sepenggal cerita masa lalu

Gambar2 dan Berita2 kekejaman akibat dari pengaruh Islam baik terhadap sesama Muslim maupun Non-Muslim yang terjadi di Indonesia.
User avatar
umpu kakah
Posts: 1130
Joined: Sun Apr 12, 2009 11:58 pm

sepenggal cerita masa lalu

Post by umpu kakah »

NAM Centre dan Grass Root itu ?.



Pada saat pertemuan pendahuluan rekonsialiasi sebelum di NAM Centre Jakarta tanggal 21 Maret 2001, pengawal tokoh Madura di depan Mendagri menembak tokoh Dayak Prof. K.M.A. Usop, M.A (mantan rektor Univ. Palangka Raya), namun tembakannya tidak meletus hanya berbunyi “klik” sebanyak dua kali, dan penembak tidak di tangkap, walaupun saat itu hadir selain Mendagri, seorang Mayjen TNI pada pertemuan tersebut.

Delegasi tokoh Dayak dan rombongan mengundurkan diri dari pertemuan tanggal 22 Maret 2001 yang di TV hanya dihadiri oleh unsur MUSPIDA Kalteng.



Kesepakatan damai hanya muncul dari pihak pemerintah, tidak muncul dari grass root.



Mengapa ini semua terjadi ?.



Bahwa sejak 1984 sudah 16 (enam belas) kali kerusuhan besar dan cukup besar yang dilakukan oleh warga Madura mengorbankan banyak warga suku Dayak. Pelakunya tidak pernah tersentuh hukum. Beberapa kali dibawah bimbingan pemerintah dilakukan perjanjian damai, salah satu dokumen tersebut menyatakan apabila suku Madura berbuat keonaran lagi, mereka bersedia meninggalkan Kalteng.



Orang Dayak amat ramah, menerima semua suku di Kalteng, misalnya anggota DPRD Kalteng terdiri dari Manado, Batak, Jawa, Madura (2 orang), Sunda, Cina, Dayak dan Toraja. Tidak terhitung pejabat, pengusaha dan lain-lainnya dari berbagai etnis yang sukses berusaha di Kalteng.



Pada masa lalu, Program transmigrasi yang dipayungi pemerintah memberikan perlindungan penuh kepada warga Madura, hal ini juga dilakukan oleh Ikatan Keluarga Madura (IKAMA) yang tidak pernah menindak warga Madura yang melanggar hukum.



Suku Madura mendapat perlindungan hukum dan mendapat kemudahan untuk membangun permukiman di tanah-tanah Dayak bahkan beberapa tanah sakral suku Dayak dikuasai dengan mudah tanpa perlawanan dengan alasan membuka peluang transmigrasi swakarsa bagi pendatang. Setiap kasus pertanahan yang menyangkut hak suku Dayak, selalu berakhir dengan pengeroyokan pemilik tanah (Dayak) .. di bunuh, dan mereka menghilang. Tokoh Madura di Jawa Timur amat bangga dengan keberhasilan Madura di Kalteng, para Kiyai mendorong migran Madura secara massal ke Kalteng tanpa seleksi tabiat perilaku yang disharmonis.



Tanah bersertifikat dengan mudah di klaim, apabila ditanyakan, selalu di jawab “saya punya tanahnya, sampean silahkan pegang sertifikatnya”. Diajukan secara hukum, di

ancam dan di kejar di bunuh.



Perdagangan kayu ilegal amat disukai orang Madura, karena mereka menguasai lautan dan perahu mereka besar-besar bergerak membawa kayu-kayu hutan Kalteng tanpa adanya penindakan hukum.



Orang Dayak pada umumnya taat mengikuti Program Keluarga Berencana, suku Madura tidak pernah perduli Program KB. Populasi mereka meningkat pesat membentuk kelompok eksklusif seperti organisasi mafia. Penguasaan fasilitas umum oleh jagoan Madura membentuk sistem sosial baru yang tidak tersentuh hukum.



Pembagian tanah untuk seluruh pegawai Pemda Kalteng dilakukan oleh tokoh Madura yang bernama H. Tuyan. Saya juga mendapat 2 (dua) kapling yang di bayar angsuran.



Saya heran, data populasi suku Madura belum pernah tercatat, karena mereka tidak pernah pakai KTP dan lainnya, pelaut yang bebas membawa saudaranya sebanyak mungkin ke tanah Dayak.....



Mereka berfalsafah dimana bumi dipijak .. di situ langit Madura, dimana langit dijunjung .... di situ bumi madura. Para tokoh Madura ...termasuk Kiyai Alawi Muhammad tokoh pesantren Sampang Attaroqi dengan cepat mengatasi masalah kemiskinan, kriminalitas dan tekanan penduduk pulau Madura ... menggunakan dalih negara Kesatuan RI untuk mendorong migran Madura datang ke Kalteng secara besar-besaran, tanpa mempertimbangkan budaya lokal.

Perlu diketahui, mayoritas penduduk Kalteng adalah orang Jawa ... dan mereka ramah-tamah asimilasi dengan warga Dayak ... juga orang Batak dan warga non Madura lainnya mendukung dan ikut aktif menyerang orang Madura.



Data terakhir menunjukkan bahwa kasus Sampit direkayasa oleh tokoh Madura yang merasa telah amat kuat basisnya di Kalteng, telah mempersiapkan persenjataan dan logistik untuk menguasai kota tersebut.

Hal ini dibuktikan dengan pada tanggal 18 dan 19 Februari 2001 kota Sampit sepenuhnya dikuasai oleh Suku Madura yang menggunakan senjata tajam dan bom molotov. Selama menguasai kota Sampit itu, mereka menari-nari memutar clurit, menggelar spanduk “Selamat Datang di Sampit kota Sampang ke II” dan mereka dengan pasukan sekitar 5000 orang amat yakin telah memenangkan perang, seraya menantang orang Dayak yang dikatakan “pengecut” dan lain-lainya serta menantang Pangkalima Burung (pahlawan pembebasan Sambas Kalbar) . Spanduk itu telah dapat direbut pada saat pembebasan kota Sampit oleh pejuang Dayak malam tanggal 21 februari 2001 dan telah diterima oleh Gubernur Kalteng dengan berita acara khusus sebagai dokumen.

