Runtuhnya Kerajaan Hindu dan Bangkitnya Islam di Indo

Artikel dan pertukaran pikiran mengenai SYI'AH, Ahmadiyah, Sufi, Salafi, Wahabi, dan berbagai aliran dan sekte Islam selain Sunni.
Vindra-Sang
Posts: 1
Joined: Sun Jan 10, 2010 10:09 pm

Runtuhnya Kerajaan Hindu dan Bangkitnya Islam di Indo

Post by Vindra-Sang »

Adalah suatu keanehan banyaknya kerajaan hindu di Indo, bahkan kerajaan Hindu yang sangat besar ... melebihi Indonesia saat ini hancur dalam sekejap kehancurannya bersamaan dengan mulai menyebarnya agama islam dan munculnya kerajaan2 islam di indo ... dan proses kehancuran ini tidak pernah diceritakan ... seperti hilang musna ditelan bumi ...

apakah penghancuran orang-orang kafir ini sama polanya dengan jamannya om mamad dulu ? trus jaman2 kerajaan budha or hindu nantinya akan disebut juga sebagai jaman jahiliyah ?

adakah kawan yg memiliki sumber informasi yang terpercaya ?
saia
Posts: 1355
Joined: Mon Oct 05, 2009 2:50 am
Location: Di seberang ka'bah mengamati kerumunan manusia dungu

Re: Runtuhnya Kerajaan Hindu dan Bangkitnya Islam di Indo

Post by saia »

@atas

Bung,sebaiknya bung baca sejarah lagi ya.
saia bukan membela islam,tapi pertanyaan bung saia anggap aneh

wassalam
User avatar
love_peaceful2
Posts: 1718
Joined: Fri May 09, 2008 2:01 pm
Location: Di Surga Islam, provokator para houris berontak dr perbudakan olloh w*s demi ego nabi sakit jiwa.

Re: Runtuhnya Kerajaan Hindu dan Bangkitnya Islam di Indo

Post by love_peaceful2 »

saia wrote:@atas

Bung,sebaiknya bung baca sejarah lagi ya.
saia bukan membela islam,tapi pertanyaan bung saia anggap aneh

wassalam
Ups!
Justru pertanyaan sekaligus penjelasannya oleh Vindra-Sang itu sangat bagus.
Sejarahwan2 kita baik muslim atau kafir umumnya tidak berani mengungkap sejarah pahit bhw islamisasi di indonesia adalah penuh dgn kekerasan & tipu muslihat/adu domba. Sebagian telah dikutip dlm RC FFI. Salah satu sumbernya adalah buku berjudul "Tuanku Rao" (tolong dikoreksi jika salah) yang relatif baru diterbitkan setelah era reformasi, bercerita ttg proses islamisasi berkedok Perang Padri di Tanah Minang & Tanah Batak.

Memang sedikit sekali yg mengetahui hal itu, termasuk kafir indonesia sekalipun. Anapun begitu.... masih belajar.


LP2
Be It unto Me (Maria - 2.000 thn yg lalu)
Akukomkamu
Posts: 5517
Joined: Sat Jul 11, 2009 11:34 am
Location: "Mengajak onta2 arab unt bisa BERMARTABAT" IFF adalah TEMPAT nya.

Re: Runtuhnya Kerajaan Hindu dan Bangkitnya Islam di Indo

Post by Akukomkamu »

saia wrote:@atas

Bung,sebaiknya bung baca sejarah lagi ya.
saia bukan membela islam,tapi pertanyaan bung saia anggap aneh

wassalam
Apanya yg aneh OTAK lo aja tidak bisa berpikir NORMAL lagi memaknai sejarah bangsa ini karena dalam OTAK lo sudah tertutup ajaran IBLIS , jadi lo membenarkan semua yg ada dalam sejarah kehancuran HINDU ditangan islam dengan penuh banjir DARAH!!!! Gw bukan membela kafir belanda waktu menjajah bangsa ini tapi kafir belanda sebenarnya ingin melepaskan bangsa ini dari islam berhubung OKNUM manusianya yg serakah dan tamak penjajahan itu dan ketertindasan pada bangsa ini terjadi.



Peace... :heart:
User avatar
love_peaceful2
Posts: 1718
Joined: Fri May 09, 2008 2:01 pm
Location: Di Surga Islam, provokator para houris berontak dr perbudakan olloh w*s demi ego nabi sakit jiwa.

Re: Runtuhnya Kerajaan Hindu dan Bangkitnya Islam di Indo

Post by love_peaceful2 »

saia wrote:@atas

Bung,sebaiknya bung baca sejarah lagi ya.
saia bukan membela islam,tapi pertanyaan bung saia anggap aneh

wassalam
Akukomkamu wrote:Apanya yg aneh OTAK lo aja tidak bisa berpikir NORMAL lagi memaknai sejarah bangsa ini karena dalam OTAK lo sudah tertutup ajaran IBLIS , jadi lo membenarkan semua yg ada dalam sejarah kehancuran HINDU ditangan islam dengan penuh banjir DARAH!!!! Gw bukan membela kafir belanda waktu menjajah bangsa ini tapi kafir belanda sebenarnya ingin melepaskan bangsa ini dari islam berhubung OKNUM manusianya yg serakah dan tamak penjajahan itu dan ketertindasan pada bangsa ini terjadi.



Peace... :heart:
Ups lagi!
netter saia bertanya balik krn ada sesuatu yg belum disadari aja.
sekali2 sesama kafir saling menguji pertanyaan..... gpp kan


LP2
Be It unto Me (Maria - 2.000 thn yg lalu)
saia
Posts: 1355
Joined: Mon Oct 05, 2009 2:50 am
Location: Di seberang ka'bah mengamati kerumunan manusia dungu

Re: Runtuhnya Kerajaan Hindu dan Bangkitnya Islam di Indo

Post by saia »

Apanya yg aneh OTAK lo aja tidak bisa berpikir NORMAL lagi memaknai sejarah bangsa ini karena dalam OTAK lo sudah tertutup ajaran IBLIS , jadi lo membenarkan semua yg ada dalam sejarah kehancuran HINDU ditangan islam dengan penuh banjir DARAH!!!! Gw bukan membela kafir belanda waktu menjajah bangsa ini tapi kafir belanda sebenarnya ingin melepaskan bangsa ini dari islam berhubung OKNUM manusianya yg serakah dan tamak penjajahan itu dan ketertindasan pada bangsa ini terjadi.
hmm....ok,fine
gini lo bang/mbak AkuKomKamu.
apa pernah baca juga klo kerajaan hindu musnah karena masalah internal ?? bisa rancu, dan harap di ingat ya
jikapun kerajaan hindu hancur karena islam karena kondisi kerajaan tsb sudah lemah, gontok2an antar pewaris kerajaan, nah saat itu "kerajaan islam" mengambil kesempatan.ini lho yg saia anggap aneh, karena sudah terlalu familiar.

klo tentang sejarah Tuanku Rao, saia sungguh tertarik malah ayah dan saia sendiri lagi asik berdiskusi en nyari2 soal Tuanku Rao, karena saia orang batak hahahaha.... :green:
sekalian deh gw kasih artikel nya
Teror Islam Mahzab Hambali di Tanah Batak
( 1818 – 1833 )
karya Mangaradja Onggang Parlindungan
{terbitan ulang LKiS Jogjakarta, setelah penerbitan pertamanya 43th
lalu)

pembahas
Adnan Buyung Nasution
Ahmad Fikri (LKiS)
Batara Hutagalung
Bismar Siregar


Minggu 29 Juli 2007
mulai 12.00 wib
diawali dengan lunch khas TAPbagSEL (Angkola-Mandailing)
ditutup dengan art performance Gordang Sambilan dan Uning-uning

di
Jakarta Media Center
Gedung Dewan Pers
Jalan Kebun Sirih no 17
Jakarta Pusat



SWADANA: Rp. 50.000,-,/orang

TERBATAS

Konfirmasi:
Beny Nasution 08161602437
Ketua Pengurus Harian



===========================================


Teror Agama Islam

Mazhab Hambali di Tanah Batak

( sinopsis buku TUANKU RAO )



Oleh : Batara R. Hutagalung

Perang Paderi (Ada yang berpendapat kata ini berasal dari Pidari di
Sumatera Barat, dan ada yang berpendapat kata Paderi berasal dari kata
Padre, bahasa Portugis, yang artinya pendeta, dalam hal ini adalah
ulama) di Sumatera Barat berawal dari pertentangan antara kaum adat
dengan kaum ulama. Sebagaimana seluruh wilayah di Asia Tenggara lainnya,
sebelum masuknya agama Islam, agama yang dianut masyarakat di Sumatera
Barat juga agama Buddha dan Hindu. Sisa-sisa budaya Hindu yang masih ada
misalnya sistem matrilineal (garis ibu), yang mirip dengan yang terdapat
di India hingga sekarang.

