuat sebuah benda menjadi panas, butuh energi untuk memanaskan, demikian juga sebaliknya untuk membuat sesuatu menjadi dingin, butuh energi untuk mendinginkan. Ada yang disebut transfer panas, lebih tepat transfer energi, dua benda dengan suhu berbeda akan mengalami transfer energi sampai suhu keduanya sama.

Sebutan panas dan dingin relatif terhadap kebutuhan, yang terukur adalah suhu, suhu sekian bisa disebut panas atau dingin tergantung apa yang diukur. Panas bisa diukur, dinginpun bisa diukur.
rahimii wrote: Inilah sains ala padang pasir. Sungguh koplak mengatakan panas dan dingin sekedar penyebutan atau sifat. Itu karena otakmu demikian kecil sehingga menerjemahkan dalam bahasa indonesia HOT dan HEAT saja kamu tidak bisa.

Lebih koplak lagi mengatakan panas dan dingin tidak eksis karena bukan benda itu sendiri. Kamu belajar dimana mengatakan panas dan dingin adalah sekedar kata sifat? Dengan pernyataan subjektif akan kata sifat, kau tidak membuktikan bahwa “dingin” itu tidak ada, atau bahwa “dingin” ada tanpa status ontologis. Apa yang kau lakukan adalah menunjukkan bahwa “dingin” adalah istilah subjektif.
kuisa wrote:Hati2 kalau menulis, dimana saya salah menggunakan hot dan heat?
btw, ini universal kali, mau di padang pasir atau himalaya konsepnya sama, memang nyatanya kedua hal panas dingin adalah kata sifat/adjective.
rahimii wrote:Yang jelas kalau ngomong, jangan mengalihkan pembahasan ke masalah tata bahasa. Semua yang bisa dirasakan lewat indera, pastilah eksis. Panas eksis, dingin eksis. Indera manusia bisa merasakannya. Kamu bisa merasakannya tidak? Jawab ya atau tidak saja, gak usah mutar-mutar..
Si Pak Indra ini mendeteksi perubahan temperatur, jika lebih tinggi dari suhu badan disebutlah panas, jika lebih rendah disebutlah dingin,
jadi yang eksis adalah temperaturnya, panas dingin adalah kesimpulan dari nilai sebuah temperatur.
rahimii wrote: Ada atau tiada konsep istilah subjektif tersebut, eksistensi yang kita sebut “dingin” akan tetap ada. Mensubjektifkan istilah yang kita gunakan untuk merujuk kepada suatu fenomena tidak menghapuskan keberadaan fenomena tersebut. Lalu, bagaimana pula maksud dari pernyataan untuk membuat sebuah benda menjadi panas, dibutuhkan energi untuk memanaskan? Pada dasarnya panas itu sendiri adalah energi yang tersimpan di dalam suatu objek. Jadi kalimat yang menyatakan dibutuhkan energi untuk memanaskan agar membuat sebuah benda menjadi panas apakah pernyataan yang memiliki landasan atau sekedar modal congor?
kuisa wrote:Fenomena itukan sifatnya/gejala, objeknya adalah energy yang disebut heat menghasilkan 2 istilah, panas dan dingin.
Manasin air emang ga perlu kompor?
Asli saya ketawa..kamu memang lulusan sekolah taliban ranking terakhir ya? Untuk memanaskan sesuatu, yang terpikir di otakmu yang kecil adalah kau butuh kompor. Saya tidak akan jelaskan caranya. Silahkan kau belajar lagi gimana caranya mendidihkan air tanpa kompor atau alat pemanas. Kalau sudah tahu, baru balik lagi ya..Contoh lain untuk menguji kesehatan logikamu. Sakit kepala juga gejala / fenomena. Apakah karena sakit kepala bukanlah sesuatu (thing), maka sakit kepala tidak eksis?
Ga usah khawatir, ketawa tidak dilarang kok, saya biasanya pakai kompor, paling mudah sih, tapi saya butuh energi biar tuh air panas, energinya dari gas. Pak rahimii manasin air dirumah bagaimana? pake heater, dicolokin dulu ga?
rahimii wrote: Berikutnya, pernyataan lain dari modal congor adalah "sebaliknya untuk membuat sesuatu menjadi dingin, butuh energi untuk mendinginkan" Kita mengidentifikasi sesuatu sebagai dingin saat suhu menjadi lebih rendah. Tapi itu tidak berarti dibutuhkan sebuah energi untuk membuat "dingin", dingin adalah kondisi dimana hanya ada sedikit energi panas. Energi panas selalu bergerak dari sesuatu yang panas ke sesuatu yang lebih dingin. Tidak ada hal seperti energi dingin, sehingga objek hanya bisa menjadi dingin jika energi panas bergerak menjauh darinya. Jadi untuk membuat sesuatu menjadi dingin, justru tidak dibutuhkan energi tetapi jauhkanlah energi darinya.
kuisa wrote:Emangnya kulkas anda bisa dingin sendiri? colok dulu pak! [-X
Hihihihi..habis kata-kata saya menggambarkan kekoplakanmu. Belajar lagi sana, gimana cara membuat air menjadi es tanpa kulkas atau alat pendingin. Belajarnya ke sekolah beneran, jangan sekolah taliban ya..
Mau sekolah taliban apa penabur sama aja, kulkas dicolok dulu :finga:
rahimii wrote:Karena itu, panas jelas merupakan sesuatu karena ada energi dan aktivitas kinetik padanya. Dingin lah yang bukan sesuatu tetapi tetap merupakan sebuah eksistensi yang tercipta tanpa perlu diciptakan sebagai akibat hilangnya keberadaan panas. Eksistensi sebuah domain ketiadaan panas karena keberadaan panas terbukti ada.
kuisa wrote:Itu boleh disebut heat, tapi bukan hot dan cold yang hanya sifat saja, sebutan yang diberikan untuk banyaknya nilai heat.
Sakit kepala juga gejala / fenomena dan bukan sesuatu (thing), apakah sakit kepala tidak ada?
Yang ada adalah kepalanya, sakit kepala itu suatu kondisi tidak stabil yang terjadi pada kepala, itu katasifat, masa ga ngerti2.
kuisa wrote:Gelap terang
Gelap dan terang itu kata sifat. Tau kata sifat? suatu keadaan untuk menjelaskan suatu benda. Jadi tentu saja keduanya tidak eksis karena bukan benda itu sendiri.

