Islam dan Perbudakan

Benturan dan bentrokan antara Islam dengan agama-agama dan peradaban lain di seluruh penjuru dunia.
User avatar
Foxhound
Posts: 5006
Joined: Sun Mar 18, 2007 6:02 pm
Location: FFI
Contact:

Islam dan Perbudakan

Post by Foxhound »

Di FFI ini, setiap kali berdebat dengan soal Ma Malakat Aymanukum, saya selalu menjumpai argumen dari muslim yang berkata "Islam menghapuskan perbudakan"

Benarkah demikian? Tentu tidak. Meskipun AlQuran mengajarkan pembebasan budak sebagai denda atau hukuman, di lain sisi Islam juga justru mengajarkan untuk memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual.

Tetapi lepas dari perdebatan tentang ini, yang tentunya akan juga menguras tenaga, bukti empiris lapangan justru memang menunjukkan bahwa praktek perbudakan justru masih banyak dilakukan di negara2 Islam.


http://en.wikipedia.org/wiki/Islam_and_slavery
The Arab slave trade was most active in West Asia, North Africa and East Africa. By the end of the 19th century, such activity had reached a low ebb. In the early 20th century (post World War I) slavery was gradually outlawed and suppressed in Muslim lands, largely due to pressure exerted by Western nations such as Britain and France.[2] However, slavery claiming the sanction of Islam is documented presently in the African republics of Chad, Mauritania, Niger, Mali and Sudan.[10][11][12]


Terjemahan:
Sampai pada akhir abad ke 19 perdagangan budak Arab adalah yang paling aktif di Asia Barat, Afrika Utara dan Afrika Timur. Awal abad ke 20 setelah PD I, perbudakan secara perlahan mulai dilarang dan ditekan di daerah-daerah Muslim, sebagian besar karena tekanan dari negara-negara Barat seperti Inggris dan Perancis. Meskipun demikian, perbudakan atas nama hukum Islam masih ditemukan saat ini di negara2 Afrika seperti Chad, Mauritania, Nigeria, Mali dan Sudan.

Bahwa Islam menghapus perbudakan, adalah seperti biasa, klaim dari penganut agama ini. Islam memang penuh berisi klaim-klaim kosong, tuduhan, fitnah, sumpah palsu dan rupa-rupa kebohongan lainnya (taqiya, kitman). Tetapi kenyataannya, Islam terpaksa meninggalkan praktek tersebut karena ditekan Barat, dan mungkin karena itu juga Islam selalu menyimpan dendam dengan Barat dan kemudian balik menjelek2kan ideologi Barat.

Perbudakan seperti jaman dahulu, memang sekarang sudah dikatakan tidak akan bisa dijumpai secara nyata. Tetapi praktek perdagangan manusia ini masih sangat banyak ditemukan secara sembunyi2. Human trafficking, masih banyak terjadi di seluruh penjuru dunia ini. Selain menggunakan penculikan dan pemerasan, sebagian juga dilakukan dengan cara membuat korban kecanduan obat terlarang.

Image

Tingkat perlindungan terhadap korban2 trafficking di atas digambarkan dengan warna Hijau (tier 1), Kuning (Tier 2), Oranye (Tier 3) dan Merah (Tier 4)

Dari peta di atas, justru negara2 Barat adalah yang mempelopori perlindungan menyeluruh terhadap korban2 human trafficking. (Hijau - Tier 1).
Sedangkan Arab Saudi sendiri justru tidak mematuhi sama sekali aturan2 perlindungan tersebut (Merah - Tier 4).

Islam meskipun berkelit dan mengklaim bahwa mereka pelopor dari penghapusan budak, ideologi fasisme mereka juga merupakan ancaman terhadap golongan manusia yang lain. Segala ideologi yang mengajarkan suatu golongan manusia punya nilai lebih tinggi dari manusia yang lain, punya satu nafas dengan ideologi perbudakan. Jadi secara ideologi sendiri, Islam sudah mengajarkan itu ke alam bawah sadar.

Islam, tidak pernah menghapuskan perbudakan. Bukan hanya karena memperkenalkan pembebasan budak sebagai suatu alternatif sanksi yang harus dibayar atau melakukannya dalam negosiasi perang, lantas bisa diklaim itu artinya Islam menghapus perbudakan.
User avatar
Metalizer
Posts: 1292
Joined: Sun Oct 17, 2010 12:11 pm
Location: Salib kasih... Tarutung.
Contact:

Re: Islam dan Perbudakan

Post by Metalizer »

Foxhound wrote:Di FFI ini, setiap kali berdebat dengan soal Ma Malakat Aymanukum, saya selalu menjumpai argumen dari muslim yang berkata "Islam menghapuskan perbudakan"



Benarkah demikian? Tentu tidak. Meskipun AlQuran mengajarkan pembebasan budak sebagai denda atau hukuman, di lain sisi Islam juga justru mengajarkan untuk memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual.

hoalaaah..Fox..Fox..

Kamu belajar dulu memahami, apa yang dimaksud dgn "mengajarkan" disini :

http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... ma-t43402/
oglikom
Posts: 3375
Joined: Tue May 04, 2010 11:33 pm

Re: Islam dan Perbudakan

Post by oglikom »

@Methel
Anda tambah lama tambah mempermalukan muhammad dengan tidak mengenali Pengajarannya.... :-k
User avatar
mikimos
Posts: 3187
Joined: Tue Jul 15, 2008 7:01 pm
Location: Indonesia Faith Freedom

Re: Islam dan Perbudakan

Post by mikimos »

Saya tambahin dikit.... dari thread saya, namun yang saya kutipkan adalah tulisan dari netter AIR yang menanggapi ayat An-Nisa : 92, Al-Maidah : 89, dan AL-Mujadilah : 3 yang diajukan muslim untuk memoles argumen bahwa Islam menghapuskan perbudakan:

http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... ml#p584497
CRESCENT-STAR wrote:… dan barangsiapa membunuh seorang mu’min karena tersalah ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman … (QS An-Nisa : 92)

“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud, tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak… (QS Al-Maidah : 89)

Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka hendaklah memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur… (QS. AL-Mujadilah : 3)
Selengkapnya saya bahas dibawah ini:

1.
Image
QS An-Nisa : 92 wrote:[4:92]Dan tidak layak bagi seorang mu'min membunuh seorang mu'min (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja)334, dan barangsiapa membunuh seorang mu'min karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat335 yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah336.

Jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya337, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Ayat ini tidak menunjukkan itikad baik pembebasan budak. Saya melihat ada syarat-syarat tertentu dimana seorang budak dimerdekakan.
- Syarat: barangsiapa membunuh seorang mu'min karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat

Pertanyaannya: Mengapa harus menunggu muslim membunuh muslim baru kemudian seorang budak boleh dibebaskan?
Saya sangat setuju dengan tulisan bung Adadeh dikatakan bahwa:
Apa kau tidak merasa hal yang janggal dari aturan Allah SWT ini? Mengapa musti menunggu sampai ada kejadian Muslim bunuh Muslim terlebih dahulu agar bisa membebaskan budak? Dalam ayat ini budak dianggap sebagai keping2 uang penghapus dosa yang harus dibayar pada Allah. Aneh sekali, bukan? Kalau memang niatnya adalah untuk menghapus perbudakan, ya jangan menyerang suku kafir dan memperbudak tawanan perang, dong. Kan sebenarnya mudah kalau memang punya niat baik untuk menerapkan penghapusan perbudakan?
Dan anda bisa membaca masalah Islam dan Perbudakan selengkapnya disini: Resource Center tentang Perbudakan klik saja!

