AYAT-AYAT CINTA (Fedi Nuril, Rianti, Carissa)

Info dan diskusi tentang dunia musik dan perfiliman mancanegara.
User avatar
JC_Lover
Posts: 338
Joined: Sat Jan 19, 2008 5:30 pm

AYAT-AYAT CINTA (Fedi Nuril, Rianti, Carissa)

Post by JC_Lover »

Image

SINOPSIS:

Ini adalah kisah cinta. Tapi bukan cuma sekedar kisah cinta yang biasa. Ini tentang bagaimana menghadapi turun-naiknya persoalan hidup dengan cara Islam. Fahri bin Abdillah adalah pelajar Indonesia yang berusaha menggapai gelar masternya di Al Ahzar. Berjibaku dengan panas-debu Mesir. Berkutat dengan berbagai macam target dan kesederhanaan hidup. Bertahan dengan menjadi penerjemah buku-buku agama. Semua target dijalani Fahri dengan penuh antusiasme kecuali satu: menikah.

Kenapa? Karena Fahri adalah laki-laki taat yang begitu ‘lurus’. Dia tidak mengenal pacaran sebelum menikah. Dia kurang artikulatif saat berhadapan dengan mahluk bernama perempuan. Hanya ada sedikit perempuan yang dekat dengannya selama ini. Neneknya, Ibunya dan saudara perempuannya.

Betul begitu? Sepertinya pindah ke Mesir membuat hal itu berubah. Tersebutlah Maria Girgis. Tetangga satu flat yang beragama Kristen Koptik tapi mengagumi Al Quran. Dan menganggumi Fahri. Kekaguman yang berubah menjadi cinta. Sayang cinta Maria hanya tercurah dalam diary saja.

Lalu ada Nurul. Anak seorang kyai terkenal yang juga mengeruk ilmu di Al Azhar. Sebenarnya Fahri menaruh hati pada gadis manis ini. Sayang rasa mindernya yang hanya anak keturunan petani membuatnya tidak pernah menunjukkan rasa apa pun pada Nurul. Sementara Nurul pun menjadi ragu dan selalu menebak-nebak.

Setelah itu ada Noura. Juga tetangga yang selalu disika Ayahnya sendiri. Fahri berempati penuh dengan Noura dan ingin menolongnya. Sayang hanya empati saja. Tidak lebih. Namun Noura yang mengharap lebih. Dan nantinya ini menjadi masalah besar ketika Noura menuduh Fahri memperkosanya.

Terakhir muncullah Aisha. Si mata indah yang menyihir Fahri. Sejak sebuah kejadian di metro, saat Fahri membela Islam dari tuduhan kolot dan kaku, Aisha jatuh cinta pada Fahri. Dan Fahri juga tidak bisa membohongi hatinya.

Lalu bagaimana bocah desa nan lurus itu menghadapi ini semua? Siapa yang dipilihnya? Bisakah dia menjalani semua dalam jalur Islam yang sangat dia yakini?


==============================================

Cast:

Fahri bin Abdillah, 28 th (Fedi Nuril)
Mahasiswa bersahaja yang memegang teguh prinsip hidup dan kehormatannya. Cerdas dan simpatik hingga membuat beberapa gadis 'jatuh hati'. Dihadapkan pada kejutan-kejutan menarik atas pilihan hatinya.

Aisha, 25 th (Rianti Cartwright)
Mahasiswi asing keturunan Jerman dan Turki, cerdas, cantik dan kaya raya. Latar belakang keluarganya yang berliku mempertemukan dirinya dengan Fahri.

Maria Girgis, 26 th (Carissa Putri)
Gadis Kristen Koptik yang jatuh cinta pada Islam. Dia menderita karena cinta yang teramat dalam kepada Fahri.

Noura bin Bahadur, 22 th (Zaskia Adya Mecca)
Siksa telah menjadi bagian dalam hidupnya. Janin yg dikandungnya menjadikannya terobsesi pada Fahri untuk menjadi ayah dari calon bayinya.

Nurul binti Ja'far Abdur Razaq, 26 th (Melanie Putria)
Anak kyai besar di Jawa Timur. Dengan aura yang menenangkan, kecerdasan dan kualitasnya menyatukan segala kelebihannya, dia sangat percaya diri untuk meminang Fahri sebagai suaminya.


==============================================

Ada komentar tentang film islami ini??

