kuisa wrote:Wah, rupanya saya yang harus mengajar logika kepada ahli logika
di saat bersamaan harus ngajar bahasa juga.
Panas dingin
Panas dan dingin itu kata sifat. Tau kata sifat? suatu keadaan untuk menjelaskan suatu benda. Jadi tentu saja keduanya tidak eksis karena bukan benda itu sendiri.
Apa yang terukur untuk menentukan panas dingin? Temperatur/suhu. Untuk membuat sebuah benda menjadi panas, butuh energi untuk memanaskan, demikian juga sebaliknya untuk membuat sesuatu menjadi dingin, butuh energi untuk mendinginkan. Ada yang disebut transfer panas, lebih tepat transfer energi, dua benda dengan suhu berbeda akan mengalami transfer energi sampai suhu keduanya sama.
Sebutan panas dan dingin relatif terhadap kebutuhan, yang terukur adalah suhu, suhu sekian bisa disebut panas atau dingin tergantung apa yang diukur. Panas bisa diukur, dinginpun bisa diukur.
rahimii wrote:
Inilah sains ala padang pasir. Sungguh koplak mengatakan panas dan dingin sekedar penyebutan atau sifat. Itu karena otakmu demikian kecil sehingga menerjemahkan dalam bahasa indonesia HOT dan HEAT saja kamu tidak bisa.
Lebih koplak lagi mengatakan panas dan dingin tidak eksis karena bukan benda itu sendiri. Kamu belajar dimana mengatakan panas dan dingin adalah sekedar kata sifat? Dengan pernyataan subjektif akan kata sifat, kau tidak membuktikan bahwa “dingin” itu tidak ada, atau bahwa “dingin” ada tanpa status ontologis. Apa yang kau lakukan adalah menunjukkan bahwa “dingin” adalah istilah subjektif.
kuisa wrote:Hati2 kalau menulis, dimana saya salah menggunakan hot dan heat?
btw, ini universal kali, mau di padang pasir atau himalaya konsepnya sama, memang nyatanya kedua hal panas dingin adalah kata sifat/adjective.
rahimii wrote:Yang jelas kalau ngomong, jangan mengalihkan pembahasan ke masalah tata bahasa. Semua yang bisa dirasakan lewat indera, pastilah eksis. Panas eksis, dingin eksis. Indera manusia bisa merasakannya. Kamu bisa merasakannya tidak? Jawab ya atau tidak saja, gak usah mutar-mutar..
kuisa wrote:Si Pak Indra ini mendeteksi perubahan temperatur, jika lebih tinggi dari suhu badan disebutlah panas, jika lebih rendah disebutlah dingin,
jadi yang eksis adalah temperaturnya, panas dingin adalah kesimpulan dari nilai sebuah temperatur.
Kalau kamu bilang panas dan dingin itu sekedar kesimpulan dari nilai sebuah temperatur, coba kamu jawab pertanyaan ini. Mengapa ada es dan udara dingin yang sangat ekstrim di kutub? Disana gak ada kulkas atau AC lho..tapi kok dingin ya tong? Merujuk kepada argument mu, bahwa yang eksis adalah temperatur, apakah es dan udara dingin di kutub disebabkan ketiadaan temperatur atau ketiadaan panas? Jangan ngalor ngidul, jawab yang jelas saja tong..
rahimii wrote:
Ada atau tiada konsep istilah subjektif tersebut, eksistensi yang kita sebut “dingin” akan tetap ada. Mensubjektifkan istilah yang kita gunakan untuk merujuk kepada suatu fenomena tidak menghapuskan keberadaan fenomena tersebut. Lalu, bagaimana pula maksud dari pernyataan untuk membuat sebuah benda menjadi panas, dibutuhkan energi untuk memanaskan? Pada dasarnya panas itu sendiri adalah energi yang tersimpan di dalam suatu objek. Jadi kalimat yang menyatakan dibutuhkan energi untuk memanaskan agar membuat sebuah benda menjadi panas apakah pernyataan yang memiliki landasan atau sekedar modal congor?
kuisa wrote:Fenomena itukan sifatnya/gejala, objeknya adalah energy yang disebut heat menghasilkan 2 istilah, panas dan dingin.