2.
Image
QS Al-Maidah : 89 wrote:[5:89] Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak.

Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya).
Saya juga tidak menjumpai itikad baik penghapusan perbudakan di ayat ini sebab penghapusan budak merupakan hukuman atas sebuah pelanggaran terhadap sumpah yang sengaja dilakukan muslim. Jadi, ayat ini tidak benar-benar diserukan agar budak-budak dibebaskan. Pembebasan budak merupakan hukuman akibat pelanggaran sumpah.

- Syarat: Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak.

Pertanyaannya: Mengapa harus menunggu seorang muslim melanggar sumpahnya sendiri baru membebaskan budak. Ini sangat aneh!

3.
Image
QS. AL-Mujadilah : 3 wrote:[58:3] Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Saya juga tidak melihat adanya itikad baik dari ayat ini untuk membebaskan seorang budak. Ayat ini pun merupakan pembebasan budak karena sebuah pelanggaran hukum zhihar. Dan sebelum dia mencabut kembali kata-katanya, maka isterinya haram baginya untuk digauli. Untuk mencabut kembali kata-kata zhihar itu adapun kaffarah atau denda dari zhihar ini yang menandakan seseorang mencabut kembali kata-katanya:
Pembebasan budak!

- Syarat: Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur.

Pertanyaannya: Mengapa harus menunggu ada kasus pelanggaran zhihar agar budak dibebaskan?

PEMBEBASAN BERSYARAT BUKAN ITIKAD BAIK

Dari ketiga ayat di atas, saya tidak melihat Allah hendak membebaskan budak. Tetapi di sini Allah tetap memperbolehkan perbudakan itu sendiri. Allah hanya membebaskan budak berdasar hukuman atas pelanggaran yang dilakukan muslim. Budak bisa bebas dengan syarat muslim melakukan pelanggaran-pelanggaran bukan karena Allah SWT menghendaki pembebasan bagi mereka. Duet maut Allah SWT dan Muhammad SAW tidak menggambarkan bahwa mereka benar-benar ingin membebaskan perbudakan. Saya hanya mendengar musik FALS ketika mereka menyanyikannya bersama lagu pembebasan budak.


AIR
User avatar
Metalizer
Posts: 1292
Joined: Sun Oct 17, 2010 12:11 pm
Location: Salib kasih... Tarutung.
Contact:

Re: Islam dan Perbudakan

Post by Metalizer »

Untuk masa itu, bandingkan dengan ajaran kafir...Terobosan apa yang sudah dibuat ajaran kafir untuk menghapus perbudakan ?

Jangan2 cuma modal ngomel2 doang...
GLUESTICK
Posts: 205
Joined: Fri Feb 20, 2009 10:05 am
Location: Freshair

Re: Islam dan Perbudakan

Post by GLUESTICK »

Ajaran muhammad/allah justru memberi peluang kepada perbudakan, krn dia memberi aturan perlakuan thd budak TAPI tidak memberikan definisi yg jelas tentang “BUDAK”. Sehingga setiap umatnya bisa menafsirkan sesuka hati bahwa pembantu adalah budaknya utk kemudian boleh diperlakukan sesuai petunjuk muhammad/allah.
Contoh:
Ahmed adalah seorang warga arab saudi beragama islam, memiliki pembantu (tkw) bernama kasiyem yg berasal dari gunung kidul.
Karena tdk ada definisi yg jelas dari muhammd/allah tentang budak, maka si ahmed bisa menafsirkan bahwa kasiyem adlh budaknya, dan si ahmed bisa menafsirkan bahwa:
- Kasiyem adalah halal untuk disetubuhi meskipun tanpa dinikahi.
- Kasiyem tdk punya hak utk menolak keinginan tuannya jika tuannya ingin berhubungan sex dengannya.
Maka terjadilah peristiwa pemerkosaan islamiah oleh ahmed terhadap kasiyem, krn pada saat ahmed ingin menyetubuhi dirinya kasiyem tdk mau, namun si ahmed merasa memiliki hak terhadap kasiyem krn kasiyem adlh budaknya.
Jadi peristiwa tercela tersebut terjadi karena muhammad/allah membolehkan perlakuan tercela kepada budak tapi tidak memberikan definisi yg jelas tentang budak.
Perbudakan tdk pernah dihapuskan oleh muhammad/allah krn dia justru memberikan hak kepada tuan terhadap budak dan yg terpenting dia tidak memberi definisi yg jelas tentang budak sehingga setiap umatnya bisa memiliki budak menurut tafsirannya sendiri.
Perbudakan bisa dikatakan dihapus oleh islam jika muhammad/allah pernah mengeluarkan perintah “Jangan memiliki budak”,”tidak dibenarkan bagi umatku utk memiliki budak” dan sejenisnya.
Gluestick
Recap after use
oglikom
Posts: 3375
Joined: Tue May 04, 2010 11:33 pm

Re: Islam dan Perbudakan

Post by oglikom »

Metalizer wrote:Untuk masa itu, bandingkan dengan ajaran kafir...Terobosan apa yang sudah dibuat ajaran kafir untuk menghapus perbudakan ?

Jangan2 cuma modal ngomel2 doang...
Kok tanya kapir, yang kagak pernah sesumbar seperti islam sebagai penyempurna dan rahmatan lil'alamin..... !!!!!?[-X
User avatar
Foxhound
Posts: 5006
Joined: Sun Mar 18, 2007 6:02 pm
Location: FFI
Contact:

Re: Islam dan Perbudakan

Post by Foxhound »

Metalizer wrote:hoalaaah..Fox..Fox..
Kamu belajar dulu memahami, apa yang dimaksud dgn "mengajarkan" disini :
http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... ma-t43402/
Di thread yang kamu pura2 tidak membaca pertanyaan saya sekali lagi ya?!?
Foxhound wrote:Poligami, larangan, atau perintah?
User avatar
Metalizer
Posts: 1292
Joined: Sun Oct 17, 2010 12:11 pm
Location: Salib kasih... Tarutung.
Contact:

Re: Islam dan Perbudakan

Post by Metalizer »

Stay focus dengan pembahasan judul threadmu fox...

Fitnah Kamu mengatakan :
Foxhound wrote: di lain sisi Islam juga justru mengajarkan untuk memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual.
coba tunjukkan dalilnya ajaran islam yang memerintahkan muslim untuk memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual.

Sementara Untuk membantah pernyataanmu diatas, aku sendiri sudah menyiapkan amunisi...

Islam justru melarang untuk memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual.

An Nuur : 33
Dan orang-orang yang tidak
mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan budak-budak yang kamu miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu
mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta
Allah yang dikaruniakan-Nya
kepadamu. Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini
kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barangsiapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada
mereka) sesudah mereka dipaksa itu.
User avatar
Foxhound
Posts: 5006
Joined: Sun Mar 18, 2007 6:02 pm
Location: FFI
Contact:

Re: Islam dan Perbudakan

Post by Foxhound »

Metalizer wrote:Stay focus dengan pembahasan judul threadmu fox...

