DEBAT: Quran wahyu Tuhan ? Sbh analisa sejarah

Sejarah penulisan Qur'an & Hadis, ayat2 Mekah & Medinah, kontradiksi Qur'an, tafsir Qur'an, dan hal2 yang bersangkutan dengan Qur'an.
Post Reply
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

DEBAT: Quran wahyu Tuhan ? Sbh analisa sejarah

Post by ali5196 »

TRANSLATION DEDICATED TO NAMASAMARAN :wink: :wink:

Posted: Wed Dec 28, 2005 9:24 pm
Post subject: http://debate.org.uk/topics/isamasih/jul98/debate.htm

The Leicester Debate: Jay Smith vs Shabir Ally
---------------------------------------------------------------------- ----------
Yang Mana kata Tuhan - Injil atau Qur'an?


Inilah topik debat di Universitas Leicester University tgl 8 May 1998 oleh Jay Smith, apologis Kristen di London dan Shabir Ally dari the Canadian Islamic Propagation Centre.

Siapa Jay Smith ?
http://www.facultylinc.com/national/fsl ... enDocument

Sekitar 600 siswa memenuhi the Rattray Lecture Theatre dgn banyak lagi berkumpul di pintu2 dan gang2. Sekitar 200 orang menonton lewat layar TV.

Para 'pakar' Liberal
Meminjam materi 'pakar' Kristen Liberal, Shabir sebelumnya menyerang otentisitas Injil Perjanjian Baru ; menunjuk pd tuduhan tambal sulam, tidak konsisten dlm manuskrip2 dan megnatakan bahwa beberapa buku (eg 2 Peter) tidak ditulis oleh para apostle.

Ia menggunakan karya2 Bruce Metzger, emeritus professor of New Testament at Princeton Theological Seminary, dan penulis ‘Manuscripts of the Greek Bible’. Saat debat berlangsung nampak jelas bahwa ia sekedar mengutip Metzger yg sendirinya mengutip pendapat2 penulis lain.

Bukti Manuskrip
Jay Smith memulai pembelaannya dgn resume dampak Injil terhdp sejarah dunia sebelum menguraikan dukungan Qur’an pd otoritas Injil dan membedakan bukti arkeologis dan manuskrip kedua kitab suci itu.
Dlm diskusi, Qur’an nampak kalah besar.

Dlm balasannya, Shabir menekankan kembali point2nya terdahulu dan kemudian mengritik keras hukum2 Perjanjian Lama. Spt juga di Birmingham ia tidak berupaya membela historisitas Qur’an dan tradisi Islam.

Pembalasan Jay menunjukkan fakta bahwa akademisi Muslim belum memiliki jawaban atas pertanyaan otentisitas historis Qur’an. Ia lalu menunjukkan sebuah buku berjudul ‘101 penjelasan atas kontradiksi dlm Injil’ menjawab buku Shabir yg tadinya disampaikan di Birmingham.

Diskusi Berguna
Setelah debat itu, beberapa siswa Muslim menghampiri Shabir dan bertanya mengapa ia tidak membela historisitas Qur’an. Jelas bahwa mereka menunggu jawaban yg ia tidak sanggup berikan. 2 siswa Muslim dan 2 siswa atheis mengucapkan selamat kpd Jay.

Buku ‘101 penjelasan atas kontradiksi’ ini tersedia di internet dan kritik historis Jay Smith terhdp Qur’an dan Hadis dibahas dlm isu Isa Masih dlm judul ‘Problems with the Qur'an’.

---------------------------------------------------------------------------------
http://debate.org.uk/topics/history/debate/part1.htm#B

DEBAT KEDUA, dgn Jamal Badawi
"Is the Qur'an the Word of God?" -
BY JAY SMITH


A: PENDAHULUAN
Bln Agustus 1995 saya diundang berdebat ttg topik, "Apakah Qur'an kata/wahyu Tuhan ?" dgn Dr. Jamal Badawi. Debat ini berlangsung di Trinity College, Cambridge dan setelah tesis kami berdua disampaikan kpd hadirin, disediakan 1 jam bagi pertanyaan utk hadirin Muslim maupun non-Muslim. Dibawah ini adalah isi tesis saya dlm debat itu.

Karena tingginya perhatian pd topik ini, kami menempatkan tesis ini beserta dgn 10 tesis apologis lainnya dan beberapa bantahan Muslim di http://www.domini.org/debate/home.htm).

--------------------------------------------------------------------------------

Islam mengatakan bahwa Qur'an bukan saja wahyu dari Tuhan tetapi pengungkapan terakhir kpd umat manusia. Ini bisa dilihat dari kata2 "Ibu semua kitab" dlm Surah 43:2-4. Muslim bersikeras bahwa Qur'an adalah ungkapan pernyataan Tuhan paling akhir dan setiap kata dlm Quran sama persis dgn apa kata Allah. Kitab Quran yang asli disimpan di surga. Surah 85:21-22 mengatakan, "Nay this is a glorious Qur'an, (inscribed) in a tablet preserved." Para pakar Islam oleh karena itu mengatakan bahwa surah ini merujuk pada kitab Quran yang disimpan di surga dan oleh karena itu tidak pernah diciptakan. Qur'an yg tersebar di bumi adalah identik dgn yg disimpan di surga, bahkan sampai kepada tanda titik, judul dan pembagian bab. Persis sama.

Menurut tradisi Muslim, wahyu2 ini diturunkan (Tanzil atau Nazil), kpd bagian langit ketujuh yg paling bawah pada bulan Ramadan, pada malam lailat al Qadr (Surah 17:85).

Sejak itu wahyu2 diturunkan oleh Muhamad secara bertahap, sesuai kebutuhan, lewat Jibril (Surah 25:32). Jadi, setiap huruf bebas dari pengaruh manusia, shg menampakkan Qur'an sbg suci, memiliki otoritas dan integritas.

Pernyataan2 diatas tidak pernah terbukti benar atau tidak. Karena orang selalu enggan utk memaparkan pertanyaan ttg Qur'an dan Muhamad karena takut mengundang reaksi negatif.

Baru sekarang, para pakar sekuler Islam ("Orientalis") menguji kembali sumber2 islam ini. Dan mereka menemukan bahwa Qur'an tidak diturunkan kpd satu orang, tetapi merupakan kumpulan atau peng-editan oleh sekelompok orang selama beberapa abad (Rippin 1985:155; dan 1990:3,25, 60). Jadi, Qur'an yg kita baca sekarang tidak sama dgn apa yg ada pada abad ke 7M. Kemungkinan merupakan hasil abad 8M dan 9M (Wansbrough 1977:160-163).

Akibatnya, tahap pembentukan Islam, menurut mereka, tidak berlansung pada masa Muhamad, namun berkembang selama 200-300 tahun berikutnya (Humphreys 1991:71, 83-89).

Sumber2 materi bagi periode ini, namun demikian, sangat sedikit. Dan diluar Qur'an, semua sumber berusia jauh setelah abad 7. Sebelum 750M kami tidak memiliki dokumen yg bisa di-verifikasi yg bisa menjelaskan periode pembentukan Islam ini (Wansbrough 1978:58-59). Tidak ada satupun materi yg eksis guna membuktikan materi tradisi Islam ini. Dokumen berikutnya hanyalah mencontek dokumen2 sebelumnya, yg tidak lagi eksis (kalau memang pernah eksis) (Crone 1987:225-226; Humphreys 1991:73).

Periode klasik ini (sekitar 800 AD) menggambarkan masa lalu tetapi dari sudut pandangnya sendiri, spt orang dewasa menulis ttg masa kecilnya yg cenderung mengingat2 hal yg manis2 saja. Shg kesaksian ini bersifat tidak obyektif dan oleh karena itu tidak dpt diterima sbg otentik (lihat studi2 Crone ttg problema tradisi, khususnya mereka yg tergantung cerita2 penyair2 setempat di Mekah....1987, pp.203-230 dan ‘Slaves on Horses’, 1980, pp. 3-17).

Akibatnya, jurang pendapat antara pakar sejarah dgn Muslim semakin besar: Muslim ortodox percaya penuh bahwa wahyu Islam adalah intervensi Ilahi lewat Jibril selama periode 22 thn (610-632 A.D.), masa yg menetapkan hukum dan tradisi yg akhirnya membentuk Islam.

Tetapi teori ini pula diragukan sejarawan sekuler karena ini mengasumsi bahwa pd abad ke 7, Islam, sebuah agama yg terdiri dari hukum dan tradisi yg njelimet dibentuk dlm sebuah budaya nomad terbelakang dan berfungsi penuh dlm hanya 22 thn.

Wilayah Arabia sebelumnya tidak dikenal sbg dunia beradab. Periode ini bahkan dicap sbg periode Jahiliyah (period keterbelakangan). Wilayah Arabia sebelum Muhamad tidak memiliki budaya maju, apalagi infrastruktur yg diperlukan utk menciptakan keadaan yg mendukung pembentukan Islam (Rippin 1990:3-4). Jadi, bgm Islam diciptakan secepat dan serapih itu ? Dlm lingkungan padang pasir yg terbelakang ?

Muncullah kelompok2 pakar sejarah baru ttg Islam, spt Dr. John Wansbrough, Michael Cook [dari SOAS, London], Patricia Crone dari Oxford/ Cambridge, Yehuda Nevo dari University of Jerusalem, Andrew Rippin dari Canada,dll.

Tulisan saya ini didasarkan atas studi mereka guna dpt mengerti asal usul Qur'an. Ini merupakan materi yg perlu dihadapi para apologis Muslim dgn serius karena kebanyakan data mereka meragukan claim2 para pakar Muslim tradisonal ttg Qur'an dan Muhamad.