Apa yang terukur untuk menentukan gelap terang? Cahaya. Terang gelap tergantung banyaknya cahaya dan relatif terhadap kebutuhan, kondisi pencahayaan tertentu bisa disebut gelap atau terang untuk keperluan yang berbeda. Terang bisa diukur, gelap juga bisa diukur. :goodman:
rahimii wrote:Mengenai gelap dan terang, sedari awal yang saya oposisikan dari gelap adalah cahaya, bukan terang. Kau yang seenakmu menggantinya dengan terang. Saya mencerna dan memahami dulu setiap kata dan kalimat, tidak seperti kau yang sembrono dan asal cuap. Cahaya adalah sesuatu, terang tidak. Cahaya adalah sesuatu, gelap tidak. Cahayalah yang menghasilkan terang, sehingga opisisi gelap adalah cahaya. Kegelapan adalah ketiadaan cahaya. Dimanapun, untuk menentukan tingkat kegelapan, yang diukur adalah intensitas jumlah cahaya, bukan jumlah kegelapan.
kuisa wrote:Anda sedikit lagi setuju dengan penjelasan saya, terang dan gelap itu memang bukan sesuatu, hanya sebutan yang digunakan untuk mendefinisikan suatu nilai dari cahaya.
Saya dari awal sudah menjelaskan bahwa gelap bukanlah sesuatu. Mengapa pula saya yang menjadi sedikit lagi setuju dengan kau? Tapi saya masih punya rasio mengatakan bahwa gelap itu eksis meski itu bukanlah eksistensi yang mandiri akan dirinya sendiri. Tidak tahu malumu itu lho..
Yang eksis itu cahayanya, gelap terang adalah penilaian terhadap banyaknya cahaya tsb
rahimii wrote:Tetapi perhatikan lagi pernyataanmu sang lulusan sekolah Taliban ranking terakhir : “Terang bisa diukur, gelap juga bisa diukur.”
Bagaimana caramu mengukur tingkat kegelapan? Apa instrumen yang akan kau gunakan? Cahaya dapat diukur karena itu adalah energi. Kegelapan bukanlah energi sehingga tidak akan dapat diukur. Apa yang kau lakukan adalah menunjukkan bahwa “gelap” adalah istilah subjektif. Ada atau tiada konsep istilah subjektif tersebut, eksistensi yang kita sebut “gelap” akan tetap ada. Mensubjektifkan istilah yang kita gunakan untuk merujuk kepada suatu fenomena tidak menghapuskan keberadaan fenomena tersebut.
kuisa wrote:keduanya, terang gelap adalah fenomena atau sifat, objeknya adalah cahaya :goodman:
Sakit kepala juga gejala / fenomena, apakah sakit kepala tidak eksis? Bisamu hanya menelan ludah dimana-mana. Jawab yang ini : “Terang bisa diukur, gelap juga bisa diukur.” Itu kata-kata yang keluar dari congormu. Disatu sisi bilang gelap hanyalah kata sifat, telan ludah lagi bilang gelap bisa diukur. Tak tahu malu kamu..
Beneran ga ngerti maksud saya atau pura2 ga ngerti? gelap terang panas dingin semua kata sifat yang dilekatkan pada kondisi tertentu. Kondisi tertentu itu yang ada ukurannya, gelap adalah kondisi dengan intensitas cahaya sekian banyak tergantung siapa yang bicara sesuai keperluannya, demikian jg sifat2 lainnya yg saya sebutkan.
rahimii wrote: Oleh karena itu, cahaya jelas merupakan sesuatu karena ada energi padanya. Gelap lah yang bukan sesuatu tetapi tetap merupakan sebuah eksistensi yang tercipta tanpa perlu diciptakan sebagai akibat hilangnya keberadaan cahaya. Eksistensi sebuah domain ketiadaan cahaya karena keberadaan cahaya terbukti ada.
kuisa wrote:keliru, terang dan gelap takkan pernah disebut jika tidak ada cahaya, banyaknya cahaya mendefinisikan sesuatu disebut terang atau gelap.
Siapa yang ngomong terang adalah oposisi gelap? Saya bilang oposisi gelap adalah cahaya. Memang ajaib benar kamu, tidak punya malu sedikitpun. Saya jelas katakan cahaya adalah sesuatu karena merupakan energi. Tapi dengan b0dohnya bilang saya keliru. Kamu kemanakan analogi koin dan aktif pasif saya? Sengaja kamu tidak komentari karena saya keliru juga tong?
energi kok lawannya gelap [-X
rahimii
Posts: 311
Joined: Sun Mar 06, 2011 6:33 pm