Manasin air emang ga perlu kompor?
rahimii wrote:Asli saya ketawa..kamu memang lulusan sekolah taliban ranking terakhir ya? Untuk memanaskan sesuatu, yang terpikir di otakmu yang kecil adalah kau butuh kompor. Saya tidak akan jelaskan caranya. Silahkan kau belajar lagi gimana caranya mendidihkan air tanpa kompor atau alat pemanas. Kalau sudah tahu, baru balik lagi ya..Contoh lain untuk menguji kesehatan logikamu. Sakit kepala juga gejala / fenomena. Apakah karena sakit kepala bukanlah sesuatu (thing), maka sakit kepala tidak eksis?
kuisa wrote:Ga usah khawatir, ketawa tidak dilarang kok, saya biasanya pakai kompor, paling mudah sih, tapi saya butuh energi biar tuh air panas, energinya dari gas. Pak rahimii manasin air dirumah bagaimana? pake heater, dicolokin dulu ga?
Kalau gas habis dan listrik mati, si kuisa bingung manasin air karena dalam pikirannya energi panas itu adalah api yang keluar dari kompor dan gas..kwkwkw..
rahimii wrote:
Berikutnya, pernyataan lain dari modal congor adalah "sebaliknya untuk membuat sesuatu menjadi dingin, butuh energi untuk mendinginkan" Kita mengidentifikasi sesuatu sebagai dingin saat suhu menjadi lebih rendah. Tapi itu tidak berarti dibutuhkan sebuah energi untuk membuat "dingin", dingin adalah kondisi dimana hanya ada sedikit energi panas. Energi panas selalu bergerak dari sesuatu yang panas ke sesuatu yang lebih dingin. Tidak ada hal seperti energi dingin, sehingga objek hanya bisa menjadi dingin jika energi panas bergerak menjauh darinya. Jadi untuk membuat sesuatu menjadi dingin, justru tidak dibutuhkan energi tetapi jauhkanlah energi darinya.
kuisa wrote:Emangnya kulkas anda bisa dingin sendiri? colok dulu pak!
rahimii wrote:Hihihihi..habis kata-kata saya menggambarkan kekoplakanmu. Belajar lagi sana, gimana cara membuat air menjadi es tanpa kulkas atau alat pendingin. Belajarnya ke sekolah beneran, jangan sekolah taliban ya..
kuisa wrote:Mau sekolah taliban apa penabur sama aja, kulkas dicolok dulu
Kalau listrik mati, si kuisa kebingungan membuat air menjadi es..tapi jangan langsung mbleduk bunuh diri ya, bisa kok tanpa kulkas. Makanya pindah sekolah tong..
rahimii wrote:Karena itu, panas jelas merupakan sesuatu karena ada energi dan aktivitas kinetik padanya. Dingin lah yang bukan sesuatu tetapi tetap merupakan sebuah eksistensi yang tercipta tanpa perlu diciptakan sebagai akibat hilangnya keberadaan panas. Eksistensi sebuah domain ketiadaan panas karena keberadaan panas terbukti ada.
kuisa wrote:Itu boleh disebut heat, tapi bukan hot dan cold yang hanya sifat saja, sebutan yang diberikan untuk banyaknya nilai heat.
rahimii wrote:Sakit kepala juga gejala / fenomena dan bukan sesuatu (thing), apakah sakit kepala tidak ada?
kuisa wrote:Yang ada adalah kepalanya, sakit kepala itu suatu kondisi tidak stabil yang terjadi pada kepala, itu katasifat, masa ga ngerti2.
