Nasib Murtadin di Negara Kafir Barat

Murtad: mereka yg meninggalkan Islam. Apa hukumannya & bgm penerapannya di negara2 Islam ?
Post Reply
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Nasib Murtadin di Negara Kafir Barat

Post by ali5196 »

Ini artikel yg sudah dimuat dalam Old Forum, tetapi teman kita, CURIOUS, berbaik hati menerjemahkannya. Lumayan deh, buat mengingatkan kita kembali akan sebuah kasus high-profile di Inggris dan yg masih juga menimpa banyak murtad dari Islam disana.

Muslim murtad diancam agama & dibuang keluarga
OLEH ANTHONY BROWNE
http://www.timesonline.co.uk/article/0, ... _1,00.html
The Times
February 05, 2005

Sementara orang Kristen yang pindah masuk Islam digembar-gemborkan dan dibanggakan Muslim, ke-200.000 Muslim yang MURTAD malah dihina, diperlakukan dgn kekejaman dan bahkan diancam dgn pembunuhan oleh Muslim. Ini salah seorang murtadin dgn pengalaman yg sangat tidak menarik.

Image
Nissar Hussein

Batu bata yang pertama dilemparkan melalui jendela rumahnya pada pk 1 pagi, membangunkan dan membuat takut Nissar Hussein, istrinya dan kelima anaknya . Batu bata kedua menghantam jendela mobilnya.

Kejadian macam ini mengagetkan tapi tidak lagi mengherankan. Minggu sebelumnya, jendela rumah mereka di Bradford sudah dilempari satu batu bata saat keluarga itu bersiap-siap tidur. Mobilnya pak Hussein itu juga dihancurkan dan tangga rumahnya dikotori dengan sampah. INi sudah berlangsung selama 3 thn terakhir.

Ia dan keluarganya terbiasa didorong, dihina, diserang, diteraki agar pindah dari daerah itu, dan bahkan diancam mati di jalanan. Istrinya ditawan di rumah selama dua jam oleh segerombolan Muslim. Mobilnya, dinding dan jendela ditulisi “Kristen haram jadah”.

Persoalan ini bukan tentang agama mana yg dianut pria keturunan Pakistan ini; tetapi lebih mengenai apa yang TIDAK ia percaya. Lahir sebagai Muslim, dia pindah agama delapan tahun yang lalu ke agama Kristiani. Istrinya yang juga berasal dari Pakistan mengikutinya.
Sementara mereka yang pindah ke Islam, seperti Cat Stevens, Jemima Khan, and the anak-anak Frank Dobson, bekas Sekretaris Kesehatan, dan Lord Birt, bekas Direktur Umum BBC , bisa merayakan agama baru mereka, mereka yang pindah dari Islam menghadapi hukuman.

Hussein, pekerja RS di Bardford yang berusia 39 tahun ini, adalah salah satu di antara makin banyaknya bekas Muslim di UK yang tidak saja dijauhi keluarga dan masyarakat, tetapi juga diserang, diculik dan dalam beberapa kasus dibunuh. Bahkan ada pula jaringan bawah tanah yang membantu dan melindungi orang-orang yang meninggalkan Islam. Diperkirakan, sebanyak 15 persen dari Muslim di negara Barat telah murtad. Ini berarti di UK ada sekitar 200,000 orang murtad.

Bagi polisi, badan-badan keagamaan dan politisi, ini adalah issue yang sangat sensitif sehingga mereka bahkan dituduh tidak mau membantu oleh para korban. Ini adalah problem yang, dengan krisis identitas Muslim sejak 11 September 2001, kelihatan semakin bertambah buruk.

Sesuai ajaran tradisional Islam, di banyak negara Islam termasuk Saudi Arabia, Pakistan, Mesir dan Yemen, Muslim yg murtad akan menghadapi hukuman mati atau penjara. Di Belanda, wanita asal Somalia yg sekarang anggota parlemen, Ayaan Hirsi Ali, bahkan harus menyembunyikan diri setelah mengumumkan permurtadannya di televisi.

Pangeran Charles baru-baru ini mengadakan pertemuan dengan pemimpin-pemimpin agama untuk mencari cara menghentikan penganiayaan terhadap bekas-bekas Muslim di negara-negara lain, tetapi ia lupa bahwa murtda di UK sendiri juga terancam.