Pada saat warga Dayak menguasai rumah tokoh Madura H. Marlinggi dan Satiman, ditemui beberapa senjata api dan granat dan berbagai jenis bom rakitan di dalam kamar khusus di rumahnya yang amat mewah. (Catatan; sebelum peristiwa Sampit, pernah terjadi ledakan bom di rumah suku Madura yang menewaskan mereka sendiri, orang Dayak heran dengan peristiwa itu ... yang tidak pernah ada penjelasannya).



Di kota Palangka Raya saja, berdasarkan data Kapolres, yang diekspos di TVRI siaran lokal pada perumahan warga Madura yang di sweeping warga Dayak bersama Polisi ditemukan 64 (enam puluh empat) buah bom rakitan berdaya bunuh tinggi. Adanya persiapan logistik dan dokumen yang menunjukkan upaya penguasaan Kalteng bagi menyiapkan wilayah baru bagi suku Madura. Hari ini tanggal 27 Maret 2001 ditemukan lagi 18 buah bom hasil sweeping warga kita di rumah warga Madura (bom rakitan berdaya bunuh tinggi) di Jl. Pilau rumah H. Sundar dan H. Udin Jl. Rangas pukul 15.01 WIB. Memang sebelum mengungsi H. Udin pernah kelepasan bicara, menurut orang Jawa tetangganya, dia berkata “hati-hati kalau merusak rumah saya ada bom-nya”. Askombes Polisi / Kapolres Palangka Raya bersama warga telah mencoba bom tersebut ternyata berdaya bunuh tinggi, suara ledakan satu bom yang di coba terdengar dari jarak 3 km.



Pada saat peristiwa pembebasan Sampit, bom-bom tersebut menjadi senjata makan tuannya, karena jadi mainan warga Dayak pedalaman yang dengan mudah menjinakkan bom-bom tersebut dan melempar balik ke pihak agressor Madura.



Memang pemerintahan di Kab. Kotawaringin Timur (Sampit) dipimpin Bupati turunan Madura dan naik dengan dukungan warga Madura. Data silsilah Bupati ini telah ditemukan oleh Sekretaris Daerah Propinsi Kalteng.



Beberapa dokumen yang ditemukan di rumah 2 (dua) orang tokoh Madura H. Marlinggi dan H. Satiman pada saat pembebasan kota Sampit malam 21 Feb. 2001 menunjukkan adanya cita-cita ke dua orang tersebut yang merupakan orang kaya di Sampit untuk menyelesaikan masalah permukiman pengungsi Sambas dan migran dari Pulau Madura untuk mengatasi masalah kemiskinan dan kepadatan penduduk di pulau Madura dengan menekan warga Dayak minoritas yang ketakutan, dengan kekerasan dalam tujuan menguasai teritorial Kalteng. Dengan terbukanya transportasi massal kapal laut ke Kalteng, mereka mendatangkan warga Madura tanpa ada laporan jumlah dan indentitasnya kepada Pemda Kalteng.



Pembebasan kota Sampit penuh dengan peristiwa heroik, bagaimana sekitar 30 (tiga puluh) orang Dayak pada malam 21 Feb. 2001 menembus barikade Brimob 3 SSK Kelapa Dua eks. Aceh yang menutup jalan masuk dari pedalaman ke kota Sampit.

Mereka berenang menyeberangi sungai Mentaya yang lebarnya sekitar 400 – 500 meter berarus deras, mamasuki markas tokoh Madura di pusat kota Sampit.



Bagaimana mereka berjuang membebaskan warga Dayak terkepung oleh suku Madura di kantor Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim)... hanyalah mujizat !!. Beberapa orang saudara saya saksi dan pelakunya telah datang dengan linangan air mata menyaksikan beberapa keluarga Dayak yang di bakar dirumahnya hidup-hidup oleh suku Madura (satu keluarga Dayak Maanyan ditelanjangi, disuruh masuk rumahnya dan di bakar sebanyak 7 orang).



Bagaimana hanya 4 (empat) orang berhasil mengalahkan satu peleton suku Madura yang terdiri beberapa jagoannya yang kebal senjata di kota Sampit.



Salah seorang warga Dayak (usia sekitar 52 tahun)yang turun gunung sempat menginap di rumah saya satu malam, bercelana pendek dan bersendal jepit, menceritakan bagaimana ia baru pertama kali masuk kota Samuda sampai Kuala Pembuang selama hidupnya. Ia mengikuti gerakan gerilyawan Dayak .... dan ia mengatakan ia tidak membunuh warga Madura ... karena itu serasa hanya mimpi selama 3 malam perjalan panjang dan makan cuma satu kali. Ritual Dayak membawa orang dalam perjalanan mimpi berperang dan setelah usai .. balik ke kampung ... cerita mimpi. Apa yang dikatakan Saudara saya itu, bahwa ia melihat metode kekerasan Madura yang merasuk sampai pedalaman menakuti orang Dayak dengan budaya carok... katanya ini harus dihentikan untuk anak cucu kita nanti. Dia keheranan melihat keran leideng di rumah saya ... dia bilang ... air di rumah saya “automatic”. Pagi hari dia pergi dan menghilang, katanya akan ke Kapuas (ini tanggal 22 Maret 2001).



Gerilyawan Dayak berhasil mengecoh perlindungan Brimob dan membakar kota Baamang, permukiman suku Madura, mengalihkan perhatian aparat, kemudian membuka peluang masuknya para pejuang Dayak dari pedalaman, sejak tanggal 21 Feb. 2001 Pagi dini hari kota Sampit kembali kepangkuan Dayak. Terjadi evakuasi besar-besaran warga Madura dengan kapal-kapal besar ALRI dan PELNI menuju Surabaya, sementara suku Dayak di Kantor Kab. Mengungsi ke Palangka Raya. Lainya dengan jukung berlinang air mata melawan arus sungai mengungsi kepedalaman.



Saat evakuasi warga Madura, terjadi kontak senjata antara TNI yang mengatur pengungsian dengan Brimob Kelapa Dua, .... tewas 7 (tujuh) aparat termasuk satu perwira Letnan Satu Apriliyanto .. dan senjata TNI 5 pucuk senjata panjang, satu pistol, 84 pasang seragam TNI hilang ... ternyata kemudian diketahui dirampas oleh Brimob, yang kemudian dengan malu-malu diserahkan oleh Kapolda Kalteng kepada Danrem Panju Panjung).