Mari kita mulai.
--------------------------------------------------------------------------------

B: PROBLEMA DGN TRADISI2 ISLAM


B1: SUMBER2 ISLAM
Semua studi ttg Quran harus dimulai dgn problema sumber2 primer dan sumber2 sekunder. Sumber2 primer adalah materi yg paling dekat pd peristiwa ybs. Sumber sekunder hanya menyangkut materi akhir2 ini, dan tergantung sumber2 primer.

Dlm Islam, sumber2 primer yg kita miliki adalah 150-300 th setelah peristiwa ybs, dan oleh karena itu cukup jauh dari peristiwa tsb (Nevo 1994:108; Wansbrough 1978:119; Crone 1987:204).

Oleh karena itu, sumber2 sekunder, tergantung dr materi lain, kebanyakan tidak lagi eksis.

Sumber2 pertama dan terbesar adalah "tradisi Muslim atau Islam."

Tradisi Muslim merupakan tulisan2 yg disusun Muslim pd abad ke 8-10M ttg apa yg dikatakan dan dilakukan Muhamad pada abad 7M serta komentar2 ttg Qur'an. Ini merupakan materi yang paling luas yg pernah kami miliki ttg masa dini Islam. Tradisi2 ini juga ditulis secara lebih mendetil, mencakup tanggal2 dan keterangan ttg apa yg terjadi. Mereka merupakan pelengkap Qur'an.

Qur'an sendiri sulit diikuti, membingungkan pembaca karena meloncat dari cerita yang satu ke cerita yang lain, dgn sedikit narasi latar belakang ataupun penjelasan, oleh karena itulah diperlukan Tradisi karena mereka menambahkan detil2 yg hilang.

Dlm beberapa hal, Tradisi lebih kuat ketimbang Qur'an; contoh, saat Qur'an menyebut ttg tiga kali solat (surah 11:114; 17:78-79; 30:17-18 dan mungkin 24:58), sementara Tradisi menyebut lima kali solat, yg kemudian diterima Muslim. (Glasse 1991:381).

Para pengarang Tradisi ini bukan penulis, melainkan pengumpul dan editor yg mengumpulkan informasi yg disampaikan kpd mereka dan lalu mereproduksinya.

Ada banyak pengumpul informasi, tetapi empat orang dianggap yg paling otoritatif oleh Muslim dan kesemuanya mengumpulkan materi mereka antara thn 750-923 AD. (atau 120-290 tahun setelah kematian Muhamad).

Sirat Rasulullah adalah kesaksian ttg kehidupan tradisonal nabi (termasuk pertempuran2nya). Yang paling komprehensif ditulis oleh Ibn Ishaq (w. 765 AD), walau tidak ada satupun manuskripnya eksis di jaman ini.

Akibatnya, kita tergantung Sirat-nya Ibn Hisham (w. 833 AD), yg katanya diambil dari Ibn Ishaq, walau, menurut pengakuannya sendiri (menurut riset Patricia Crone) ia menghindari topik2 yg dianggap rawan, spt hal2 yg dianggapnya keterlaluan, dan hal2 yg tidak dapat ia percaya. (Crone 1980:6).

Hadis adalah ribuan laporan pendek atau narasi (akhbar) ttg perkataan dan kelakuan nabi yg dikumpulkan Muslim di abad 9-10M. Yang paling terkenal adalah koleksi hadis al-Bukhari (w. 870 AD) dan dianggap Muslim sbg yg paling otoritatif.

Ta'rikh adalah sejarah atau kronologi kehidupan nabi, yg paling terkenal ditulis oleh al-Tabari (w. 923 AD) pada permulaan abad ke 10M.

Tafsir adalah komentar dan exegesis ttg Qur'an, bahasa dan konteks; yang paling terkenal ditulis al-Tabari (w. 923 AD).


B2: TANGGAL2 TERLAMBAT

Nah, pertanyaan pertama adalah, mengapa tradisi2 diatas ini ditulis begitu terlambat ? 150-300 tahun setelah kejadian ?

Kami tidak memiliki satupun kesaksian dari masy Islam selama 150 tahun pertama, antara invasi2 Arab pertama [permulaan abad ke 7] dan timbulnya naratif2 sira-maghazi dari literatur Islam paling dini" [menuju abad ke8] (Wansbrough 1978:119).

Masa tidak ada sedikitpun bukti2 atas perkembangan tradisi kuno Arab menuju Islam selama 150 thn itu ? Faktanya memang, kita tidak temukan apa-apa (Nevo 1994:108; Crone 1980:5-8).

Muslim ada yg tidak setuju dan bersikeras bahwa ada bukti tradisi2 yg lebih dini, khususnya dari Muwatta oleh Malik ibn Anas (lahir th 712 AD dan wafat 795 AD). Norman Calder dlm bukunya ‘Studies in Early Muslim Jurisprudence’ tidak setuju dgn tanggal dini itu dan mempertanyakan apakah karya2 itu bisa diatribusikan kpd para pengarang2 dini. Katanya, kebanyakan teks jaman itu merupakan
"teks2 sekolah," ditransmisikan dan dikembangkan selama beberapa generasi dan dalam bentuk yg jelas jauh lebih modern daripada jaman ‘pengarang2 asli.’

Setelah adanya asumsi bahwa hukum Shafi'i (yg menuntut bahwa semua hadis dicari sumbernya ke Muhamad) hanya berlaku sesudah th 820 AD, ia menyimpulkan bahwa karena Mudawwana sama sekali tidak menyinggung otoritas kenabian Muhamad (padahal Muwatta melakukannya), ini berarti bahwa Muwatta pastilah dokumen paling akhir.

Akibatnya, Calder menempatkan Muwatta tidak sebelum 795 AD, tetapi setelah ditulisnya Mudawwana pada th 854 AD. Malah Calder menempatkan Muwatta bukan di abad ke 7, malah ke abad 11 di Cordoba, Spanyol (Calder 1993). Kalau memang ia benar, maka kami memang tidak memiliki bukti apapun ttg tradisi dari masa permulaan Islam.

Humphreys mengatakan, "Muslimin, kami asumsi, pastilah sangat berhati2 dlm mencatat prestasi spektakuler mereka, sementara masy yg mereka jajah, mereka yang jauh lebih berpendidikan dan beradab, pasti sulit mengerti nasib apa yg menimpa mereka." (Humphreys 1991:69) Namun menurut Humphreys, semua yg kami temukan dari periode dini ini adalah sumber2 yg , "entah terpecah2 (fragmented) atau mewakili perspektif yg sangat spesifik atau bahkan eksentrik," shg menjadikan sulit utk merekonstruksi abad pertama Islam secara memadai (Humphreys 1991:69).

Pertanyaannya, oleh karena itu, dari mana para penyusun abad ke 8 dan 9M mendapatkan materi mereka ?

Jawabannya ? Kita tidak tahu.
"Bukti atas dokumentasi sebelum 750 AD terdiri dari hampir seluruhnya kutipan2 meragukan yg tercatat dlm kompilasi abad berikutnya." (Humphreys 1991:80)

KESIMPULAN, tidak adanya bukti yg meyakinkan bawha Tradisi memang berbicara secara jujur ttg kehidupan Muhamad, atau bahkan Qur'an (Schacht 1949:143-154). Kami diminta utk percaya bahwa dokumen2 ini, yg tertulis ratusan tahun dianggap akurat, walau tidak dibarengi dgn bukti diluar Isnad, yg tidak lebih dari daftar nama2 mereka yg menurunkan tradisi2 ini.

Bahkan Isnad tidak didukung oleh dokumen yg bisa membuktikan otentisitas mereka (Humphreys 1991:81-83) !

Lebih jelas ttg Isnad, di akhir paper ini.


B2a: TULISAN
Muslim membela diri dgn mengatakan bahwa tanggal2 terlambat sumber2 primer itu dikarenakan tradisi tulisan dlm kawasan terisolasi itu pada jaman itu belum ada. Ini jelas omong kosong karena tradisi menulis diatas kertas sudah dimulai jauh sebelum abad ke 7. Kertas tulis diciptakan di abad ke empat dan digunakan secara luas di dunia beradab setelah itu. Dinasti Persia, Umayyad, bermarkas di Syria, daerah yg tadinya Kristen Byzantin dan BUKAN Arab. Mereka merupakan budaya maju yg menggunakan sekretaris dlm istana2 Kalifah, dan membuktikan bahwa penulisan manuskrip sudah dikembangkan disitu.

Dikatakan bahwa jazirah Arab (atau dikenal sbg Hijaz) di abad ke 7 dan sebelumnya merupakan daerah perdagangan dgn karavan2 melewati rute2 utara-selatan dan mungkin timur-barat. Walau bukti2 menunjukkan bahwa perdagangan sebagian besar bersifat lokal (akan didiskusikan nanti), tradisi karavan memang sudah ada. Bgm para pemilik karavan mencatat harga2 dagangan mereka ? Dgn menghafal angka2 ?

Dan akhirnya, kami harus bertanya, BGM KAMI BISA MENDAPATKAN QURAN, KALAU TIDAK ADA ORANG SAAT ITU YG BISA MENULIS DIATAS KERTAS ?? Muslimin bersikeras bahwa eksistensi sejumlah kodifikasi Quran ada tidak lama setelah wafatnya Muhamad, spt miliknya Abdullah ibn Mas'ud, Abu Musa, dan Ubayy b. Ka'b (Pearson 1986:406). Apa kodeks2 itu kalau bukan dokumen tertulis ?

Teks Usman sendiri harus ditulis, kalau tidak tidak akan disebut TEKS ! Teknologi menulis diatas kertas sudah ada, tetapi karena alasan tertentu, tidak ada data2 yg membuktikan adanya dokumen2 sebelum 750 AD.


B2b: UMUR
Pakar Muslim juga ada yg mengatakan bahwa alasan tidak adanya dokumen dini itu adalah karena usia tua ! Bahan penulisan sumber2 primer itu entah rapuh karena usia atau karena manusia tidak hati2 dlm menanganinya dan oleh karena itulah lumrah kalau mereka hancur.