Re: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2

Post by rahimii »

kuisa wrote:Wah, rupanya saya yang harus mengajar logika kepada ahli logika
di saat bersamaan harus ngajar bahasa juga.


Panas dingin
Panas dan dingin itu kata sifat. Tau kata sifat? suatu keadaan untuk menjelaskan suatu benda. Jadi tentu saja keduanya tidak eksis karena bukan benda itu sendiri.

Apa yang terukur untuk menentukan panas dingin? Temperatur/suhu. Untuk membuat sebuah benda menjadi panas, butuh energi untuk memanaskan, demikian juga sebaliknya untuk membuat sesuatu menjadi dingin, butuh energi untuk mendinginkan. Ada yang disebut transfer panas, lebih tepat transfer energi, dua benda dengan suhu berbeda akan mengalami transfer energi sampai suhu keduanya sama.

Sebutan panas dan dingin relatif terhadap kebutuhan, yang terukur adalah suhu, suhu sekian bisa disebut panas atau dingin tergantung apa yang diukur. Panas bisa diukur, dinginpun bisa diukur.
rahimii wrote: Inilah sains ala padang pasir. Sungguh koplak mengatakan panas dan dingin sekedar penyebutan atau sifat. Itu karena otakmu demikian kecil sehingga menerjemahkan dalam bahasa indonesia HOT dan HEAT saja kamu tidak bisa.