(Beberapa hari yang lalu, tim dari BAIS (Badan Intelijen Strategis) datang meneliti kasus Sampit, dan mereka heran, ingin mengetahui cara warga Dayak dalam setengah malam membebaskan kota Sampit yang dikuasai sekitar 5000 warga Madura bersenjata lengkap clurit, bom dan molotov...).



Sebagaimana dokumen yang lalu, kerusuhan akhirnya meluas ke seluruh wilayah Kalteng...... bahkan tgl. 22 Feb 2001 saya hampir tertembak oleh aparat Brimob Kelapa Dua di pusat kota Palangka Raya (saya berlindung di balik bak bunga besar di bundaran besar, bersama seorang wartawati CNN yang reportase dengan Hand Phone, dengan jelas terdengar ia teriak-teriak “gun fires”. Ketika bangkit saya telah dikelilingi oleh anggota Brimob, ketika ingin menginjak saya, salah seorang darinya teriak “Jangan !. Wartawan ... lalu ... kata-kata “pergi, bangsat !.”, Saya lari ke arah Univ. Palangka Raya, sementara tembakan terus terjadi), ketika tersebut demo menuntut pembebasan 84 warga Dayak yang di tahan Kapolda Kalteng ... mereka memberondong kami yang bertangan kosong dengan ribuan peluru tajam sekitar ½ jam, tanpa ada gas air mata. Korban pejuang Kalteng oleh aparat sebanyak 6 (enam) orang tewas, termasuk Saudara saya seorang mahasiswa teknik sipil yang sedang menyusun skripsi akhir, dengan IP > 3 tewas ditembak perutnya dan disiksa dengan injakan dan pukulan popor senapan pada rahangnya dan disembunyikan selama 15 jam di belakang Mapolda Kalteng. Beberapa bekas tembakan mereka menembus tiang listrik yang terbuat dari besi dan telah disidik oleh Denpom sebagai peluru tajam.



Demo skala kecil hari itu (sekitar 50 orang bertangan kosong) dihadapi aparat dengan hampir 3 SSK Brimob dan TNI.



Besoknya, tanggal 23 Feb. 2001 terjadi kembali demo di bundaran besar, hampir seluruh masyarakat Kalteng turun mengepung markas Mapolda Kalteng. Rentetan tembakan dilakukan oleh Brimob dengan bertahan di gedung Batang Garing, Kepolisian Kalteng mengungsikan seluruh keluarganya dan memasang barikade kawat berduri pada semua jalan masuk ke arah Mapolda Kalteng. Malam harinya mereka (Brimob eks tugas Aceh itu) mengamuk sejak jam 21.00 WIB sampai pagi hari terus melepaskan tembakan secara brutal tanpa target yang jelas. Namun korban dapat diminimalkan pada masyarakat, karena masyarakat telah memblokir seluruh jalan kota Palangka Raya dan luar kota sehingga mereka tidak dapat bergerak bebas.



Sekarang Brimob Kelapa Dua telah dipulangkan ke Jakarta, dan Kapolda Kalteng kehilangan beberapa anggotanya secara misterius.... mereka memblokir Mapolda Kalteng dan mengungsikan keluarganya ... takut pembalasan. Namun kita telah berikrar tidak akan melawan aparat negara ... karena para pejuang Dayak menghindari penembakan membabi buta terhadap warga yang kebanyakan tidak kebal peluru... (Hari ini 27 Maret 2001, Kapolda Kalteng tersebut Brigjen Bambang Hartono, M.Sc di ganti dengan Brigjen Lodewyik Penyang).



Tidak ada warga Madura yang di tahan di Mapolda Kalteng.



Saya telah bertemu dengan para pahlawan Dayak yang melintas kota Palangka Raya dan meminta pendapat Gubernur Kalteng... mereka adalah mayoritas anak-anak muda yang tampan dan lemah-lembut. Saat ini mereka wajib lapor kepada Gubernur, karena pusaka Dayak dari Bapak Tjilik Riwut yaitu Mandau Sanaman Lampang dan Sanaman Mantikei telah diserahkan oleh turunan beliau kepada Pemda Kalteng. Mereka respek kepada pusaka tersebut.



Mereka menjadi sakti, pada saat ritual Dayak yang telah dipendam dalam sebuah perjanjian Dayak se Kalimantan (Borneo termasuk Sabah, Serawak, Kuching, Brunei) untuk tidak saling membunuh tahun 1894 di Tumbang Anoi Kalteng.... bangkit kembali ...



Misionaris dalam sejarah penginjilan Kalteng telah mencatat kegagalan penginjilan di tanah Dayak karena budaya ritual Kayau (potong) kepala, sehingga penginjilan pindah ke tanah Batak.... (carilah literature ini).



Mereka tidak pernah salah menyerang suku Madura, karena ... dapat mencium bau suku Madura dalam radius 100 meter.



Saya ... tidak dapat menjelaskan lebih banyak .. sementara ini Kampung Bapak Saya di Kuala Kapuas sedang bergolak ..... mereka masih di sana dalam perang terbuka ....



Berita tanggal 24 Maret 2001, pasukan khusus Dayak berhasil menembus blokir aparat TNI dan Polri hampir satu batalyon ... terus menyisir ke arah Selatan memasuki Banjarmasin Kalsel.... (Kalsel kini Siaga Satu) korban kami 2 (dua) orang dan Madura 31 orang termasuk Mat Rois pimpinan Madura yang kebal senjata tajam. Tanggal 27 Maret 2001 Kapuas telah tenang kembali.



Saya kurang percaya dengan trans (kerasukan), namun inilah kenyataannya, roh-roh penunggu alam gaib di alam Kalimantan Tengah yang sakral dan dirusak oleh warga Madura telah merasuki Saudara-Saudara Saya ....



Mereka bergerak bagai siluman ... kembali ke rumah dengan heran pada dirinya sendiri ... telah melakukan perjalanan .. panjang .... dari satu tempat ke tempat lain di Kalteng yang luasnya 1,5 kali pulau Jawa ini.



Kami selama ini tidak pernah tidur nyenyak sejak 18 Februari 2001 terus berjaga-jaga siang dan malam membangun portal di jalan-jalan lintas Kalimantan dan dipermukiman ketakutan diserang aparat dan kalau ada ancaman serangan balik yang telah didengungkan oleh tokoh-tokoh Madura Jawa Timur. Minggu lalu di Sampit merapat Kapal yang berisi pasukan jihat berkedok tablik agama, namun dapat dihadang warga dan digiring ke laut Jawa.