Argumen ini agak aneh. The British Library memiliki ribuan dokumen yg ditulis oleh orang2 yg hidup tidak jauh dari jazirah Arab dan jauh lebih dini. Yg dipertontonkan adalah manuskrip2 Perjanjian Baru spt Codex Syniaticus dan Codex Alexandrinus, keduanya ditulis di abad ke 4, atau 300-400 tahun sebelum periode Muhamad !

Kok mereka tidak rapuh karena usia ??

Argumen usia tua ala Muslim ini khususnya lemah menyangkut Qur'an itu sendiri. "Teks Usman" Qur'an (kodeks final yg dianggap disusun oleh Zaid ibn Thabit, dibawah pengawasan kalif ketiga, Usman) dianggap Muslimin sbg literatur yg paling penting yg pernah ditulis. Spt kami sebutkan sebelumnya, menurut Surah 43:2-4, Quran adalah "ibu segala buku." Keunikannya adalah karena Quran ini adalah duplikat persis dari "tulisan2 abadi" yg eksis di surga (Surah 85:22).

Tradisi Muslim mengatakanbahwa semua kodeks dan manuskrip yg bersaingan dgnnya DIHANCURKAN setelah 646-650 AD. Bahkan "copy Hafsah," dari mana resensi final diambil telah DIBAKAR. Kalau teks Usman ini begitu penting, MENGAPA OH MENGAPA TIDAK DITULIS PADA KERTAS, atau bahan lain yg bisa awet sampai sekarang ? Kalau memang manuskrip2 dini rapuh karena usia, mengapa mereka tidak diganti dgn tulisan2 pada kulit binatang, spt dokumen2 kuno lainnya yg sampai sekarang masih eksis ?

Kami tidak memiliki bukti absolut apapun ttg teks asal Qur'anic (Schimmel 1984:4). Kami juga tidak memiliki keempat copy yg dibuat dari resensi ini dan dikirim ke Mekah, Medinah, Basra dan Damascus (lihat argumen Gilchrist dlm bukunya “Jam' al-Qur'an”, 1989, pp. 140-154, dan juga “The Quran” tulisan Ling & Safadi, 1976, pp. 11-17).

Bahkan kalau copy2 ini rapuh dgn usia, mana mungkin tidak ada sedikitpun bekas2 fragmen yg dapat kami jadikan bahan rujukan. Pada akhir abad ke 6, Islam meluas sampai Afrika Utara dan Spanyol dan bahkan sampai ke India. Qur'an merupakan buku suci para penjajah Muslim itu. Nah, akalu memang begitu, pastilah ada dokumen2 ataupun manuskrip Qur'an yang masih eksis sampai hari ini. Nyatanya, tidak ada apapun yg tersisi dari periode itu !

Sementara itu, Perjanjian Baru milik Kristen dapat dibuktikan oleh lebih dari 5.300 manuskrip Yunani, 10.000 Latin Vulgates (Injil Latin ?) dan paling tidak 9.300 versi dini, shg total manuskrip kuno Perjanjian Baru mencapai lebih dari 24.000 manuskrip YANG MASIH EKSIS (McDowell 1990:43-55), kebanyakan ditulis antara 25 - 400 tahun setelah kematian Kristus (McDowell 1972:39-49). Tetapi ISLAM TIDAK DAPAT MENUNJUKKAN SATU MANUSKRIPpun sebelum abad ke DELAPAN ! (Lings & Safadi 1976:17; Schimmel 1984:4-6).

Kalau Kristen, kafir-jahilyah-najis-ahlul kitab-yg-melenceng-dari-jalan-yg-benar, bisa menyimpan ribuan manuskrip kuno dan semunya ditulis jauh sebelum abad ke 7, pada saat KERTAS BELUM DICIPTAKAN, sampai harus menulis pada papirus yg akhirnya juga rapuh tetapi dicatat kembali lagi secara berulang2, mengapa Muslim tidak mampu menunjukkan satu manuskrip apapun dari abad Quran dikatakan, ‘diturunkan’ ??

Jadi, argument bahwa Quran2 kuno rapuh dimakan rayap adalah alasan yg dicari2.


B2c: MANUSKRIP
Muslim masih ngotot juga dan mengatakan bahwa mereka toh memiliki ‘resensi2 Usmani’ ini berupa copy2 orijinal dari abad ke 7. Ada Muslim yg mengatakan copy2 asli itu disimpan di Mekah, Kairo dan hamper di setiap kota kuno yg dijajah Islam. Tapi kalau saya meminta data yg bisa membuktikan usia manuskrip2 itu, (mengingat sekarang hal itu bisa dilakukan dgn teknik ‘carbon-dating’) ternyata manuskrip2 belum pernah diuji usianya.

Memang ada dua dokumen yg bisa dipercaya dan sering dirujuk Muslim. Ini dinamakan dng manuskrip Samarkand, yg disimpan di Perpustakaan Soviet di Tashkent, Uzbekistan (dibagian selatan mantan Uni Soviet), dan manuskrip Topkapi, yg berada Museum Topkapi di Istanbul, Turki.

Kedua dokumen ini memang tua, dan sudah banyak dianalisa secara etimologis dan paleografis oleh para skriptologis dan ahli kaligrafi Arab.


MANUSKRIP SAMARKAND – diambil dari ‘Jam' al-Qur'an’-nya Gilchrist 1989, pp. 148-150:

Manuskrip Samarkand bukan dokumen komplet. Malah, dari 114 surah yg ditemukan di Qur'an sekarang, hanya surah-surah 2 - 43 yg termasuk didalamnya. Dari surah2 ini pun kebanyakan teks hilang. Inskripsi teks codex Samarkand ini menawarakan masalah karena tidak reguler. Ada halaman2 yg ditulis secara rapih dan seragam, sementara ada yg tidak rapih dan tidak seimbang (Gilchrist 1989:139 and 154). Di beberapa halaman, teks itu sangat ekspansif, sementara di halaman2 lain teksnya berjejalan dan padat. Kadang, huruf Arab KAF dikecualikan dari teks, sementara ditempat lain, huruf itu tidak hanya diperluas tetapi malah merupakan huruf dominant di teks ybs. Karena kebanyakan halaman2 manuskrip begitu berbeda satu sama lain, asumsinya adalaha bahwa manuskrip Samarkand tsb merupakan kumpulan teks dari manuskrip2 yg berbeda (Gilchrist 1989:150).

Bahkan dalam satu teks bisa ditemukan iluminasi artistic antara sesama surah, biasanya dlm bentuk barisan kotak2 berwarna dan 151 medali merah, hijau, biru dan oranye. Iluminasi ini menunjukkan kpd para skriptologis bahwa kodex itu berasal dari abad ke SEMBILAN, karena hiasan2 macam itu sudah pasti bukan praktek manuskrip jaman Usman abad ke 7 yg kemudian dibagi2kannya ke provinsi2 Islam (Lings & Safadi 1976:17-20; Gilchrist 1989:151).


MANUSKRIP TOPKAPI

Manuskrip ini berada di Istanbul, Turki dan juga ditulis pada papyrus dan tidak memiliki vokalisasi (see Gilchrist, 1989, pp.151-153). Spt manuskrip Samarkand, manuskrip Turki ini dihiasi ornamen2 medali yg menunjukkan jaman yg lebih maju, yaitu BUKAN ABAD 7 (Lings & Safadi 1976:17-20).

Muslim juga mengatakan bahwa ini pasti juga salah satu dari copy2 orijinal, kalau bukan memang yg asli yg dikumpulkan Zaid ibn Thabit pada abad ke 7. Tetapi tidak sulit membandingkannya dgn codex Samarkand dan anda akan melihat bahwa tidak mugnkin keduanya berasal dari jaman Usman. Misalnya, codex Topkapi memiliki 18 garis per halaman sementara codex Samarkand hanya memiliki setengah, antara 8 - 12 garis per halaman; codex Istanbul ditulis dalam bahasa formal, kata2 dan garis2 ditulis secara seragam, sementara teks codex Samarkand sering amburadul dan ter-distorsi. Sulit dipercaya bahwa kedua manuskrip ini ditulis oleh jawatan yg sama.


ANALISA MANUSKRIP:

Para pakar menggunakan 3 tes utk menentukan usia manuskrip. Mereka menguji usia kertas manuskrip itu dgn menggunakan proses kimiawi spt ‘carbon-14 dating’. Penentuan usia antara +/-20 tahun sangat dimungkinkan. Tapi orang enggan menggunakan cara ini karena jumlah materi yg harus dihancurkan utk proses ini (antara 1 - 3 gram) bisa menghancurkan manuskrip tsb. Jadi digunakanlah bentuk carbon-14 dating yg lebih canggih yg dikenal dgn nama AMS (Accelerator Mass Spectometry) yg hanya memerlukan 0.5 - 1.0 mg. materi utk diuji (Vanderkam 1994: 17). Namun sampai sekarangpun, manuskrip2 Islam itu tidak pernah diuji dgn metode yg canggih ini.

Para pakar juga akan mempelajari tinta manuskrip dan dapat menentukan daerah asalnya atau apakah tulisannya telah dihapus atau ditulis diatasnya secara berulang kali. Tetapi akses pada manuskrip itu terutama dihalangi oleh para pejabat yg sangat takut utk menyerahkannya kpd riset mendetil.

Jadi terpaksa para pakar hanya bisa menganalisa gaya tulisannya, apakah manuskrip itu memang kuno atau dari jaman yg lebih modern. Bidang studi ini dinamakan dng Paleografi. Gaya2 penulisan berubah dgn jaman. Perubahan ini biasanya seragam karena manuskrip selalu ditulis oleh kaligrafis professional. Dan mereka selalu mengikuti aturan yg sudah ditetapkan, dgn hanya modifikasi secara bertahap (Vanderkam 1994:16). Dgn mempelajari tulisan tangan yg tanggalnya sudah diketahui dan melihat perkembangan mereka, seorang paleografer bisa membandingkan mereka dgn teks2 yg tidak ada tanggalnya dan menentukan asal periode mereka.