Lebih koplak lagi mengatakan panas dan dingin tidak eksis karena bukan benda itu sendiri. Kamu belajar dimana mengatakan panas dan dingin adalah sekedar kata sifat? Dengan pernyataan subjektif akan kata sifat, kau tidak membuktikan bahwa “dingin” itu tidak ada, atau bahwa “dingin” ada tanpa status ontologis. Apa yang kau lakukan adalah menunjukkan bahwa “dingin” adalah istilah subjektif.
kuisa wrote:Hati2 kalau menulis, dimana saya salah menggunakan hot dan heat?
btw, ini universal kali, mau di padang pasir atau himalaya konsepnya sama, memang nyatanya kedua hal panas dingin adalah kata sifat/adjective.
rahimii wrote:Yang jelas kalau ngomong, jangan mengalihkan pembahasan ke masalah tata bahasa. Semua yang bisa dirasakan lewat indera, pastilah eksis. Panas eksis, dingin eksis. Indera manusia bisa merasakannya. Kamu bisa merasakannya tidak? Jawab ya atau tidak saja, gak usah mutar-mutar..
kuisa wrote:Si Pak Indra ini mendeteksi perubahan temperatur, jika lebih tinggi dari suhu badan disebutlah panas, jika lebih rendah disebutlah dingin,
jadi yang eksis adalah temperaturnya, panas dingin adalah kesimpulan dari nilai sebuah temperatur.
Kalau kamu bilang panas dan dingin itu sekedar kesimpulan dari nilai sebuah temperatur, coba kamu jawab pertanyaan ini. Mengapa ada es dan udara dingin yang sangat ekstrim di kutub? Disana gak ada kulkas atau AC lho..tapi kok dingin ya tong? Merujuk kepada argument mu, bahwa yang eksis adalah temperatur, apakah es dan udara dingin di kutub disebabkan ketiadaan temperatur atau ketiadaan panas? Jangan ngalor ngidul, jawab yang jelas saja tong..
rahimii wrote: Ada atau tiada konsep istilah subjektif tersebut, eksistensi yang kita sebut “dingin” akan tetap ada. Mensubjektifkan istilah yang kita gunakan untuk merujuk kepada suatu fenomena tidak menghapuskan keberadaan fenomena tersebut. Lalu, bagaimana pula maksud dari pernyataan untuk membuat sebuah benda menjadi panas, dibutuhkan energi untuk memanaskan? Pada dasarnya panas itu sendiri adalah energi yang tersimpan di dalam suatu objek. Jadi kalimat yang menyatakan dibutuhkan energi untuk memanaskan agar membuat sebuah benda menjadi panas apakah pernyataan yang memiliki landasan atau sekedar modal congor?
kuisa wrote:Fenomena itukan sifatnya/gejala, objeknya adalah energy yang disebut heat menghasilkan 2 istilah, panas dan dingin.
Manasin air emang ga perlu kompor?
rahimii wrote:Asli saya ketawa..kamu memang lulusan sekolah taliban ranking terakhir ya? Untuk memanaskan sesuatu, yang terpikir di otakmu yang kecil adalah kau butuh kompor. Saya tidak akan jelaskan caranya. Silahkan kau belajar lagi gimana caranya mendidihkan air tanpa kompor atau alat pemanas. Kalau sudah tahu, baru balik lagi ya..Contoh lain untuk menguji kesehatan logikamu. Sakit kepala juga gejala / fenomena. Apakah karena sakit kepala bukanlah sesuatu (thing), maka sakit kepala tidak eksis?