Kami ditemani alkohol dan gitar, mandau, tombak, trisula harapan menunggu dan menunggu ini semua berakhir ... saat ini sebuah pesawat herkules melintasi atap gedung saya ....



Media massa Nasional terus menyatakan bahwa kasus ini adalah kecemburuan sosial dan rendahnya SDM Kalteng. Memang benar SDM Kalteng kekurangan warga perampok, penjarah, pelacur, pengemis dan pembuat onar sebagaimana yang datang dari kalangan Madura yang tidak terdidik yang diarahkan bermukim di Kalteng.



Tidak ada etknik cleansing, yang ada adalah perang terbuka melindungi diri dari rencana jahat Madura menguasai bumi Kalteng yang dianggap sebagai pulau Madura ke dua. Kelemahan masa transisi otonomi Daerah dengan pemerintah pusat yang lemah di ambil kesempatan oleh Madura untuk rencana kolonisasi Kalteng. Madura mempunyai pulau sendiri, di Jawa Timur mereka mencapai 70 % total populasi. Tekanan penduduk dan kemiskinan karena krisis Indonesia memaksa beberapa tokohnya berupaya menguras sumber alam Kalteng dengan jalan pintas melalui kolonisasi suku Dayak yang dianggap lemah dan tak berdaya minoritas mudah dikuasai itu. Tidak ada etnik cleansing ... yang ada memulangkan orang Madura yang tidak mampu berpikir jernih dan hidup berdampingan dengan warga Kalteng ... mereka punya tanah sendiri di Jawa Timur ... dan warga Kalteng tidak mengejar mereka ke Jawa Timur...



Populasi mayoritas yang amat dibanggakan Gus Dur ini, terus menganggap Kalteng di bawah pengaturan mereka, karena itu mereka mendikte segala tata cara evakuasi pengungsi dan resettlement-nya. Tokoh-tokoh Madura selalu menganggap sepi adanya masyarakat Kalteng dan Pemerintahan daerahnya. (hari ini 27 Maret 2001 pecah perkelahian massal suku Madura dengan warga Betawi di Jakarta, Pasar Kebayoran Lama menewaskan 1 (satu) Madura).



Pasca kekalahan perang suku Madura, mereka berupaya mengayuh peristiwa ini ke arah konflik agama untuk mencari dukungan luas, namun mereka kecele karena mayoritas pejabat Kalteng sama agamanya dengan mereka, juga para pangkalima perang Dayak beberapa orang islam (dari Sambas) dan beberapa dari Kalteng islam, kristen, kaharingan dan cina. Dalam kasus ini tidak ada pengrusakan sarana ibadah.



Dalam perang ini, warga non Dayak non Madura telah sepenuhnya membantu dan beberapa mereka tewas oleh Madura dalam perang ini.



Pada saat Gus Dur berkunjung ke Kalteng, beliau terhenyak dengan data dan fakta “buku merah” yang disusun untuknya. Beliau dengan santun telah begitu manis mendengarkan dan memberikan pandangan tentang hal ini. Sementara ketika ke Sampang, beliau sempat mengamuk, karena warga Madura mendiktekan keinginannya kepada Presiden (terlihat waktu berita TVRI). Gatra bulan Maret menulis Kiyai Alawi Muhammad mendikte pemerintah pusat untuk mengirim 2000 AD, 2000 Kopassus, 2000 Marinir, 500 AU, 15 kapal untuk menyerang balik ke Kalteng. Namun di Sampang mereka gagal menyelesaikan masalah pemilihan Bupati yang menyebabkan kerusuhan di sana.



Inilah sebagian kecil data dan faktanya... kalau ingin verifikasi silahkan orang USA datang ke Kalteng dan referensi ini dapat dicek dilapangan. Sosiolog Italy Raimondo Bultrini yang berada di Kalteng cukup lama, hari ini 27 Maret 2001 di Kalteng Pos berkomentar bahwa negara Barat tidak dapat menerima hal ini, karena kurangnya media massa memberikan berita yang baik, orang lebih senang sensasi sementara jarang sekali meminta pendapat dari grass root di Kalteng. Kalteng kalah dalam membangun opini publik di Pulau Jawa, karena akses infrastruktur yang terkebelakang dan kurangnya peran tokoh Dayak tingkat Nasional.



Kami siap menghadapi berbagai dampak perjuangan ini....



Dunia telah menelantarkan bumi Kalimantan paru-paru dunia ini dengan terus membiarkan utang negara yang ditanggung melalui eksploitasi sumber alam Kalimantan, dan membiarkan eksploitasi manusia Dayak dengan cap perusak lingkungan, bebal, ****, dungu, terkebelakang, peladang liar, biadab dan cap-cap lainnya yang mematikan hati nurani dunia beradab. Mereka telah membangkitkan kembali budaya kayau yang telah mati ratusan tahun lalu.



Kami menganggap apa yang terjadi adalah mujizat Tuhan yang telah memberikan perlindungan pemusnahan etnis minoritas Dayak pasti dari tanahnya sendiri. Budaya leluhur ritual Dayak yang berbasis roh alam tanah air udara hutan rimba yang telah melindungi hancurnya ekosistim Kalimantan selama berabad-abad telah terusik. Mereka memasuki batas alam bawah sadar Dayak dan membawa mereka menerbangkan Mandau menyelamatkan suku Dayak minoritas di Indonesia dari kekejaman etnik cleansing sistimatis dengan metode perang psikologis menebarkan ketakutan dengan pamer kehebatan budaya carok Madura.



Suku Madura telah begitu bangga bahwa mereka menjadi leader dalam parade pembangunan Indonesia dan hampir semua suku ketakutan dengan budaya carok dan falsafah hidup kekerasan mereka yang digunakan memerangi suku Dayak secara psikologis dan praktis selama hampir 25 tahun terkahir ini. Kini seleksi alam bekerja melalui roh alam merasuki warga Dayak yang ramah dan bersatu dengan alam untuk bekerja dan bertindak membela alam dan kemanusiaan minoritas ini ...



Alam Kalimantan yang ramah telah murka, roh alam membalaskannya kepada perusak alam suku Madura dengan hukum rimba. Suatu peristiwa yang membuat BAIS keheranan, karena tidak mungkin hanya beberapa orang Dayak mampu mengatasi sekitar 5000 Madura yang menguasai kota Sampit dan mengusir para penjajah itu kembali keluar Kalteng kembali ke pulaunya sendiri. Kemudian berhasil menggalang kekuatan masyarakat untuk melindungi wilayahnya sendiri ... sementara aparat keamanan terus mengancam jiwa masyarakat yang berjuang ini ...



