Sri Sultan HB X: Agama Identik dengan Ekspresi Budaya

Gambar2 dan Berita2 kekejaman akibat dari pengaruh Islam baik terhadap sesama Muslim maupun Non-Muslim yang terjadi di Indonesia.
Post Reply
Laurent
Posts: 6083
Joined: Mon Aug 14, 2006 9:57 am

Sri Sultan HB X: Agama Identik dengan Ekspresi Budaya

Post by Laurent »

Sri Sultan HB X: Agama Identik dengan Ekspresi Budaya

KOMPAS.com/Wijaya kusuma
Sri sultan meminta masyarakat pendukung capres dan cawapres menjaga kamtibmas
Selasa, 14 Oktober 2014 | 16:27 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Bowono X mengatakan, agama identik dengan tradisi atau sebuah ekspresi budaya tentang ungkapan keimanan terhadap Yang Mahakuasa.

Jika hubungan antara agama dan tradisi ditempatkan sebagai wujud interpretasi sejarah dan kebudayaan, semua domain agama adalah kreativitas manusia yang sifatnya relatif. Artinya, kebenaran agama yang diyakini "benar" pada dasarnya sebatas yang bisa ditafsirkan dan diekspresikan oleh manusia yang relatif.

Sri Sultan mengatakan itu dalam sambutan yang dibacakan Sekda pada pembukaan Sarasehan Nasional Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Pagelaran Kraton, Yogyakarta, Minggu (13/10/2014) malam. Sarasehan pada 13-17 Oktober 2014 itu digelar Direktorat Pembinaan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia dan diikuti 250 penghayat kepercayaan dari seluruh Indonesia, yang dinaungi oleh organisasi-organisasi penghayat.

Mengutip Moeslim Abdurrahman, Sri Sultan menyatakan, secara jujur sulit diterima jika ada pernyataan bahwa seseorang beragama secara "murni" tanpa dibentuk oleh lingkungan kebudayaannya, kecuali Nabi atau Rasul yang boleh mengatakan telah mendapat wahyu Tuhan.

Dalam sambutannya, Sri Sultan mengajukan pertanyaan introspektif, "Apakah ada orang yang lahir dari agama?" Sudah tentu jawabannya secara obyektif, tidak ada. Sebab, setiap orang lahir dari lingkungan "adat" dan kulturalnya masing-masing. Kebudayaan setempat sangat berpengaruh pada inkulturasi dan akulturasi keberagamaan seseorang.

Menurut Gubernur DIY, apa pun bentuk yang dilakukan oleh sikap manusia untuk mempertahankan, memperbarui, atau memurnikan tradisi agama, tetap harus dipandang sebagai pergulatan dalam dinamika sejarah umat beragama. Seharusnya, hal itu dipandang sebagai fenomena manusia atas sejarahnya sehingga seseorang tidak berhak untuk menegasikan kebenaran orang lain sambil menyatakan kebenaranyalah yang paling benar.

Sementara itu, Menteri Agama Lukman Saifuddin dalam sambutannya yang dibacakan Staf Ahli Bidang Hukum dan HAM Machasin mengatakan, umat beragama dan penghayat kepercayaan patut memberi sumbangsih. Sumbangsih itu berupa penguatan nilai-nilai spiritual dan budi pekerti untuk mengimbangi suasana kompetitif di berbagai bidang. Hal ini juga untuk memperkuat jati diri dan karakter bangsa.

"Esensinya adalah ketulusan pelayanan atau pengabdian dan keteladanan. Ini adalah sebuah upaya untuk menjaga kemajemukan bangsa," kata Menteri Agama.

Indonesia adalah mozaik yang indah, adaptif, dan karya warna. Kepercayaan tumbuh berkembang dan seharusnya hidup rukun dan harmonis. Hal ini harus dikelola dengan baik.

"Persamaan di mata hukum, sosial, politik, ekonomi harus dipertahankan," katanya.

Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wiendu Nuryanti mengatakan, sarasehan ini tepat digelar di Yogyakarta karena kota itu memiliki predikat kota toleran yang sudah masyhur di dunia. Ia berharap nantinya akan muncul institusi baru untuk penguatan kapasitas sumber daya manusia sehingga kualitas kehidupan penghayat kepercayaan makin baik. Ini akan menjadi pilar yang kuat dalam menegakkan jati diri bangsa.

Penulis: Susi Ivvaty
Editor: Farid Assifa
Sumber: Kompas Siang


http://regional.kompas.com/read/2014/10 ... esi.Budaya
Mirror: Sri Sultan HB X: Agama Identik dengan Ekspresi Budaya
Follow Twitter: @ZwaraKafir
Post Reply