Masuknya agama Islam ke Sumatera Utara dan Timur, juga awalnya dibawa
oleh pedagang-pedagang dari Gujarat dan Cina. Setelah kembalinya
beberapa tokoh Islam dari Mazhab Hambali yang ingin menerapkan alirannya
di Sumatera Barat, timbul pertentangan antara kaum adat dan kaum ulama,
yang bereskalasi kepada konflik bersenjata. Karena tidak kuat melawan
kaum ulama (Paderi), kaum adat meminta bantuan Belanda, yang tentu
disambut dengan gembira. Maka pecahlah Perang Paderi yang berlangsung
dari tahun 1816 sampai 1833.

Selama berlangsungnya Perang Paderi, pasukan kaum Paderi bukan hanya
berperang melawan kaum adat dan Belanda, melainkan juga menyerang Tanah
Batak Selatan, Mandailing, tahun 1816 - 1820 dan kemudian mengIslamkan
Tanah Batak selatan dengan kekerasan senjata, bahkan di beberapa tempat
dengan tindakan yang sangat kejam.

Sebelum masuknya agama Islam dan Kristen ke Tanah Batak, selain agama
asli Batak yaitu Parmalim, seperti di hampir di seluruh Nusantara, agama
yang berkembang di Sumatera Utara adalah agama Hindu dan Buddha.
Sedangkan di Sumatera Barat pada abad 14 berkembang aliran Tantra
Çaivite (Shaivite) Mahayana dari agama Buddha, dan hingga tahun 1581
Kerajaan Pagarruyung di Minangkabau masih beragama Hindu.

Agama Islam yang masuk ke Mandailing dinamakan oleh penduduk setempat
sebagai Silom Bonjol (Islam Bonjol) karena para penyerbunya datang dari
Bonjol. Seperti juga di Jawa Timur dan Banten rakyat setempat yang tidak
mau masuk Islam, menyingkir ke utara dan bahkan akibat agresi kaum
Paderi dari Bonjol, tak sedikit yang melarikan diri sampai Malaya.

Penyerbuan Islam ke Mandailing berawal dari dendam keturunan marga
Siregar terhadap dinasti Singamangaraja dan seorang anak hasil incest
(hubungan seksual dalam satu keluarga) dari keluarga Singamangaraja X.

Ketika bermukim di daerah Muara, di Danau Toba, Marga Siregar sering
melakukan tindakan yang tidak disenangi oleh marga-marga lain, sehingga
konflik bersenjatapun tidak dapat dihindari. Raja Oloan Sorba Dibanua,
kakek moyang dari Dinasti Singamangaraja, memimpin penyerbuan terhadap
pemukiman Marga Siregar di Muara. Setelah melihat kekuatan penyerbu yang
jauh lebih besar, untuk menyelamatkan anak buah dan keluarganya,
peminpin marga Siregar, Raja Porhas Siregar menantang Raja Oloan Sorba
Dibanua untuk melakukan perang tanding -satu lawan satu- sesuai tradisi
Batak. Menurut tradisi perang tanding Batak, rakyat yang pemimpinnya
mati dalam pertarungan satu lawan satu tersebut, harus diperlakukan
dengan hormat dan tidak dirampas harta bendanya serta dikawal menuju
tempat yang mereka inginkan.

Dalam perang tanding itu, Raja Porhas Siregar kalah dan tewas di tangan
Raja Oloan Sorba Dibanua. Anak buah Raja Porhas ternyata tidak
diperlakukan seperti tradisi perang tanding, melainkan diburu oleh anak
buah Raja Oloan sehingga mereka terpaksa melarikan diri ke tebing-tebing
yang tinggi di belakang Muara, meningggalkan keluarga dan harta benda.
Mereka kemudian bermukim di dataran tinggi Humbang. Pemimpin Marga
Siregar yang baru, Togar Natigor Siregar mengucapkan sumpah, yang
diikuti oleh seluruh Marga Siregar yang mengikat untuk semua keturunan
mereka, yaitu: Kembali ke Muara untuk membunuh Raja Oloan Sorba Dibanua
dan seluruh keturunannya.

Dendam ini baru terbalas setelah 26 generasi, tepatnya tahun 1819,
ketika Jatengger Siregar –yang datang bersama pasukan Paderi, di
bawah pimpinan Pongkinangolngolan (Tuanko Rao)- memenggal kepala
Singamangaraja X, keturunan Raja Oloan Sorba Dibanua, dalam penyerbuan
ke Bakkara, ibu kota Dinasti Singamangaraja.

Ibu dari Pongkinangolngolan adalah Gana Sinambela, putri dari
Singamangaraja IX sedangkan ayahnya adalah Pangeran Gindoporang
Sinambela adik dari Singamangaraja IX. Gindoporang dan Singamangaraja IX
adalah putra-putra Singamangaraja VIII. Dengan demikian,
Pongkinangolngolan adalah anak hasil hubungan gelap antara Putri Gana
Sinambela dengan pamannya, Pangeran Gindoporang Sinambela.

Gana Sinambela sendiri adalah kakak dari Singamangaraja X. Walaupun
terlahir sebagai anak di luar nikah, Singamangaraja X sangat mengasihi
dan memanjakan keponakannya. Untuk memberikan nama marga, tidak mungkin
diberikan marga Sinambela, karena ibunya bermarga Sinambela. Namun nama
marga sangat penting bagi orang Batak, sehingga Singamangaraja X mencari
jalan keluar untuk masalah ini.

Singamangaraja X mempunyai adik perempuan lain, Putri Sere Sinambela,
yang menikah dengan Jongga Simorangkir, seorang hulubalang. Dalam suatu
upacara adat, secara pro forma Pongkinangolngolan "dijual" kepada Jongga
Simorangkir, dan Pongkinangolngolan kini bermarga Simorangkir.

Namun kelahiran di luar nikah ini diketahui oleh 3 orang Datuk (tokoh
spiritual) yang dipimpin oleh Datuk Amantagor Manurung. Mereka
meramalkan, bahwa Pongkinangolngolan suatu hari akan membunuh pamannya,
Singamangaraja X. Oleh karena itu, Pongkinangolngolan harus dibunuh.

Sesuai hukum adat, Singamangaraja X terpaksa menjatuhkan hukuman mati
atas keponakan yang disayanginya. Namun dia memutuskan, bahwa
Pongkinangolngolan tidak dipancung kepalanya, melainkan akan
ditenggelamkan di Danau Toba. Dia diikat pada sebatang kayu dan badannya
dibebani dengan batu-batu supaya tenggelam.

Di tepi Danau Toba, Singamangaraja X pura-pura melakukan pemeriksaan
terakhir, namun dengan menggunakan keris pusaka Gajah Dompak ia
melonggarkan tali yang mengikat Pongkinangolngolan, sambil menyelipkan
satu kantong kulit berisi mata uang perak ke balik pakaian
Pongkinangolngolan. Perbuatan ini tidak diketahui oleh para Datuk,
karena selain tertutup tubuhnya, juga tertutup tubuh Putri Gana
Sinambela yang memeluk dan menangisi putra kesayangannya.

Tubuh Rao yang terikat kayu dibawa dengan rakit ke tengah Danau dan
kemudian di buang ke air. Setelah berhasil melepaskan batu-batu dari
tubuhnya, dengan berpegangan pada kayu, Rao berhasil mencapai sungai
Asahan, di mana kemudian di dekat Narumonda, ia ditolong oleh seorang
nelayan, Lintong Marpaung.

Setelah bertahun-tahun berada di daerah Angkola dan Sipirok, Rao
memutuskan untuk pergi ke Minangkabau, karena selalu kuatir suatu hari
akan dikenali sebagai orang yang telah dijatuhi hukuman mati oleh Raja
Batak.

Di Minangkabau, ia mula-mula bekerja pada Datuk Bandaharo Ganggo sebagai
perawat kuda. Pada waktu itu, tiga orang tokoh Islam Mazhab Hambali,
yaitu Haji Miskin, Haji Piobang dan Haji Sumanik baru kembali dari
Mekkah dan sedang melakukan penyebaran Mazhab Hambali di Minangkabau,
yang menganut aliran Syi'ah.

Haji Piobang dan Haji Sumanik pernah menjadi pewira di pasukan kavaleri
Janitsar Turki. Gerakan mereka mendapat dukungan dari Tuanku Nan Renceh,
yang mempersiapkan tentara untuk melaksanakan gerakan Mazhab Hambali,
termasuk rencana untuk mengislamkan Mandailing.