Kalau si kuisa jadi dokter, dia akan memberikan pelajaran bahasa indonesia soal kata sifat kepada pasiennya yang sakit kepala. Dia akan bilang sakit kepala itu tidak eksis, itu hanya kata sifat. Kalau si kuisa melihat dijalan ada pengemis yang kelaparan, dia akan bilang ke pengemis itu kalau lapar itu hanyalah kata sifat. Yang eksis adalah perut saja, jadi yang penting perut masih ada dan abaikan saja eksistensi rasa lapar itu. Itu cuma kata sifat..
kuisa wrote:Gelap terang
Gelap dan terang itu kata sifat. Tau kata sifat? suatu keadaan untuk menjelaskan suatu benda. Jadi tentu saja keduanya tidak eksis karena bukan benda itu sendiri.
Apa yang terukur untuk menentukan gelap terang? Cahaya. Terang gelap tergantung banyaknya cahaya dan relatif terhadap kebutuhan, kondisi pencahayaan tertentu bisa disebut gelap atau terang untuk keperluan yang berbeda. Terang bisa diukur, gelap juga bisa diukur.
rahimii wrote:Mengenai gelap dan terang, sedari awal yang saya oposisikan dari gelap adalah cahaya, bukan terang. Kau yang seenakmu menggantinya dengan terang. Saya mencerna dan memahami dulu setiap kata dan kalimat, tidak seperti kau yang sembrono dan asal cuap. Cahaya adalah sesuatu, terang tidak. Cahaya adalah sesuatu, gelap tidak. Cahayalah yang menghasilkan terang, sehingga opisisi gelap adalah cahaya. Kegelapan adalah ketiadaan cahaya. Dimanapun, untuk menentukan tingkat kegelapan, yang diukur adalah intensitas jumlah cahaya, bukan jumlah kegelapan.
kuisa wrote:Anda sedikit lagi setuju dengan penjelasan saya, terang dan gelap itu memang bukan sesuatu, hanya sebutan yang digunakan untuk mendefinisikan suatu nilai dari cahaya.
rahimii wrote:Saya dari awal sudah menjelaskan bahwa gelap bukanlah sesuatu. Mengapa pula saya yang menjadi sedikit lagi setuju dengan kau? Tapi saya masih punya rasio mengatakan bahwa gelap itu eksis meski itu bukanlah eksistensi yang mandiri akan dirinya sendiri. Tidak tahu malumu itu lho..
kuisa wrote:Yang eksis itu cahayanya, gelap terang adalah penilaian terhadap banyaknya cahaya tsb
Awalnya kau tidak bilang begitu. Awalnya kau bilang gelap juga bisa diukur tong..masih punya rasa malu tidak? Yang saya oposisikan dari awal terhadap gelap adalah cahaya. Hanya saya juga katakan gelap itu juga merupakan sebuah eksistensi yang tidak mandiri akan dirinya sendiri, sebagai efek yang tidak diciptakan akibat adanya eksistensi cahaya itu sendiri.
rahimii wrote:Tetapi perhatikan lagi pernyataanmu sang lulusan sekolah Taliban ranking terakhir : “Terang bisa diukur, gelap juga bisa diukur.”
Bagaimana caramu mengukur tingkat kegelapan? Apa instrumen yang akan kau gunakan? Cahaya dapat diukur karena itu adalah energi. Kegelapan bukanlah energi sehingga tidak akan dapat diukur. Apa yang kau lakukan adalah menunjukkan bahwa “gelap” adalah istilah subjektif. Ada atau tiada konsep istilah subjektif tersebut, eksistensi yang kita sebut “gelap” akan tetap ada. Mensubjektifkan istilah yang kita gunakan untuk merujuk kepada suatu fenomena tidak menghapuskan keberadaan fenomena tersebut.