Fitnah Kamu mengatakan :
Foxhound: di lain sisi Islam juga justru mengajarkan untuk memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual.

coba tunjukkan dalilnya ajaran islam yang memerintahkan muslim untuk memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual.

Sementara Untuk membantah pernyataanmu diatas, aku sendiri sudah menyiapkan amunisi...

Islam justru melarang untuk memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual.

An Nuur : 33
Dan orang-orang yang tidak
mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan budak-budak yang kamu miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu
mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta
Allah yang dikaruniakan-Nya
kepadamu. Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini
kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barangsiapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada
mereka) sesudah mereka dipaksa itu.
Saya akan stay focus, kalau lawan bicara saya bisa melakukan hal yang sama. Kenapa saya harus menuruti tuntutanmu? Padahal engkau tidak bisa berlaku yang sama? Saya tidak bermaksud membalas, tetapi diskusi/debat/adu argumen itu membutuhkan minimal dua orang berbeda pendapat yang bisa saling mengajukan argumen on the solid ground. Kalau tidak, repot nulis dengan solid argument dan referensi2 juga buntutnya direply dengan olok-olok, ad hominem dan triumphalist comment.... terus ngacirrr

Karena ada tertulis: "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu."


Memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual, tidak berarti hanya bisa diimplementasikan dengan menjadikan mereka pelacur.

Lagipula, kalau maksud saya adalah menjadikan mereka pelacur... saya tidak akan menggunakan istilah "Memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual", tetapi "Mengkaryakan budak perempuan sebagai dagangan seksual". Memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual, ya tentu artinya dipakai sendiri.

Al Mu'minuun 23:1-6
Al Maarij 70:29-30

Islam mengajarkan bahwa siapa yang menjaga kelaminnya kecuali terhadap isteri-isteri maupun budak-budak mereka, adalah orang yang mukmin. Dengan arti kata, Islam menghalalkan muslim untuk mengumbar kelaminnya terhadap budak-budak, bahkan masih diembel2i dengan sebutan orang yang mukmin.

Sebagai perbandingan moral, bahkan negara Barat, mengategorikan sex pada anak di bawah umur 18 tahun yang dilakukan oleh orang yang berumur di atas 18 tahun, sebagai bagian dari sexual slavery. Tetapi ini hanya untuk memberikan pengertian moral kepada otakmu yang sudah diracuni oleh Islam, bukan ini yang jadi dasar argumen saya.

Secara sunnah, Muhammad juga sudah mengajarkannya melalui teladan hidupnya....
User avatar
Metalizer
Posts: 1292
Joined: Sun Oct 17, 2010 12:11 pm
Location: Salib kasih... Tarutung.
Contact:

Re: Islam dan Perbudakan

Post by Metalizer »

Metalizer wrote:coba tunjukkan dalilnya ajaran islam yang memerintahkan muslim untuk memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual.



Sementara Untuk membantah pernyataanmu diatas, aku sendiri sudah menyiapkan amunisi...



Islam justru melarang untuk memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual.



An Nuur : 33

Dan orang-orang yang tidak

mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan budak-budak yang kamu miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu

mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta

Allah yang dikaruniakan-Nya

kepadamu. Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini

kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barangsiapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada

mereka) sesudah mereka dipaksa itu.
Foxhound wrote:

Memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual, tidak berarti hanya bisa diimplementasikan dengan menjadikan mereka pelacur.



Lagipula, kalau maksud saya adalah menjadikan mereka pelacur... saya tidak akan menggunakan istilah "Memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual", tetapi "Mengkaryakan budak perempuan sebagai dagangan seksual". Memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual, ya tentu artinya dipakai sendiri.

yang jelas memaksa budak untuk melakukan perbudakan = memperlakukan budak sebagai obyek sexual...

Pelacur adalah obyek sexual, yang dijual itu vaginanya...Orang yang mencari pelacur itu orientasinya pasti sex, tidak ada orang mencari pelacur cuma untuk dikilik2 telapak kakinya...

Ayat an nur : 33 diatas berisi larangan untuk memaksa budak berbuat pelacuran, dgn adanya larangan berarti ini masuk ranah ajaran...

Dengan demikian Islam justru melarang untuk memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual.
foxhound wrote: Al Mu'minuun 23:1-6

Al Maarij 70:29-30



Islam mengajarkan bahwa siapa yang menjaga kelaminnya kecuali terhadap isteri-isteri maupun budak-budak mereka, adalah orang yang mukmin.
Dengan arti kata, Islam menghalalkan muslim untuk mengumbar kelaminnya terhadap budak-budak, bahkan masih diembel2i dengan sebutan orang yang mukmin.
kembali kamu menggunakan kata "mengajarkan" pada kalimat yang tidak tepat peruntukanya...

Ajaran adalah perintah dan larangan.

Nah, tidak ada di ayat itu perintah kepada muslim untuk mengumbar2 kelaminya kepada budak2 mereka.
User avatar
Metalizer
Posts: 1292
Joined: Sun Oct 17, 2010 12:11 pm
Location: Salib kasih... Tarutung.
Contact:

Re: Islam dan Perbudakan

Post by Metalizer »

Pembantu Rumah Tangga dan Para Budak

1. Abu Sa'id Al Badri berkata, "Aku sedang menyambuk budakku yang muda, lalu aku mendengar suara orang menyeru
dari belakangku. Orang itu berkata, "Ketahuilah hai Aba Mas'ud." Sungguh aku tidak tahu suara siapakah itu karena ketika itu aku sedang berang (marah). Ketika orang itu mendekatiku tahulah aku ternyata yang datang adalah Rasulullah Saw. Beliau berkata, "Ketahuilah hai Aba Mas'ud...Ketahuilah hai Aba Mas'ud." Mendengar perkataan itu aku campakkan cambuk dari tanganku. Beliau kemudian melanjutkan ucapannya, "Ketahuilah, hai Aba Mas'ud, sesungguhnya Allah lebih mampu bertindak terhadapmu daripada tindakanmu terhadap anak muda itu." Aku spontan menjawab, "Ya Rasulullah, dia sekarang ini aku merdekakan karena Allah." Nabi Saw berkata, "Kalau kamu tidak memerdekakannya maka api neraka akan menjilatmu." (HR. Muslim)

2. Seorang sahabat berkata kepada Rasulullah Saw, "Pelayan (pembantu rumah tangga) saya berbuat keburukan dan kezaliman." Nabi Saw menjawab, "Kamu harus memaafkannya setiap hari tujuh puluh kali." (HR. Al-Baihaqi)

3. Apa yang kamu ringankan dari pekerjaan pembantumu bagimu pahala di neraca timbanganmu. (HR. Ibnu Hibban)

4. Bagi seorang budak jaminan pangan dan sandangnya. Dia tidak boleh dipaksa melakukan pekerjaan yang tidak mampu dilakukannya. (HR. Muslim)