Hussein mengatakan kepada The Times: “Sangat menjijikkan. Ini Inggris, tempat saya lahir dan dibesarkan. Anda tidak akan pernah membayangkan umat Kristen akan menderita seperti ini.”
Polisi belum menuntut siapa-siapa, tapi menyuruhnya meninggalkan daerah itu. “Kami merasa terkucilkan, benar-benar tidak ada harapan. Saya telah dikecewakan pihak yang berwenang. Jika orang putih rasis menyerang orang Asia, pasti sudah ada huru hara” katanya. “Mereka mencoba mengadakan pembersihan etnis terhdp saya dgn mengusir saya dari rumah saya sendiri. Saya merasa harus megnambil sikap sbg orang Asia Kristen.”

Yasmin, yang dibesarkan di North of England, telah dipaksa pindah keluar kota, dan sekarang mencoba bertahan. Walaupun dibesarkan di dalam keluarga Muslim, dia ganti agama setelah merasa melihat Yesus ketika melahirkan putra bungsunya, dan kemudian dibaptis saat berumur 30-an. “Keluarga saya tidak mau mengakui saya lagi. Menurut mereka saya telah melakukan dosa terberat — saya dilahirkan sebagai seorang Muslim, jadi harus mati sebagai Muslim. Suami saya tidak mau mengakui anak-anak kami lagi setelah dia tahu. Seorang teman saya mencoba mencekik saya ketika dia tahu saya telah ganti agama,” katanya.

“Jendela kami dilempari batu bata, saya diludahi di jalan karena menurut mereka saya telah menghina Islam. Kami harus memanggil polisi berkali-kalil. Saya harus ke pengadilan meminta injunction terhadap suami saya karena dia menghasut orang lain untuk menyerang saya.”

Dia melarikan diri ke daerah lain di UK, tetapi diserang lagi ketika penduduk setempat tahu keadaanya. “Saya tidak mau pindah lagi,” katanya, dan menambahkan bahwa standard ganda yang dipakai orang-orang yang menyerangnya yang paling membuatnya marah. “Mereka sangat munafik – mereka mau kita toleran terhadap apa yang mereka mau, tetapi mereka tidak toleran terhadap kita.”

Dengan orang-orang murtad lainnya, Yasmin menolong membangun jaringan support group di seluruh England, yang menggunakan sistem operasi seperti yang dilakukan untuk orang-orang yang melawan di negara diktator, bukan di negara demokrasi. Bukan saja mereka harus bertemu secara tersembunyi, mereka tidak dapat mengiklankan pelayanan mereka, dan harus memeriksa orang-orang yang mendekati mereka untuk menghindari mata-mata.

“Sudah sangat banyak yang pindah dari Islam ke Kristen. Ada 70 orang di daftar orang-orang yang kami bantu, dan daftar ini bertambah panjang. Kami tidak mau orang lain menderita seperti kami,” katanya.
Walaupun beberapa telah dipukul sampai bengkak biru karena iman mereka, ada yang lebih menderita lagi. Keluarga gadis berusia 18 tahun yang Yasmin bantu menangkapnya menyembunyikan Bible di kamarnya dan pergi ke gereja secara sembunyi-sembunyi. “Saya coba sebisa mungkin menolong dia, tetapi mereka membawanya ke Pakistan ‘untuk berlibur’. Tiga minggu berikutnya, dia mati tenggelam – mereka bilang dia pergi berenang tengah malam dan keselipan di sungai, tapi itu tidak mungkin,” kata Yasmin.

Ruth, yang juga berasal dari Pakistan, baru tahu belakangan ini bahwa dia nyaris terbunuh. Ketika dia memberitahu keluarganya bahwa dia telah pindah agama, mereka mengurungnya di rumah selama musim panas.

“Mereka takut saya akan bertemu orang Kristen. Abang saya sangat aggressive dan bahkan memukul saya – belakangan baru saya tahu dia mau membunuh saya,” katanya. Seorang teman keluarga mengusulkan agar dia dibawa ke Pakistan untuk dibunuh, dan abangnya mengajukan ide itu kepada ibunya, tetapi ditolak si ibu. “Sangat terkucil dan kesepian. Tapi sekarang abang saya berpikir untuk pindah juga dan sepupu saya telah masuk Kristen.”