Yang membuat saya heran, kalau ini cerita islami, untuk apa di dalamnya muncul tokoh non-muslim yang pada akhirnya murtad?

Saya juga akui, crew film ini cukup berani mengangkat kisah dari novel menjadi sebuah film, apalagi di dalamnya ada tokoh non-muslim bernama MARIA..

Saya penasaran bagaimana sang sutradara membuat image tokoh MARIA di film ini, padahal jelas2 di Novelnya, MARIA ini MURTAD dari Kristen Koptik ke Islam, karena ayat AlQuran. Saya ragu jika film ini tidak menyinggung SARA.

Ada yang pernah baca novelnya?

Jadwal pemutaran film ini yang semula 19 desember 2007 ternyata sampai sekarang masih ditunda, dan kabarnya akan diputar serentak mulai 14 Februari, tepat di hari Valentine..
User avatar
Tanjidin7
Posts: 148
Joined: Thu Sep 27, 2007 1:46 pm

Post by Tanjidin7 »

guweh udah baca bukunya.....
katanya pelemnya bakalan beda sama bukunya..
daripada penasaran....... yok sama2 nonton aja
User avatar
ndramus
Posts: 1517
Joined: Fri Nov 17, 2006 4:43 pm

Post by ndramus »

gw mah ga tertarik novel indonesia palagi nonton film indonesia

mending kl liat film indo di teve aja...
User avatar
JC_Lover
Posts: 338
Joined: Sat Jan 19, 2008 5:30 pm

Post by JC_Lover »

Hehhee... nunggu diputer di tipi ya?
Paling2 juga beberapa bulan ke depan baru ditayangin.

Keknya nih film diputer serentak tgl 28 Feb deh.
User avatar
Marvolo
Posts: 44
Joined: Thu Sep 20, 2007 4:26 pm
Location: Yogyakarta

Post by Marvolo »

Dikomentari yg bagus2 ama muslim, karena ada adegan mualafnya. Coba kalau ada film ttg muslim murtad, kira2 apa komentarnya ya?
Phoenix
Posts: 9422
Joined: Mon Feb 27, 2006 5:33 am
Location: FFI

Post by Phoenix »

Jangan bilang itu buku karangan si stro***** ye...hehehe...

Tapi ini bukan jenis film yang bakal gue tonton koq...sorry...
User avatar
sorangan
Posts: 779
Joined: Wed Jul 25, 2007 8:36 am

Post by sorangan »

Phoenix wrote:Jangan bilang itu buku karangan si stro***** ye...hehehe...

Tapi ini bukan jenis film yang bakal gue tonton koq...sorry...
kayaknya si stroberi lagi bermimpi pengen kaya Habiburahman, soalnya saya baca2 ditempat lain dia lagi nulis novel kaya ginian.

Gue denger Habiburahman dapat 8 milyar dari royalti novel Ayat2 CInta saja. Makanya si stroberi ngiler. Novel Deja Vu ngga tahu laku berapa dia!
User avatar
JC_Lover
Posts: 338
Joined: Sat Jan 19, 2008 5:30 pm

Post by JC_Lover »

What? Royalty 8M? OMG!!! :shock: :shock:
Cukup buat makan seumur hidup... :lol:
User avatar
eDuw
Posts: 99
Joined: Wed Mar 14, 2007 7:55 am
Location: dimane-mane

Post by eDuw »

Sekarang keluar Film baru tuh KunFayaKun
User avatar
infidel&kufir
Posts: 240
Joined: Thu Sep 28, 2006 3:22 pm
Location: Kantor SBY

Post by infidel&kufir »

Si gadis koptik jadi mualaf gak?
User avatar
JC_Lover
Posts: 338
Joined: Sat Jan 19, 2008 5:30 pm

Post by JC_Lover »

ada lagi tuh yg baru, sinetron, bahkan para ustadz juga menghimbau nonton.. (kurang kerjaan): MUNAJAH CINTA (RIANTI, BAIM WONG, SASKIA).. weleh2...
User avatar
Luv_Pink
Posts: 1286
Joined: Wed Jan 03, 2007 3:51 pm
Location: C:\Private Room

Post by Luv_Pink »