5. Pelayan-pelayanmu adalah saudara-saudaramu. Allah menjadikan mereka bernaung di bawah kekuasaanmu. Barangsiapa saudaranya yang berada di bawah naungan kekuasaannya hendaklah mereka diberi makan serupa dengan yang dia makan dan diberi pakaian serupa dengan yang dia pakai. Janganlah membebani mereka dengan pekerjaan yang tidak dapat mereka tunaikan. Jika kamu memaksakan suatu pekerjaan hendaklah kamu ikut membantu mereka. (HR. Bukhari)

6. Ada tiga golongan orang yang kelak pada hari kiamat akan menjadi musuhku. Barangsiapa menjadi musuhku maka aku memusuhinya. Pertama, seorang yang berjanji setia kepadaku lalu dia ingkar (berkhianat). Kedua, seorang yang menjual orang yang merdeka (bukan budak) lalu memakan uang harga penjualannya. Ketiga, seorang yang mengkaryakan (memperkerjakan) seorang buruh tapi setelah menyelesaikan pekerjaannya orang tersebut tidak memberinya upah. (HR. Ibnu Majah)

7. Jangan memukul budak perempuanmu hanya karena dia memecahkan barang pecah- belahmu. Sesungguhnya barang pecah-belah itu ada waktu ajalnya seperti ajalnya manusia. (HR. Abu Na'im dan Ath-Thabrani)

8. Berikanlah kepada buruh upahnya sebelum kering keringatnya. (HR. Abu Ya'la)

9. Apabila seseorang memukul pelayannya (pembantunya) lalu dia menyebut Allah maka hendaklah dia mengangkat tangannya (menghentikan niat memukul). (HR. Tirmidzi dan Ahmad)

10. Berdosalah orang yang menahan pemberian pangan kepada orang yang menjadi tanggungannya. (HR. Muslim)

11. Nabi Saw melarang memperkerjakan seorang buruh sebelum jelas upah yang akan diterimanya. (HR. An-Nasaa'i)

12. Menzhalimi upah terhadap buruh termasuk dosa besar. (HR. Ahmad)

13. Seorang budak yang setia kepada tuannya dan beribadah kepada Robbnya dengan baik maka baginya dua kali lipat pahala. (HR. Asysyihaab)

14. Barangsiapa yang merusak hubungan pelayannya dengan keluarganya bukanlah dia dari golongan kami dan barangsiapa yang merusak hubungan seorang wanita dengan suaminya maka dia juga bukan termasuk golongan kami. (HR. Al-Baihaqi)

Sumber: 1100 Hadits Terpilih
(Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press
User avatar
duren
Posts: 11117
Joined: Mon Aug 17, 2009 9:35 pm
Contact:

Re: Islam dan Perbudakan

Post by duren »

Asyik si Jems ada kemajuan dikit , mulai menggunakan referensi hadis .. walau dari sumber abal abal yang ga bisa kita crosscek =D>
User avatar
Foxhound
Posts: 5006
Joined: Sun Mar 18, 2007 6:02 pm
Location: FFI
Contact:

Re: Islam dan Perbudakan

Post by Foxhound »

Metalizer wrote: yang jelas memaksa budak untuk melakukan perbudakan = memperlakukan budak sebagai obyek sexual...
Saya tidak mengerti kalimat di atas... silahkan jelaskan kembali.
Pelacur adalah obyek sexual, yang dijual itu vaginanya...Orang yang mencari pelacur itu orientasinya pasti sex, tidak ada orang mencari pelacur cuma untuk dikilik2 telapak kakinya...

Ayat an nur : 33 diatas berisi larangan untuk memaksa budak berbuat pelacuran, dgn adanya larangan berarti ini masuk ranah ajaran...
Dengan demikian Islam justru melarang untuk memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual.
Islam secara general, sunni dan syiah, kamu larikan ke kepercayaan pribadimu yang tidak mau ikut hadits dan sunnah, dan maunya kemudian bahas dari sudut itu mulu.
Sumpah secara general, kamu larikan ke kesaksian dan nasar dan maunya hanya bahas soal kesaksian dan nasar
Sekarang budak sebagai obyek seksual secara general, kamu larikan dan khususkan ke pelacuran dan maunya bahas soal pelacuran

Geblek...apa geblek?!?!

Debat gaya gini, tidak perlu saya layani. Masak saya harus memberi kamu pelajaran terus menerus? Toh buntutnya nyrekal. Saya tidak bicara soal pelacuran!!!

Dan argumen saya sudah cukup jelas, dan di bawah ini seperti biasa, senjata muslim yang lain, mengalihkan issue.... meskipun juga kelihatan tambah longor...
foxhound wrote: Al Mu'minuun 23:1-6
Al Maarij 70:29-30
Islam mengajarkan bahwa siapa yang menjaga kelaminnya kecuali terhadap isteri-isteri maupun budak-budak mereka, adalah orang yang mukmin.
Dengan arti kata, Islam menghalalkan muslim untuk mengumbar kelaminnya terhadap budak-budak, bahkan masih diembel2i dengan sebutan orang yang mukmin.
Metalizer wrote:kembali kamu menggunakan kata "mengajarkan" pada kalimat yang tidak tepat peruntukanya...
Ajaran adalah perintah dan larangan.
Nah, tidak ada di ayat itu perintah kepada muslim untuk mengumbar2 kelaminya kepada budak2 mereka.
Kalau ibumu mengajarkan kamu caranya bikin anak, apa yang diperintahkan, apa yang dilarang?
Kalau gurumu mengajarkan kamu ilmu genetika, apa yang diperintahkan, apa yang dilarang?

Poligami, perintah atau larangan?
User avatar
Metalizer
Posts: 1292
Joined: Sun Oct 17, 2010 12:11 pm
Location: Salib kasih... Tarutung.
Contact:

Re: Islam dan Perbudakan

Post by Metalizer »

Metalizer wrote:
yang jelas memaksa budak untuk melakukan perbudakan = memperlakukan budak sebagai obyek sexual...
Foxhound wrote:

Saya tidak mengerti kalimat di atas... silahkan jelaskan kembali.


kamu tidak mengerti itu urusanmu bukan urusan saya...Target saya disini adalah pembaca yang memahami, bukan kamu. Saya sudah cukup yakin mereka mengerti apa yang saya tulis.

Pelacur adalah obyek sexual, yang dijual itu vaginanya...Orang yang mencari pelacur itu orientasinya pasti sex, tidak ada orang mencari pelacur cuma untuk dikilik2 telapak kakinya...



Ayat an nur : 33 diatas berisi larangan untuk memaksa budak berbuat pelacuran, dgn adanya larangan berarti ini masuk ranah ajaran...

Dengan demikian Islam justru melarang untuk memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual.
Foxhound wrote:
Sekarang budak sebagai obyek seksual secara general, kamu larikan dan khususkan ke pelacuran dan maunya bahas soal pelacuran
siapa yang mengkhususkan?
:stun:

saya kan cuma bilang Islam justru melarang untuk memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual. sesuai dgn dalil an nur : 33...

Kalau kamu keberatan dgn dalilku itu, coba kamu jelaskan apakah pelacur =/= obyek seksual ?
Foxhound wrote: Saya tidak bicara soal pelacuran!!!
tulul banget...