Noor, dari Midlands, dibesarkan sebagai Muslim tetapi pindah ke Kristen pada usia 21. “Yang paling susah adalah memberitahu ayah saya. Saya pikir dia akan membunuh saya di tempat, tetapi dia Cuma menjadi shock,” katanya. Ayahnya akhirnya hampir menculik dia.

“Dia bertindak drastis – memindahkan seluruh keluarga ke Pakistan, di desa terpencil yang tidak punya jalan. Dia membiarkan kami di sana bertahun-tahun, menekan saya untuk meninggalkan agama Kristen. Saya bertahan menderita secara mental dan emosional yang tidak pernah dirasakan kebanyakan manusia,” katanya. Akhirnya ayahnya menyadari bahwa imannya tidak dapat digoncangkan, dan membebaskannya dengan syarat ketat. “Karena terdesak, ayah saya mengancam akan mencabut nyawa saya. Jika seseorang pindah agama, demi kehormatan keluarga dia harus dibawa kembali ke Islam, jika tidak dia harus dibunuh.”
Kadang-kadang Imam di UK menyerukan hukuman mati bagi orang murtad jika mereka mengkritik bekas agama mereka itu. Anwar Sheikh, bekas uztad dari Pakistan, menjadi atheist setelah tiba di UK, dan sekarang hidup dengan alarm spesial di rumahnya di Cardiff setelah mengkritik Islam di beberapa buku.

“Saya telah mendapat 18 fatwa. Mereka menelpon saya – mereka tidak terlalu **** untuk meninggalkan bukti tertulis. Saya dapat satu telepon beberapa minggu yang lalu. Tuntutan mereka, bertobat atau mati,” katanya. “Apa yang telah saya tulis adalah apa yang saya percayai. Tidak akan saya ambil kembali. Saya akan menderita karenanya. Jika itu harganya, akan saya bayar.”

Murtad yang paling terkenal di UK adalah Ibn Warraq, seorang cendekiawan kelahiran Pakistan dan bekas guru dari London, yang kehilangan imannya setelah kasus Salman Rushdie. Dia menyabarkan alasan-alasannya di buku “Why I am not a Muslim” (Mengapa saya bukan seorang Muslim).

Baru-baru ini dia meng-edit buku berjudul Leaving Islam (Meninggalkan Islam), tetapi masih merasa susah menjelaskan permusuhan ini. “Sangat aneh. Bahkan Muslim yang paling liberal juga akan menjadi sangat garang jika anda mengkritik Islam, atau meninggalkannya.”

Dia sendiri telah berhati-hati hanya menggunakan nama palsu, dan hidup menyamar di daratan Eropa. Menurutnya, permurtadan sangat biasa dalam Islam. “Di masyarakat barat, barangkali ada sekitar 10-15 persen. Susah diperkirakan, karena orang-orang tidak mau mengaku.”
Patrick Sookhdeo, direktur Barnabas Trust yang membantu umat Kristen yang dianiaya di seluruh dunia, berkata bahwa tugas mereka makin bertambah di UK: “Ini problem yang makin membesar. Sekarang ini, perpindahan agama dianggap berhubungan dengan upaya Bush meng-Kristenkan dunia – demokratisasi dicampur adukkan dengan penyebaran agama.

“Masalah di UK adalah semakin terpisahnya masyarakat minoritas Muslim dari masyarakat Kristen. Misi Kristen yang bekerja di dalam kota dianggap sebagai serangan,” kata Dr. Sookhdeo. “Kami hanya meminta supaya kebebasan beragama diterapkan kepada siapapun dari agama apapun.”//
Last edited by ali5196 on Wed Apr 30, 2008 10:30 pm, edited 1 time in total.
User avatar
Adadeh
Posts: 8184
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Nasib Murtadin di Negara Kafir Barat

Post by Adadeh »

Johann Hari: Mengapa Kita Tidak Peduli akan Penderitaan Murtadin?
Published: 25 October 2007

Bayangkan misalnya ada seorang wanita atheis bernama Beth. Seluruh sanak keluarga dan kawan2nya adalah atheis pula. Suatu hari, dia mengambil keputusan untuk memeluk Islam. Begitu dia mengenakan jibabnya, tetangga2nya mulai menyumpahinya dan meludahinya di jalanan. Batu bata dilemparkan ke jendela rumahnya; dan ketika dia sedang tidur, mobilnya dibakar.