Pengujian paleografis terhdp kedua manuskrip Samarkand dan Topkapi mencapai kesimpulan yang sangat interesan ttg tanggal asal mereka. Bukti inilah merupakan argument yg paling kuat bahwa kedua manuskrip BUKAN berasal dari jaamn Usman ataupun eksis di abad ke tujuh.


HURUF KUFI

Apa yg tidak disadari kebanyakan Muslim adalah bahwa kedua manuskrip ini ditulis dgn huruf Kufi, huruf yg menurut pakar Quran modern spt Martin Lings dan Yasin Hamid Safadi, tidak muncul sebelum abad ke 8 (setelah th 790), dan sama sekali tidak digunakan di Mekah dan Medinah di abad ke 7 (Lings & Safadi 1976:12-13,17; Gilchrist 1989:145-146; 152-153).

Alasannya sangat mudah. Huruf Kufi, yg dikenal dgn nama al-Khatt al-Kufi, berasal dari kota KUFA di IRAK (Lings & Safadi 1976:17). …
Kota Kufa itu dulunya merupakan kota Sassanid atau Persia sebelum masa pendudukan Arab (637 - 8 AD). Jadi, walaupun bahasa Arab dikenal disana, bahasa itu tidak mungkin bahasa dominan, apalagi huruf dominan, kecuali pada masa berikutnya.

Fakta menunjukkan bahwa huruf Kufi disempurnakan pada akhir abad 8 (sampai 150 tahun setelah kematian Muhamad) dan setelah itu digunakan secara luas diseluruh kawasan wilayah jajahan Muslim (Lings & Safadi 1976:12,17; Gilchrist 1989:145-146). Ini masuk akal karena sejak 750 AD, kerajaan Abbasid menguasai Islam, dan karena latar belakang Persia mereka, bermarkas di Kufa dan Bagdad. Oleh karena itu mereka ingin agar huruf mereka mendominasi. Karena mereka sendiri dulunya didominasi Umayyad (yg bermarkas di Damascus) selama 100 tahun, kini bisa dimengerti bgm huruf Arab yg berasal dari kawasan pengaruh mereka, spt huruf Kufi, berkembang kedalam apa yg kita temukan dlm kedua manuskrip ini.


FORMAT

Faktor lain yg menunjuk pada usia jauh setelah abad ke 7 adalah melihat pada format penulisannya. Gaya huruf Kufi yang ber-elongasi (panjang), mereka menggunakan lembaran yang lebih lebar ketimbang tinggi. Ini dikenal sbg the 'landscape format', format yg dipinjam dari dokumen2 Kristen Syria dan Iraq dari abad ke 8 dan 9. Format manuskrip Arab lebih dini semuanya ditulis dlm format ‘tegak.’
(terima kasih kpd Dr. Hugh Goodacre dari the Oriental and India Office Collections, yg menunjuk saya pada fakta ini bagi debat South Bank).

Olah karena itu, kedua manuskrip Topkapi dan Samarkand, karena mereka ditulis dalam huruf Kufi dan menggunakan ‘landscape format,’ tidak mungkin ditulis 150 tahun sebelum dikumpulkannya Resensi Usman; paling dini adalah thn 700-an atau permulaan 800-an (Gilchrist 1989:144-147).


SKRIP2 MA’IL dan MASHQ

Jadi, apa huruf yg digunakan di jazirah Hijaz (Arab) pada saat itu ? Kami tahu bahwa ada huruf Arab yg paling dini yg kebanyakan Muslim tidak menyadari.
Ini merupakan huruf al-Ma'il Script, yg dikembangkan di Hijaz, khususnya di Mekah dan Medinah, dan huruf Mashq, juga dikembangkan di Medinah (Lings & Safadi 1976:11; Gilchrist 1989:144-145). Hururf al-Ma'il digunakan pada abad 7 dan mudah diidentifikasi, karena ditulis agak miring (lihat contoh pada halaman 16 dari buku Gilchrist, Jam' al-Qur'an, 1989). Malah, kata al-Ma'il berarti "miring." Huruf ini bertahan selama dua abad sebelum ditinggalkan.

Hururf Mashq juda dimulai pada abad ke 7, tetapi terus digunakan berabad2 kemudian. Bentuknya lebih horizontal dan ciri khasnya adalah gayanya yg lebih bulat dan relaks (Gilchrist 1989:144).

JIka Qur'an disusun pada abad ke 7 ini, maka paling tidak Quran ditulis dlm huruf Ma'il atau Mashq.

Anehnya, memang ada Qur'an yg ditulis dlm huruf Ma'il, dan dianggap sbg Qur'an yg paling kuno yg kita miliki. Tetapi Quran ini tidak berada di Istanbul atau Tashkent, melainkan, ironisnya, di British Library di London (Lings & Safadi 1976:17,20; Gilchrist 1989:16,144). Ini juga dikatakan berasal dari sekitar akhir abad ke 8, oleh Martin Lings, mantan kurator manuskrip the British Library, yg sendirinya Muslim !!

Oleh karena itu, dgn bantuan analisa huruf, kami yakin bahwa tidak ada manuskrip Quran yg eksis di dunia ini sebelum abad ke 7 (Gilchrist 1989:147-148,153).

Hampir semua fragmen2 manuskrip Quran dini tidak berasal dari jaman lebih dini dari 100 tahun setelah kematian Muhamad. Dlm bukunya, ‘Calligraphy and Islamic Culture’, Annemarie Schimmel menggarisbawahi point ini dgn mengatakan bahwa Quran2 yg baru2 ini ditemukan di Sanaa, "fragmen2nya berasal dari pertengahan abad ke 8." (Schimmels 1984:4)

Kedelapan Qur'an dari Sanaa ini memang misterius karena pemerintah Yemen tidak mengijinkan orang2 Jerman yg menemukannya utk mengumumkan penemuan mereka ini. Mungkinkah ini utk menyembunyikan asal jaman Quran2 ini ? Ada yg mengatakan bahwa huruf dlm kedelapan Quran ini tidak mirip dgn Quran yg kita miliki sekarang. Kami masih menunggu perkembangan ini.


B3: KREDIBILITAS
Bgm dgn kredibilitas penyusunan HADIS ?
Spt dibahas sebelumnya, teks2 bersejarah ttg Islam masa dini disusun antara thn 850-950 AD. (Humphreys 1991:71). Semua materi kemudian menggunakan penyusunan ini sbg patokan mereka, sementara materi yg lebih dini tidak dapat dipastikan otentisitasnya (Humphreys 1991:71-72). Bisa saja bahwa tradisi2 sebelumnya tidak lagi relevan, shg dibiarkan rapih atau dihancurkan. Kita tidak tahu. Apa yg kita tahu adalah bahwa penyusun2 ini kemungkinan besar mengambil materi mereka dari koleksi yg disusun dlm abad sekitar 800 AD, dan bukan dari di=okumen yg ditulis dlm abad ke 7, dan jelas bukan dari Muhamad atau sahabat2nya (Humphreys 1991:73, 83; Schacht 1949:143-145; Goldziher 1889-90:72).

Kita juga tahu bahwa kebanyakan susunan mereka adalah cuplikan2 dari
Akhbar2 (anekdot dan anak kalimat) yg mereka anggap bisa diterima walau kriterianya masih misterius (Humphreys 1991:83). Sekarang nampak jelas bahwa aliran2 hukum permulaan abad ke 9 mencakupkan doktrin2 mereka sendiri dgn mengatakan bahwa mereka datang dari para sahabat nabi dan bahkan dari nabi sendiri (Schacht 1949:153-154).

Schacht memastikan bahwa sumber ketetapan ini adalah al-Shafi'i (w. 820 AD). Ialah yg menentukan bahwa semua tradisi hukum harus dilacak kembali ke nabi Muhamad guna memastikan kredibilitasnya. Hasilnya, tradisi hukum dlm jumlah besar yg mencari otoritas nabi ini timbul dari jaman Shafi'i dan sesudahnya, dan akibatnya mengekspresikan doktrin2 Irak saat itu, dan bukan doktrin2 Arab kuno (Schacht 1949:145). Agenda inilah yg diberlakukan oleh setiap aliran hukum sehubungan dgn pemilihan tradisi pd abad 9 dan 10, yg dipercaya sbg cara menguji otentisitas hadis.

Wansbrough setuju dgn Humphreys dan Schacht kala ia mengatakan bahwa data2 literatur, walau menunjukkan diri sbg sesuai dgn jaman terjadinya peristiwa ybs, sebenarnya berasal dari masa jauh setelah berlangsungnya peristiwa tsb, menurut pandangan mata jaman itu dan agar sesuai dgn tujuan dan agenda jaman itu.
(Rippin 1985:155-156).

Contoh, kaum Shi'ah. Agenda mereka sudah jelas karena amereka mengatakan bahwa dari 2.000 hadis sahih, mayoritas hadis (1.750) berasal dari Ali, menantu nabi, yg menjadi panutan kaum Shi'ah. Anda mungkin akan bertanya : Kalau otentisitas bagi hadis2 oleh Shi’ah sepenuhnya bersifat politis, bgm dgn penyusun2 tradisi lainnya ?

Pertanyaan yg harus diajukan adalah, adakah kebenaran sejarah yg bisa kami selidiki ? Schacht dan Wansbrough keduanya skeptis ttg point ini (Schacht 1949:147-149; Wansbrough 1978:119).