Tuanku Nan Renceh yang adalah seorang teman Datuk Bandaharo Ganggo,
mendengar mengenai nasib dan silsilah dari Rao. Ia memperhitungkan,
bahwa Rao yang adalah keponakan Singamangaraja X dan sebagai cucu di
dalam garis laki-laki dari Singamangaraja VIII, tentu sangat baik untuk
digunakan dalam rencana merebut dan mengIslamkan Tanah Batak. Oleh
karena itu, ia meminta kawannya, Datuk Bandaharo agar menyerahkan Rao
kepadanya untuk dididik olehnya.

Pada 9 Rabiu'ulawal 1219 H (tahun 1804 M), dengan syarat-syarat Khitanan
dan Syahadat, Rao diislamkan dan diberi nama Umar Katab oleh Tuanku Nan
Renceh. Nama tersebut diambil dari nama seorang Panglima Tentara Islam,
Umar Chattab. Namun terselip juga asal usul Umar Katab, karena bila
dibaca dari belakang, maka akan terbaca: Batak!

Penyebaran Mazhab Hambali dimulai tahun 1804 dengan pemusnahan keluarga
Kerajaan Pagarruyung di Suroaso, yang menolak aliran baru tersebut.
Hampir seluruh keluarga Raja Pagarruyung dipenggal kepalanya oleh
pasukan yang dipimpin oleh Tuanku Lelo, yang nama asalnya adalah Idris
Nasution.

Hanya beberapa orang saja yang dapat menyelamatkan diri, di antaranya
adalah Yang Dipertuan Arifin Muning Alamsyah yang melarikan diri ke
Kuantan dan kemudian meminta bantuan Belanda. Juga putrinya, Puan Gadis
dapat menyelamatkan diri, dan pada tahun 1871 menceriterakan kisahnya
kepada Willem Iskandar.

Umar Katab alias Pongkinangolngolan Sinambela kembali dari Mekkah dan
Syria tahun 1815, di mana ia sempat mengikuti pendidikan kemiliteran
pada pasukan kavaleri janitsar Turki. Oleh Tuanku Nan Renceh ia diangkat
menjadi perwira tentara Paderi dan diberi gelar Tuanku Rao. Ternyata
Tuanku Nan Renceh menjalankan politik divide et impera seperti Belanda,
yaitu menggunakan orang Batak untuk menyerang Tanah Batak.

Penyerbuan ke Tanah Batak dimulai pada 1 Ramadhan 1231 H (tahun 1816 M),
dengan penyerbuan terhadap benteng Muarasipongi yang dipertahankan oleh
Marga Lubis. 5.000 orang dari pasukan berkuda ditambah 6.000 infanteri
meluluhlantakkan benteng Muarasipongi, dan seluruh penduduknya dibantai
tanpa menyisakan seorangpun. Kekejaman ini sengaja dilakukan dan
disebarluaskan untuk menebarkan teror dan rasa takut agar memudahkan
penaklukkan. Setelah itu, satu persatu wilayah Mandailing ditaklukkan
oleh pasukan Paderi, yang dipimpin oleh Tuanku Rao dan Tuanku Lelo, yang
adalah putra-putra Batak sendiri.

Selain kedua nama ini, ada sejumlah orang Batak yang telah masuk Islam,
ikut pasukan Paderi menyerang Tanak Batak, yaitu Tuanku Tambusai
(Harahap), Tuanku Sorik Marapin (Nasution), Tuanku Mandailing (Lubis),
Tuanku Asahan (Mansur Marpaung), Tuanku Kotapinang (Alamsyah Dasopang),
Tuanku Daulat (Harahap), Tuanku Patuan Soripada (Siregar), Tuanku Saman
(Hutagalung), Tuanku Ali Sakti (Jatengger Siregar), Tuanku Junjungan
(Tahir Daulay) dan Tuanku Marajo (Harahap).

Penyerbuan terhadap Singamangaraja X di Benteng Bakkara, dilaksanakan
tahun 1819. Orang-orang Siregar Salak dari Sipirok dipimpin oleh
Jatengger Siregar ikut dalam pasukan penyerang, guna memenuhi sumpah
Togar Natigor Siregar dan membalas dendam kepada keturunan Raja Oloan
Sorba Dibanua, yaitu Singamangaraja X.

Jatengger Siregar menantang Singamangaraja untuk melakukan perang
tanding. Walaupun sudah berusia lanjut, namun Singamangaraja tak gentar
dan menerima tantangan Jatengger Siregar yang masih muda. Duel dilakukan
dengan menggunakan pedang di atas kuda.

Duel yang tak seimbang berlangsung tak lama. Singamangaraja kalah dan
kepalanya dipenggal oleh pedang Jatengger Siregar. Terpenuhi sudah
dendam yang tersimpan selama 26 generasi. Kepala Singamangaraja X
ditusukkan ke ujung satu tombak dan ditancapkan ke tanah. Orang-orang
marga Siregar masih belum puas dan menantang putra-putra Singamangaraja
X untuk perang tanding. Sebelas putra-putra Singamangaraja memenuhi
tantangan ini, dan hasilnya adalah 7 – 4 untuk kemenangan
putra-putra Singamangaraja. Namun setelah itu, penyerbuan terhadap
Benteng Bakkara terus dilanjutkan, dan sebagaimana di tempat-tempat
lain, tak tersisa seorangpun dari penduduk Bakkara, termasuk semua
perempuan yang juga tewas dalam pertempuran.

Penyerbuan pasukan Paderi terhenti tahun 1820, karena berjangkitnya
penyakit kolera dan epidemi penyakit pes. Dari 150.000 orang tentara
Paderi yang memasuki Tanah Batak tahun 1818, hanya tersisa sekitar
30.000 orang dua tahun kemudian. Sebagian terbesar bukan tewas di medan
petempuran, melainkan mati karena berbagai penyakit.
Untuk menyelamatkan sisa pasukannya, tahun 1820 Tuanku Rao bermaksud
menarik mundur seluruh pasukannya dari Tanah Batak Utara, sehingga
rencana pengIslaman seluruh Tanah Batak tak dapat diteruskan. Namun
Tuanku Imam Bonjol memerintahkan agar Tuanku Rao bersama pasukannya
tetap di Tanah Batak, untuk menghadang masuknya tentara Belanda.

Ketika keadaan bertambah parah, akhirnya Tuanku Rao melakukan
pembangkangan terhadap perintah Tuanku Imam Bonjol, dan memerintahkan
sisa pasukannya keluar dari Tanah Batak Utara dan kembali ke Selatan.

Enam dari panglima pasukan Paderi asal Batak, yaitu Tuanku Mandailing,
Tuanku Asahan, Tuanku Kotapinang, Tuanku Daulat, Tuanku Ali Sakti dan
Tuanku Junjungan, tahun 1820 memberontak terhadap penindasan asing dari
Bonjol/Minangkabau dan menanggalkan gelar Tuanku yang dipandang sebagai
gelar Minangkabau. Bahkan Jatengger Siregar hanya menyandang gelar
tersebut selama tiga hari. Mereka sangat marah atas perilaku pasukan
Paderi yang merampok dan menguras Tanah Batak yang telah ditaklukkan.
Namun hanya karena ingin balas dendam kepada Singamangaraja, Jatengger
Siregar menahan diri sampai terlaksananya sumpah Togar Natigor Siregar
dan ia behasil membunuh Singamangaraja X.

Mansur Marpaung (Tuanku Asahan) dan Alamsyah Dasopang (Tuanku
Kotapinang) dengan tegas menyatakan tidak mau tunduk lagi kepada Tuanku
Imam Bonjol dan Tuanku Nan Renceh, dan kemudian mendirikan
kesultanan/kerajaan sendiri. Marpaung mendirikan Kesultanan Asahan dan
mengangkat dirinya menjadi sultan, sedangkan Dasopang mendirikan
Kerajaan Kotapinang, dan ia menjadi raja. Tuanku Rao tewas dalam
pertempuran di Air bangis pada 5 September 1821, sedangkan Tuanku Lelo
(Idris Nasution) tewas dipenggal kepalanya dan kemudian tubuhnya
dicincang oleh Halimah Rangkuti, salah satu tawanan yang dijadikan
selirnya.

----------------

Catatan:
Tulisan ini merupakan cuplikan dari buku yang ditulis oleh Mangaradja
Onggang Parlindungan Siregar, "Pongkinangolngolan Sinambela gelar
Pongkinangolngolan, Terror Agama Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak",
Penerbit Tanjung Pengharapan, Jakarta, 1964.

Tuanku Lelo/Idris Nasution adalah kakek buyut dari Mangaraja Onggang
Parlindungan ( hlm. 358). Dari ayahnya, Sutan Martua Raja Siregar,
seorang guru sejarah, M.O. Parlindungan memperoleh warisan sejumlah
catatan tangan yang merupakan hasil penelitian dari Willem Iskandar,
Guru Batak, Sutan Martua Raja dan Residen Poortman. Sebenarnya ia hanya
bermaksud menulis buku untuk putra-putranya. Buku tersebut memuat banyak
rahasia keluarga, termasuk kebiadaban yang dilakukan oleh Tuanku Lelo
tersebut.