Banyak amat film ginian. Bentar lagi kaya film horor, bejibun ga karuan dengan kualitas rendah, bikin cineplex 21 nya Jogja jadi lelet film Barat, dijejalin film horor Indo mutu rendah. Masa sampe VCD ORI nya udh kluar baru main di 21. Parah!
User avatar
Luv_Pink
Posts: 1286
Joined: Wed Jan 03, 2007 3:51 pm
Location: C:\Private Room

Post by Luv_Pink »

infidel&kufir wrote:Si gadis koptik jadi mualaf gak?
Mualaf! trus kyknya di poligami juga, tapi juga katanya, aku si blm liat, ga minat liat, jd ilfil liat Rinati yang cakep jadi pake burqa, cm kliatan matanya doank
User avatar
JC_Lover
Posts: 338
Joined: Sat Jan 19, 2008 5:30 pm

Post by JC_Lover »

Ada positifnya juga sih RIANTI pake Burqa, matanya yg indah jadi paling menonjol (paling ngga, keliatan sexy di posternya) hihihihihi...... :D :D :D :D

Aku juga belum nonton...rada males sih, soalnya ada pake acara pindah2 agama segala..... SARA bgt gitu loh....

Kalo ada film beginiannn aja, dibesar2in promonya, bahkan bpk.Presiden & kru2 di MPR, DPR, jadi kurang kerjaan nonton bioskop...... Masalah negara aja banyak yg ga beres, eeee.... masih sempet2nya belain nonton AAC... weleh2...
User avatar
Mademoiselle
Posts: 1086
Joined: Sat Aug 25, 2007 12:18 pm
Location: Bukan di surga Brothel!

Post by Mademoiselle »

Film ini dapat membuat anda meninggal! Film ini juga merupakan konspirasi Yahudi! Muslim sendiri yang bilang!
Selengkapnya:
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... hp?t=23246
User avatar
ceceps01
Posts: 1893
Joined: Mon Nov 13, 2006 2:23 pm

Post by ceceps01 »

Let the moslems feel happy with mualaf!

Tanggung, kenapa ga semua cewenya mualaf, pasti lebih seru.

Ada 4, bisa mewakili agama "resmi" di indo:
-Aisha, cewe budha
-Nurul, cewe hindu
-Maria, cewe kristen
-Noura, cewe kejawen
swatantre
Posts: 4049
Joined: Thu Jul 20, 2006 7:40 pm
Location: Tanah Suci, dalem Ka'bah

Re: AYAT-AYAT CINTA (Fedi Nuril, Rianti, Carissa)

Post by swatantre »

JC_Lover wrote: Maria Girgis, 26 th (Carissa Putri)
Gadis Kristen Koptik yang jatuh cinta pada Islam. Dia menderita karena cinta yang teramat dalam kepada Fahri.
Hehehe....khas islami banget ya film ini... Jaman sekarang, mana ada kafir/muslim pinter kepincut ama islam.....
User avatar
kimi07
Posts: 2218
Joined: Fri Dec 07, 2007 7:59 pm
Location: in the Father's Heart

Post by kimi07 »

Ada artikel yang cukup menarik yang saya terima melalui forum
[email protected] , yang ditulis oleh Bambang Noorsena, pendiri
Institute for Syriac Christian Studies (ISCS) yang juga alumnus Mesir.
Noorsena menunjukkan beberapa rincian kejanggalan gambaran mengenai
Mesir
maupun kekristenan [Koptik] dalam novel [dan film] Ayat-ayat Cinta yang
spektakuler itu (sehingga mampu membuat SBY meneteskan airmata).

Artikel selengkapnya saya lampirkan di bawah.
--------cut------------------

Tabik,
~alof
__________

SELAYANG PANDANG KRISTEN KOPTIK DALAM NOVEL DAN FILM "AYAT-AYAT CINTA"
Oleh: Bambang Noorsena, SH, MA *
http://ourunity.blogspot.com/2008/05/se ... dalam.html

1. Catatan Pengantar
Fenomena sukses film "Ayat-ayat Cinta", arahan Hanung Brahmantyo ini
adalah
menarik untuk dicermati. Film layar lebar yang diangkat dari novel
karya
Habiburrahman el-Shirazy ini [1] dalam waktu singkat telah berhasil
meraup
pemirsa lebih dari 3 juta orang di seluruh tanah air. Ada yang menonton
ka­rena memang lebih dahulu sudah menbaca novelnya, ada pula yang
hanya
"sekedar ingin tahu", karena penyam­butan film ini yang cukup luas.
Bukan
hanya Dr. Din Syamsudin, Ketua PP Muhammadiyah, akan tetapi juga
melibatkan
Presiden SBY, Wakil Presiden Jusuf Kala, yang memberikan sambutan
antusias.

