...Menjelang Hari Natal, saya ingin mengutip dan menerjemahkan pengalaman yang sangat menyentuh dari seorang ibu tunggal, penyiar TV, mantan muslimah dari Turki, yang saya ambil dari Facebook-nya.
My First Christmas After receiving Jesus as my Lord and Savior
By Isik Abla
I was a single mother at that time who was trying to survive. My daughter was 4 years old. It was our first Christmas. We were also part of a Christmas play at our church. I had $ 29 for Christmas for shopping saved up. I asked my daughter what she wanted for Christmas. She said, "Mom, I want a big Christmas tree with lights, colors and everything on it. I said, "Just pray honey. Just pray to Jesus." Couple of weeks before Christmas, one morning she woke up and said, "Mom, Jesus told me He is going to give us the tree today."
I smiled. I didn't want to discourage her faith. But to be honest in my heart I had no hope about the tree. After I picked her up from school, we were in the car driving home. She exclaimed, "Mom, stop the car! These is the store we are going to get the tree." My daughter never insist or cry for a toy or anything. Almost at age four she knew our situation and never asked for anything. It was the first time, she was so passionate about the tree. She begged me, "Mom, please, please this is the store." it was Sears :) So I thought she knew about the store. I couldn't resist and parked the car. My credit was in bad shape."I can not use my credit card." I thought. But somehow, I followed the four year old girl who was full of faith believing we were going to walk out of the store with a huge Christmas tree. She was holding my hand and dragging me. We were in the tree department. The trees were hundreds of Dollars. My daughter stopped in front of this beautiful, big Christmas tree which was already decorated and had beautiful ornaments and lights on it. She shouted, "This is the tree I want!" At that moment my heart was bleeding. I felt so guilty of obeying her and feeding into her dream. I was about to choke into tears. I said, "Honey, this is for next year. This year, we will get a small one. Not from this store." I had a thrift store in mind. Then one of the workers came and asked. "Is there anything I can help you with mam?" I said, "No thank you. We are just looking." But no. My daughter said, "Yes, this is the tree, we want to buy." The sales clerk smiled and looked at me. I said, "I am sorry. She has her own mind today. We can not afford this tree. Next year." I wanted this to be over. The clerk said, "Mam, I am sure we can do something about it." Before I said anything, she continued, "I am the manager. And this tree is a demo. Whatever you can afford to pay, it will be yours." I took the money from my purse and showed her. "This is all I have." She said, "Then the tree is yours." She called two associates and ordered them to put everything in boxes and carry to my car. She said, "MERRY CHRISTMAS!" I was in tears. My daughter was just giggling and rejoicing. She said, "I told you Mom. Jesus promised me." I said, "I know darling. He always keeps His promises!"
Source:
http://www.facebook.com/isikablatv
==========xXx==========
Natal Pertamaku setelah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Penyelamatku
Oleh Isik Abla
Pada waktu itu aku seorang ibu tunggal yang berusaha untuk bertahan hidup. Putriku berumur 4 tahun. Saat itu adalah menjelang hari natal pertama bagi kami. Kami juga aktif dalam kegiatan natal di gereja kami. Aku memiliki $ 29 untuk membeli berbagai keperluan natal. Aku tanya pada putriku apa yang dia inginkan di hari natal ini. Dia berkata, “Ma, aku ingin satu pohon natal besar dengan lampu-lampu, berwarna-warni dan berbagai macam lengkap ada. Aku katakan, “Berdoa lah sayang. Berdoa saja kepada Yesus.” Beberapa minggu sebelum natal, di suatu pagi dia bangun dan berujar, “Ma', Yesus mengatakan kepadaku bahwa Dia akan memberi pohon kepada kita hari ini.”