Mayjen TNI (purn.) T.Bonar Simatupang menilai, bahwa tulisan tersebut
banyak mengandung sejarah Batak, yang perlu diketahui oleh generasi muda
Batak. Parlindungan Siregar setuju untuk menerbitkan karyanya untuk
publik. Parlindungan Siregar meminta T.B. Simatupang, Ali Budiarjo, SH
dan dr. Wiliater Hutagalung memberi masukan-masukan dan koreksi terhadap
naskah buku tersebut.

HORAS !!

=======================================================

Mungkin dapat ditambahkan lagi sedikit sinopsis dari buku Tuanku
Rao karangan Ir. Mangaraja Onggang Parlindungan ini.

Buku ini tidak hanya membahas Tuanku Rao, seorang juru dakwah yang
mengembangkan Islam di Sumatera Tengah pada pertengahan abad ke-19
serta cerita legenda peperangan para pahlawan di Sumatera Tengah
masa lampau dan patriotisme Batak Muslim, tetapi juga ada bab yang
penting bagi sejarah orang Tionghoa di Jawa khususnya.

Pada halaman 650-672 didalam buku ini ada lampiran XXXI yang
berjudul: "Peranan orang-orang Tionghoa/Islam/Hanafi didalam
perkembangan Islam dipulau Jawa 1411-1564". Lampiran ini merupakan
singkatan dari hasil penyelidikan residen Poortman mengenai naskah
Kelenteng Sam Po Kong yang disitanya.

Parlindungan mendapatkan akses untuk membaca arsip Poortman ini
(arsip kelenteng Sam Po Kong) ketika ia sedang belajar di negeri
Belanda. Di jaman kolonial, arsip dari kelenteng Semarang itu
dikategorikan sebagai arsip sangat rahasia (Zeer Geheim), yang
mungkin dianggap dapat membahayakan politik pemerintah
Belanda "devide et impera" ketika itu.

Residen Poortman di tahun 1928 ditugasi pemerintah kolonial untuk
menyelidiki apakah Raden Patah itu orang Tionghoa atau bukan, dan
pada penumpasan pemberontakkan Komunis tahun 1926-1927 Poortman
menggunakan kesempatan itu untuk menggeledah kelenteng Sam Po Kong
di Semarang pada tahun 1928 dan kemudian menyita banyak naskah
berbahasa Tionghoa yang sebagian sudah berumur 400 tahun umurnya
serta dimuati kedalam 3 gerobak. (naskah aslinya yang disimpan di
Belanda sampai sekarang masih tidak diketahui keberadaannya).

Arsip kelenteng Sam Po Kong ini memuat catatan tentang Raden Patah ,
Wali Songo dan tokoh Tionghoa Islam lainnya di abad 15-16. Arsip
Poortman ini menjadi bahan perdebatan yang kontroversial antara ahli
sejarah mengenai otentitas dan keaslian sumbernya serta kerancuan
antara mitos dan realitas.

Buku Tuanku Rao ini, yang beberapa halamannya melampirkan arsip
kelenteng Sam Po Kong dari Poortman itu menjadi acuan Prof. Slamet
Muljana (selain Serat Kanda dan Babad Tanah Jawi) dalam penulisan
bukunya yang berjudul "Runtuhnya Kerajaan Hindu-Djawa Dan Timbulnya
Negara-Negara Islam Di Nusantara" pada tahun 1968.

Buku Prof. Slamet ini kemudian dilarang oleh Kejaksaan Agung tahun
1971, karena mengungkapkan hal-hal yang kontroversial waktu itu
dengan menyebutkan bahwa sebagian Wali Songo berasal dari etnis
Tionghoa.

Selain itu juga memunculkan sebuah pandangan baru yang sensitif
tentang teori penyebaran Islam di Indonesia. Pandangan pertama
mengatakan bahwa Islam yang berkembang di Indonesia berasal dari
Hadramaut, Yemen. Pandangan kedua mengatakan bahwa peyebarannya
berasal dari Gujarat, India.

Mengenai pandangan baru atau ketiga ini telah terbit sebuah buku
yang membahasnya juga dengan judul "ARUS CINA-ISLAM –JAWA"
(2003)
dikarang oleh Sumanto Al Qurtuby.

Arsip Kelenteng Sam Po Kong dari buku Tuanku Rao ini juga dibahas,
diberikan komentar dan diinterpretasi kembali oleh ahli sejarah
berkebangsaan Belanda, H.J. De Graaf & TH. Pigeaud didalam bukunya
yang berjudul "CHINESE MUSLIMS IN JAVA in the 15th and 16th
centuries" (1984). Buku ini juga telah diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia dengan judul "CINA MUSLIM di Jawa Abad XV dan XVI (1998,
2004).

Sebelumnya arsip Poortman ini belum diperhatikan atau dianggap
serius oleh mereka berdua dalam bukunya yang berjudul "KERAJAAN
ISLAM PERTAMA DI JAWA' (De Eerste Moslimse Vorstendommen op Java,
Studien Over de Staatkundige Geschiedenis van de 15 de en 16 de Eeuw,
1974). Baru pada buku terakhir yang ditulisnya (Chinese Muslim in
Java) mereka dengan serius berusaha menginterpretasikannya kembali.

Menurut De Graff dan Pigeaud, dokumen Sam Po Kong yang ditulis
dalam buku Tuanku Rao itu tidak dapat dikesampingkan begitu saja
sebagai catatan sejarah, walaupun keaslian sumbernya masih
diperdebatkan. Kesimpulan ini mereka dapati setelah melakukan
analisa perbandingan dengan buku-buku sejarah lainnya masa lalu.

Sebenarnya dengan menulis buku Chinese Muslim in Java ini, De Graaf
dan Pigeaud secara implisit telah mengakui otentisitas sejarah
naskah Kelenteng Sam Po Kong itu.
gimana?? jika thread vindra sang ini lebih spesifik lagi, mungkin menarik minat2 pemeharti sejarah.
seperti Kerajaan Padjajaran runtuh karena denomasi perkembangan islam, akhirnya ada istilah badui??
mengapa orang sunda lebih susah murtad daripada orang jawa?? :green: gitu lho
makin 'aneh' threadnya mungkin lebih asik di bahas.

wassalam
User avatar
love_peaceful2
Posts: 1718
Joined: Fri May 09, 2008 2:01 pm
Location: Di Surga Islam, provokator para houris berontak dr perbudakan olloh w*s demi ego nabi sakit jiwa.

Re: Runtuhnya Kerajaan Hindu dan Bangkitnya Islam di Indo

Post by love_peaceful2 »

Sedikti sekali org batak yg mengetahui sejarah Tuanku Rao atau sejarah Perang Padri yang meluas hingga ke Bakkara, Balige (pusat kenegaraan Tanah Batak di jaman itu).
Bahkan org2 Batak Mandailing generasi sekarangpun hampir seluruhnya buta sejarah nenek moyangnya yg bersimbah darah dibantai pejuang2 paderi.
Lucunya, bukan rahasia umum lagi jika org2 Minang muslim sulit klop dgn Batak, khususnya Batak Toba.

Jika sejarah ini bisa didokumentasi lagi dengan baik mgkn akan menggiring batak muslim utk murtad secepatnya.
Catatan2 sejarah sepanjang jalur perang paderi dari tanah minang hingga tanah batak yang disimpan secara lisan atau tulisan oleh org2 tua dulu belum didokumentasi dgn baik.

Perang paderi meninggalkan bekas yg mendalam juga bagi org2 Minang.
Tak sedikit org2 minang yg eksodus besar2an menghindar dari perang agama tsb.
Sebagian berlokasi di pantai selatan aceh hingga ke arah utara aceh, di sini mereka masih mengaku minang dan memiliki marga.
Sebagian lagi jelas mengungsi ke sumut dan riau.

Sedikit catatan utk islamisasi tanah batak dari arah aceh.
Islamisasi batak dari arah aceh malah lebih menyedihkan lagi.
Batak2 muslim di sekitar perbatasan (dairi & tanah karo) jelas2 memisahkan diri dari pertalian darah batak, meskipun mereka masih menggunakan marga hingga saat ini.
Malah terjadi pertukaran wilayah (saya udah lupa) antara kerajaan aceh dgn kerajaan batak bakkara
Di mana2 daerah batak muslim di perbatasan diserahkan pada kekuasaan aceh, kerajaan batak dapat wilayah apa saya udah lupa.
Mgkn ada yg bisa melengkapi....