Para Gubernur Kalimantan khususnya dari Kalbar, Kaltim dan Kalteng (dibalik ini) amat gembira dengan kejadian ini, yang telah mampu meredam keangkuhan kekerasan budaya carok yang telah lama menghantui bumi Kalimantan, sebagai awal pengendalian para perusak alam lingkungan Kalimantan. Gubernur Kaltim dengan sukarela memberikan bantuan sebesar Rp. 704 juta rupiah bagi Pemda Kalteng.



Saat ini Gus Dur (tgl 27 Maret 2001) telah menyetujui kongres Dayak dilaksanakan se Kalimantan.... kami akan menyongsong era baru penyelamatan alam lingkungan budaya dan kemanusiaan yang telah hampir saja hilang ditimpakan kepada kami melalui tangan suku Madura itu ...



Siapakah aku ini dan kita ini ... semua kembali ke alam ... Jepang dan Amerika modern sampai saat ini belum mampu mengembalikan alam ini kepada keharmonisan optimal. Dalam dunia modern ini, kehidupan bersekutu dengan alam dianggap kurang beradab, semua artificial dan lipstik. Cinta damai menjadi jalur eksploitasi .... Alam tropika basah bumi ibu pertiwi Kalimantan menjerit kepada dunia .. menuntut keadilan dari orang-orang yang berjiwa modern dan peka (care) akan lingkungan hidup yang telah disharmony ini ...



Janganlah Dayak minortitas ini mengalami kembali nasib seperti Indian, Maori, Eskimo dan banyak lagi, terbuang dan terlunta-lunta di tanah yang melahirkannya dan melindunginya karena keserakahan manusia lainnya...



Inilah suara kami suku Dayak yang terbuang di negerinya sendiri.. tertatih-tatih membela diri, tanpa suara tanpa kata ... menyelamatkan masa depan kemanusiaan dari keserakahan manusia lainnya...
sumber : http://www.oocities.org/haiho1961/nam.html

User avatar
dayaknesse
Posts: 261
Joined: Sat Feb 11, 2012 3:00 pm
Location: huang "Huma Betang" tu kueh itah "belum hapakat"

Re: sepenggal cerita masa lalu

Post by dayaknesse »

yuhuuuuuuu....yongissssss....where are you....
baca yukkkkk..... :heart:

salam damai
it's me
walet
Posts: 5858
Joined: Wed Feb 11, 2009 4:52 am
Contact:

Re: sepenggal cerita masa lalu

Post by walet »

Jangan biarkan Dayak seperti Hindu Jawa yang diusir Islam ke Bali dan lereng2 Gunung Bromo, Dieng, Lawu dll.
muhamad haram
Posts: 547
Joined: Mon Feb 21, 2011 5:38 pm
Location: CIBITUNG

Re: sepenggal cerita masa lalu

Post by muhamad haram »

BRAVO DAYAK..... :finga:

God Bless Dayaknese :heart:
User avatar
Rainn Forestha
Posts: 591
Joined: Tue Apr 25, 2006 9:49 pm
Location: earth

Re: sepenggal cerita masa lalu

Post by Rainn Forestha »

Jadi inget teman saya, orang Jawa Tengah yg tinggal di Jakarta. Ngomel2 ttg kejamnya orang Dayak pada Madura saat kerusuhan Sampit.
Tak lama kemudian dia dipindah ke Surabaya. Gak butuh lama untuk dia menyumpahserapahi Madura dan memuji2 Dayak.
User avatar
umpu kakah
Posts: 1130
Joined: Sun Apr 12, 2009 11:58 pm

Re: sepenggal cerita masa lalu

Post by umpu kakah »

ane bukannya mo ngungkit2 masa lalu,tp ane jadi teringat bagaimana Munaroh :green: (Front Pembela Iblis) dlm dialog di salah satu tv swasta mendiskreditkan orng dayak setelah kejadian beberapa waktu yg lalu. apalagi melihat komentar2 yg dilontarkan oleh habib berisik sangat bertolak belakang alias taqiyanya sangat luar biasanya, heran pemerintah kok diam aja terhadap provokator yg begini.untung kami masih sabar terhadap orng2 seperti ini dan jangan sampai kesabaran kami diusik atau dimafaatin.
User avatar
spaceman
Posts: 2031
Joined: Thu Sep 18, 2008 12:23 pm
Location: Green Planet

Re: sepenggal cerita masa lalu

Post by spaceman »

Yg berpaham wahabbi tuh ga ada toleransi nya ama non muslim, bro. Yg sesama muslim aja, lain bangsa juga diembat. Contoh nyata : Darfur, sudan...keturunan arab membunuhi kulit hitam
User avatar
omega phoenix
Posts: 1689
Joined: Sun Aug 21, 2011 6:39 pm

Re: sepenggal cerita masa lalu

Post by omega phoenix »

Rainn Forestha wrote:Jadi inget teman saya, orang Jawa Tengah yg tinggal di Jakarta. Ngomel2 ttg kejamnya orang Dayak pada Madura saat kerusuhan Sampit.
Tak lama kemudian dia dipindah ke Surabaya. Gak butuh lama untuk dia menyumpahserapahi Madura dan memuji2 Dayak.
Baru sadar dia kenapa Dayak ngebante Madura :lol: :lol:
swatantre
Posts: 4049
Joined: Thu Jul 20, 2006 7:40 pm
Location: Tanah Suci, dalem Ka'bah

Re: sepenggal cerita masa lalu

Post by swatantre »

DAri sini kita bisa tahu, YANG KEJI ITU MADURA..... Menaklukkan tanah orang sama persis seperti Muhammad merampas kabillah Yahudi dan menaklukkan Mekkah milik Quraish yang notabene adalah bangsanya sendiri....!!!!!! KAlau Dayak keji, sudah pasti TAK ADA SETITIKPUN madura di TAnah Dayak, termasuk pengungsi2nya.... Toh cara mendeteksinya pun mudah sekali...dengan cara MEMBAUI (CMIIW: kata temen saya, orang sulawesi yang lama kerja dan tinggal dari kecil di kalimantan, orang dayak membaui orang jawa seperti bau daun, kalo orang madura seperti bau sapi/kambing...)
MAka itu baguslah, kembalikan madura2 itu ke pulaunya yang tandus. Sangat cocok selama mereka jadi penyembah muhammad dihunikan ke padang pasir. Tanah tropis hijau gemah ripah loh jinawi adalah tanah yang sudah dianugerahkan Tuhan pada kafir, tak pantas gerombolan jin penyembah arab merampasinya....