Ada yang memuji, ada pula yang menanggapi biasa-biasa saja. Ada apa di
balik
novel dan film ini? Beberapa orang berkomentar, "ini iklan poligami",
"referensi baru buat pemilik rumah makan Wong Solo", tetapi ada pula
yang
serius mencermati kaitan film dan novel ini dengan hubungan
Kristen-Islam di
Mesir. Artikel singkat ini, mungkin tergolong yang terakhir, kebetulan
tokoh
Maria Girgis, yang digambarkan berasal dari keluarga Kristen Koptik,
Gereja
pribumi di Mesir, sebagai Gereja Ortodoks terbesar di dunia Arab.
Sebagai
seorang pengamat Gereja-gereja Timur, kenyataannya saya menemukan
beberapa
kejanggalan mengenai tradisi Kristen Koptik, yang digambarkan "secara
sambil
lari" dalam film ini.

2. Sekilas Film "Ayat-ayat Cinta"
Sebelum memberi beberapa catatan terhadap novel dan film ini, bagi yang
tidak membaca novel atau menonton film ini, akan disarikan cerita yang
diangkat oleh novelis muda lulusan Universitas Al-Azhar, Cairo, ini:

Dikisahkan, Maria Girgis (Carissa Putri), putri Tuan Butros dan Maddame
Nafed [2] bertetangga flat (apartemen) dengan Fahri, mahasiswa
Indonesia
yang kuliah di Universitas al-Azhar. Maria, terlahir dari kelu­arga
Kristen
Koptik, digambarkan mengagumi Al-­Qur'an, karena ayat-ayatnya yang
dilantunkan indah, bersimpati pada Fahri. Simpati yang akhirnya berubah
menjadi cinta. Sayang sekali, Maria tidak pernah mengu­tarakan
perasaan
hatinya. Ia hanya menuangkannya dalam diary saja.

Selain Maria, ada juga Nurul (diperankan Melanie Putri), mahasiswi asal
Indonesia, anak seorang kyai yang cukup kesohor, yang juga menimba ilmu
di
Al-­Azhar. Sebenarnya Fahri menaruh hati kepadanya, tetapi sayang rasa
cinta
itu dihalangi oleh perasaan mindernya, karena Fahri hanya anak seorang
petani. Cinta yang akhirnya tak terucapkan. Ada juga tetangga yang
selalu
disiksa "ayahnya", dan Fahri ingin menolongnya, tetapi justru itulah
yang
menjadi awal bencana baginya. Fahri harus beberapa saat mendekam di
penjara,
karena tu­duhan fitnah telah memperkosanya. Saat badai fitnah menimpa,
saat
itu Fahri sudah menikah dengan Aisha, gadis Turki yang menjadi warga
Negara
Jerman. Pen­dekatan diplomatik Indonesia buntu, gagal membebas­kan
Fahri.

Tetapi berkat kewarganegaraan Jerman yang dimiliki Aisha, pengadilan
Mesir
melunak. Fahri bebas, setelah dibuktikan bahwa tuduhan itu fitnah
belaka.
Sebenarnya Fahri hanya difitnah, kesaksian Noura palsu karena
dinyatakan di
bawah tekanan Bahadur, "ayah"­nya. Padahal Bahadur, yang ternyata
bukan ayah
kan­dungnya, justru dialah yang memerkosanya, dan ingin menjualnya
menjadi
seorang pelacur. Sementara itu, Ma­ria sedang sakit, karena tekanan
batin
yang dideritanya karena Fahri telah menemukan "sungai Nil"-nya, dan dia
ternyata bukan dirinya. Tetapi berkat kegigihan Aisha, istri Fahri,
Maria
berhasil dihadirkan ke pengadilan. Ke­datangannya menolong Fahri,
karena ia
menjadi saksi ketika Fahri dan Nurul menyembunyikan Noura di ru­mah
Nurul,
demi menyelamatkan Noura dari amukan Bahadur.