Kenyataannya, batak musim di tanah aceh adalah manusia kelas dua dianggap kucing dan menjadi pelampiasan kekesalan aceh2 berhidung mancung itu.
Rasialisasi ini bahkan sudah ditetapkan secara undang2 oleh kesultanan aceh (lupa sejak kapan).
Bisa disearch di google, kog.
Selama pemberontakan aceh, batak muslim pro RI dan membentuk kekuatan milisi persis spt. pemberontak GPK aceh itu.

Islamisasi di Tanah Batak benar2 telah merusak sebagian tali persatuan org2 Batak. Ini sangat menyedihkan.


LP2
Be It unto Me (Maria - 2.000 thn yg lalu)
saia
Posts: 1355
Joined: Mon Oct 05, 2009 2:50 am
Location: Di seberang ka'bah mengamati kerumunan manusia dungu

Re: Runtuhnya Kerajaan Hindu dan Bangkitnya Islam di Indo

Post by saia »

@atas
soal invasi islam ke sumatra utara via aceh itu mungkin zamannya sultan iskandar muda,
nanti saia cari artikel nya bro ....

tapi memang tepat, karena agama nyeleneh yg satu ini, pertalian persaudaraan orang-orang batak sampai sekarang seakan putus
makanya ada istilah batak karo, batak toba, batak sipirok,batak mandailing dll
jika saia beri tahu marga saia, mungkin bro agak kaget karena marga saia ini masih saudara dekat dengan marga lubis dan harahap yg notabene mayoritas islam.
tapi puji syukur saia di lahirkan murni kapir hehehe :finga:
User avatar
love_peaceful2
Posts: 1718
Joined: Fri May 09, 2008 2:01 pm
Location: Di Surga Islam, provokator para houris berontak dr perbudakan olloh w*s demi ego nabi sakit jiwa.

Re: Runtuhnya Kerajaan Hindu dan Bangkitnya Islam di Indo

Post by love_peaceful2 »

saia wrote:@atas
soal invasi islam ke sumatra utara via aceh itu mungkin zamannya sultan iskandar muda,
nanti saia cari artikel nya bro ....
Kemungkinan besarnya jaman sultan iskandar muda.
Sedikit catatan buat org2 aceh yg mampir di trit ini.
Kalian jgn berkoar2 kesultanan aceh tumbuh besar bagaikan membalikkan telapak tangan sejak sultannya memeluk islam.
Semasih menjadi kerajaan hindu (samudera pasai), kerajaan ini sdh memiliki dasar yg kokoh dan cukup disegani.
saia wrote:tapi memang tepat, karena agama nyeleneh yg satu ini, pertalian persaudaraan orang-orang batak sampai sekarang seakan putus
makanya ada istilah batak karo, batak toba, batak sipirok,batak mandailing dll
Lihat saja mengapa bisa ada istilah batak angkola? Tentu istilah ini dihembuskan batak2 mandailing muslim utk membedakan mereka dgn sesama mandailing yg kafir, khususnya kristen. Batak mandailing secara tradisi & bahasa masih lebih dekat dgn Batak Toba, sebagian marga dari kelompok mandailing secara politis dulunya adalah perpanjangan tangan kenegaraan batak yg berpusat di bakkara utk menghempang pengaruh/invasi Minang di perbatasan selatan.
Lihat juga tuh tingkah laku batak karo muslim yg seenak udel ngaku2 bkn batak. :vom:
Bersusah payah nenek moyang batak mempersatukan Batak Tua dan Batak Muda melalui sistem marga, malah diacak2 ama muslim2 kampret itu.
Secara genetis, org2 batak tidak berasal-muasal dari satu kelompok org/masyarakat tertentu. Gelombang terakhir kedatangan bgs Tamil dari India tetap disambut baik di tanah batak dan diberi marga mengikuti percabangan marga yg ada, umumnya bermukim di Tanah Karo.

Kadang2 saya kesal klo mengingat semua ini betapa islamisasi merusak sendi2 kehidupan bangsa batak. Islamisasi jugalah yg menjebak org2 batak dalam perangkap prasangka buruk terhadap penganut parmalim (kejawennya versi batak). Ini semua harus diakhiri. Hak hidup setiap org utk memeluk agama apapun sekalipun ia menyembah batu, asalkan tidak kriminal.
saia wrote:jika saia beri tahu marga saia, mungkin bro agak kaget karena marga saia ini masih saudara dekat dengan marga lubis dan harahap yg notabene mayoritas islam.
tapi puji syukur saia di lahirkan murni kapir hehehe :finga:
Saya sudah tau klo gitu. :green:


LP2
Be It unto Me (Maria - 2.000 thn yg lalu)
chrystal eye
Posts: 512
Joined: Sat Feb 06, 2010 10:39 am

Re: Runtuhnya Kerajaan Hindu dan Bangkitnya Islam di Indo

Post by chrystal eye »

Karena TS menanyakan kaitannya dengan Kerajaan Hindu,

Mungkin TS bisa mampir ke sini;
http://ali5196-indonesiafaithfreedom.bl ... 8-bag.html
myself
Posts: 77
Joined: Tue May 25, 2010 11:35 am

Re: Runtuhnya Kerajaan Hindu dan Bangkitnya Islam di Indo

Post by myself »

aku nggak paham sejarah tapi sepertinya itu semua karena pinter2nya islam CARI MUKA sama pribumi yang sebelumnya Hindu, kelakuannya seperti BUNGLON n pintar cari2 salah agama lain, ngakunya paling benar but http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... 47&t=37038#
chrystal eye
Posts: 512
Joined: Sat Feb 06, 2010 10:39 am

Re: Runtuhnya Kerajaan Hindu dan Bangkitnya Islam di Indo

Post by chrystal eye »

@atas
Bro, entah itu namanya cari muka atau apalah....
rupanya walisongo cuma mengikuti teladan sang nabi ketika hijrah ke yatrib (madinah)...
dan sukses....... baik2in dulu, terkam belakangan... spt singa berbulu domba

lha wong sekarang aja al-quds (yerusalem) yang saat munculnya islam didiami oleh yahudi sekarang sibuk di klaim?
an repot ngadepin yang berpikiran kalau sejarah itu dimulai dari munculnya islam, sedangkan sejarah2 sebelumnya dianggap basi..... palsu... sesat...

Memangnya orang lain gak boleh punya sejarah sendiri apa? Giliran diminta cerita nabi2 sebelumnya refernya ke sejarah yang palsu itu........
ggggggggggrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr......................... :rolleyes:
robint
Posts: 2123
Joined: Sat Jun 21, 2008 10:52 pm

Re: Runtuhnya Kerajaan Hindu dan Bangkitnya Islam di Indo

Post by robint »

saya setuju dng TS.

aneh bahwa perang padri itu, kedatangan belanda adalah undangan raja setempat yg sedang berantem dng islam.

aneh bahwa majapahit runtuh berbarengan dng berdirinya kerajaan islam pertama dijawa dan lagi pula rajanya itu adalah anaknya sendiri

aneh bahwa kerajaan pajajaran itu runtuh dan justru raja terakhir prabu siliwangi , dianggap sbg raja terhebat , dan runtuhnya pajajaran itu diganti oleh anaknya sendiri Kian santang yg muslim.

sayang kita gak bisa kembali ke masa lalu, tapi jika ada , pasti kita bisa melihat, bagaimana nenek moyang kita menangis menghadapi kekerasan islam ....
Gen3ster
Posts: 370
Joined: Mon Mar 23, 2009 11:51 pm

Re: Runtuhnya Kerajaan Hindu dan Bangkitnya Islam di Indo

Post by Gen3ster »

Saya menemukan beberapa artikel yg bagus sekali di internet, klo msh ada yg kurang puas dengan jawaban ini silahkan Cari di google, saya yakin kalian akan menemukan banyak jawaban bagus lg disana

RUNTUHNYA KERAJAAN HINDU JAWA DAN TIMBULNYA NEGARA-NEGARA ISLAM DI NUSANTARA

Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha
saia
Posts: 1355
Joined: Mon Oct 05, 2009 2:50 am
Location: Di seberang ka'bah mengamati kerumunan manusia dungu

Re: Runtuhnya Kerajaan Hindu dan Bangkitnya Islam di Indo

Post by saia »