Ketika dia bicara tentang hal ini di muka umum, ancaman2 mati mulai berdatangan. Dia adalah “pelacur” yang harus “diperkosa sampai mati”. Semua orang yang pindah ke Islam juga mendapat ancaman yang sama. Beberapa malah sudah dipukuli sampai babak belur. Yang lain melarikan diri. Ketika mereka melaporkan hal ini kepada polisi, sikap polisi ternyata masa **** dan bahkan memusuhi. Polisi malah balik bertanya dengan penuh curiga: apa sih yang kau lakukan sehingga membuat marah pembenci2 Muslim tersebut?

Jika ini benar2 terjadi, wuah, hal ini sudah jadi berita skandal nasional. Berita seperti ini bakal diterbitkan besar2an di majalah Panorama, dan halaman2 depan surat kabar bakal penuh berisi luapan kemarahan dan tuntutan pada Pemerintah untuk menanggulangi Islamofobia. Tetapi betulkah ini yg terjadi ? Bukankah justru KEBALIKANNYA yg terjadi ? Di seluruh Eropa, Muslim2 berbondong2 mengubah agama mereka atau menjadi atheis. Akibatnya, mereka seringkali diancam, dipukuli dan dibakar hidup2, sementara polisi kebanyakan diam saja.

Ehsan Jami adalah pemuda cerdas keturunan Iran, bertutur kata lembut, berusia 22 tahun, anggota Partai Buruh Belanda. Dia percaya bahwa seharusnya HAM bagi masyarakat homo maupun penulis novel ataupun penggambar kartun tidak boleh ditawar-menawar. Dia muak mendengar organisasi2 Islam yang menganggap diri mewakili seluruh umat Muslim, seperti dia, menuntut pelarangan penerbitan buku2 tertentu dan hak2 untuk mengekang wanita. Karena itulah dia mendirikan Organisasi Murtadin Belanda. Tujuan organisasi ini adalah untuk menciptakan sekularisme dan menghentikan toleransi penuh sopan santun terhadap Islam yang tak mengenal toleransi. Sebagaimana yang dikatakannya: “Kami ingin agar orang2 bebas memilih jadi apa saja dan percaya pada apa saja.”

Dengan seketika Ehsan diancam mati. Dia ditendang sampai jatuh ke lantai di luar sebuah supermarket. Dia direnggut di jalanan dengan pisau yg ditempelkan di tenggorokannya. Dia tidak bisa diam saja menghadapi risiko ini, mengingat Theo Van Gogh, pengritik Islam tersohor, yang tubuhnya dicabik2 tikaman pisau di sebuah jalan di Amsterdam.

Image
Mayat Theo van Gogh terbaring dijalanan setelah ditikam berkali2 oleh Muslim

Partai Buruhnya bukannya membelanya tapi malah mengutuknya. Pejabat PM Belanda, Wouter Bos, berkata mereka tidak setuju ada organisasi yang “menyinggung perasaan para Muslim dan agamanya.”

Di Inggris, kawanku bernama Maryam Namazie (juga murtadin kelahiran Iran) baru2 ini mendirikan Organisasi Murtadin Inggris. Dengan seketika dia dibanjiri berbagai panggilan telpon dari para murtadin yang ketakutan tapi ingin bergabung dengan organisasi tersebut. Ancaman2 pembunuhan juga datang lewat telpon yg mengatakan bahwa tak lama lagi dia akan dipancung – tapi dia pun lalu tahu bahwa pihak polisi tidak terlalu peduli. “Mereka tidak pernah benar2 menolong,” kata Maryam. “Mereka bersikap seperti ini salahku karena memprovokasi Muslim. Padahal sebenarnya gerakan Islamis itu yang menggunakan ancaman2 dan intimidasi sebagai senjata untuk membungkam para pengritik Islam.”

Orang2 yang dibesarkan di Barat yg bermulti budaya ini hanya paham bahwa agama2 seperti Kristen dan Islam cuma mengajarkan tentang kasih, memeluk anak anjing kecil mungil yang imut2, penuh damai, dll. Mereka sama sekali tidak mengerti mengapa para Muslim bersedia menghadapi kemungkinan mati karena jadi murtadin. Minggu ini aku mewawancarai Mina Ahadi, sang pendiri Organisasi Murtadin Jerman. Murtadin yg juga kebetulan kelahiran Iran ini baru saja dianugerahi gelar Sekularis Tahun Ini.