kuisa wrote:Ga usah khawatir, ketawa tidak dilarang kok, saya biasanya pakai kompor, paling mudah sih, tapi saya butuh energi biar tuh air panas, energinya dari gas. Pak rahimii manasin air dirumah bagaimana? pake heater, dicolokin dulu ga?
Kalau gas habis dan listrik mati, si kuisa bingung manasin air karena dalam pikirannya energi panas itu adalah api yang keluar dari kompor dan gas..kwkwkw..
rahimii wrote: Berikutnya, pernyataan lain dari modal congor adalah "sebaliknya untuk membuat sesuatu menjadi dingin, butuh energi untuk mendinginkan" Kita mengidentifikasi sesuatu sebagai dingin saat suhu menjadi lebih rendah. Tapi itu tidak berarti dibutuhkan sebuah energi untuk membuat "dingin", dingin adalah kondisi dimana hanya ada sedikit energi panas. Energi panas selalu bergerak dari sesuatu yang panas ke sesuatu yang lebih dingin. Tidak ada hal seperti energi dingin, sehingga objek hanya bisa menjadi dingin jika energi panas bergerak menjauh darinya. Jadi untuk membuat sesuatu menjadi dingin, justru tidak dibutuhkan energi tetapi jauhkanlah energi darinya.
kuisa wrote:Emangnya kulkas anda bisa dingin sendiri? colok dulu pak! [-X
rahimii wrote:Hihihihi..habis kata-kata saya menggambarkan kekoplakanmu. Belajar lagi sana, gimana cara membuat air menjadi es tanpa kulkas atau alat pendingin. Belajarnya ke sekolah beneran, jangan sekolah taliban ya..
kuisa wrote:Mau sekolah taliban apa penabur sama aja, kulkas dicolok dulu :finga:
Kalau listrik mati, si kuisa kebingungan membuat air menjadi es..tapi jangan langsung mbleduk bunuh diri ya, bisa kok tanpa kulkas. Makanya pindah sekolah tong..
rahimii wrote:Karena itu, panas jelas merupakan sesuatu karena ada energi dan aktivitas kinetik padanya. Dingin lah yang bukan sesuatu tetapi tetap merupakan sebuah eksistensi yang tercipta tanpa perlu diciptakan sebagai akibat hilangnya keberadaan panas. Eksistensi sebuah domain ketiadaan panas karena keberadaan panas terbukti ada.
kuisa wrote:Itu boleh disebut heat, tapi bukan hot dan cold yang hanya sifat saja, sebutan yang diberikan untuk banyaknya nilai heat.
rahimii wrote:Sakit kepala juga gejala / fenomena dan bukan sesuatu (thing), apakah sakit kepala tidak ada?
kuisa wrote:Yang ada adalah kepalanya, sakit kepala itu suatu kondisi tidak stabil yang terjadi pada kepala, itu katasifat, masa ga ngerti2.
Kalau si kuisa jadi dokter, dia akan memberikan pelajaran bahasa indonesia soal kata sifat kepada pasiennya yang sakit kepala. Dia akan bilang sakit kepala itu tidak eksis, itu hanya kata sifat. Kalau si kuisa melihat dijalan ada pengemis yang kelaparan, dia akan bilang ke pengemis itu kalau lapar itu hanyalah kata sifat. Yang eksis adalah perut saja, jadi yang penting perut masih ada dan abaikan saja eksistensi rasa lapar itu. Itu cuma kata sifat..
kuisa wrote:Gelap terang
Gelap dan terang itu kata sifat. Tau kata sifat? suatu keadaan untuk menjelaskan suatu benda. Jadi tentu saja keduanya tidak eksis karena bukan benda itu sendiri.