Justru Aisha sendiri, yang ketika Maria terbaring sakit, membaca
diary-nya.
Ternyata Maria memendam rindu kepada Fahri, cinta yang dibawanya sampai
ia
ter­baring sakit. Aisha terharu. Ia akhirnya bersedia "mem­bagi
cinta"
dengan Maria. Suaminya justru disuruh mengawini Maria, karena itulah
satu-satunya obat bagi kesembuhannya. Fahri dan Maria pun kawin atas
res­tunya. Madamme Girgis, ibu Maria, sangat berterima kasih dengan
pengorbanan Aisha. Madamme Girgis me­meluk erat Aisha, ketika wanita
keturunan Turki itu menghindar dari akad nikah yang sedang
diselenggarakan
antara Fahri dan Maria yang sedang berbaring sakit, karena tidak bisa
menahan gejolak jiwanya. Beberapa menit terakhir film ini diisi dengan
adegan kebersamaan antara Fahri dengan kedua istrinya. Ada cemburu
antara
kedua istri Fahri, tetapi keduanya berusaha keras "menjaga hati".
Sementara
Fahri mempergumulkan makna keadilan bagi kedua istrinya. Aisha sedang
hamil
tua dan menunggu kelahiran bayinya, sementara Maria kembali jatuh
sakit.
"Ajarilah aku shalat", ucap Maria kepada Fahri, "karena aku ingin
shalat
bersama kalian". Fahri dan Aisha terkejut luar biasa. Dan dalam keadaan
terbaring Maria shalat bersama Fahri dan Aisha, dan gadis Kristen
Koptik itu
mengehembuskan nafas terakhirnya sebagai seorang muslimah.

3. Tradisi Kristen Koptik di Mesir - Selayang Pandang
Gereja Ortodoks Koptik adalah gereja pribumi Mesir. Gereja ini lahir
sejak
awal sejarah Kekristenan, diawali dari kedatangan Rasul Markus, murid
Rasul
Pe­trus sekaligus penerjemahnya, yang juga dikenal sebagai penulis
Injil
Markus [3]. Markus mati syahid di Alexandria tahun 54 M, dan sejak saat
itu
Kekristenan berkembang pesat di "Negeri Firaun" itu.

Berbeda dengan gereja-gereja di wilayah Arab utara, khususnya Gereja
Ortodoks Syria, yang sejak sebe­lum zaman Islam sudah menggunakan
bahasa
Arab, terbukti dari temuan-temua prasasti pra-Islam di wilayah Syria
(Inskripsi Zabad tahun 512 M, Inskripsi Ummul Jimmal para abad VI M,
dan
inskripsi Hurran al-Lajja tahun 568 M), Gereja Koptik mula-mula memakai
bahasa Koptik. Tetapi setelah kedatangan Islam, Gereja Koptik di Mesir
mulai
memakai bahasa Arab, berdam­pingan dengan bahasa Koptik. Bahasa Koptik
adalah bahasa zaman Firaun yang aksara-aksaranya diperbarui dengan
meminjam
aksara Yunani.

Perlu dicatat pula, di seluruh gereja Timur, termasuk Gereja Ortodoks
Koptik, masih dilestarikan ta­ta-cara ibadah dalam penghayatan budaya
Kristen mula­-mula. Misalnya: Shalat Tujuh Waktu (Sab'ush
shala­wat)[4],
Shaum al-Kabir (Puasa Besar) pra-Paskah, selama minimal 40 hari, [5]
membaca
Injil dengan cara dilantunkan secara tartil (dikenal dengan Mulahan
Injil-
yang para­lel dengan Tilawat al-Qur'an, dan masih banyak lagi. Anda
bisa
menyaksikan seorang pemuda yang komat­-kamit membaca Kitab di
tangannya
sewaktu naik bus, atau kendaraan lain di Mesir. Siapakah mereka?
Ternyata
bukan hanya pemuda Islam yang membaca al-Qur'an, tetapi juga
pemuda-pemuda
Koptik dengan tatto Salib [6] di tangan sedang membaca kitab Agabea.
Itulah
Kitab Shalat Tujuh waktu, yang tidak pernah mereka alpakan, juga ketika
mereka sedang berkendara di jalan, sepulang kantor, atau berangkat ke
kampus.