Mina yang hangat berusia sekitar lima puluhan dan suka tertawa lebar. Ketika kami bertemu di rumahnya di London, dia mengenakan baju longgar dan kacamata kecil yang membuatnya tampak seperti ibu2 Jerman biasa. Tapi dia bukanlah orang biasa dan ini jelas tampak saat dia mengisahkan masa kecilnya di daerah luar kota Iran. Dia berkata padaku: “Sewaktu aku masih kecil, sbg Muslimah aku tidak boleh melakukan banyak hal. Dari sejak usia 12 tahun ke atas, aku tidak boleh meninggalkan rumah. Aku tidak boleh main di jalanan, aku tidak boleh campur dengan anak2 laki, aku bahkan tidak boleh pergi belanja. Aku benci itu.

Dimana2 dinegara saya (Iran), kekerasan terhdp wanita merajalela. Salah seorang sepupu saya, Nahid, masuk rumah seorang lelaki tanpa ditemani seorang muhrim, dan ia serta merta diikat pada sebuah pohon oleh saudara2 lelaki saya dan kemudian dicambuk. Ketika saya membaca Quran saya tersentak kaget karena hal2 itu memang disuruh nabi Muhamad."

Setlah ia membaca Charles Darwin, ia menyadari bahwa ia sebenarnya seorang atheis. Ketika di universitas, kaum Islamis (muslim2 tulen) mulai memaksakan teokrasi pada rakyat Iran. Ia menolak menerika memecatan besar2an terhdp wanita yg bekerja dan pemakaian jilbab secara paksa. ia dipukuli karena membuka mulutnya shg ia harus bersembunyi.

Satu hari, suami dan empat temannya dibawa pergi. 9 bulan kemudian, dari tempat persembunyiannya, ia membaca bahwa mereka telah di-eksekusi.

Ia akhirnya lari ke Austria, karena ia pernah membaca bahwa harapan hidup wanita disana jauh lebih tinggi daripada lelaki "dan saya berpikir – ini nih negara yg gua demen !" Namun betapa kagetnya ia melihat bahwa bahkan di Eropa, kelompok2 Islamis diperlakukan sbg juru bicara terhormat bagi semua Muslim oleh politisi dan wartawan. Bahkan di Barat ini, partai sayap kanan ekstrim mengancamnya dgn kematian karena membentuk Komite Internasional Melawan Perajaman terhdp Wanita dan polisi tidak menawarkan perlindungan apapun.

Kalau Kristen fundamentalis melakukan ini – spt yg pernah mereka lakukan – kita semua tidak akan ragu2 utk mengecam mereka dgn sekeras2nya. Namun kalau para fundamentalis Islam yg melakukannya, kita semua bungkam kesumat dan malah malu2. Bedanya adalah warna kulit mereka. Dan ada sebuah kata bagi mereka yg berwarna kulit lebih gelap dan dikecam orang kulit putih, yi: rasisme.

Wanita2 spt Mina menunjukkan ketololan dlm logika multikulturalisme. Ia menunjukkan bahwa sekularisme bukan sebuah konsep "Barat". Namun penindasan terhdp murtadin juga berlangsung secara luas di Inggris.
Dan kami, kaum kulit putih, tidak berani menantang para penindas. Ah, itu khan budaya mereka, seru kami.

Sekitar 36% Muslim Inggris berusia antara 18 - 24 percaya bahwa Murtadin HARUS dibunuh. Ini pertanda buruk, kecuali kami menanganinya sekarang juga.

Sebuah film dokumenter barusan ini dlm Channel 4 berjudul, Unholy War, menemukan puluhan kasus murtadin yg mobil mereka dihancurkan, anak2 mereka diancam dan bahkan ada yg dipukuli sampai mati di jalan2 di Inggris.

Salah satu cara utk meningkatkan tekanan bagi reformasi dlm islam adalah dgn mendukung gerakan ex-Muslim. Mereka menunjukkan kpd Muslim luas bahwa murtadin2 ini muak dgn kepicikan dlm agama mereka ini dan ada alternatif lain – humanisme sekuler.