Apa yang terukur untuk menentukan gelap terang? Cahaya. Terang gelap tergantung banyaknya cahaya dan relatif terhadap kebutuhan, kondisi pencahayaan tertentu bisa disebut gelap atau terang untuk keperluan yang berbeda. Terang bisa diukur, gelap juga bisa diukur. :goodman:
rahimii wrote:Mengenai gelap dan terang, sedari awal yang saya oposisikan dari gelap adalah cahaya, bukan terang. Kau yang seenakmu menggantinya dengan terang. Saya mencerna dan memahami dulu setiap kata dan kalimat, tidak seperti kau yang sembrono dan asal cuap. Cahaya adalah sesuatu, terang tidak. Cahaya adalah sesuatu, gelap tidak. Cahayalah yang menghasilkan terang, sehingga opisisi gelap adalah cahaya. Kegelapan adalah ketiadaan cahaya. Dimanapun, untuk menentukan tingkat kegelapan, yang diukur adalah intensitas jumlah cahaya, bukan jumlah kegelapan.
kuisa wrote:Anda sedikit lagi setuju dengan penjelasan saya, terang dan gelap itu memang bukan sesuatu, hanya sebutan yang digunakan untuk mendefinisikan suatu nilai dari cahaya.
rahimii wrote:Saya dari awal sudah menjelaskan bahwa gelap bukanlah sesuatu. Mengapa pula saya yang menjadi sedikit lagi setuju dengan kau? Tapi saya masih punya rasio mengatakan bahwa gelap itu eksis meski itu bukanlah eksistensi yang mandiri akan dirinya sendiri. Tidak tahu malumu itu lho..
kuisa wrote:Yang eksis itu cahayanya, gelap terang adalah penilaian terhadap banyaknya cahaya tsb
Awalnya kau tidak bilang begitu. Awalnya kau bilang gelap juga bisa diukur tong..masih punya rasa malu tidak? Yang saya oposisikan dari awal terhadap gelap adalah cahaya. Hanya saya juga katakan gelap itu juga merupakan sebuah eksistensi yang tidak mandiri akan dirinya sendiri, sebagai efek yang tidak diciptakan akibat adanya eksistensi cahaya itu sendiri.
rahimii wrote:Tetapi perhatikan lagi pernyataanmu sang lulusan sekolah Taliban ranking terakhir : “Terang bisa diukur, gelap juga bisa diukur.”
Bagaimana caramu mengukur tingkat kegelapan? Apa instrumen yang akan kau gunakan? Cahaya dapat diukur karena itu adalah energi. Kegelapan bukanlah energi sehingga tidak akan dapat diukur. Apa yang kau lakukan adalah menunjukkan bahwa “gelap” adalah istilah subjektif. Ada atau tiada konsep istilah subjektif tersebut, eksistensi yang kita sebut “gelap” akan tetap ada. Mensubjektifkan istilah yang kita gunakan untuk merujuk kepada suatu fenomena tidak menghapuskan keberadaan fenomena tersebut.
kuisa wrote:keduanya, terang gelap adalah fenomena atau sifat, objeknya adalah cahaya :goodman:
kuisa wrote:Sakit kepala juga gejala / fenomena, apakah sakit kepala tidak eksis? Bisamu hanya menelan ludah dimana-mana. Jawab yang ini : “Terang bisa diukur, gelap juga bisa diukur.” Itu kata-kata yang keluar dari congormu. Disatu sisi bilang gelap hanyalah kata sifat, telan ludah lagi bilang gelap bisa diukur. Tak tahu malu kamu..
kuisa wrote:Beneran ga ngerti maksud saya atau pura2 ga ngerti? gelap terang panas dingin semua kata sifat yang dilekatkan pada kondisi tertentu. Kondisi tertentu itu yang ada ukurannya, gelap adalah kondisi dengan intensitas cahaya sekian banyak tergantung siapa yang bicara sesuai keperluannya, demikian jg sifat2 lainnya yg saya sebutkan.