HIDOEP DAYAAAKKK....!!!!!!!!!!!!!!!!
muhamad haram
Posts: 547
Joined: Mon Feb 21, 2011 5:38 pm
Location: CIBITUNG

Re: sepenggal cerita masa lalu

Post by muhamad haram »

swatantre wrote: Toh cara mendeteksinya pun mudah sekali...dengan cara MEMBAUI (CMIIW: kata temen saya, orang sulawesi yang lama kerja dan tinggal dari kecil di kalimantan, orang dayak membaui orang jawa seperti bau daun, kalo orang madura seperti bau sapi/kambing...)
Gue sangsi nih,....jangan jangan....
Suku dayak MEMBAUI org batak dengan ciri khas bau babi...
Ketika berpapasan dengan org batak lalu di BAUI tercium aroma babi, berarti kawan. :-k

OMG #@*#!!??
User avatar
umpu kakah
Posts: 1130
Joined: Sun Apr 12, 2009 11:58 pm

Re: sepenggal cerita masa lalu

Post by umpu kakah »

swatantre wrote:DAri sini kita bisa tahu, YANG KEJI ITU MADURA..... Menaklukkan tanah orang sama persis seperti Muhammad merampas kabillah Yahudi dan menaklukkan Mekkah milik Quraish yang notabene adalah bangsanya sendiri....!!!!!! KAlau Dayak keji, sudah pasti TAK ADA SETITIKPUN madura di TAnah Dayak, termasuk pengungsi2nya.... Toh cara mendeteksinya pun mudah sekali...dengan cara MEMBAUI (CMIIW: kata temen saya, orang sulawesi yang lama kerja dan tinggal dari kecil di kalimantan, orang dayak membaui orang jawa seperti bau daun, kalo orang madura seperti bau sapi/kambing...)
MAka itu baguslah, kembalikan madura2 itu ke pulaunya yang tandus. Sangat cocok selama mereka jadi penyembah muhammad dihunikan ke padang pasir. Tanah tropis hijau gemah ripah loh jinawi adalah tanah yang sudah dianugerahkan Tuhan pada kafir, tak pantas gerombolan jin penyembah arab merampasinya....

HIDOEP DAYAAAKKK....!!!!!!!!!!!!!!!!
emng betul
User avatar
dayaknesse
Posts: 261
Joined: Sat Feb 11, 2012 3:00 pm
Location: huang "Huma Betang" tu kueh itah "belum hapakat"

Re: sepenggal cerita masa lalu

Post by dayaknesse »

mana tuh netter2 muslim yg kmrn ngungkit2 mslh Dayak-Madura...ga berani nongol kesini...
yongissssss.....udah baca belum sihhhh....?????
belum pernah menginjakan kaki sejengkalpun ke daerah konflik dan tdk tau sedikitpun asal muasal terjadinya konflik merasa punya hak untuk menghakimi... ](*,)

salam damai
it's me
swatantre
Posts: 4049
Joined: Thu Jul 20, 2006 7:40 pm
Location: Tanah Suci, dalem Ka'bah

Re: sepenggal cerita masa lalu

Post by swatantre »

Pokoke, asal udah jadi muslim, apalagi muslimah, mau dari golongan sufi, wahabi, PASTI teuteup aja d0ng0k...
User avatar
umpu kakah
Posts: 1130
Joined: Sun Apr 12, 2009 11:58 pm

Re: sepenggal cerita masa lalu

Post by umpu kakah »

swatantre wrote:Pokoke, asal udah jadi muslim, apalagi muslimah, mau dari golongan sufi, wahabi, PASTI teuteup aja d0ng0k...
kaya ini neh
Image
User avatar
dayaknesse
Posts: 261
Joined: Sat Feb 11, 2012 3:00 pm
Location: huang "Huma Betang" tu kueh itah "belum hapakat"

Re: sepenggal cerita masa lalu

Post by dayaknesse »

atas permintaan abang papierkorb, aku tambahin bbrp fakta mengenai tragedi dayak vs madura
semoga tragedi ini tdk akan berulang lg pd siapa pun dan di manapun
biar lah ini hanya sebagai "sepenggal cerita masa lalu" dan bisa menjadi pelajaran bagi kita semua...
Tahun 1972 di Palangka Raya, seorang gadis Dayak digodai dan diperkosa, terhadap kejadian itu diadakan penyelesaian dengan mengadakan perdamaian menurut hukum adat.

Tahun 1982, terjadi pembunuhan oleh orang Madura atas seorang suku Dayak, pelakunya tidak tertangkap, pengusutan / penyelesaian secara hukum tidak ada.

Tahun 1983, di Kecamatan Bukit Batu, Kasongan, seorang warga Kasongan etnis Dayak di bunuh (perkelahian 1 (satu) orang Dayak dikeroyok oleh 30 (tigapuluh) orang madura). Terhadap pembunuhan atas warga Kasongan bernama Pulai yang beragama Kaharingan tersebut, oleh tokoh suku Dayak dan Madura diadakan perdamaian: dilakukan peniwahan Pulai itu dibebankan kepada pelaku pembunuhan, yang kemudian diadakan perdamaian ditanda tangani oleh ke dua belah pihak, isinya antara lain menyatakan apabila orang Madura mengulangi perbuatan jahatnya, mereka siap untuk keluar dari Kalteng.

Tahun 1996, di Palangka Raya, seorang gadis Dayak diperkosa di gedung bioskop Panala dan di bunuh dengan kejam (sadis) oleh orang Madura, ternyata hukumannya sangat ringan.

Tahun 1997, di Desa Karang Langit, Barito Selatan orang Dayak dikeroyok oleh orang Madura dengan perbandingan kekuatan 2:40 orang, dengan skor orang Madura mati semua, tindakan hukum terhadap orang Dayak: dihukum berat. Orang Dayak tersebut diserang dan mempertahankan diri menggunakan ilmu bela diri? dimana penyerang berhasil dikalahkan semuanya.