Kalau kami di Eropa tidak sanggup membela orang2 spt Ehsan, Maryam & Mina, yg memerangi algojo2 Islam utk menjunjung tinggi HAM kita bersama, apakah kami sepatutnya memiliki hak2 azasi manusia tsb ?

j.hari@ independent.co.uk
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Image
EHSAN JAMI
BELANDA: Organisasi Murtadin Ingin Didengar!!

http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... hp?t=17467

MARYAM NAMAZIE
Pendiri Organisasi Murtadin Inggris

http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... hp?t=14487

MINA AHADI
ORGANISASI MURTADIN JERMAN

http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... 064#142064
Last edited by ali5196 on Fri Feb 22, 2008 4:53 pm, edited 1 time in total.
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

UK : Being an Apostate in Britain. Sep 17, 2007.
British Muslims who want to leave Islam have serious problems—their former friends now want to kill them.


VIDEO: http://littlegreenfootballs.com/weblog/ ... n#comments

Dispatches reporter Antony Barnett meets former Muslims who now live under the threat of reprisals from their former communities. Many are still living in fear.
http://www.channel4.com/news/articles/d ... war/802852
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

DAHSYAT !! UK : puteri imam murtad, diancam mati !!
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... 261341#261 341
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

UK : satu lagi murtad diancam mati oleh keluarganya !

Image
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... hp?t=20468
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Re: UK: 200.000 murtad terancam keselamatan

Post by ali5196 »

ali5196 wrote:Batu bata yang pertama dilemparkan melalui jendela rumahnya pada pk 1 pagi, membangunkan dan membuat takut Nissar Hussein, istrinya dan kelima anaknya . Batu bata kedua menghantam jendela mobilnya.
Kelanjutan berita ttg Nissar Hussein :

(UK) Ex-Muslim Diserang, Polisi dgn Eenteng Menyuruhnya Pindah Rumah ...
http://europenews.dk/en/node/9687
Telegraph.co.uk April 28 2008
By Bonnie Malkin

Muslim UK yg diserang setelah masuk Kristen diperintahkan oleh polisi utk "pindah ke tempat lain." Nissar Hussein, 43, dari Bradford, West Yorkshire murtad utk masuk Kristen dgn istrinya, Qubra, di thn 1996.

Sebuah laporan Christian Solidarity Worldwide, yg dikutip koran populer the Times, mengatakan bahwa ia sering diserang, diancam rumahnya akan dibakar jika ia tidak kembali ke Islam. ia juga sering disebut 'JEWISH BASTARD' ('Yahudi Bangsat') oleh rekan2nya. Namun setelah ia melaporkannya kpd polisi, polisi malah mengatakan bahwa ancaman2 macam itu jarang dilakukan dan ia sebaiknya “berhenti merengek -- jangan belagak jadi tentara salibi dan pindah saja ke tempat lain”. :shock:

Beberapa hari kemudian, rumah kosong disebelahnya, dibakar.

Laporan yg berjudul No Place to Call Home, menyatakan bahwa murtadin Islam menghadapi pelecehan hak azasi manusia yg “serius dan meluas”.
:wink:

Persecution Index 6: United Kingdom
http://timescolumns.typepad.com/gledhil ... n-i-3.html
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Ketika Muslim Menjadi Kristiani di Inggris, Tantangan Berat Mengikuti
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... 179#329179

Sophia (bukan nama sebenarnya) berasal dari latar belakang Pakistan namun tinggal di bagian timur Inggris. Keluarganya menekan dia secara ekstrim untuk kembali ke Islam sejak dia berkonversi ke Kristen.

"Mereka selalu berkata, hukumannya adalah mati, apakah kamu tahu bahwa hukumannya adalah kematian?" katanya pada BBC. Dia akhirnya lari dari rumah, namun ibunya menemukan dia dan muncul tepat pada saat dia akan dibaptis.

"Saat saya berdiri untuk dibaptis, ibu saya bangkit, berlari ke depan dan berusaha untuk menarik saya keluar," kata Sophia. "Saudara laki-laki saya sangat marah. Dia menelpon saya dan hanya berkata, 'Saya akan datang untuk membakar gereja itu,'" kenangnya.

Warga Inggris lainnya yang berkonversi adalah Ziya Meral, yang diancam tidak diakui anak oleh orangtuanya saat mengetahui dia menjadi Kristiani.

"Mereka berkata, 'Pergi, kamu bukan anak kami,'" kata Meral. "Mereka berkata pada orang-orang kalau saya meninggal dalam sebuah kecelakaan daripada malu anak mereka meninggalkan Islam."
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Post Reply