kuisa wrote:keduanya, terang gelap adalah fenomena atau sifat, objeknya adalah cahaya
kuisa wrote:Sakit kepala juga gejala / fenomena, apakah sakit kepala tidak eksis? Bisamu hanya menelan ludah dimana-mana. Jawab yang ini : “Terang bisa diukur, gelap juga bisa diukur.” Itu kata-kata yang keluar dari congormu. Disatu sisi bilang gelap hanyalah kata sifat, telan ludah lagi bilang gelap bisa diukur. Tak tahu malu kamu..
kuisa wrote:Beneran ga ngerti maksud saya atau pura2 ga ngerti? gelap terang panas dingin semua kata sifat yang dilekatkan pada kondisi tertentu. Kondisi tertentu itu yang ada ukurannya, gelap adalah kondisi dengan intensitas cahaya sekian banyak tergantung siapa yang bicara sesuai keperluannya, demikian jg sifat2 lainnya yg saya sebutkan.
Kondisi tertentu itu eksis tidak tong? Kau itu hanya mutar-mutar dan sekedar tidak malu kalah saja. Sekarang apakah sebuah “kondisi tertentu”merupakan realita atau sekedar kata sifat? Salah satu cara untuk mengetahui sesuatu hal itu eksis atau tidak adalah dengan membandingkannya dengan realita. Pernyataan "kondisi tertentu" itu saja sudah merupakan penggambaran satu realita.
rahimii wrote:
Oleh karena itu, cahaya jelas merupakan sesuatu karena ada energi padanya. Gelap lah yang bukan sesuatu tetapi tetap merupakan sebuah eksistensi yang tercipta tanpa perlu diciptakan sebagai akibat hilangnya keberadaan cahaya. Eksistensi sebuah domain ketiadaan cahaya karena keberadaan cahaya terbukti ada.
kuisa wrote:keliru, terang dan gelap takkan pernah disebut jika tidak ada cahaya, banyaknya cahaya mendefinisikan sesuatu disebut terang atau gelap.
rahimii wrote:Siapa yang ngomong terang adalah oposisi gelap? Saya bilang oposisi gelap adalah cahaya. Memang ajaib benar kamu, tidak punya malu sedikitpun. Saya jelas katakan cahaya adalah sesuatu karena merupakan energi. Tapi dengan b0dohnya bilang saya keliru. Kamu kemanakan analogi koin dan aktif pasif saya? Sengaja kamu tidak komentari karena saya keliru juga tong?
kuisa wrote:energi kok lawannya gelap
Baca kembali pake otak dari awal. Siapa juga yang bilang kalau gelap lawannya energi. Ingat dengan analogi koinmu? Bila koin dilihat dari sisi depan, bisakah kau mendapat penglihatan akan sisi belakang secara bersamaan? Saat kau melihat sisi depan, itu akan menciptakan keadaan ketiadaan sisi belakang. Bila kau membalik untuk melihat sisi belakang, itu menciptakan keadaan ketiadaan sisi depan. Tiada dan berada sisi depan dan belakang eksis dalam satu keberadaan koin. Sisi depan adalah bukan sisi belakang, mereka selalu berbeda. Namun mereka membentuk satu koin yang sama. Sisi depan dan belakang bukanlah sekedar bagian dari koin, karena mereka tidak dapat dipisahkan. Idenya adalah koin memiliki dua domain yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan dan tidak perlu diciptakan secara tersendiri. Keberadaan sisi depan memunculkan keadaan ketiadaan sisi belakang. Karena ketiadaan ada, keberadaan dapat didefinisikan dan sebaliknya. Atau pikirkan tentang aktif dan pasif. Aktif melahirkan domain yang pasif dalam dirinya sendiri tanpa perlu diciptakan terpisah di satu tempat pada satu waktu. Keberadaan tuhan mewujudkan domain ketiadaan tuhan tanpa perlu diciptakan terpisah di satu tempat pada satu waktu yang berbeda.
Mirror 1: Panas dingin
Follow Twitter: @ZwaraKafir