Jangan Langgar Hak Anak

Gambar2 dan Berita2 kekejaman akibat dari pengaruh Islam baik terhadap sesama Muslim maupun Non-Muslim yang terjadi di Indonesia.
Post Reply
Laurent
Posts: 6083
Joined: Mon Aug 14, 2006 9:57 am

Jangan Langgar Hak Anak

Post by Laurent »

Jangan Langgar Hak Anak
arie heraldin

Minggu, 23 November 2014 08:37

JAKARTA – Melalui hari anak internasional Presiden Jokowi diharapkan dapat menyelesaikan masalah kepercayaan agama yang tidak diakui negara. Karena banyak diantara anak-anak penganut kepercayaan mendapat diskriminasi, akibat agama yang dianutnya dianggap aneh oleh kebanyakan orang.

Harapan ini disampaikan Koordinator Hari Anak Internasional dari LBH Jakarta, Eni Rofiatul dalam perayaan Hari Anak Internasional 2014 di gedung LBH, Jakarta, Sabtu (22/11). Pada perayaan kali ini mengusung tema “Negara, Jangan Langgar Hak-Hak Anak!”. Ini adalah sebagai bentuk solidaritas bagi anak-anak yang berhadapan dengan hukum. Seperti korban salah tangkap, anak-anak difabel, anak-anak Syiah, anak-anak Ahmadiyah, anak-anak Filadelpia gereja Yasmin, dan Sunda Wiwitan.

“Mereka mungkin tidak pernah dilihat oleh pemerintah dengan hari internasional seperti ini, biasanya ketika ada hari anak internasional lewat Kementerian Pendidikan dan Budaya (Kemendikbud) diundang sekolah-sekolah favorit, anak-anak orang terkenal dan anak-anak tokoh yang diikutkan. Sedangkan disini adalahg forum, anak-anak tersebut dikumpulkan untuk dapat mengeskpersikan apa yang mereka harapkan dan inginkan kepada pemerintah,” ungkap Eni di gedung LBH, Menteng, Jakarta Pusat, (22/11).

Eni menuturkan bagaimana pun pemerintah mempunyai tanggung jawab kehidupan mereka lewat perundang-undang dari daerah atau tindakan strategis dari pemerintah. Contohnya anak gereja Yasmin Filadelpia, mereka tidak bisa beribadah di gerejanya. Padahal gereja tersebut sudah resmi dari keputusan Mahkamah Agung (MA), hanya saja pemerintah daerah tidak mau menerima dan pada waktu pemerintah lama diam saja.

Makanya pada pemerintahan baru ini bagaimana wilayah konflik yang mengatas namakan agama sepert ini. Bahkan disini ada komunitas Sunda Wiwitan yang diklaim, mereka ateis atau tidak bertuhan. Mereka diejek oleh teman-temannya dan gurunya. Harusnya anak kecil tidak di bullying, karena agamanya. Seharusnya anak kecil tidak menerima tindakan tersebut dan mereka bingung mengadu kemana mendapat perlakuan tersebut.

“Dengan forum ini, mereka diharapkan saling cerita dan saling membuat harapan bersama. Nanti, kami berharap dari pertemuan ini, melalui surat akan diberikan kepada presiden Jokowi. Agar dia bisa membuat kebijakan stretegis bagi anak-anak dari kepercayaan yang tidak diakui negara,” ucapnya.

Perwakilan dari Adat Karukun Sunda Wiwitan Kuningan Jawa Barat, Dewi Kanti mengatakan mengumpulkan anak-anak yang terdiksriminasi akibat agama pada hari anak internasioanl sangat bagus, tapi ada hal penting bagaimana merekatkan anak-anak yang sampai sekarang belum mendapatkan perlindungan dan pelayanan yang sama denga anak-anak lain dari negara.

“Sebab anak-anak yang ada disini merasakan kekerasan atas nama agama, baik anak-anak Syiah, Ahmadiyah, Gereja Yasmin, dan lainnya. Anak-anak mendapat manfaatkan untuk saling menguatakan dari korban diksriminasi, apa lagi anak tersebut tidak tahu dia masuk dalam masalah diskriminasi agama,” ucapnya.

Dijelaskan Dewi anak-anak harus dikuatkan, meski dengan situasi yang mereka alami tidak seperti anak lain. Tetapi saat mereka bertemu dengan teman sesama yang mengalami bersama, dapat menguatkan mereka. Seperti pada tahun lalu dengan mengajak anak-anak dalam acara ini, kepercayaan diri anak menjadi naik. Mereka sadar, ternyata yang mendapatkan kekerasan tidak hanya sediri, tapi ada juga anak yang mengalami hal yang sama.

“Seperti ketika anak-anak ada tekanan dari guru atau temanya, mereka mampu menjawab. Misalnya saat guru memaksakan menggunakan busana muslim, anak tersebut secara spontan dapat menurunkan lambang garuda pancasila dikelas. Menurut anak tersebut tindakan memaksa busana muslim itu melanggar bhineka tunggal dan lingkungan sosial dari guru dan teman tidak ada hak untuk mengintimidasinya,” papar Dewi.

Dia mengatakan dengan acara ini secara psikologis ruang untuk anak mengeluarkan perasaanya saat disuruh menulis tentang apa sebuah kebebasan. Mereka menuliskanya dengan bermacam-macam seperti kebebasan adalah merdeka, Kebebasan adalah beribadah agamanya masing-masing. kebebasan adalah bebas untuk mendapat kewajibanya, bebas adalah melakukan apa yang saya suka dengan memperhatikan aturan, bebas ke gereja tiap hari minggu, bebas adalah damai dan banyak.(her/wmc)
- See more at: http://radarpena.com/read/2014/11/23/13 ... qo6uq.dpuf
Mirror: Jangan Langgar Hak Anak
Follow Twitter: @ZwaraKafir
Post Reply