Informasi terakhir, meskipun orang Muslim atau orang Kristen di Mesir
sama-sama berbahasa Arab, tetapi antara keduanya tetap bisa dibedakan.
Idiom-­idiom keagamaan mereka berbeda, tetapi juga tidak ja­rang pula
sama
atau paralel. Di koran-koran berbahasa Arab, ucapan bela sungkawa orang
Kristen biasanya di­awali ungkapan: Intiqala ila Amjadis samawat
(Telah
berpulang kepada Kemuliaan Surgawi), cukup mudah dibedakan dengan kaum
Muslim: Inna Iillahi wa Inna Ilayhi Raji’un (Sesungguhnya semua
karena Allah
dan kepada-Nya pula semua akan kembali). Tapi ada banyak persamaan
tradisi,
misalnya: pertunangan, perkawinan, kematian, dan masih banyak lagi.

4. Resensi atas Novel dan Film "Ayat-ayat Cinta"
Kalau tidak berpretensi bisa atau mampu dalam meresensi sebuah novel
apalagi
sebuah film. Saya hanya ingin memberi beberapa catatan atas beberapa
tradisi
Mesir pada umumnya, dan tradisi Kristen Koptik di Mesir khususnya, yang
kadang-kadang kurang tepat di­sampaikan dalam film ini:

4.1. Adat-Istiadat, Bahasa dan Budaya
Beberapa tokoh dalam film ini gagal memerankan tokoh orang Mesir.
Madamme
Nafed (Marini), mamanya Maria, kala mengucapkan kata: "bisyur'ah"
(cepat!),
tampak kurang ekspresif. Alangkah lebih "Egypt" nu­ansanya, bila ia
berkata
dengan penekanan: "Yala, yala, bisyur'ah, Ya Maria!", misalnya. Begitu
juga,
sebagai sosok gadis Mesir, Maria yang diperankan Carissa Putri, rasanya
terlalu calm dan "melankolis". Ketika ia mengucapkan "Afwan" (terima
kasih
kembali), menja­wab kata-kata Fahri ketika menerima kiriman juice
mangga
yang dikirim Maria melalui tariakn keranjang kecil dari jendela
kamarnya:
"Musyakirin awi’ala ashir Manggo" (Terima kasih banyak atas juice
mangga)
[7]. Lebih ekspresif, seandainya Maria mengatakan: "Afwan Ya Habibi!".

Malahan dalam suatu pesta perkawinan yang digambarkan dalam film
tersebut,
tidak ada bunyi ja­greed (suatu bunyi siulan ibu-ibu yang menandai
pe­nyambutan acara-acara kegembiraan mereka). Yang juga tidak kalah
penting
untuk dicermati, dialek Arab tokoh Maria ketika bertanya: Qamus
'Arabi?,
diucapkan dalam dialek terlalu "Saudi Arabia": Qomus ‘Arabi? Saya
kira ini
salah satu kekhasan mahasiswa Islam asal In­donesia, karena ketika
belajar
bahasa Arab di pesantren, lebih mirip dialek Saudi Arabia yang memang
lebih
"fushah" (klasik). Tetapi tidak demikian dengan dialek Mesir, mereka
tidak
mengucapkan: Subhro, Mubarok, Rohmat, melainkan: Subhra, Mubarak,
Rahmat,
dan sebagainya.

Begitu juga, ungkapan salah seorang Mesir ketika melerai pertengkaran:
"Khalash! Khalash!" (sudah, sudah!), lebih "Mesir" lagi kalau
diucapkan:
"Khalash, khalash ba'ah!". Begitu juga, biasanya seorang Mesir
mengucapkan
kara "La, la, la" (tidak, tidak, tidak!), sambil dengan jari terlunjuk
bergerak-gerak, dan bibir berdecak. Ucapan "ahlan", biasanya
diucap­kan
berkali-kali: "Ahlan, ahlan, ahlan..." Yang lebih mengganjal lagi,
dalam
salah satu percakapan, seorang tokoh mengucapkan dialek Mesir bercampur
dengan bahasa Arab klasik: Asyan Ana bahibaki awi (Karena saya sangat
mencintaimu), mestinya: Asyan Ana bahibik awi. Asyan adalah ucapan
cepat
dari alashan, sedangkan Ana Bahibak, Ana bahibik, dalam bentuk
klasiknya:
Ana uhibuka, Ana uhibuki.