Patricia Crone mengatakan bawha kredibilitas tradisi sudah hilang akibat subyektivitas setiap penyusun hadis. Katanya;

Karya2 penyusun pertama spt Abu Mikhnaf, Sayf b.'Umar, 'Awana, Ibn Ishaq dan Ibn al-Kalbi tidak lebih dari timbunan tradisi2 yg tersebar2 dan tidak merefleksikan satu kepribadian, aliran, tempat ataupun waktu: karena Ibn Ishaq dari Medinah menyampaikan tradisi yg menguntungkan Iraq, pihak Sayf Iraqi Sayf memiliki tradisi yg menentangnya. Dan kesemua kompilasi dikarakterisasi oleh pencakupan material yg mendukung aliran2 legal dan doktrin yg saling bertentangan. (Crone 1980:10)

Dgn kata lain, aliran2 hukum setempat membentuk tradisi2 berbeda, dan bergantung pada hokum setempat dan pendapat pakar2 setempat (Rippin 1990:76-77). Paada akhrinya, pakar2 ini menyadari perbedaan ini dan melihat perlunya menyatukan hukum Islam. Solusinya tercapai dgn memohon pada tradisi nabi, yg akan memiliki otoritas atas pendapat (ra'y) pakar. Oleh akrena itu, tradisi yg diatribusikan kdp nabi mulai berkembang biak dari sekitar th 820 AD (Schacht 1949:145; Rippin 1990:78).

Contoh, Sirat Rasulullah yg memberikan materi terbaik atas kehidupan nabi. Nampaknya Sirat mengambil sejumlah informasi dari Qur'an. Walaupun Isnad digunakan utk menentukan otentisitas (yg sekarang diragukan kebenarannya, spt yg akan kita lihat nanti), otoritasnya tergantung dari otoritas Qur'an, yg kredibilitasnyapun diragukan (juga akan dibahas dlm seksi berikutnya).

Menurut G. Levi Della Vida, pembentukan Sirat didasarkan pada hal2 berikut :

Semakin meningkatnya pemujaan terhdp sosok Muhamad mengakibatkannya tumbuh sbg tokoh legenda dgn karakter yg di-idolakan, persis spt karakter2 yg ada dlm tradisi Yahudi atau Kristen (mungkin juga Iran). (Levi Della Vida 1934:441)

Ia menjelaskan bawha material ini menjadi terorganisasi, tersistimatisasi dlm aliran Muhaddithun Medinah lewat sebuah 'midrash,' yg terdiri dari ayat2 Quran dlm mana exegesis menganggap ilusi menjadi peristiwa nyata dlm hidup nabi. Dgn cara inilah sejarah periode Medinah terbentuk. (Levi Della Vida 1934:441)

Dgn begitu kami memiliki dokumen2 dgn kredibilitas lemah (Crone 1987:213-215). Bahkan materi2 sebelumnya tidak banyak membantu. Maghazi, atau cerita2 pertempuran2 nabi, adalah dokumen2 Muslim yg paling dini yg kami miliki. Mereka seharusnya memberikan gambaran ttg jaman itu, tetapi merekapun tidak menyebtu sedikitpun ttg ajaran dan kehidupan nabi. Malah anehnya, dokumen2 ini tidak sedikitpun memuat pemujaan terhdp Muhamad sbg nabi !


B4: KONTRADIKSI

Masalah berikutnya adalah bahwa tradisi2 ini penuh dgn kontradiksi, kebingungan, tidak konsisten dan malah keanehan. Contoh, Crone bertanya, "Apa yg kami lakukan dgn pernyataan Baladhuri bahwa Qiblat dlm mesjid Kufan pertama adalah arah barat... bahwa ada begitu banyak Fatima, dan bahwa ‘Ali kadang disebut sbg adik Muhamad ? Ini sebuah tradisi yg informasinya tidak berarti apa2 dan entah berakhir kemana." (Crone 1980:12)

Al-Tabari, contohnya, sering memberikan kesaksian berbeda dan bahkan berlawanan ttg peristiwa yg sama (Kennedy 1986:362). Pertanyaan ttg bgm al-Tabari meng-edit materinya oleh karena itu merupakan sebuah tanda tanya. Apakah ia memilih akhbar (narasi pendek) utk mengembangkan dan mengilustrasikan tema2 penting ttg sejarah kenegaraan Islam ? Kita tidak tahu.

Ibn Ishaq mengatakan bahwa Muhamad mengisi kekosongan politik saat memasuki Yathrib (Medinah), tetapi kemudian mengatakan bahwa ia MEREBUT otoritas dari penguasa yg sudah mantap disana (Ibn Hisham ed.1860: 285, 385, 411). Ibn Ishaq juga mengatakan bahwa Yahudi di Medinah sangat suportif terhdp tetangga2 Arab mereka, namun toh dilecehkan oleh mereka (Ibn Hisham ed.1860:286, 372, 373, 378). Jadi yg mana yg bisa dipercaya ?

Spt dikatakan Crone, "Cerita2 ini disampaikan dgn sama sekali tidak mempedulikan fakta sejarah Medinah ketika itu." (Crone 1987:218)

Contoh lain: Perbedaan antara satu penyusun dgn yg lain (Rippin 1990:10-11).

Terdpt banyak variasi atas satu tema. Contoh, ke 15 kesaksian berbeda ttg pertemuan Muhamad dgn wakil agama non-Islam yg meramalkan kenabiannya (Crone 1987:219-220). Ada tradisi yg menyebutkan pertemuan ini terjadi tatkala Muhamad masih bayi (Ibn Hisham ed.1860:107), ada yg mengatakan ia berusia 9 atau 12 (Ibn Sa'd 1960:120), sementara ada juga yg mengatakan bahwa ia kala itu berusia 25 (Ibn Hisham ed.1860:119).

Ada yg mengatakan bahwa ia bertemu Kristen2 Ethiopia (Ibn Hisham ed.1860:107), ada juga yg bilang Yahudi ( Abd al-Razzaq 1972: 318), sementara ada juga yg mengatakan Muhamad ketemu peramal atau seorang Kahin di entah Mekah atau Ukaz atau Dhu'l-Majaz (Ibn Sa'd 1960:166; Abd al-Razzaq 1972:317; Abu Nu'aym 1950:95, 116f). Crone menyimpulkan bahwa kita memiliki tidak lebih dari "lima belas versi fiktif ttg peristiwa yg tidak pernah terjadi." (Crone 1987:220)

Jadi, akibatnya sulit meneuntukan mana hadis yg sahih dan mana yg harus dibuang. Inilah problema Muslim sampai sekarang.


B5: PERSAMAAN
Dipihak lain, kebanyakan tradisi menunjukkan materi sama spt yg lain, menunjukkan daur ulang data yg sama selama berabad2 TANPA MENUNJUKAN ASAL MUASALNYA.

Contoh: Sejarah al-Tabari ttg kehidupan nabi yg mirip dgn Siratnya Ibn Hisham dan mirip dgn "Komentar ttg Qur'an-nya" yg juga tidak berbeda dgn koleksi Hadisnya Bukhari. Karena persamaan2 ini pada tanggal yang cukup terlambat ini (dari jaman Muhamad), ini menunjukkan adanya satu sumber di abad ke 9, yg menjadi rujukan mereka (Crone 1980:11). Apakah ini menunjukkan adanya "canon" materi yg disetjujui Ulama saat itu ? Mungkin, kita tidak tahu pasti.

Pertanyaannya adalah, apakah sumber2 primer eksis, dan kalau begitu bgm kita mengenalinya dgn menggunakan sumber2 sekunder yg kami miliki ?


B6: PROLIFERASI

Spt disebutkan sebelumnya, penyusunan Quran mulai timbul tidak sebelum abad 8 (200-300 tahun setelah peristiwa ybs). TTiba2 mereka berkembang biak menjadi ratusan ribu. Mengapa ? Siapa yg bisa menjelaskan proliferasi ini ?

Contoh, kematian 'Abdallah, ayah Muhamad. Para penyusun pertengahan dan akhir abad 8 (Ibn Ishaq and Ma'mar) setuju bahwa Abdallah wafat dan meninggalkan Muhamad sbg anak yatim; tetapi detil kematiannya tidak dicatat, ‘hanya Allah yang tahu' (Cook 1983:63).

Namun 50 tahun kemudian, Waqidi, tidak hanya menulis ttg kapan Abdallah wafat, tetapi bagaimana, dimana dan berapa umurnya dan bahkan dimana persisnya penguburannya. Menurut Michael Cook, "evolusi dalam 50 tahun ini dari ketidakpastian kpd kepastian dan detil persis menunjukkan sesuatu yg diketahui Waqidi sbg bukan fakta." (Cook 1983:63-65) Ini memang khas Waqidi. Ia selalu rajin memberi data2 persis, lokasi, nama, semantara Ibn Ishaq tidak memiliki apa2 (Crone 1987:224). "Tidak heran," Crone mengatakan, bahwa para pakar begitu senang dng Waqidi: dimana lagi mereka bisa menemukan info2 mendetil ttg apapun yg ingin mereka ketahui ? Namun mengingat bahwa informasi ini tidak diketahui di jaman sebelumnya, jaman Ibn Ishaq, kebenaran Waqidi sangat diragukan. Dan jika informasi rawan yg tumbuh dlm hanya 2 generasi antara Ibn Ishaq dan Waqidi, tidak sulit utk berkesimpulan bahwa lebih banyak lagi informasi rawan yg terkumpul dlm 3 generasi antara nabi dng Ibn Ishaq." (Crone 1987:224)

Para pakar Muslim sadar akan fenomena proliferasi ini dan alasan mereka adalah : agama Islam baru mulai men-stabilisasi diri pada saat itu. Jadi wajarlah kalau karya2 tulisan tampil semakin banyak. Tulisan2 sebelumnya, akta mereka ,tidak lagi relevan bagi Islam baru dan akibatnya barus dibuang ataupun hilang (Humphreys 1991:72).