Tahun 1997, di Tumbang Samba, ibukota Kecamatan Katingan Tengah, seorang anak laki-laki bernama Waldi mati terbunuh oleh seorang suku Madura yang ?tukang jualan sate?. Si belia Dayak mati secara mengenaskan, ditubuhnya terdapat lebih dari 30 (tigapuluh) bekas tusukan. Anak muda itu tidak tahu menahu persoalannya, sedangkan para anak muda yang bertikai dengan si tukang sate telah lari kabur ?.Yang tidak dapat dikejar oleh si tukang sate itu, si korban Waldi hanya kebetulan lewat di tempat kejadian.

Tahun 1998, di Palangka Raya, orang Dayak dikeroyok oleh 4 (empat) orang Madura, pelakunya belum dapat ditangkap karena melarikan diri dan korbannya meninggal, tidak ada penyelesaian secara hukum.

Tahun 1999, di Palangka Raya, seorang petugas Tibum (ketertiban umum) dibacok oleh orang Madura, pelakunya di tahan di Polresta Palangka Raya, namun besok harinya datang sekelompok suku Madura menuntut temannya tersebut dibebaskan tanpa tuntutan; ternyata pihak Polresta Palangka Raya membebaskannya tanpa tuntutan hukum;

Tahun 1999, di Palangka Raya, seorang Dayak dikeroyok oleh beberapa orang suku Madura — masalah sengketa tanah —; 2 (dua) orang Dayak dalam perkelahian tidak seimbang itu mati semua, sedangkan pembunuh lolos, malah orang Jawa yang bersaksi dihukum 1,5 tahun karena dianggap membuat kesaksian fitnah terhadap pelaku pembunuhan yang melarikan diri itu.

Tahun 1999, di Pangkut, ibukota Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat, terjadi perkelahian massal dengan suku Madura, gara-gara suku Madura memaksa mengambil emas pada saat suku Dayak menambang emas. Perkelahian itu banyak menimbulkan korban pada ke dua belah pihak, tanpa penyelesaian hukum.

Tahun 1999, di Tumbang Samba, terjadi penikaman terhadap suami-isteri bernama IBA oleh 3 (tiga) orang Madura; pasangan itu luka berat. Dirawat di RSUD Dr. Doris Sylvanus, Palangka Raya, biaya operasi /perawatan ditanggung oleh Pemda Kalteng. Para pembacok / pelaku tidak ditangkap, katanya? sudah pulang ke pulau Madura sana!. (Tiga orang Madura memasuki rumah keluarga IBA dengan dalih minta diberi minuman air putih, karena katanya mereka haus, sewaktu IBA menuangkan air di gelas, mereka membacoknya, isteri IBA mau membela, juga di tikam. Tindakan itu dilakukan mereka menurut cerita mau membalas dendam, tapi salah alamat).

Tahun 2000, di Pangkut, Kotawaringin Barat, 1 (satu) keluarga Dayak mati dibantai oleh orang Madura, pelaku pembantaian lari, tanpa penyelesaian hukum. Tahun 2000, di Palangka Raya, 1 (satu) orang suku Dayak di bunuh / mati oleh pengeroyok suku Madura di depan gedung Gereja Imanuel, Jalan Bangka. Para pelaku lari, tanpa proses hukum.

Tahun 2000, di Kereng Pangi, Kasongan, Kabupaten Kotawaringin Timur, terjadi pembunuhan terhadap SENDUNG (nama kecil). Sendung mati dikeroyok oleh suku Madura, para pelaku kabur / lari, tidak tertangkap, karena lagi-lagi ?katanya? sudah lari ke Pulau Madura, proses hukum tidak ada karena pihak
berwenang tampaknya ?belum mampu? menyelesaikannya (tidak tuntas).

Tahun 2001, di Sampit (17 s/d 20 Februari 2001) warga Dayak banyak terbunuh / dibantai. Suku Madura terlebih dahulu menyerang warga Dayak.

Tahun 2001, di Palangka Raya (25 Februari 2001) seorang warga Dayak terbunuh / mati diserang oleh suku Madura. Belum terhitung masalah warga Madura di bagian Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Suku Dayak hidup berdampingan dengan damai dengan Suku Lainnya di Kalimantan Tengah, kecuali dengan Suku Madura. Lanjutan kerusuhan tersebut adalah peristiwa Sampit yang mencekam itu.
POKOK POKOK MASALAH
1.Bahwa proses marginalisasi dan pemelaratan yang terjadi di Kalimantan Tengah, baik dari sisi ketidakadilan pemanfaatan sumberdaya alam dan Pembangunan Daerah, maupun ketidakadilan akan adanya perlindungan hak-hak hidup masyarakat telah ditambah oleh ketidakmampuan etnis Madura untuk memberikan toleransi terhadap hampir seluruh aspek kehidupan Suku Dayak Kalimantan Tengah.

2.Adanya arogansi budaya Suku Madura yang memandang remeh budaya lokal Suku Dayak, menimbulkan berbagai gesekan yang seluruhnya tidak pernah diselesaikan secara tuntas, baik oleh masyarakat maupun pemerintah. Akumulasi gesekan-gesekan tersebut menimbulk an perseteruan dan perkelahian massal yang membesar dan memuncak dari waktu ke waktu.

3.Kecenderungan Suku Madura membawa kenalan, sanak-keluarga, kerabat dan anggota masyarakat Madura ke Kalimantan Tengah yang kurang berpendidikan dan berlaku kriminal, tanpa melakukan seleksi terlebih dahulu, telah menyebabkan Kalimantan Tengah menerima warga Suku Madura yang potensial dan banyak melakukan hal-hal yang tidak toleran terhadap hampir seluruh aspek kehidupan Suku Dayak.

4.Hal-hal tersebut telah membangkitkan kerugian yang tidak terhingga bagi Suku Dayak, baik dari segi moril, mau pun materil. Adanya hujatan bahwa Suku Dayak tidak beradab, tidak toleran, tidak berkemanusiaan dan lain-lain yang dilansir baik oleh perorangan mau pun media massa serta elektronik secara
luas, tanpa mempertimbangkan penderitaan berkepanjangan yang timbul dimasyarakat Suku Dayak akibat kerusuhan yang muncul dari adanya Suku Madura di Kalimantan Tengah.

5.Adanya kecenderungan pihak Suku Madura melindungi warganya yang berbuat jahat terhadap Suku Dayak, menyebabkan akumulasi kebencian yang merupakan masalah umum dan sosial dikalangan warga non Madura di Kalimantan Tengah. IKAMA menjadi tempat untuk menyelamatkan warga Suku Madura yang berbuat jahat kepada warga non Madura.