Karena terbelit hutang pada bro LP2, akhirnya dari berbagai research yang saia lakukan, mungkin ini yang terbaik dalam menjelaskan sejarah jihad Kerajaan Aceh pada daerah-daerah sekitarnya.
Sejarah Agama islam di Indonesia | Kerajaan Aceh Darussalam.
Kesultanan aceh berdiri pada tahun 1514, terletak di ujung utara pulau Sumatra. Pendirinya adalah sultan Ali Mughayat Syah yang bertakhta dari tahun 1514 – 1530. Pada tahun 1520, beliau memulai kampanye militernya untuk menguasai bagian utara Sumatra. Dalam sejarah ini Kampanye pertamanya dilakukan di Daya, di sebelah barat laut, yang menurut Time Pires belum mengenal islam. Selanjutnya, Ali mughayat Syah melebarkan sayap sampai ke pantai timur yang terkenal kaya akan rempah-rempah dan emas.
Untuk memperkuat perekonomian rakyat dan kekuatan militer laut, didirikannya banyak pelabuhan. Penyebrangan ke Deli dan Aru adalah perluasan daerah terakhir yang dilakukan oleh sultan Ali Mughayat. Sultan juga mampu mengusir garnisun POrtugis dari daerah Deli, yang meliputi Pedir dan Pasai. Namun saat penyebrangan terhadap Aru (1824), tentara Ali Mughayat dapat dikalahkan oleh Armada Portugis.
Selain mengancam portugis sebagai pemilik kekuatan militer laut di kawasan itu, aksi militer Sultan Ali Mughayat Syah ternyata juga mengancam Kesultanan Johor. Pada tahun 1521 kesultanan Aceh diperluas sampai Pidie, dan pada tahun 1524 ke pasai dan Aru, kemudian menyusul Perlak, Tamiang, dan Lamuri. Kesultanan Aceh Darusalam merupakan kelanjutan dari kesultanan Samudra pasai yang hancur pada abad ke 14.
Ada beberapa versi sejarah lain mengenai terbentuknya Kerajaan Aceh Darussalam. Menurut Hikayat Aceh, Aceh Darusalam adalah persatuan dua kerajaan yang masing-masing diperintah oleh Sultan Muzaffar Syah (Pidie) dan raja Inayat Syah (Aceh Besar), dua orang bersaudara. Suatu saat pecah peperangan antara keduanya, dan dimenangi oleh Muzaffar Syah. Dia menyatukan Pidie dan Aceh Besar, lantas memberinya nama Aceh Darussalam.
Kesultanan Aceh Darussalam membawahkan enam kerajaan kecil; kerajaan Perlak, Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Tamiang, Kerajaan Pidie, Kerajaan Indrapura, dan Kerajaan indrajaya. Kitab Bustanus Salatin, kitab kronik raja-raja aceh, menyebut Sultan Ali Mughayat Syah sebagai sultan aceh yang pertama. Ia mendirikan Kesultanan Aceh dengan menyatukan beberapa kerajaan kecil tersebut. Pusat kesultanan adalah . Banda Aceh, yang juga disebut Kuta Raja.

Banda Aceh sebagai Bandar niaga tidak terlalu kecil untuk pelabuhan kapal-kapal besar pada abad ke 16. pelabuhan banda aceh mudah dirapati oleh berbagai jenis kapal dagang. Maka, aceh pun semakin ramai. Apalagi sejak Malaka jatuh ke tangan Portugis, para saudagar muslim lebih memilih berlabuh di Banda Aceh. Tak hanya pedagang Muslim, pedagang asing non portugis pun juga turut meramaikan pelabuhan Banda Aceh, sehingga kesultanan Aceh mendapatkan banyak keuntungan.
Dalam sejarah selama masa pemerintahannya, kesultanan Aceh telah diperintah oleh banyak sultan. Mereka adalah
- Sultan Ali Mughayat Syah (1514 – 1530)
- Sultan Salahuddin (1530 – 1538)
- Sultan Alauddin Ri’ayat syah Al-Qahhar (1538 – 1571)
- Sultan Husain (1571 – 1579)
- Sultan Muda (masih kanak-kanak) (1579, hanya beberapa bulan)
- Sultan Sri Alam (1579)
- Sultan Zainul Abidin (1579)
- Sultan Buyung (1586 – 1588)
- Sultan Alauddin Ri’ayat Syah Sayid al-Mukammal (1589 – 1604)
- Sultan Ali R’ayat Syah (1604 – 1607)
- Sultan Iskandar Muda (1607 – 1636)
- Sultan Iskandar Tsani (1636 – 1641)
- Sultanat Safiatuddin Tajul Alam (1641 – 1675)
- Sultanat Naqiyatuddin Nurul Alam (1675 – 1678)
- Sultanat Inayat Syah (1678 – 1688)
- Sultanat Kamalat Syah (1688 – 1699)
- Sultan Badrul Alam Syarif hasyim jamaluddin (1699 – 1702)
- Sultan Perkasa Alam syarif Lamtury (1702 – 1726)
- Sultan Jauharul Alam badrul Munir (1703 – 1726)
- Sultan Jauharul Alam Aminuddin (hanya beberapa hari)
- Sultan Syamsul Alam (hanya beberapa hari)
- Sultan Johan (1735 – 1760)
- Sultan Mahmud Syah (1760 – 1781)
- Sultan Badruddin (1764 – 1765)
- Sultan Sulaiman Syah (1773)
- Sultan Alauddin Muhammad (1781 – 1795)
- Sultan Alauddin Jauharul Alam (1795 – 1815)
- Sultan Saiful Alam (1815 – 1818)
- Sultan Jauharul Alam (1818 – 1824)
- Sultan Muhammad Syah (1838 – 1870)
- Sultan Mansyur Syah (1838 – 1870)
- Sultan Mahmud Syah (1870 – 1874)
- Sultan Muhammad Daud Syah (1878 – 1903)

Pada tahun 1521, kesultanan Aceh di serah oleh armada Portugis yang dipimpin oleh Jorge D. Britto. Akan tetapi, serangan itu dapat dipatahkan oleh sultan Ali Mughayat Syah.
Pada tahun 1530, Ali Mughayat Syah meninggal dunia, lalu tahta Aceh Darussalam dipegang oleh putra sulungnya, Sultan Salauddin. Pada masa Salahuddin, tepatnya pada tahun 1537, Aceh Darussalam Aceh melancarkan serangan ke malaka yang dikuasai protugis.
Sayang sekali, sultan Salahduddin dipandang bersikap terlalu lunak dengan memberi peluang kepada misionaris portugis untuk bekerja di tengah-tengah batak di daerah pantai timur sumatra. Ia juga dipandang kurang memperhatikan urusan Pemerintahan. Maka kemudian Salahuddin diganti oleh saudara, Sultan Alauddin Ri’ayat Syah al-Qahhar, pada tahun 1538.
Pada masa pemerintahan sultan Alauddin al-Qahhar, kesultanan Aceh menyerang malaka sebanyak dua kali, yaitu pada tahuhn 1547 dan 1568. menurut Musafir portugis, Mendez Pinto, pasukan aceh kala itu memiliki tentara dari berbagai negara, diantaranya dari Turki, Cambay dan malabar. Hal itu menunjukkan bahwa hubungan diplomatik yang baik telah dijalankan oleh sultan Alauddin al-Qahhar. Bukti lain tentang hubungan diplomatik yang baik telah dijalankan oleh sultan Alauddin al-Qahhar. Bukti lain tentang hubungan diplomatik tersebut adalah kabar bahwa Sultan juga mengirism utusan diplomatik ke luar negeri.

Misalnya pada tahun 1562 utusan dikirim ke istambul untuk membeli meriam dari sultan Turki. Sultan Alauddin al-Qahhar pun mendatangkan ulama-ulama dari India dan Persia untuk menyebarkan risalah Islam, membawa para ulama ke pedalaman Sumatra, mendirikan pusat Islam di ulakan, serta membawa islam ke minangkabau dan indrapura, sultan al-Qahhar meninggal dunia pada tanggal 28 September 1571.

Menyusul meninggalkanya sultan Alauddin, terjadilah ketegangan dalam proses pergantian kekuasaan, hingga kemudian seorang ulama tua bernama Sayyid al-Mukammil disepekati menjadi raja. Kemudian pada masanya, Ali R’ayat Syah muncul menggantikan al-Mukammil.
Pada tahun 1607, aceh diserbu Portugis. Sultan Ali Ri’ayat syah gugur dalam serbuan itu. Untunglah kemudian seorang pemuda yang cemerlang muncul mengatasi keadaan. Dialah Iskandar muda, keponakan Sultan. Iskandar muda bangkit memimpin perlawanan, hingga mampu menendang Portugis keluar dari Aceh Darussalam. Kitab Bustanun Salatin menyebutkan bahwa kemudian Iskandar Muda dinobatkan sebagai sultan pada 6 Dzulhijjah 1015, atau awal April 1607.
Iskandar muda merupakan sosok yang tegas dan keras. Para bangsawan kerajaan dikontrolnya dengan ketat. Mereka diharuskan ikut melaksanakan tugas jaga malam di istana setiap tiga hari sekali, tanpa membawa senjata. Setelah semua terkontrol, iskandar muda memegang kendali produksi beras. Di masanya, kesultanan Aceh Darussalam mengekspor beras ke luar wilayah. Sultan memperketat pajak kelautan bagi kapal-kapal asing, mengatur pajak perniagaan, bahkan juga mengenakan pajak untuk harta kapal haram.
Dalam bidang militer, iskandar muda membangun angkatan perang yang sangat kuat. Seorang asing bernama Beaulieu mencatat jumlah pasukan darat Aceh sekitar 40 ribu orang. Untuk armada laut diperkirakan memiliki 100 – 200 kapal, diantaranya kapal selebar 30 meter dengan awak 600 – 800 orang yang dilengkapi dengan tiga meriam. Ia juga mempekerjakan seorang asing kulit putih sebagai penasehat militer, yang mengenalkan teknik perang bangsa eropa. Diperkirakan, penasehat tersebut berasal dari Prancis.
Dengan kekuatan militer yang begitu ampuh, aceh menjebol benteng Deli. Beberapa kerajaan lain juga ditaklukkan, seperti Johor (1613), Pahang (1618), Kedah (1619), Serta Tuah (1620).