Walau teori ini bisa dimengerti, mengapa kalau begitu tidak ada sedikitpun dokumen yg disimpan dlm sebuah perpustakaan atau dlm koleksi seseorang ? Ternyata tidak ada sedikitpun yg tersisa dari Quran2 jaman dini. Ini mencurigakan.

Yang lebih penting adalah teks Quran-nya Usman (resensi final) yg katanya dikumpulkan oleh Zaid ibn Thabit th 646-650 A.D. Menurut tradisi, semua copy dan kodeks dibakar Kalif Usman tidak lama kemudian dan ia hanya meninggalkan satu teks, yg dibuatkan kedalam 4 copy. NAH, DIMANA KEEMPAT COPY ITU ? Quran yg kita miliki sekarang tidak lebih dini dari 690-750 A.D.! (Schimmel 1984:4) Jadi apakah para pakar Muslim diatas itu bersedia mengakui bahwa keempat copy ini JUGA DIBUANG karena mereka tidak lagi relevan bagi Islam baru ?

DI pertengahan abad ke 9, timbul kira2 600.000 hadith. Malah, menurut tradisi jumlah itu begitu banyak sampai kalif yg berkuasa meminta Al Bukhari utk mengkoleksi pernyataan asli nabi dari ke 600,000 ! JELAS, PADA SAAT ITUPUN SUDAH ADA KERAGUAN ttg KEBANYAKAN HADIS.

Bukhari tidak pernah menyebutkan persyaratan bagi pilihannya, kecuali pernytaan samar2 ttg "tidak dapat dipercaya" atau "tidak cocok" (Humphreys 1991:73). Pada akhirnya, ia hanya memilih 7.397 hadis, atau kira2 hanya 1.2% dari hadis yg ada ! Namun, menghitung ayat2 yg di-ulang2, net total adalah 2.762 dari ke 600.000 (A.K.C. 1993:12). Ini berarti bawha dari 600.000 hadis, 592.603 adalah PALSU dan harus dibuang. Jadi 99% dari hadis yg ada dianggap MENCURIGAKAN, RAWAN, TIDAK JELAS !! Luar biasa !!

Dari mana asal ke 600.000 hadis ini kalau mereka dianggap mencurigakan ? Apakah mereka direkam dalam tulisan ? Apakah ada bukti eksistensi mereka ? Tidak sedikitpun !

Fakta bahwa mereka tiba2 muncul pada periode ini (abad ke 9, 250 tahun setelah peristiwa ybs), dan secepat itu pula mereka ditolak atau diterima, dan tidak pada masa sebelumnya. Ini membenarkan pernyataan Schacht bahwa para penyususn di abad 9 perlu men-sahihkan hukum2 dan tradisi dgn mencari2 hubungan ke nabi. Dlm ketergesa-gesaan mereka, mereka meminjam terlalu banyak yg kemudian memaksakan Ulama utk turun tangan dan meresmikan hadis yg mereka anggap mendukung agenda mereka.

Ini tetap mengundang pertanyaan ttg bgm caranya mereka diputuskan menjadi hadis yg otentik dan mana yg tidak.


B7: ISNAD
Inilah, kata pakar Muslim sbg cara utk menentukan mana hadis yg sahih dan mana yg tidak, yaitu penyampaian secara lisan (oral transmission) yg dalam bahasa Arab disebut Isnad. Ini, kata mereka adalah ilmu yg dipakai Bukhari, Tabari dan penyususn2 abad ke 9 dan 10 utk mensahkan kompilasi mereka. Utk mengetahui siapa penulis asli hadis2 itu, para penyusun memberikan sebuah daftar nama yg katanya, bisa ditelusuri sampai jaman nabi sendiri.

Jad, utk memberikan kredibilitas kpd hadis, sebuah daftar nama disertakan pada setiap dokumen yg, katanya, menunjukkan dari siapa hadis itu diturunkan.

Jadi misalnya: Saya menerima ini dari ____ yg menerimanya dari ____ yang menerimanya dari sahabat nabi.' (Rippin 1990:37-39)

Di Barat, transmisi secara lisan ini memang dicurigakan, tetapi di Arab, ini cara utk menyampaikan sejarah. Problemanya, transmisi secara lisan ini dgn mudah bisa dimanipulasi karena tidak adanya formula tertulis atau dokumentasi utk membuktikannya. Jadi, ini mudah dimanipulasi menurut agenda sang orator.

Petanyaan selanjutnya adalah, dari mana kita tahu bahwa nama2 ini otentik ? Apakah orang yg menyampaikan Isnad itu memang mengatakan hal yg memang benar ?

Dlm tradisi Arab, semakin panjang daftar Isnad, semakin besar kredibilitasnya. Sama spt kita sekarang mengutip nama2 orang utk memback-up pernyataan kita. Bedanya, para penyusun abad ke 9 TIDAK memiliki dokumen utk membuktikannya. Orang2 yg disebut dlm Isnad sudah lama mati dan tidak dapat membuktikan apa yg dikatakannya.

Anehnya, "semakin kebelakang, isnad semakin tumbuh.' Dlm beberapa teks, sebuah pernyataan diatribusikan kpd seorang kalif Umayyad, misalnya. Namun di tempat lain, pernyataan yg sama ditemukan dlm bentuk hadis yg isnad lengkap sampai ke nabi Muhamad atau sahabatnya." (Rippin 1990:38)


Lebih2 lagi, ilmu Isnad hanya dimulai pada abad ke 10, jauh setelah Isnad2 itu seharusnya disusun (Humphreys 1991:81). Karena ini ilmu yg sangat tidak jelas kepastiannya, sejarawan memakai teori mudah : semakin panjang daftarnya, semakin mencurigakan otentisitasnya.' Kita tidak akan pernah tahu apakah nama2 dalam isnad memang memberi informasi yang sama, atau memang benar2 memberikan info.

-------------------------------------
B8: Storytelling
Possibly the greatest argument against the use of Muslim Tradition as a source is the problem of transmission. To better understand the argument we need to delve into the hundred or so years prior to Ibn Ishaq (765A.D.), and after the death of Muhammad in (632 A.D.), since, "the Muslim 'rabbis' to whom we owe [Muhammad's] biography were not the original memory banks of the Prophet's tradition." (Crone 1980:5)
According to Patricia Crone, a Danish researcher in this field of source criticism, we know little about the original material, as the traditions have been reshaped by a progression of storytellers over a period of a century and a half (Crone 1980:3). These storytellers were called Kussas. It is believed that they compiled their stories using the model of the Biblical legends which were quite popular in and around the Byzantine world at that time, as well as stories of Iranian origin. From their stories there grew up a literature which belonged to the historical novel rather than to history (Levi Della Vida 1934:441).

Within these stories were examples of material which were transmitted by oral tradition for generations before they were written down. They were of two kinds: Mutawatir (material handed down successively) and Mashhur (material which was well-known or widely known) (Welch 1991:361).

Patricia Crone, in her book: Meccan Trade and the Rise of Islam, maintains that most of what the later compilers received came from these story-tellers (Kussas) who were traditionally the real repositories of history:

...it was the storytellers who created the [Muslim] tradition. The sound historical tradition to which they are supposed to have added their fables simply did not exist. It is because the storytellers played such a crucial role in the formation of the tradition that there is so little historicity to it. As storyteller followed upon storyteller, the recollection of the past was reduced to a common stock of stories, themes, and motifs that could be combined and recombined in a profusion of apparently factual accounts. Each combination and recombination would generate new details, and as spurious information accumulated, genuine information would be lost. In the absence of an alternative tradition, early scholars were forced to rely on the tales of storytellers, as did Ibn Ishaq, Waqidi, and other historians. It is because they relied on the same repertoire of tales that they all said such similar things. (Crone 1987:225)
ecause the earliest written accounts of Muhammad's life were not written until the late Umayyid period (around 750 A.D.), "the religious tradition of Islam," Crone believes, "is thus a monument to the destruction rather than the preservation of the past," (Crone 1980:7) and "it is [this] tradition where information means nothing and leads nowhere." (Crone 1980:12) Therefore, it stands to reason that Muslim Tradition is simply not trustworthy as it has had too much development during the course of its transmission from one generation to the next. In fact, we might as well repeat what we have already stated: the traditions are relevant only when they speak on the period in which they were written, and nothing more.
There are so many difficulties in the traditions: the late dates for the earliest manuscripts, the loss of credibility due to a later agenda, and the contradictions which are evident when one reads them, as well as the proliferation due to aggressive redaction by the storytellers, and the inexact science of Isnad used for corroboration. Is it any wonder that historians, while obliged to refer to the material presented by Muslim Tradition (because of its size and scope), prefer to find alternative explanations to the traditionally accepted ideas and theories, while looking elsewhere for further source material? Having referred earlier to the Qur'an, it makes sense, therefore, to return to it, as there are many Muslim scholars who claim that it is the Qur'an itself which affords us the best source for its own authority, and not the traditions.
Last edited by ali5196 on Tue Aug 29, 2006 6:15 pm, edited 16 times in total.
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

See also
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... c.php?t=46
Bukti historis terbentuknya Quran.
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Lihat juga ;

Sejarah Quran, 4 artikel
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... 8923#48923
User avatar
faiz
Posts: 114
Joined: Thu Aug 24, 2006 4:35 am
Contact:

Post by faiz »

Nah, pertanyaan pertama adalah, mengapa tradisi2 diatas ini ditulis begitu terlambat ? 150-300 tahun setelah kejadian ? Kami tidak memiliki satupun kesaksian dari masy Islam selama 150 tahun pertama, antara invasi2 Arab pertama [permulaan abad ke 7] dan timbulnya naratif2 sira-maghazi dari literature Islam paling dini" [menujnu abad ke8] (Wansbrough 1978:119). Masa tidak ada sedikitpun bukti2 atas perkembangan tradisi kuno Arab menuju Islam selama 150 thn itu ? Faktanya memang, kita tidak temukan apa-apa (Nevo 1994:108; Crone 1980:5-Cool.