Kondisi tertentu itu eksis tidak tong? Kau itu hanya mutar-mutar dan sekedar tidak malu kalah saja. Sekarang apakah sebuah “kondisi tertentu”merupakan realita atau sekedar kata sifat? Salah satu cara untuk mengetahui sesuatu hal itu eksis atau tidak adalah dengan membandingkannya dengan realita. Pernyataan "kondisi tertentu" itu saja sudah merupakan penggambaran satu realita.
rahimii wrote: Oleh karena itu, cahaya jelas merupakan sesuatu karena ada energi padanya. Gelap lah yang bukan sesuatu tetapi tetap merupakan sebuah eksistensi yang tercipta tanpa perlu diciptakan sebagai akibat hilangnya keberadaan cahaya. Eksistensi sebuah domain ketiadaan cahaya karena keberadaan cahaya terbukti ada.
kuisa wrote:keliru, terang dan gelap takkan pernah disebut jika tidak ada cahaya, banyaknya cahaya mendefinisikan sesuatu disebut terang atau gelap.
rahimii wrote:Siapa yang ngomong terang adalah oposisi gelap? Saya bilang oposisi gelap adalah cahaya. Memang ajaib benar kamu, tidak punya malu sedikitpun. Saya jelas katakan cahaya adalah sesuatu karena merupakan energi. Tapi dengan b0dohnya bilang saya keliru. Kamu kemanakan analogi koin dan aktif pasif saya? Sengaja kamu tidak komentari karena saya keliru juga tong?
kuisa wrote:energi kok lawannya gelap [-X
Baca kembali pake otak dari awal. Siapa juga yang bilang kalau gelap lawannya energi. Ingat dengan analogi koinmu? Bila koin dilihat dari sisi depan, bisakah kau mendapat penglihatan akan sisi belakang secara bersamaan? Saat kau melihat sisi depan, itu akan menciptakan keadaan ketiadaan sisi belakang. Bila kau membalik untuk melihat sisi belakang, itu menciptakan keadaan ketiadaan sisi depan. Tiada dan berada sisi depan dan belakang eksis dalam satu keberadaan koin. Sisi depan adalah bukan sisi belakang, mereka selalu berbeda. Namun mereka membentuk satu koin yang sama. Sisi depan dan belakang bukanlah sekedar bagian dari koin, karena mereka tidak dapat dipisahkan. Idenya adalah koin memiliki dua domain yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan dan tidak perlu diciptakan secara tersendiri. Keberadaan sisi depan memunculkan keadaan ketiadaan sisi belakang. Karena ketiadaan ada, keberadaan dapat didefinisikan dan sebaliknya. Atau pikirkan tentang aktif dan pasif. Aktif melahirkan domain yang pasif dalam dirinya sendiri tanpa perlu diciptakan terpisah di satu tempat pada satu waktu. Keberadaan tuhan mewujudkan domain ketiadaan tuhan tanpa perlu diciptakan terpisah di satu tempat pada satu waktu yang berbeda.
Mirror 1: Panas dingin
Follow Twitter: @ZwaraKafir
User avatar
BlackKnight
Posts: 223
Joined: Sat Jan 30, 2010 11:24 pm

Re: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2

Post by BlackKnight »

rahimii wrote:Ingat dengan analogi koinmu? Bila koin dilihat dari sisi depan, bisakah kau mendapat penglihatan akan sisi belakang secara bersamaan? Saat kau melihat sisi depan, itu akan menciptakan keadaan ketiadaan sisi belakang. Bila kau membalik untuk melihat sisi belakang, itu menciptakan keadaan ketiadaan sisi depan. Tiada dan berada sisi depan dan belakang eksis dalam satu keberadaan koin. Sisi depan adalah bukan sisi belakang, mereka selalu berbeda. Namun mereka membentuk satu koin yang sama. Sisi depan dan belakang bukanlah sekedar bagian dari koin, karena mereka tidak dapat dipisahkan
ngga yakin banget kalo si kuisa ngerti :-k
Pasti makin keriting otaknya si kuisa...
Pasti nanti asal mangap lagi supaya terlihat eksis dengan kedogolan khas muslim.