Konteks yang kamu angkat kan budak sbg obyek sexual dudul, neh quote kamu :
Foxhound wrote: di lain sisi Islam juga justru mengajarkan untuk memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual.
emang pelacur bukan obyek seksual yah? Jd menurutmu kerja pelacur apa? Cuci piring?
Foxhound wrote: Dan argumen saya sudah cukup jelas,
jelas ngabrulnya sih iya...



foxhound wrote:
Al Mu'minuun 23:1-6

Al Maarij 70:29-30

Islam mengajarkan bahwa siapa yang menjaga kelaminnya kecuali terhadap isteri-isteri maupun budak-budak mereka, adalah orang yang mukmin.

Dengan arti kata, Islam menghalalkan muslim untuk mengumbar kelaminnya terhadap budak-budak, bahkan masih diembel2i dengan sebutan orang yang mukmin.

Metalizer wrote:kembali kamu menggunakan kata "mengajarkan" pada kalimat yang tidak tepat peruntukanya...

Ajaran adalah perintah dan larangan.

Nah, tidak ada di ayat itu perintah kepada muslim untuk mengumbar2 kelaminya kepada budak2 mereka.
foxhound wrote:


Kalau ibumu mengajarkan kamu caranya bikin anak, apa yang diperintahkan, apa yang dilarang?

Kalau gurumu mengajarkan kamu ilmu genetika, apa yang diperintahkan, apa yang dilarang?



Poligami, perintah atau larangan?
yupz... Dan ternyata kamu cukup licik karena telah mengganti kata "mengajarkan untuk" menjadi "mengajarkan bahwa"

ini quotemu sebelumnya yang sebelumnya :
Foxhound wrote: di lain sisi Islam juga justru mengajarkan untuk memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual.
dan ini quotemu yang sekarang :
foxhound wrote:

Islam mengajarkan bahwa siapa yang menjaga kelaminnya kecuali terhadap isteri-isteri maupun budak-budak mereka, adalah orang yang mukmin.

kenapa? Terlalu malu untuk mengakui ketululanmu ya?
User avatar
Minato
Posts: 80
Joined: Tue Mar 15, 2011 7:20 pm
Location: Semarang

Re: Islam dan Perbudakan

Post by Minato »

duren wrote:Asyik si Jems ada kemajuan dikit , mulai menggunakan referensi hadis .. walau dari sumber abal abal yang ga bisa kita crosscek =D>
oh ini toh bang duren? si foxhound dan metalizer..

hehehehe...

menarik ni, kalo masih baru baru saya lebih enak view nya...

watching bentar deh.. =D> =D>
User avatar
Foxhound
Posts: 5006
Joined: Sun Mar 18, 2007 6:02 pm
Location: FFI
Contact:

Re: Islam dan Perbudakan

Post by Foxhound »

Metalizer: yang jelas memaksa budak untuk melakukan perbudakan = memperlakukan budak sebagai obyek sexual...
Foxhound: Saya tidak mengerti kalimat di atas... silahkan jelaskan kembali.
Metalizer: kamu tidak mengerti itu urusanmu bukan urusan saya...Target saya disini adalah pembaca yang memahami, bukan kamu. Saya sudah cukup yakin mereka mengerti apa yang saya tulis.

Kalau begitu, saya tunggu ada pembaca (mungkin Minato?) yang bisa memahami otak ayammu yang bisa mengeluarkan statement geblek seperti ini:
Metalizer wrote:yang jelas memaksa budak untuk melakukan perbudakan = memperlakukan budak sebagai obyek sexual...
Sekalian besok ngomong sama bapakmu, "Pak, jangan paksa babu untuk melakukan perbabuan, karena itu sama dengan memperlakukan babu sebagai obyek seksual"
siapa yang mengkhususkan?
:stun:
saya kan cuma bilang Islam justru melarang untuk memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual. sesuai dgn dalil an nur : 33...
Kalau kamu keberatan dgn dalilku itu, coba kamu jelaskan apakah pelacur =/= obyek seksual ?
Geblek emang otakmu itu, obyek seksual tidak selalu pelacur, korban perkosaan itu juga obyek seksual. Budak yang dipaksa atau terpaksa melayani majikannya, itu juga obyek seksual majikannya. Kenapa harus bicara soal pelacuran?

Foxhound: Saya tidak bicara soal pelacuran!!!
Metalizer: tulul banget...Konteks yang kamu angkat kan budak sbg obyek sexual dudul, neh quote kamu :
Foxhound: di lain sisi Islam juga justru mengajarkan untuk memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual.
Metalizer: emang pelacur bukan obyek seksual yah? Jd menurutmu kerja pelacur apa? Cuci piring?

Ibumu suka cuci piring?



Foxhound: Dan argumen saya sudah cukup jelas,
Metalizer: jelas ngabrulnya sih iya...

Ndak heran koq, buat orang yang bs keluar statement "memaksa budak untuk melakukan perbudakan = memperlakukan budak sebagai obyek sexual" tanpa merasa ada yang aneh dan tidak tahu malu.... segala sesuatu memang kelihatan nggabrul kecuali cermin.
foxhound wrote: Al Mu'minuun 23:1-6
Al Maarij 70:29-30
Islam mengajarkan bahwa siapa yang menjaga kelaminnya kecuali terhadap isteri-isteri maupun budak-budak mereka, adalah orang yang mukmin.

Dengan arti kata, Islam menghalalkan muslim untuk mengumbar kelaminnya terhadap budak-budak, bahkan masih diembel2i dengan sebutan orang yang mukmin.
Metalizer wrote:kembali kamu menggunakan kata "mengajarkan" pada kalimat yang tidak tepat peruntukanya...
Ajaran adalah perintah dan larangan.
Nah, tidak ada di ayat itu perintah kepada muslim untuk mengumbar2 kelaminya kepada budak2 mereka.
foxhound wrote: Kalau ibumu mengajarkan kamu caranya bikin anak, apa yang diperintahkan, apa yang dilarang?
Kalau gurumu mengajarkan kamu ilmu genetika, apa yang diperintahkan, apa yang dilarang?
Poligami, perintah atau larangan?
Metalizer wrote:yupz... Dan ternyata kamu cukup licik karena telah mengganti kata "mengajarkan untuk" menjadi "mengajarkan bahwa"
Yang pertama, Jawab dulu pertanyaan nya di atas dengan gentle. Contoh saya di atas, juga tidak menggunakan kata "mengajarkan bahwa"

Foxhound: di lain sisi Islam juga justru mengajarkan untuk memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual.
Foxhound: Islam mengajarkan bahwa siapa yang menjaga kelaminnya kecuali terhadap isteri-isteri maupun budak-budak mereka, adalah orang yang mukmin.

Metalizer: kenapa? Terlalu malu untuk mengakui ketululanmu ya?

Kalimat saya kan jelas2 beda, kamu yang mendakwa saya menggunakan kata "mengajarkan" dengan tidak tepat, bukan menggunakan kata "mengajarkan untuk" atau "mengajarkan bahwa" dengan tidak tepat. Dasar muslim triumphalist pengecut tidak tahu malu, apa mau gua tambahin "penjilat ludah sendiri" di gelarmu?
Metalizer wrote:kembali kamu menggunakan kata "mengajarkan" pada kalimat yang tidak tepat peruntukanya...
Tunjukkan kalau sekarang kamu tidak lebih tulul dari anak SD dalam mencerna bahasa mu sendiri...