Muslimin ada yg tidak setuju dan bersikeras bahwa ada bukti tradisi2 yg lebih dini, khususnya dari Muwatta oleh Malik ibn Anas (lahir th 712 AD dan wafat 795 AD). Norman Calder dlm bukunya ‘Studies in Early Muslim Jurisprudence’ tidak setuju dgn tanggal dini itu dan mempertanyakan apakah karya2 itu bisa diatribusikan kpd para pengarang2 dini. Katanya, kebanyakan teks jaman itu merupakan
"teks2 sekolah," ditransmisikan dan dikembangkan selama beberapa generasi dan dalam bentuk yg jelas jauh lebih modern daripada jaman ‘pengarang2 asli.’

Setelah adanya asumsi bahwa hokum Shafi'i (yg menuntut bahwa semua hadis dicari sumbernya ke Muhamad) hanya berlaku sesudah th 820 AD, ia menyimpulkan bahwa karena Mudawwana sama sekali tidak menyinggung otoritas kenabian Muhamad (padahal Muwatta melakukannya), ini berarti bahwa Muwatta pastilah dokumen paling akhir. Akibatnya, Calder menempatkan Muwatta tidak sebelum 795 AD, tetapi setelah ditulisnya Mudawwana pada th 854 AD. Malah Calder menempatkan Muwatta bukan di abad ke 7, malah ke abad 11 di Cordoba, Spanyol (Calder 1993). Kalau memang ia benar, maka kami memang tidak memiliki bukti apapun ttg tradisi dari masa permulaan Islam.
Pertanyaan bagus tapi tanpa bukti ilmiah pada kenyataannya manuskrip muwatta telah diketemukan, dan menurut penelitian para ahli manuskrip tersebut berasal dari abad kedua hijriah atau abad ketujuh.

http://www.islamic-awareness.org/Hadith/PERF731.html

Humphreys mengatakan, "Muslimin, kami asumsi, pastilah sangat berhati2 dlm mencatat prestasi spektakuler mereka, sementara masy yg mereka jajah, mereka yang jauh lebih berpendidikan dan beradab, pasti sulit mengerti nasib apa yg menimpa mereka." (Humphreys 1991:69) Namun menurut Humphreys, semua yg kami temukan dari periode dini ini adalah sumber2 yg , "entah terpecah2 (fragmented) atau mewakili perspektif yg sangat spesifik atau bahkan eksentrik," shg menjadikan sulit utk merekonstruksi abad pertama Islam secara memadai (Humphreys 1991:69).
Pertanyaannya, oleh karena itu, dari mana para penyusun abad ke 8 dan 9M mendapatkan materi mereka ?

Jawabannya ? Kita tidak tahu. "Bukti atas dokumentasi sebelum 750 AD terdiri dari hampir seluruhnya kutipan2 meragukan yg tercatat dlm kompilasi abad berikutnya." (Humphreys 1991:80) KESIMPULAN, tidak adanya bukti yg meyakinkan bawha Tradisi memang berbicara secara jujur ttg kehidupan Muhamad, atau bahkan Qur'an (Schacht 1949:143-154). Kami diminta utk percaya bahwa dokumen2 ini, yg tertulis ratusan tahun dianggap akurat, walau kami tidak dibarengi dgn bukti diluar Isnad, yg tidak lebih dari daftar nama2 mereka yg menurunkan tradisi2 ini.
Bahkan Isnad tidak didukung oleh dokumen yg bisa membuktikan otentisitas mereka (Humphreys 1991:81-83) !
salah penelitian menunjukkan bahwa memang ada manuskrip hadits yang berasal dari abad pertama hijriah berdasarkan teks Hammam bin Munabbih yang merupakan murid dari abu hurairah

An example is the Sahifah of Hammam bin Munabbih, (d. 110/719), a Yemenite follower and a disciple of companion Abu Hurrayrah, (d. 58/677), from whom Hammam wrote this Sahifah, which comprises 138 hadith and is believed to have been written around the mid-first AH/seventh century.
A. F. L. Beeston, T. M. Johnstone, R. B. Serjeant and G. R. Smith (Ed.), (Arabic Literature To The End of Ummayyad Period, 1983, Cambridge University Press, p. 272.)

penulis buku tersebut mengatakan :

It is significant that Hammam introduces his text with the words: "Abu Hurrayrah told us in the course of what he related from the Prophet", thus giving the source of his information in the manner which became known as "sanad" or "isnad", i.e., the teacher of chain of teachers through whom an author reaches the Prophet, a practice invariably and systematically followed in Hadith compilations.(ibid)

faktanya setelah melakukan penelitian terhadap 138 hadits yang terdapat dalam manuskrip tersebut dan membandingkannya dengan hadits-hadits yang terdapat dalam musnad imam ahmad, bukhari dan muslim yang berada paling tidak antara abad 9 masehi, speight salah satu peneliti sejarah menyatakan :

... the texts in Hammam and those recorded in Ibn Hanbal, Bukhari and Muslim with the same isnad show almost complete identity, except for a few omissions and interpolations which do not affect the sense of the reports. On the other hand, the same ahadith as told by other transmitters in the three collections studied show a rich variety of wording, again without changing the meaning of the reports.(R. M. Speight, "A Look At Variant Readings In The Hadith", Der Islam, 2000, Band 77, Heft 1, p. 170.)

lalu dia menyatakan:

... I have found practically no sign of careless or deceptive practices in the variant texts common to the Sahifa of Hammam bin Munabbih.(ibid hal 175)

selain itu ada lagi manuskrip hadits diawal-awal hijriah seperti musnad abd al razzaq.Harald Motzki mengomentari manuskrip ini dengan mengatakan:

While studying the Musannaf of `Abd al-Razzaq, I came to the conclusion that the theory championed by Goldziher, Schacht, and in their footsteps, many others - myself included - which in general, reject hadith literature as a historically reliable sources for the first century AH, deprives the historical study of early Islam of an important and a useful type of source.
(H. Motzki, "The Musannaf Of `Abd al-Razzaq Al-San`ani As A Source of Authentic Ahadith of The First Century A.H.", Journal Of Near Eastern Studies, 1991, Volume 50, p. 21.)

selain itu masih ada manuskrip-manuskrip hadits diawal hijriah berdasarkan penelitian sejarawan seperti:

The Muwatta' of Malik bin Anas: Malik bin Anas (d. 179/795),Musannaf of Ibn Jurayj (d. 150 AH),Musannaf of Ma`mar bin Rashid (d. 153 AH)
(Beeston et al., Arabic Literature To The End of Ummayyad Period, op.cit, pp. 272-273.)

Muslimin membela diri dgn mengatakan bahwa tanggal2 terlambat sumber2 primer itu karena tradisi tulisan dlm kawasan terisolasi itu pada jaman itu belum ada. Ini jelas omong kosong karena tradisi menulis diatas kertas sudah dimulai jauh sebelum abad ke 7. Kertas tulis diciptakan di abad ke empat dan digunakan secara luas di dunia beradab setelah itu. Dinasti Persia, Umayyad, bermarkas di Syria, daerah yg tadinya Kristen Byzantin dan BUKAN Arab. Mereka merupakan budaya maju yg menggunakan sekretaris dlm istana2 Kalifah, dan membuktikan bahwa penulisan manuskrip sudah dikembangkan disitu.

Dikatakan bahwa jazirah Arab (atau dikenal sbg Hijaz) di abad ke 7 dan sebelumnya merupakan daerah perdagangan dgn karavan2 melewati rute2 utara-selatan dan mungkin timur-barat. Walau bukti2 menunjukkan bahwa perdagangan sebagian besar bersifat local (akan didiskusikan nanti), tradisi karavan memang sudah ada. Bgm para pemilik karavan mencatat harga2 dagangan mereka ? Dgn menghafal angka2 ?

Dan akhirnya, kami harus bertanya, BGM KAMI BISA MENDAPATKAN QURAN, KALAU TIDAK ADA ORANG SAAT ITU YG BISA MENULIS DIATAS KERTAS ?? Muslimin bersikeras bahwa eksistensi sejumlah kodifikasi Quran tidak lama setelah wafatnya Muhamad, spt miliknya Abdullah ibn Mas'ud, Abu Musa, dan Ubayy b. Ka'b (Pearson 1986:406). Apa kodeks2 itu kalau bukan dokumen tertulis ?
Teks Usman sendiri harus ditulis, kalau tidak tidak akan disebut TEKS !
Teknologi menulis diatas kertas sudah ada, tetapi karena alas an tertentu, tidak ada data2 yg membuktikan adanya dokumen2 sebelum 750 AD.
B2b: UMUR
Pakar Muslim juga ada yg mengatakan bahwa alas an tidak adanya dokumen dini itu adalah karena usia tua ! Bahan penulisan sumber2 primer itu entah rapuh karena usia atau karena manusia tidak hati2 dlm menanganinya dan oleh karena itulah lumrah kalau mereka hancur.

Argumen ini agak aneh. The British Library memiliki ribuan dokumen yg ditulis oleh orang2 yg hidup tidak jauh dari jazirah Arab dan jauh lebih dini.
Yg dipertontonkan adalah manuskrip2 Perjanjian Baru spt Codex Syniaticus dan Codex Alexandrinus, keduanya ditulis di abad ke 4, atau 300-400 tahun sebelum
periode Muhamad ! Kok mereka tidak rapuh karena usia ??