Lokasi syuting yang memang tidak dibuat di Mesir, membuat pemirsa tidak
bisa
secara utuh meng­ikuti dan membayangkan "suasana Mesir". Mulai
ru­mah-rumah
warga kelas menengah ke atas, lengkap dengan mashrabiya-nya [8],
jalan-jalan
kota lama Cairo yang macet, tidak terkecuali Midan Tahrir dengan
wa­rung-warung Asher (juice) segarnya.. Malahan dalam suatu pesta
perkawinan
yang digambarkan dalam film tersebut, tidak ada bunyi jagreed (suatu
bunyi
siulan ibu-­ibu yang menandai penyambutan acara-acara kegembi­raan
mereka).
Masih banyak adat kebiasaan lain, yang dalam film ini tidak berhasil
ditonjolkan dengan baik, se­hingga ber-"suasana Indonesia dan India",
ketimbang ber-"suasana Mesir", dan negara-negara Arab di Timur Tengah
pada
umumnya.

4.2. Tradisi Kristen Koptik
Ada kesan kuat saya, bahwa penulis novel ini, sekalipun lama tinggal di
Mesir, tidak mengetahui budaya dan tradisi Kristen Koptik. Misalnya,
penggambaran Maria yang tertarik dengan Al-Qur'an karena ayat-ayat­nya
di-"tilawat"-kan dengan indah. Padahal tradisi untuk membaca Kitab Suci
dengan tartil bukan hanya tradisi Islam, melainkan tradisi Timur Tengah
(baik Yahudi maupun Kristen Timur) jauh sebelum lahirnya Islam. Sampai
hari
ini, gereja-gereja Timur (baik Gereja-gereja Ortodoks maupun Katolik
ritus
Timur) membaca Kitab Suci yang tidak jauh berbeda.

Simbol salib hanya ditonjolkan untuk mengisi latar belakang Koptik
keluarga
Maria, tetapi tradisi Koptik sama sekali tidak dipahaminya. Misalnya;
Madamme Girgis digambarkan berdoa dengan melihat ke­dua tangan,
padahal
orang-orang Kristen di Timur Tengah berdoa dengan cara menengadahkan
tangan,
sama dengan Islam. Bedanya, dalam Islam diawali dengan ru­musan
Basmalah:
Bismillahi rahmani rahim (Dengan Nama Allah Yang Pengasih dan
Penyayang),
sedangkan dalam Kristen dengan membuat tanda salib dan berkata: Bismil
Abi
wal Ibni wa Ruhil Quddus al-Ilahu Wahid, Amin (Dengan Nama Bapa, Putra
dan
Roh Kudus. Allah Yang Maha Esa, Amin).

Masih ada hal yang sangat menganggu, yaitu tattoo Salib di tangan Maria
terbalik, dan terlalu besar ukurannya. Dan terakhir, permintaan Maria
kepada
Fahri ketika ia terbaring sakit: "Ajarilah aku shalat!", mestinya lebih
baik
diperjelas: "Ajarilah aku shalat secara Islam!". Mengapa? Sebab kata
"shalat" saja, di Mesir dan di negara-negara Arab yang di dalamnya umat
Islam dan Kristen hidup bersama-sama, bukan merupakan terma eksklusif
Islami. Jadi berbeda dengan negara-negara Muslim non-Arab.

Orang-orang Kristen Koptik juga mengenal­ waktu-waktu shalat yang
tujuh kali
sehari. Waktunya sama dengan shalat Islam, ditambah dengan "shalat jam
ketiga" (kira-kira jam 09.00 pagi, untuk memperingati turunnya Roh
Kudus,
Kis. 2:15), dan jam 24.00 tengah malam, yang dikenal dengan, shalat
Nishfu
Lail (tengah-malam). Lima waktu shalat selebihnya untuk mengenal Thariq
al-Afam (Via Dolorosa) atau jam-jam sengsara Kristus.

Lebih jelasnya, kala shalat, jauh sebelum zaman Islam kata ini sudah
dipakai
dalam bentuk Aram tselota. Menariknya, waktu-waktunya memang sama
dengan
Islam (Subuh, Dhuhr, ‘Asyar, Maghrib dan Isya), dan dua sisanya
sejajar
dengan salat sunnah Dhuha’ dan Tahajjud. Meskipun demikian, istilah,
untuk
waktu-­waktu salat tersebut berbeda, dan waktu-waktu doa ini mempunyai
makna
teologis terkait dengan jam-jam sengsara Yesus Kristus (Thariq al-Afam)
sebagai berikut:

1. "Salat jam pertama" (Shalat as Sa’at al-Awwal), kira-kira jam
06.00 pagi
waktu kita, untuk mengenang saat kebangkitan Kristus Isa Al-Masih) dari
antara orang mati (Mrk.16:2).