Kesultanan Aceh mengalami zaman keeemasan pada periode kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607 – 1636). Sebagaimana telah disebutkan, Iskandar Muda berhasil memukul mundur kekuatan Portugis dari tanah Aceh. Permusuhan Aceh dengan portugis tidak berhenti di situ saja. Sebab pada masa kepemimpinannya Iskandar muda pula, Aceh Darussalam menyerbu portugis di selat malaka.
Pada tahun 1629, kesultanan Aceh melakukan penyerangan besar-besaran terhadap Portugis di Malaka. Dengan armada yang terdiri atas ratusan kapal perang dan puluhan ribu tentara laut, Aceh menghantam Portugis. Serangan dilakukan dalam upaya memperluas pengaruh politik dan perdagangan Aceh atas selat Malaka dan Semenanjung Melayu. Sayang sekali, meski aceh telah berhasil mengepung malaka dari segala penjuru, penyerangan ini berhasil ditangkis Portugis.
Selain dalam bidang militer, aceh pada zaman Iskandar Muda juga berjaya di lapangan ilmu pengetahuan. Dalam sastra dan ilmu agama, aceh melahirkan beberapa ulama ternama. Dua yang menonjol adalah Hamzah Fansuri dan Syamsuddin as-Sumatrani. Keduanya merupakan ilmuwan-ilmuwan yang mendalami ilmu-ilmu tasawuf atau mistik islam.
Iskandar Muda meninggal dunia pada 29 rajab 1046 H atau 27 Desember 1636. dua tahun sebelumnya, iskandar muda telah menunjuk Iskandar Tsani sebagai penggantinya. Sang pengganti tersebut adalah menantu iskandar muda. Sebelum mengangkat menantunya itu, Iskandar Muda terlebih dahulu memerintahkan agar anaknya sendiri (yang berkah menjadi sultan) untuk dibunuh.
Sultan Iskandar Tsani (1634 – 1641) berperangai lebih lembut dari pada pendahulunya, dan tidak memrinah dengan tangan besi. Iskandar muda lebih menitik beratkan pembangunan negerinya pada masalah keagamaan ketimbang kekuasaan. Begitu pula istrinya, Sultanah Taju al-Alam Syafiatuddin Syah (1641 – 1675), yang menjadi pengganti Iskandar Tsani setelah suaminya itu wafat.
Pada awal pemerintahan Sultanah Taju al-Alam Syafiatuddin Syah, kegemilangan Aceh di bidang politik, Ekonomi dan militer mulai menurun. Sebab, sebagian orang tidak cukup senang dengan kepemimpinan perempuan. Sehingga, kekuasaan para uleebalang (hulubalang) juga meningkat karenanya.
Setelah Sultanah Taju al-Alam Syafiatuddin Syah, tiga perempuan memegang kendali kerajaan Aceh. Mereka Sultanah Nurul Alam Zakiatuddin Syah (1675 – 1677), Ratu Inayat Zakiatuddin Syah (1677 – 1688), dan Ratu Kamalat (1688 – 1699).
Saat kesultanan Aceh dipimpin oleh sultan Iskandar Tsani, di Aceh tinggal ulama Asal Gujarat, yakni Syekh Nuruddin ar-Raniri. Ulama ini menulis kitab Siratal Mustaqim, mengenal ibadah dalam islam. Atas permintaan sultan, ia menulis pula kitab Bustanus Salatin, yang menjadi karya terpopulernya.
Atas perlindungan Sultan Iskandar Tsani, Nuruddin ar- Raniri menyatakan terlarangnya ajaran-ajaran Hamzah Fansuri dan Syamsuddin as-Sumatrani. Menurut fatwa Nuruddin, pemahaman keagamaan hamzah dan Syamsuddin tidak sesuai dengan ajaran islam yang asli. Lebih jauh lagi, Nuruddin ar-Raniri memimpin pembakaran buku-buku karya kedua ulama pendahulunya itu.
Saat tahta sultan Iskandar Tsani beralih ke Sultanah Taju al-Alam Syafiatuddin Syah, Nuruddin ar-Raniri meninggalkan Aceh.

Posisinya sebagai ulama besar kerajaan digantikan oleh Abdurrauf as-Singkeli. Ulama ini juga dikenal dengan nama Teungku Syiah Kuala. Atas permintaan Sultanah, pada tahun 1663 Abdurrauf as-Singkeli menulis kitab Mir’at at-Tullab fi tahsil Ma’rifat Ahmad asy Syari’iyyah li al Malik Wahhab atau cermin bagi mereka yang menuntut ilmu Fikih pada memudahkan mengenal segala hkum Syara Allah.
Mengiringi penulisan kitab-kitab karya Abdurrauf, Sultanah Taju al-Alam juga menggalakkan pendidkan Agama Islam melalui Jamiah Baiturrahman di banda Aceh, dan mengirim Al-Qur’an serta kitab-kitab karangan ulama aceh kepada raja-raja ternate, Tidore, dan Bacan di Maluku, selain mengirimkan pula guru-guru agama Islam.
Sultanah berikutnya adalah Sri Ratu Niqiyatuddin Nurul Alam, kemudian inayat syah, dan terakhir Kamalat Syah. Pada tahun 1699, pemerintahan sultanah atau sultan perempuan dihentikan. Sebab yang melatarbelakanginya cukup serius, yakni fatwa dari Mekah yang menetapkan bahwa syariat islam melarang wanita untuk memerintah negara.
Kesultanan aceh pada permulaan abad ke 18 mengalami serangkaian perebutan tahta.

Beberapa sultan yang saling bersaing berasal dari golongan Sayid, yaknik keturunan Fatimah binti Nabi Muhammad SAW, yang lahir di Aceh. Salah satu Sayid yang menjadi sultan adalah Jamalul Alam badrul Munir, yang memerintah pada tahun 1703 – 1726. sultan ini dijatuhkan pada tahun 1726, lalu setelahnya melancarkan perlawanan terhadap sultan-sultan sesudahnya, termasuk Sultan Ahmad Syah (1727 – 1735) dan putranya, Sultan Johan (1735 – 1760). Jamalul Alam akhirnya meninggal dalam pertempuran melawan Sultan Johan.
Di tahun 1816, Sultan Saiful Alam bertikai dengan Jauharul Alam Aminuddin. Jauharul Alam memenangi suksesi dan menjadi sultan Aceh dengan bantuan Inggris. Setelah itu, aceh mengikat perjanjian dengan Inggris yang diwakili oleh Thomas Stamford Raffles. Lewat perjanjian itu, inggris mendapat kesempatan berniaga di Kesultanan Aceh, dengan imbalan jaminan keamanan bagi Aceh dari Inggris. Perjanjian ini dibuat pada tanggal 22 April 1818.
Pada tanggal 17 Maret 1824, Inggris dan belanda membnuat perjanjian di london yang antara lain berisi penghormatan kedaulatan aceh oleh pihak Belanda. Pada tanggal 2 November 1871 ditandatangani Traktat Sumatra, perjanjian baru antara belanda dan Inggris dengan membatalkan perjanjian London. Perjanjian ini memberi kebebasan bagi Inggris untuk mengembangkan kekuasaan di Malaya, dan bagi Belanda untuk memperluas kekuasannya di Sumatra.