Argumen usia tua ala Muslim ini khususnya lemah menyangkut Qur'an itu sendiri.
"Teks Usman" Qur'an (kodeks final yg dianggap disusun oleh Zaid ibn Thabit, dibawah pengawasan kalif ketiga, Usman) dianggap Muslimin sbg literature yg paling penting yg pernah ditulis. Spt kami sebutkan sebelumnya, menurut Surah 43:2-4, Quran adalah "ibu segala buku." Keunikannya adalah karena Quran ini adalah duplikat persis dari "tulisan2 abadi" yg eksis di surga (Surah 85:22). Tradisi Muslim mengatakanbahwa semua kodeks2 dan manuskrip2 yg bersaingan dgnnya DIHANCURKAN setelah 646-650 AD. Bahkan "copy Hafsah," dari mana resensi final diambil telah DIBAKAR. Kalau teks Usman ini begitu penting, MENGAPA OH MENGAPA TIDAK DITULIS PADA KERTAS, atau bahan lain yg bisa awet sampai sekarang ? kalau memang manuskrip2 dini rapuh karena usia, mengapa mereka tidak diganti dgn tulisan2 pada kulit binatang, spt dokumen2 kuno lainnya yg sampai sekarang masih eksis ?

Kami tidak memiliki bukti absolute appaun ttg teks asal Qur'anic (Schimmel 1984:4). Kami juga tidak memiliki keempat copy yg dibuat dari resensi ini dan dikirm ke Mekah, Medinah, Basra dan Damascus (lihat argumen Gilchrist dlm bukunya “Jam' al-Qur'an”, 1989, pp. 140-154, dan juga “The Quran” tulisan Ling & Safadi, 1976, pp. 11-17). Bahkan kalau copy2 ini rapuh dgn usia, mana mungkin tidak ada sedikitpun bekas2 fragmen yg dapat kami jadikan bahan rujukan. Pada akhir abad ke 6, Islam meluas sampai Afrika Utara dan Spanyol dan bahkan sampai ke India. Qur'an merupakan pusat kepercayaan para penjajah Muslim itu. Nah, akalu memang begitu, pastilah ada dokumen2 ataupun manuskrip Qur'an yang masih eksis sampai hari ini.
Nyatanya, tidak ada apapun yg tersisi dari periode itu.
salah manuskrip-manuskrip awal hijriah memang ada dan terbukti berasal dari tahun pertama hijriah, karena terlalu banyak saya copykan saja linknya silahkan lihat sendiri:

http://www.islamic-awareness.org/Quran/Text/Mss/
Perjanjian Baru milik Kristen dapat dibuktikan oleh lebih dari 5.300 manuskrip Yunani, 10.000 Latin Vulgates (Injil Latin ?) dan paling tidak 9.300 versi dini, shg total manuskrip kuno Perjanjian Baru mencapai lebih dari 24.000 manuskrip YANG MASIH EKSIS (McDowell 1990:43-55), kebanyakan ditulis antara 25 - 400 tahun setelah kematian Kristus (McDowell 1972:39-49). Tetapi ISLAM TIDAK DAPAT MENUNJUKKAN SATU MANUSKRIPpun sebelum abad ke DELAPAN ! (Lings & Safadi 1976:17; Schimmel 1984:4-6).

ngimpi kali pada kenyataannya tidak ada satupun manuskrip original yang ditulis yesus sendiri faktanya yesus berbahasa aram, dan umat kristen sendiri mengakui bahwa bible berbahasa yunani merupakan terjemahan dari bahasa aram, akan tetapi TIDAK ADA SATUPUN MANUSKRIP AWAL KRISTEN ABAD PERTENGAHAN YANG DITULIS PADA BAHASA ARAM.


[/u]
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Gua nggak ngerti copy paste elu diatas. Elu memasukkan teori2 yg justru MENGUATKAN teori bahwa Quran TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN KEASLIANNYA. :roll: :roll: :roll: Nih, contohnya.

Kau ingin menguatkan keaslian Quran melalui Isnad :
It is significant that Hammam introduces his text with the words: "Abu Hurrayrah told us in the course of what he related from the Prophet", thus giving the source of his information in the manner which became known as "sanad" or "isnad" ...
Sementara sudah disebutkan dlm artikel diatas itu, bahwa ISNAD ADALAH TRADISI ABAD KE SEPULUH ! BUKAN ABAD KE 1 !!!


Hmm, kekonyolan apa lagi yg kau katakan ?
faiz wrote:ngimpi kali pada kenyataannya tidak ada satupun manuskrip original yang ditulis yesus sendiri
Yang bilang Yesus nulis manuskrip siapa ?
faktanya yesus berbahasa aram, dan umat kristen sendiri mengakui bahwa bible berbahasa yunani merupakan terjemahan dari bahasa aram, akan tetapi TIDAK ADA SATUPUN MANUSKRIP AWAL KRISTEN ABAD PERTENGAHAN YANG DITULIS PADA BAHASA ARAM.
????? SO ? Gua aja tahu bahwa salah satu penulis gospel adalah orang YUNANI ! Ia menulis gospelnya dlm bahasa Yunani !!
NIh, lihat aja sendiri : http://www.oramaworld.com/product_info. ... elist.html
This Apostle was an Antiochean, a physician by trade, and a disciple and companion of Paul. He wrote his Gospel in Greek after Matthew and Mark, after which he wrote the Acts of the Apostles ...
Kesimpulan :
Katakanlah Kitab Kristen rancu, palsu dsb dsb, TAPI KENAPA DONG QURAN MEMBENARKAN KITAB2 TERDAHULU ???? Kenapa Allah tidak dapat melindunginya dari pemalsuan ?

Mana kalau gitu kitab Kristen yang asli ? Kalian nggak bisa membuktikan bahwa QUran asli, terus sok jago nuding kepalsuan kitab lain.

Nih, apa kate Muslim ttg fitnah sesama Muslim terhdp kitab Kristen :
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... php?t=4138

Itu hanyalah lagu lama dan semacam pembelaan diri dari orang-orang Islam untuk menutupi ketidakmampuan mereka dalam menghadapi arus Kristenisasi. Bagaimana mungkin kita bisa menghadapi orang-orang Kristen kalau kita masih saja mengatakan Kitab Suci mereka palsu, bukan Injil dan Taurat yang asli sementara kita tidak bisa pula menunjukkan Bibel yang aslinya sebagai bandingannya? Bagaimana kita bisa menghadapi mereka kalau Kitab yang mereka perpegangi itu kita anggap palsu dan darii mana kita lagi bisa mengambil kebenaran untuk mereka sementara Kitab Suci mereka kita tuding dalam kepalsuan?

:wink: :wink:
Last edited by ali5196 on Sun Jan 21, 2007 6:13 pm, edited 2 times in total.
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

with thanks to galaxi:

http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... php?t=6644
Posted: Sun Oct 22, 2006 5:48 pm
Post subject: JEJAK SIDIK JARI TANGAN MUHAMMAD DALAM ALQURAN
Umat muslim menyatakan bahwa alquran "diturunkan" dari surga dan Muhammad tidak dapat dipandang sebagai manusia penyusunnya. Tapi menurut Concise Encyclopedia of Islam, bahasa arab yang dipakai dalam alquran itu merupakan suatu dialek dan kosakata dari salah seorang anggota suku Quraisy yang tinggal dikota Mekah. Jadi sidik jari Muhammad tercecer diseluruh alquran.

Jika alquran ditulis dalam BAHASA ARAB SURGAWI yang sempurna, mengapa sampai terungkap dengan telak bahwa bahasa itu adalah logatnya seorang Quraisy yang bertempat tinggal dikota Mekah? (alias bahasa arab Quraisy)

Argumentasi umat muslim yang menyatakan bahwa alquran ditulis dalam bahasa arab dari surga sungguh tidak berdasar sama sekali. dialek, kosakata, dan isi alquran mencerminkan gaya bahasa dari penulisnya, yaitu Muhammad dan bukan Allah dari surga.

Kesimpulannya, sejarah faktual mengenai pengumpulan dan penggandaan ttg alquran yang benar menunjukan bahwa klaim Muslim tersebut diatas (bahwa alquran itu 100% unsur surgawi) adalah fiktif dan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

contohnya:
Allah SWT sempat menyatakan bahwa Alquran itu adalah perkataan rasul belaka: "Innahuu qaulu rasuulin karim - sesungguhnya alquran benar2 perkataan rasul yang mulia"
(surat 69:40, dan 81:19, terjemahan alquran oleh yayasan pembinaan masyarakat Isalm "Al hikmah Jakarta).

Bandingkan dengan terjemahan alquran lainnya, yang menerjemahkannya berturut2 sebagai "wahyu Allah yang diturunkan kepada rasul yg mulia" dan"firman Allah yang dibawa Jibril".

Memang ada ayat2 yang tidak sejalan dengan surat ini seperti surat 6:155, 10:37, 11:17 dll. Namun hal itulah yang menunjukan pertentangan internal dimana alquran yang dipercaya diimlakan secara maha sempurna.

"Apakah mereka tidak mendalami Alquran, kalau sekiranya itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mereka dapati banyak pertentangan didalamnya (Surat 4:82)
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Urutan penurunan Wahyu Quran:

http://www.faithfreedom.org/forum/viewt ... php?t=1048


Posted: Sun May 09, 04 4.27 pm
Post subject: The Revelational Sequence of the Quranic Suras

http://www.faithfreedom.org/forum/viewt ... =8619#8619

EVALUATING RELIABILITY OF ISLAMIC SOURCES, THE QURAN AND THE HADITH ETC.

The alleged revelation Sequence of the Quranic Suras is, the order in which Muhammad allegedly told his followers that he received this messages from his Allah. The compiled order of the quran is, the way the quran has been allegedly put together.

The alleged compilation order is different from the alleged revealed order.

A question arises, why should one use two different orders for the content of the very same book? Is it not a recipe for confusion under the circumstances in which the quran was allegedly revealed?

The first 86 suras that were allegedly revealed to Muhammad in Makkah in first thirteen years of his mission are as follows.

1=Revelation order and 96=compilation order.


1) 96
2) 68
3) 73

...
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Post Reply