Yang kedua, saya sudah menulis terlebih dahulu:
Foxhound wrote:Islam mengajarkan bahwa siapa yang menjaga kelaminnya kecuali terhadap isteri-isteri maupun budak-budak mereka, adalah orang yang mukmin.
Baru kamu menulis:
Metalizer wrote:kembali kamu menggunakan kata "mengajarkan" pada kalimat yang tidak tepat peruntukanya...
Bisa-bisanya sekarang menuduh saya mengganti kalimat.....
Metalizer wrote:yupz... Dan ternyata kamu cukup licik karena telah mengganti kata "mengajarkan untuk" menjadi "mengajarkan bahwa"
Kamu yang buta huruf, atau emang otak ayam?!?
User avatar
duren
Posts: 11117
Joined: Mon Aug 17, 2009 9:35 pm
Contact:

Re: Islam dan Perbudakan

Post by duren »

Dengan bersusah payah sampai nafas terasa tersengal sengal , akhirnya gw berhasil juga GA mengomentarin post si Metal wkwkwkwk :lol:
saia
Posts: 1355
Joined: Mon Oct 05, 2009 2:50 am
Location: Di seberang ka'bah mengamati kerumunan manusia dungu

Re: Islam dan Perbudakan

Post by saia »

numpang nonton :green:
lapis legit
Posts: 200
Joined: Tue Jan 11, 2011 11:38 am

Re: Islam dan Perbudakan

Post by lapis legit »

Klo liat perbudakan kaya film2 barat emang serem banget.. budak ga boleh kemana2, gak punya hak meminta, bertanya, menebus diri sendiri dalam Islam beda mas.

coba liat cuplikan kehidupan jaman nabi...

http://ridwan1986.wordpress.com/2010/05 ... a-mughits/

Barirah adalah maula (mantan budak) ‘Aisyah radliyallah ‘anha. Sebelumnya ia adalah budak milik seorang Anshar dari kabilah bani Hilal. Ia terkadang membantu ‘Aisyah dengan upah sebelum dibeli oleh ‘Aisyah dan dibebaskan.

Barirah seorang wanita yang pandai, perawi hadits dan faqihah serta memiliki firasat yang tajam dan tepat. Ia hidup sampai masa kepemimpinan Mu’awiyah radliyallah ‘anhu.

Diriwayatkan dari Abdul Malik bin Marwan (seorang raja dari bani Umayyah), ia berkata: “Aku pernah datang kepada Barirah di Madinah, lalu ia berkata kepadaku: “wahai Abdul Malik, aku melihat pada dirimu ada beberapa sifat yang baik, sesungguhnya engkau layak menerima perkara ini (menjadi pemimpin), jika kamu telah menjadi pemimpin, waspadalah terhadap urusan darah, sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ الرَّجُلَ لَيُدْفَع عَنْ بابِ الْجَنَّةِ بَعْدَ أن يُظْهَرَ إليه بِمِلْئِ مَحْجَمَةٍ مِنْ دَمٍ يُرِيْقُهُ مِنْ مُسْلِمٍ بِغَيْرِ حَقٍّ

“Sesungguhnya seorang laki-laki akan dijauhkan dari pintu surga setelah dinampakkan kepadanya satu mangkuk bekam berisi darah seorang muslim yang telah dia alirkan (membunuhnya) tanpa hak (jalan yang benar).“

Siapakah Mughits?

Mughits adalah suami Barirah. Dia seorang budak hitam, maula Abu Ahmad bin Jahsy Al-Asadi. Istrinya meminta pisah darinya sesudah dimerdekakan oleh ‘Aisyah. Ketika itu, Mughits masih berstatus sebagai budak (berdasarkan pendapat yang lebih tepat).

Disebutkan di dalam Shahih Al-Bukhari dari jalan Khalid Al-Hadda’, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas; bahwasanya suami Barirah adalah seorang budak, bernama Mughits, saya melihatnya berjalan dibelakangnya sambil menangis, sampai-sampai air matanya mengalir ke jenggotnya, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يَا عَبَّاس ! أَلا تَعْجَبُ مِنْ حُبِّ مُغِيثٍ بَرِيْرَةً وَمِنْ بُغْضِ بَرِيْرَةٍ مُغِيْثاً

“Wahai Abbas, tidakkah engkau merasa heran dengan cintanya Mughits terhadap Barirah dan bencinya Barirah terhadap Mughits.” (Insya Allah akan dipaparkan pada kisah di bawah nanti).

Kisah Perkawinan Barirah dengan Mughits

Abu Ahmad bin Jahsy, salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tuan dari Mughits, sangat menyayangi dan kagum terhadap budaknya itu. Ia seorang budak yang amanat, jujur, dan bersemangat dalam berkhidmat terhadap tuannya sehingga ia berhasil mempersembahkan banyak manfaat untuk tuannya. Oleh karena itu, ketika tuannya menyerunya untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, segera saja ia menyambutnya. Sebagai balasannya, ketika Mughits meminta sesuatu kepada tuannya, dengan suka rela tuannya pun mengabulkan permintaannya.

Pada suatu hari, Mughits meminta kepada tuannya untuk menikahkannya. Dan tuannya-pun menyanggupinya, tapi nanti setelah mereka tiba di Yasrib untuk hijrah.

Abu Ahmad dan Mughits keluar dari Makkah menuju Madinah. Di tengah perjalanan, Abu Ahmad menyenandungkan syair yang memuji istrinya, hal ini membuat hati Mughits semakin menggebu-gebu untuk menikah. Oleh karena, di tengah-tengah perjalanan yang masih sangat jauh dari Madinah, Mughits senantiasa mengulang-ulang permintaannya kepada tuannya.

Setelah mereka tiba di Yatsrib dan telah mendapatkan tempat, Mughits mengulangi lagi permintaannya kepada tuannya untuk segera dinikahkan. Maka Abu Ahmad menyuruhnya untuk mencari calon istri dari budak wanita yang ada di Yatsrib.

Mulailah Mughits berkeliling di perkampung Madinah. Pada akhirnya, hatinya terpaut dengan seorang budak wanita yang cantik di salah satu rumah kaum Anshar. Ia bernama Barirah. Maka ia bersegera pulang menemui tuannya dan mengabarkan berita gembira ini.

Abu Ahmad pun bersegera pergi ke tempat kaum Anshar tadi, dan menyatakan keinginannya. Merekapun menyambutnya dengan baik. Tapi Barirah tidak menyukai laki-laki ini. Ia memberitahu pada tuannya bahwa ia tidak menyukainya, lalu ia masuk ke dalam sambil menangis. Maka tuannya menyampaikan kepada Abu Ahmad bahwa ia telah ridla dengan ini, tapi Barirah tidak menghendakinya. Maka ia meminta waktu beberapa hari untuk melunakkan hati Barirah.

Mughits sangat sedih dengan tanggapan Barirah. Maka ia meminta tuannya untuk terus mendesak keluarga Barirah agar hatinya luluh. Ia menyampaikan kepada tuannya bahwa ia telah jatuh cinta kepada Barirah dan tidak mau menikah dengan selainnya.