Om rahimii, saya juga punya analogi koin.
Islam itu ibarat koin yang mempunyai 2 sisi, dimana satu sisi adalah fanatik buta sedangkan sisi satunya adalah keb0dohan akut, keduanya tidak dapat dipisahkan atau hanya memiliki 1 sisi. Tanpa keduanya, sudah pasti bukan islam... :rolling:
Mirror 1: Ingat dengan analogi koinmu?
Follow Twitter: @ZwaraKafir
User avatar
qprim
Posts: 259
Joined: Wed Nov 09, 2005 4:01 pm

Re: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2

Post by qprim »

kuisa wrote:Istilah suatu keadaan memunculkan keadaan lain tanpa diciptakan adalah pernyataan ngawur.
Belajar sportif Kuisa. Ini pernyataan anda bukan?
Teposeliro
Posts: 96
Joined: Wed Mar 26, 2014 1:47 am

Re: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2

Post by Teposeliro »

saya coba jelaskan yah.
koin memiliki 2 sisi, kalau koin cuma punya satu sisi, itu namanya bukan koin yang benar. sama seperti dadu yang ada 6 permukaan, keberadaan angka 1 2 3 4 5 dan 6 itu nyata tapi itu merupakan satu kesatuan yang tidak dapt dipisahkan. kalau kamu buang salah satunya maka itu bukan dadu yang benar. jadi yang dilihat adalah kesatuan dan fungsinya. Tuhan itu Esa ketika mampu ditunjukkan keesaannya. contoh kalimat, tidak ada seorangpun dapat datang kepada Bapa kalau bukan melalui aku dan siapa yang datang kepadaku pastilah dari Bapa. bukankah sebenarnya ini lebih seperti satu kesatuan. Pada kuran yang lucu adalah setan dan alloh dijadikan satu, jadi ada yang dibelokkan dan dipisahkan dan ada hanya untuk dimusnahkan keluar dari islam artinya kematian dan dibunuh oleh manusia. suatu ancaman yang mesti dijalankan yang berarti mamad dan allah satu kesatuan dengan mamad lebih tinggi padahal dalam syahadat juga dikatakan mesti mengakui alloh dan mamad, itulah koin islam.

sekarang ke panas dan dingin
kuisa mengatakan itu kata sifat, yang memang benar itu kata sifat. yang jadi masalah adalah kebenaran dari sifat tersebut, anda tidak bias membuktikan kedinginan suatu benda tapi ada bias menghitung kepanasan suatu benda. pengukuran dengan thermometer adalah mengukur seberapa panas suatu benda bukan seberapa dingin suatu benda. ketika semua molekul dianggap tidak bergerak dianggap suatu benda tidak memiliki panas adalah sekitar -273 celcius inilah yang disebut dengan dingin mutlak. jadi panas mampu dijelaskan secara nyata tapi dingin tidak bisa, dingin hanya didapatkan dari ketiadaannya panas. Makanya itulah tadi dijelaskan ketika konsep tuhan ada maka akan timbul dengan sendirinya keadaan ketiadaannya tuhan diorang tersebut itulah iblis.
sama seperti cahaya, terang dapat dihitung dengan banyaknya sinar atau lumen atau candela sedangkan gelap hanya bias dihitung dengan ketiadaanya atau makin sedikitnya terang. jadi terang dinyatakan dengan lumen makin kecil terangnya dianggap gelap.bukankah itu artinya kita dapat menjelaskan terang dengan ukuran tertentu tapi tidak dengan gelap. jadi gelap adalah keadaan semakin tidak adanya terang. sama seperti dingin. dan panas kan.
Mirror 1: Tuhan Pak Rahimii adalah 1+1=2
Follow Twitter: @ZwaraKafir
Post Reply