6.Adanya upaya tokoh-tokoh Suku Madura mendorong peristiwa kerusuhan yang ada di Kalimantan Tengah hanya muncul dari sisi Suku Dayak, yaitu dengan merujuk akibat kerusuhan semata, tanpa memperhatikan asal-muasal dan proses-proses yang mandahuluinya.

7.Terlihat pula upaya tokoh-tokoh Suku Madura mendorong masyarakat agama untuk berseteru satu dengan lainnya dengan mengatakan bahwa masalah di kota Sampit adalah pembasmian terhadap umat muslim.

8.Adanya pertimbangan yang naif dari tokoh-tokoh Madura dengan menelorkan ancaman-ancaman kepada para petinggi Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah untuk memaksakan kehendak mereka dalam penyelesaian kerusuhan. Hal ini dilakukan tanpa mempertimbangkan bahwa Kalimantan Tengah menjadi korban kelalaian para tokoh-tokoh Suku Madura yang gagal membina warganya yang mencari kehidupan di Kalimantan Tengah.

9.Suku Dayak Kalimantan Tengah selama ini sangat toleran terhadap Suku Madura, sehingga pada beberapa keluarga Dayak, telah menerima anaknya menikah dengan Suku Madura.
sekali lagi, ini hanyalah sekedar "sepenggal cerita masa lalu"
supaya ini bisa menjadi pembelajaran buat kita semua agar tdk terulang lg tragedi seperti ini di masa depan
sdh saatnya kita bersatu membela negara kita
kembali menegakkan NKRI, Pancasila, UUD 1945 dan Bhinekka Tunggal Ika

salam damai
it's me
User avatar
duren
Posts: 11117
Joined: Mon Aug 17, 2009 9:35 pm
Contact:

Re: sepenggal cerita masa lalu

Post by duren »

Sebuah trit / tulisan yang amat bagus =D> =D>



Dan yang ini Islami sekali :lol:
Media massa Nasional terus menyatakan bahwa kasus ini adalah kecemburuan sosial dan rendahnya SDM Kalteng. Memang benar SDM Kalteng kekurangan warga perampok, penjarah, pelacur, pengemis dan pembuat onar sebagaimana yang datang dari kalangan Madura yang tidak terdidik yang diarahkan bermukim di Kalteng.
nadia ghazali
Posts: 1141
Joined: Fri Nov 19, 2010 9:48 am

Re: sepenggal cerita masa lalu

Post by nadia ghazali »

emang madura itu kayak gengnya muhamamd..preman asli
masuk ke rmh orang trus mau bantai tuan rmh
emang tdk tahu diri..
di kalbar jg begitu
abang becak dan sopir oplet asal nyelip dan meludah sembarangan
pernah dede ku yg paling kecil diludahin pas lagi sepedaan sejajar dgn oplet
maunya menang sendiri..udah ludahi orang masih mau melotot
coba kl kafir yg meludah kayak begitu..udah di celurit sama si bangsat madura
bukan aku mau memanasi2 ttg SARA ttp emang betul kok..dr 1 jt orang madura ..mungkin hanya 2 biji yg normal dan santun..selebihnya kayak binatang buas yg tdk beradab
bahkan gara2 msalah 5 ribuan aja bisa saling tikam sesama madura
User avatar
Bigman
Posts: 3186
Joined: Sat Jan 03, 2009 8:19 pm
Contact:

Re: sepenggal cerita masa lalu

Post by Bigman »

Sepenggal cerita masa lalu:
Dulu di Jakarta, banyak tukang sate babie malem2 lewat depan rumah, kita tinggal panggil.....
Dan pesan dah ntuh sate babie nyang cem-macem.......
Ada nyang hati dilapis minyak, ada daging, ada usus, ada kulit, dll........

SEKARANG !!!
Ntuh tukang sate babie ngga berani dagang keliling malem2.......!!!
Tukang sate babie keliling sekarang, cuman siang sampe sore......!!!

KENAFA??? :stun: :shock:
Pernah nanya langsung +/- 3 ~ 5 tahun lalu, ame ntuh tukang sate......
Kenape sekarang ngga ada tukang sate babie keliling dimalem hari??


Tukang Sate Babi:
"Wah sekarang saya ngga bisa dagang malem2.....
Dibatesin ame Tukang Sate Ayam Madura ampe jem 5 sore.....
Kalo lewat dari jem 5, saya udah diancem, bakalan di celurit...!!!"


Hehehe, kalo nyang dagang sate babi keliling di Kalimantan orang dayak..... Bijimane yah? :lol:
User avatar
dayaknesse
Posts: 261
Joined: Sat Feb 11, 2012 3:00 pm
Location: huang "Huma Betang" tu kueh itah "belum hapakat"

Re: sepenggal cerita masa lalu

Post by dayaknesse »

sayang...para netter muslim yg kmrn koar2 ngungkit2 tragedi ini ga mau mampir ke trit ini :(

saya kmrn mengumpamakan seperti ini :
Layaknya seorang tuan rumah, apakah akan terus tinggal diam jika isi rumah dan anggota keluarganya diganggu dan diusik oleh tamu yg sudah diterima dengan tangan terbuka untuk ikut tinggal di dalam rumahnya

dan tulisanku pun dianggap angin lalu oleh mereka
wush....wush....wush...

salam damai
it's me
User avatar
MaNuSiA_bLeGuG
Posts: 4292
Joined: Wed Mar 05, 2008 2:08 am
Location: Enies Lobby

Re: sepenggal cerita masa lalu

Post by MaNuSiA_bLeGuG »

dayaknesse wrote:sayang...para netter muslim yg kmrn koar2 ngungkit2 tragedi ini ga mau mampir ke trit ini :(

saya kmrn mengumpamakan seperti ini :
Layaknya seorang tuan rumah, apakah akan terus tinggal diam jika isi rumah dan anggota keluarganya diganggu dan diusik oleh tamu yg sudah diterima dengan tangan terbuka untuk ikut tinggal di dalam rumahnya

dan tulisanku pun dianggap angin lalu oleh mereka
wush....wush....wush...

salam damai
it's me
diam pun adalah sebuah jawaban. lebih baik buat mereka untuk diam dikala mereka ga tau, daripada nyablak tapi tanpa ngerti apa2...lebih sakit kepala kita :lol:
Post Reply