Abu Ahmad merespon permintaan Mughits, dan ia pun berkali-kali datang ke keluarga Barirah untuk meminta budaknya. Pada akhirnya, ia berhasil, hati Barirah-pun luluh.

Kisah Kehidupan Keluarga Barirah Bersama Mughits.

Pada awalnya Barirah tidak mau menikah dengan Mughits, tapi karena desakan yang terus menerus dari tuannya, akhirnya ia pun menyatakan keridlaannya, menerima lamaran Mughits, secara dzahirnya saja. Lalu pernikahan pun dilangsungkan.

Mughits amat merasa bahagia dengan pernikahannya ini. Dia berhasil menyunting gadis cantik pujaannya. Tapi, berbeda dengan Barirah. Ia merasa telah menipu dirinya, ia menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak ia cintai, sampai-sampai ia berujar:

وَاللهِ مَا أَرَدْتُهُ وَلاَ رَغِبْتُهُ ، وَلَكِنْ مَا حِيْلَتِي وَالْقَدَرُ غَالِبٌ

“Demi Allah, aku tidak menginginkan dan tidak menyukainya, tapi apa yang bisa kuperbuat, takdir pastilah menang.“

Kesedihan Barirah sangat luar biasa, tetapi Allah telah mempersiapkan satu hal untuk meringankan beban kesedihannya, yaitu dengan dibukanya pintu salah satu rumah istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘Aisyah radliyallah ‘anha. Barirah sering datang ke sana untuk membantu pekerjaan Ummul mukminin.

Barirah sangat menyukai ‘Aisyah radliyallah ‘anha, beliau menyambutnya dengan ramah dan memperlakukannya dengan baik. Pada akhirnya Barirah mau mengungkapkan seluruh isi hatinya kepada bunda ‘Aisyah tentang perasaannya terhadap suaminya, Mughits. Ia berkata:

وَاللهِ لَقَدْ أَكْرَهَنِي أَهْلِي عَلَى الزَّوَاجِ مِنْهُ وَمَا أَجِدُ لَهُ فِي قَلْبِي مَيْلاً وَمَا أَدْرِي مَاذَا أَصْنَعُ

“Demi Allah, aku dipaksa oleh keluargaku untuk menikah dengannya. Dalam hatiku tidak ada kecondongan (kecintaan) kepadanya, dan aku tidak tahu apa yang harus aku perbuat.“

Tetapi Bunda ‘Aisyah memintanya untuk tetap bersabar dan ridla dengan takdirnya. Beliau menasihatkan:

يَا بَرِيْرَة ! اِتَّقِي اللهَ وَاصْبِرِي عَلَى زَوْجِكِ فَإِنَّهُ رَجُلٌ صَالِحٌ وَعَسَى اللهُ أَنْ يُذْهِبَ هَمَّكِ وَأَنْ يَرْزُقَكِ مَحَبَّةَ زَوْجِكِ

“Wahai Barirah! Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah dengan suamimu, sungguh ia adalah laki-laki shalih dan semoga Allah menghilangkan kegundahanmu dan menganugerahkan kecintaan kepada suamimu.“

Berulang-ulang kali Barirah mengadu kepada bunda ‘Aisyah dan berulang-ulang kali pula beliau menasihatkan supaya tetap bersabar dengan suaminya, berusaha terus untuk mencintainya dan ridla dengan bagian yang Allah tetapkan padanya. Barirah-pun berusaha melaksanakan nasihat bunda ‘Aisyah, dan berusaha membuka hatinya untuk suaminya.

Setelah waktu berlalu cukup lama, ia terus mencobanya, tapi ia tetap tidak bisa, bahkan bertambahnya hari hanya menambah rasa benci kepada suaminya.

Barirah mengadu lagi kepada bunda ‘Aisyah tentang suaminya, ia berkata: “Demi Allah wahai Ummul mukminin, sungguh hatiku ini sangat membenci Mughits, aku sudah berusaha mencintainya dan aku tetap tidak bisa. Aku tidak tahu apa yang bisa ku lakukan dalam hidup bersamanya.”

‘Aisyah pun menasihatinya: “Bersabarlah wahai Barirah, semoga Allah memberikan jalan keluar dari masalahmu ini.”

“Demi Allah, aku tidak menginginkan dan tidak menyukainya, tapi apa yang bisa kuperbuat, takdir pastilah menang.” senandung Barirah

Bagaimana dengan Keadaan Mughits

Mughits amat merasa sedih dengan sikap istrinya, ia telah mencurahkan segala cintaannya kepada istrinya tapi ia membalasnya dengan kebencian yang besar. Dia meminta tolong kepada tuannya, Abu Ahmad, untuk menasihati istrinya supaya bersikap lembut kepadanya, tapi tidak juga membawa perubahan. Dia juga meminta bantuan pada keluarga Barirah, tapi mereka kurang meresponnya.

Pada suatu hari istri Abu Ahmad melihat Mughits sedang bersedih, lalu ia berusaha menghiburnya. Ia berkata: “Kenapa kamu ini wahai Mughits! Sepertinya kamu terlalu memikirkan Barirah, wanita selain dia kan banyak!!”

Mughits menjawab: “Tidak, demi Allah, wahai tuanku, aku tidak bisa membencinya dan tidak bisa mencintai wanita selainnya.”

Tuannya berkata: “Kalau begitu bersabarlah, sampai ia melahirkan anakmu, semoga setelah itu hatinya mulai berubah dan bisa mencintaimu.”

Mughits amat bahagia mendengarnya dan mulailah ia berhayal.

“Tidak, demi Allah, wahai tuanku, aku tidak bisa membencinya dan tidak bisa mencintai wanita selainnya.” Kata Mughits kepada tuannya

Sebaliknya dengan Barirah, bertambahnya hari dan bergantinya siang dan malam, hanyalah menambah rasa benci terhadap suaminya, bahkan hal ini bertambah setelah ia melahirkan. Ia berangan-angan tidak pernah melahirkan seorang anak-pun dari Mughits.

Ummul Mukminin, ‘Aisyah radliyallah ‘anha mengunjunginya ketika ia masih dalam keadaan nifas. Beliau mengucapkan selamat dan mendoakan atas kelahiran anaknya. Tapi, Barirah malah menangis tersedu-sedu di hadapannya, sampai-sampai ‘Aisyah-pun menjadi sangat kasihan padanya. Beliau berkata: “Wahai Barirah, mungkinkah engkau untuk membeli dirimu, jika engkau lakukan hal ini maka masalahmu akan bisa teratasi dan engkau berhak atas dirimu sendiri, dan jika engkau mau, engkau bisa berpisah dari suamimu.”

Barirah berkata: “Aku telah mencoba berkali-kali memohon mereka untuk memerdekakanku, tapi mereka tidak menerimanya, seolah-olah tidak ada budak selainku yang bisa membantu mereka. Tetapi aku akan tetap bersabar sehingga Allah menghilangkan rasa sedih dan gundahku.”

Setelah berlalu beberapa tahun, datanglah hari yang ditunggu-tunggu, keluarga Barirah menyatakan mau memerdekakannya jika ia siap membayar sejumlah harta selama sembilan tahun.