Aku tersenyum. Aku tidak ingin melemahkan keyakinannya. Tetapi sejujurnya dari lubuk hatiku, aku tidak memiliki harapan mendapat pohon. Setelah dia aku jeput dari sekolah, kami sedang dalam perjalanan pulang. Dia berkata, “Ma, hentikan mobil ini! Dari toko ini kita akan mendapat pohon natal.” Putriku tidak pernah mendesak atau menangis untuk mendapatkan mainan atau apa pun. Dalam usianya menjelang empat tahun dia mengetahui situasi kami dan tidak pernah meminta apa pun. Itu lah pertama kali, dia begitu mendambakan sebuah pohon. Dia memohon, “Ma', tolong, tolong, ini lah tokonya.” Toko Sears. Sehingga aku kira dia mengetahui toko itu. Aku tidak bisa menolak dan memarkir mobil kami. Kreditku sedang dalam keadaan buruk. “Aku tidak bisa menggunakan kartu kreditku,” pikirku. Tapi entah mengapa, aku mengikuti saja gadis empat tahun yang penuh keyakinan bahwa kami akan keluar dari toko itu dengan memboyong sebuah pohon natal besar. Dia mencekal tanganku dan menyeretku. Kami berada di bagian penjualan pohon natal. Harga pohon-pohon itu ratusan dollar. Putriku berhenti di depan pohon natal yang besar dan indah, yang sudah didekorasi dengan berbagai pernik-pernik dilengkapi lampu-lampu. Dia berteriak, “Ini lah pohon yang kuinginkan!” Pada detik itu hatiku berdarah. Aku merasa begitu bersalah menurutinya dan seolah-olah bisa memenuhi mimpinya. Air mataku sudah hampir menetes. Aku katakan, “Sayang, yang ini untuk tahun depan. Tahun ini, kita akan mendapat yang kecil saja. Tidak dari toko ini.” Aku punya pikiran untuk membelinya dari toko serba murah. Lalu salah seorang dari pekerja datang dan bertanya. “Adakah yang bisa saya bantu, bu?” Aku jawab, “Tidak, terima kasih. Kami hanya melihat-lihat saja.” Tetapi ampun. Putriku menyela, “Ya, ini dia pohon yang ingin kami beli.” Penjaga toko itu tersenyum dan menatapku. Aku katakan, “Mohon maaf. Dia punya pikiran sendiri hari ini. Kami tidak sanggup membeli pohon ini. Tahun depan.” Aku ingin segera hal itu berakhir. Penjaga toko itu (seorang perempuan) berkata, “Ibu, saya yakin kami dapat melakukan sesuatu menyangkut hal itu.” Sebelum aku mengatakan apa-apa, di meneruskan, “Saya adalah menejer. Dan pohon ini adalah demo. Berapa pun kesanggupan ibu, pohon itu jadi milik ibu.” Aku keluarkan uang dari dompetku dan menunjukkannya. “Hanya ini semua yang kumiliki.” Dia berkata, “Yah, pohon itu menjadi milik ibu.” Dia memanggil dua temannya dan menyuruh mereka memasukkan semuanya ke dalam dus dan mengantarnya ke mobilku. “SELAMAT HARI NATAL!” ujarnya. Air mataku berlinang. Putriku berjoget kegirangan. Katanya, “Kan sudah kukatakan, ma'. Yesus menjanjikannya padaku.” Aku menyahutnya, “Aku tahu, sayang. Dia selalu menepati janjinya!”
...Bandingkan lah sikap ibu itu dengan sikap banyak muslim di negeri ini, yang mengucapkan selamat natal saja keberatan. Banyak muslim memang menjadi bebal karena ajaran nabinya, sehingga tidak memiliki dan menerapkan prinsip sederhana:
"Bila saya dapat menyenangkan orang lain tanpa merugikan saya, pasti akan saya lakukan!"
...Semoga ms Vhee dan muslimah lainnya memerlakukan putra-putrinya seperti kisah di atas. Dan siapa tahu ada muslimah kita yang ingin menyamai bahkan mengalahkan Isik Abla.