Pemerintahan kesultanan Aceh terus berjalan. Namun, pamornya lambat laun menyurut. Pertikaian internal terjadi tak kunjung henti. Sementara, pusat kegiatan ekonomi dan politik bergeser ke selatan ke wilayah Riau – Johor – Malaka. Aceh baru muncul lagi dua abad kemudian, yaknik pada akhir abad 19. saat itu, belanda berusaha menguasai wilayah tersebut. Perlawanan para bangsawan Aceh pun terjadi. Sekali lagi, sejarah aceh diwarnai oleh kepemimpinan kaum perempuan, yakni melalui perlawanan Tjut Nya’ Dhien. Dengan alasan mengalahkan Tjut Nya’ Dhien, belanda melanggar kedaulatan Aceh dengan menyerbu ibukota Kesultanan Aceh pada tahun 1873, menduduki Banda Aceh, serta kota-kota pantai lainnya. Pada januari 1874, istana kesultanan aceh dapat direbut Belanda. Sehingga, belanda menyatakan Aceh menjadi kepunyaan pemerintah Hindia beladan dan Kesultanan Aceh Darussalam dihapuskan.
Dalam kondisi demikian, perjuangan rakyat aceh belum berhenti. Sultan Mahmud syah yang berhasil meloloskan diri dari penyergapan Belanda masih terus bergerilya. Setelah akhirnya Mahmud Syah meninggal karena sakit, perjuangan melawan penjajah dilanjutkan oleh rakyat aceh beserta para panglima tanah Rencong, sampai tahun 1903.
sumber:http://www.aceh-online.com/sejarah-agam ... alam.html/
Dari data yang saia dapatkan, memang benar bahwa Kerajaan Deli runtuh akibat invasi jihad kaum muslim Kerajaan Aceh bukan karena syiar agama, tapi lebih tepatnya mengincar komoditi kerajaan Deli yang terkenal yaitu barus dan juga kerena persaingan dagang antara Portugis dan Kesultanan Johor.

wassalam
User avatar
love_peaceful2
Posts: 1718
Joined: Fri May 09, 2008 2:01 pm
Location: Di Surga Islam, provokator para houris berontak dr perbudakan olloh w*s demi ego nabi sakit jiwa.

Re: Runtuhnya Kerajaan Hindu dan Bangkitnya Islam di Indo

Post by love_peaceful2 »

@saia

Tulisan kamu cukup menjelaskan ttg Kerajaan Aceh Darussalam.
Tapi... momen terpenting islamisasi di tanah rencong itu udah terlewatkan jika berbicara ttg kerajaan tsb.

Seblm kerajaan/kesultanan aceh tsb adalah Samudera Pasai (hindu) dan saya yakin pasti masih ada kerajaan2 kecil sblm ato semasa dgn samudera pasai di sepanjang tanah aceh.
Proses islamisasi kerajaan samudera pasai menjadi kesultanan aceh ini yg kabur dlm sejarah2 yg diajarkan di sekolah.

Saya blm ada waktu utk meringkas tulisan2 sejarah islamisasi di aceh.
Pasti menarik sebab aceh yg secara geografis jauh lebih dekat dgn india dari keseluruhan sumatera tentulah dominan hindu.
Anehnya kenapa jejak2 hindu justru hilang tanpa bekas di aceh, sementara di sumatera utara masih ada hingga saat ini.
Sejumlah penduduk Tanah Karo masih beragama hindu meskipun saat ini tinggal terhitung jari!

Demikian utk dimaklumi, bro.


LP2
Be It unto Me (Maria - 2.000 thn yg lalu)
saia
Posts: 1355
Joined: Mon Oct 05, 2009 2:50 am
Location: Di seberang ka'bah mengamati kerumunan manusia dungu

Re: Runtuhnya Kerajaan Hindu dan Bangkitnya Islam di Indo

Post by saia »

@LP2

Bro, sulit sekali mencari artikel-artikel yang bisa diakui secara validitas masalah runtuhnya hegemodi hindu/budha dalam kerajaan samudera pasai, karena dari semua artikel lebih condong ke dalam berita-berita HOAX ala islam. kalo memungkinkan saia lagi bertanya pada teman saia di flensburg atau mungkin kawan saia yang ada di Universiteit Leiden , jika ada naskah tertua tentang sejarah perkembangan islam di indonesia ini, lebih afdol jika lengkap dengan surat-surat dagang portugis pada abad ke 14, siapa tahu ada yang nyerempet-nyerempet soal ini.

wassalam
User avatar
love_peaceful2
Posts: 1718
Joined: Fri May 09, 2008 2:01 pm
Location: Di Surga Islam, provokator para houris berontak dr perbudakan olloh w*s demi ego nabi sakit jiwa.

Re: Runtuhnya Kerajaan Hindu dan Bangkitnya Islam di Indo

Post by love_peaceful2 »

saia wrote:@LP2

Bro, sulit sekali mencari artikel-artikel yang bisa diakui secara validitas masalah runtuhnya hegemodi hindu/budha dalam kerajaan samudera pasai, karena dari semua artikel lebih condong ke dalam berita-berita HOAX ala islam. kalo memungkinkan saia lagi bertanya pada teman saia di flensburg atau mungkin kawan saia yang ada di Universiteit Leiden , jika ada naskah tertua tentang sejarah perkembangan islam di indonesia ini, lebih afdol jika lengkap dengan surat-surat dagang portugis pada abad ke 14, siapa tahu ada yang nyerempet-nyerempet soal ini.

wassalam
Tepat sekali!
Di negeri ini sejarah/situs islamisasi aceh dibumihanguskan sendiri oleh org2 aceh.
Termasuk situs2 kristen sudah ada sekitar abad 4-5M di sekitar barus hingga singkil (aceh)!
Org2 kristen di sumut juga sami mawon.... berusaha memberangus peninggalan nenek moyangnya termasuk budaya lisan, hanya saja tidak separah di aceh.

Yah... banyak org2 bijak mengatakan:
"Sekalipun org indonesia yg memiliki sejarah, org Eropa (terutama Belanda) lebih menguasai sejarah itu!"

Eropa & Belanda, apalagi Universitas Leiden menjadi salah satu kunci utk menghadirkan kembali sejarah islamisasi di Sumatera, khususnya Aceh.
Ini tidak mengherankan.
Contoh, beberapa tahun lalu sejarahwan Jerman pernah datang ke Indonesia hanya utk menunjukkan hasil penelitiannya ttg tulisan tangan Sisingamangaraja XII kepada Kerajaan Aceh. Sejarahwan indonesia mgkn kesulitan krn bahan2 tsb adanya lebih lengkap di Jerman!

Dibutuhkan effort ekstra.... sebab negara ini doyan melupakan sejarah demi tegaknya Islam. :yawinkle:


LP2
Be It unto Me (Maria - 2.000 thn yg lalu)
chrystal eye
Posts: 512
Joined: Sat Feb 06, 2010 10:39 am

Re: Runtuhnya Kerajaan Hindu dan Bangkitnya Islam di Indo

Post by chrystal eye »

@bang LP2

Sejarah sebelum islam???
Dijamin sudah dihancurkan bro.... seperti biasa lah.....
kan mau nya itu sejarah dimulai setelah islam, yg sebelumnya walahualam katanya..... palsu... dan islam masuk dengan "damai".. sampai masuknya salibis kristen yg penuh kekerasan? heeeeeee??????? becanda kali tuh .............
User avatar
love_peaceful2
Posts: 1718
Joined: Fri May 09, 2008 2:01 pm
Location: Di Surga Islam, provokator para houris berontak dr perbudakan olloh w*s demi ego nabi sakit jiwa.

Re: Runtuhnya Kerajaan Hindu dan Bangkitnya Islam di Indo

Post by love_peaceful2 »

chrystal eye wrote:@bang LP2

Sejarah sebelum islam???
Dijamin sudah dihancurkan bro.... seperti biasa lah.....
kan mau nya itu sejarah dimulai setelah islam, yg sebelumnya walahualam katanya..... palsu... dan islam masuk dengan "damai".. sampai masuknya salibis kristen yg penuh kekerasan? heeeeeee??????? becanda kali tuh .............
Sami mawon dgn apa yg terjadi di Syria, Iran (Parsi), Irak (Babylon), Mesir & Afrika Utara.
Islamisasi identik dengan memberangus budaya dan asal-usul.
Di negara2 tsb org syria, iran, irak, mesir, maroko, tunisia, dll mengaku dirinya Arab dan mengambil sebanyak2nya budaya arab menggantikan budaya nenek moyangnya.
Teralienasi di tanah nenek moyangnya sendiri
Mereka sudah lupa bhw nenek moyang mereka mati disembelih bgs arab,
generasi mereka adalah hasil pemerkosaan barbar arab terhdp nenek moyang mereka ratusan tahun yg lalu.
Mereka adalah budak2 arab saudi, budak muhammad yg ingin menegakkan hegemoni arab menyaingi hegemoni Persia dan Romawi dlm bungkus manis bernama Islam.

Indonesia masih mending tapi lihat sendiri...
Semakin hari semakin mencintai arab.
Blm afdol jika semua blm dlm term of arab.

Sampai kapan negeri ini mau jadi budak2 arab?
Ntahlah...


LP2
Be It unto Me (Maria - 2.000 thn yg lalu)
Post Reply