Barirah amat sangat senang mendengar berita ini, lalu bersegeralah ia menuju ke rumah bunda ‘Aisyah mengabarkan bahwa keluarganya menawarkan mukatabah dengan sembilan awaq dalam waktu sembilan tahun. Setiap tahunnya satu ‘uqiyah (12 dirham), maka ia meminta bantuan kepada ‘Aisyah untuk membelinya. Ia berkata kepadanya: “Ini adalah hari yang aku tunggu-tunggu wahai Ummul Mukminin, hilangkanlah kesusahanku maka Allah akan menghilangkan kesusahan Anda.”

Lalu ‘Aisyah tertawa dan berkata: “Bergembiralah wahai Barirah, demi Allah beberapa hari ini aku ingin bertaqarrub kepada Allah dengan memerdekakan budak, dan tiada yang lebih aku senangi kecuali memerdekakanmu dan menghilangkan duka citamu. Kemarilah wahai Barirah, ambilah harta ini, timbanglah dan berikan sembilan awaq kepada tuanmu, lalu bayarlah sekaligus dan dirimu menjadi milikmu.”

Datanglah Barirah menemui tuannya untuk membayar pembebasannya. Tuannya bersedia menerima tapi dengan sebuah syarat, agar hak wala’ (perwalian) ada padanya. Lalu berita ini di dengar oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau bersabda kepada ‘Aisyah untuk membeli dan membebaskannya, karena wala’ bagi orang yang memerdekakan. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam keluar menemui orang-orang dan berkhutbah: “kenapa ada laki-laki di antara kalian yang membuat syarat yang tidak terdapat di dalam Kitabullah? Setiap syarat yang tidak terdapat dalam Kitabullah adalah batil, walaupun sebanyak seratus syarat. Dan syarat Allah lebih berhak dipenuhi dan lebih kuat.”

Barirah membawa uang itu kepada tuannya dan menyerahkannya sekaligus, lalu ia kembali kepada Sayyidah ‘Aisyah, berterima kasih dan memujinya. Ia berkata kepada nya:

اَلْحَمْدُ للهِ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ، لَقَدْ فَرَّجَ عَنِّي هَمِّي وَكَشَفَ غَمِّي، وَلَقَدْ وَجَدْتُ الصَّبْرَ شَيْئًا عَظِيْمًا

“Al-Hamdulillah, wahai Ummul Mukminin, Allah telah menghilangkan duka citaku dan menyingkapkan kegundahanku, dan aku telah mendapatkan sesuatu yang besar dengan kesabaran.“

Barirah juga menyampaikan kepadanya bahwa ia akan segera meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memisahkan dia dari Mughits.

Pada sore harinya, ia datang ke kamar Aisyah dan meminta izin bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia pun diizinkan. Lalu ia mengucapkan salam dan menyampaikan maksudnya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. “Wahai Rasulullah, aku memohon, kiranya baginda sudi menceraikanku dari suamiku Mughits, aku sekarang telah merdeka sedangkan dia masih sebagai budak, aku sudah tidak kuat lagi hidup bersamanya. Tanyalah pada Ummu Abdillah, ‘Aisyah. Pasti beliau akan memberitahukan bagaimana nasib hidupanku bersamanya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersenyum akan ucapan Barirah dan mengabulkan permintaannya. Lalu beliau mengutus seseorang untuk menyampaikan kabar berita ini kepada Mughits.

Ketika mendengar berita ini, Mughits langsung pingsan, ia dirundung kesedihan yang sangat luar biasa. Bumi yang luas ini terasa sempit dan seolah-olah nyawanya sudah pergi meninggalkan jasadnya.

Ketika mendengar berita ini, Mughits langsung pingsan, ia dirundung kesedihan yang sangat luar biasa. Bumi yang luas ini terasa sempit dan seolah-olah nyawanya sudah pergi meninggalkan jasadnya.

Setelah mendapat berita tadi, Mughits selalu mengikuti Barirah, berlari-lari di belakangnya, sepanjang perjalanannya di lorong-lorong kota Madinah. Berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Ia merayunya dengan kata-kata terindahnya, berbicara kepadanya dengan ucapan terhalusnya, tapi Barirah tidak sedikitpun terpengaruh.

Mughits meminta bantuan kepada siapa saja yang dikenalnya untuk berbicara kepada Barirah, tapi tidak juga membuahkan hasil.

Pada hari berikutnya, Mughits mengiba kepada Barirah dengan selalu berjalan dan mengikuti di belakangnya memasuki pasar kota Madinah sambil menangis sampai-sampai air matanya membasahi janggutnya, tapi hal itu juga tidak membuat luluh hati Barirah.

Mughits mengiba kepada Barirah agar mau kembali kepadanya, sampai-sampai dia berjalan di belakangnya di sepanjang jalan Madinah dengan menangis hingga janggutnya basah oleh air matanya

Pemandangan ini membuat hati setiap orang yang menyaksikannya menjadi terenyuh, kasihan dan merasa sedih, di antaranya adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika itu beliau bersama pamannya Abbas, berada di pasar Madinah. Lalu beliau berkata kepadanya:

يَا عَبَّاس ! أَلا تَعْجَبُ مِنْ حُبِّ مُغِيثٍ بَرِيْرَةً وَمِنْ بُغْضِ بَرِيْرَةٍ مُغِيْثاً

“Hai Abbas, tidakkah engkau heran dengan cintanya Mughits kepada Barirah dan bencinya Barirah terhadap Mughits.“

Abbas pun menjawab; “betul, Demi Dzat yang mengutusmu, sungguh urusan mereka sangat aneh.”

Ketika Mughits melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia pun mendatangi beliau fsn meminta pertolongannya untuk menyampaikan kepada Barirah agar mau kembali kepadanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merasa sedih melihat kondisi Mughits. Lalu beliau memanggil Barirah dan bersabda kepadanya: “Wahai Barirah, bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya ia adalah bapak dari anakmu, kalau seandainya kamu mau, ruju’lah kepadanya.”

Barirah-pun memandang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan diliputi kesedihan, dan berkata: “Wahai Rasulullah, baginda memerintahkanku?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “tidak,….. sesungguhnya aku hanyalah syafi’ (sebagai perantara saja).”

Barirah pun menjawab: “Kalau begitu aku tidak merasa butuh kepadanya, aku tidak bisa hidup bersamanya, aku memilih sendiri.”

*** *** *** ***

Inilah kisah kehidupan Barirah dengan suaminya. Suaminya sangat mencintainya, tapi Barirah sangat membencinya. Ia mampu bersabar bersamanya dalam kurun waktu yang cukup lama dengan berangan-angan ingin berpisah dari suaminya.

Pada akhirnya, datanglah hari yang ia tunggu-tunggu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memisahkan keduanya. Ia merasa seolah-olah telah keluar dari Neraka. Tetapi, sebuah kalimat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hampir saja menghapus seluruh harapan yang sudah lama ia nantikan, ia harus mengesampingkan seluruh perasaan bencinya terhadap suaminya dan akan kembali ke pangkuannya dengan penuh keridlaan dan kerelaan, karena taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Inilah sosok seorang mukminah sejati, yang selalu mendahulukan firman Allah dan sabda Rasulnya daripada keinginan dirinya. Allah berfirman:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh”. Dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. An-Nur: 51)

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36)
Post Reply