2. "Salat jam ketiga" (Shalat as-Sa'at ats-Tsalitsah), kira-kira jam 9
pagi,
yaitu waktu pengadilan Kristus dan turunnya Roh Kudus (Mrk. 15:25; Kis.
2:15).

3. "Salat jam keenam" (Shalat as-Sa'at as-Sadi-sah), kira-kira jam 12
siang,
yaitu waktu penyaliban Kristus (Mrk. 15:33, Kis. 3:30).

4. "Salat jam kesembilan" (Shalat as-Sa’at at Tasi’ah­), kira-kira
jam 3
petang, untuk mengenang kematian Kristus (Mrk. 15:33,38; Kis. 3:1);

5. "Salat Terbenamnya Matahari" (Shalat al-Ghurub), yaitu waktu
penguburan
jasad Kristus (Mrk.15:42).

6. "Salat waktu tidur" (Shalat ai-Naum), untuk mengenang terbaringnya
tubuh
Kristus; dan;

7. "Salat Tengah Malam" (Shalat as-Satar atau Shalat Nishfu al-Layl)
adalah
jam berjaga-jaga akan kedatangan Kristus (Isa Al-Masih) yang kedua
kalinya
(Why. 3:3)[9].

Salat Tujuh waktu (As-Sab'u Shalawat) ini, sama sekali tidak ada
hubungannya
dengan Islam. Me­ngapa? Karena praktek doa ini, khususnya seperti yang
dipelihara di biara-biara, sudah ada jauh sebelum zaman Islam.
"Kanonisasi
(waktu-waktu) salat" (Shalat al­-Fardhiyah), sudah mulai dilakukan
dalam
sebuah doku­men gereja kuno berjudul Al-Dasquliyyat atau Ta'alim
ar-Rusul
yang editing terdininya dikerjakan oleh St.Hypolitus pada tahun 215 M.
[10]

5. Novel Religi, Film Dakwah: Bukan Film Cinta Biasa
Seperti komentar banyak tokoh dalam novel "Ayat-ayat Cinta", memang
hasil
karya Habiburrahman el-Shirazy ini bukan sekedar novel cinta biasa,
melainkan novel cinta, religi, figh, politik yang sarat dengan
pesan-­pesan
keagamaan. Novel ini ingin menghadirkan Islam secara damai,
multi-kultural,
sarat sentuhan nilai cinta kasih, dan jauh dari gambaran kekerasan yang
selama ini sering di-stigmakan oleh orang Barat.

Meskipun demikian, novel ini juga sarat terhadap apologetika untuk
membela
Islam. Semangat dakwah yang berkobar-kobar perlu diacungi jempol,
tetapi
ter­kadang "kelewat batas". Misalnya, dalam Bab 33: "Nya­nyian dari
Surga"
(tetapi bagian ini untungnya tidak divisualisasikan dalam film), Maria
bertemu dengan Bunda Maria, Ibunda Isa Al-Masih dalam mimpinya ketika
terbaring sakit. Di Bab Ar-Rahmah (pintu Rah­mat), Bunda Kristus itu,
menampakkan diri begitu ang­gun dan luar biasa. "Dia (Allah) mendengar
haru
biru tangismu", kata Bunda Maria, "Apa maumu?". "Aku ingin masuk surga.
Bolehkah?", tanya Maria sambil menangis.

"Boleh", jawab Bunda Maria. "Memang surga diperuntukkan untuk semua
hamba-Nya. Tapi kau harus tahu kuncinya". "Apa kuncinya?", tanya Maria.
"Nabi pilihan Muhammad Saw telah mengajarkannya berulang-ulang. Apakah
kau
tidak mengetahuinya?", tegas Bunda Maria. "Aku tidak mengikuti
ajarannya",
kata Maria. "Itu salahmu!", kata Bunda Maria lagi. Lalu dijelaskan
bahwa
jalan. ke surga itu harus lewat Islam.

"Maria, dengarlah baik-baik!", kata Bunda Kristus kepadanya. "Nabi
Muhammad
sudah mengajarkan kunci untuk masuk surga, "Barangsiapa berwudhu dengan
baik
lalu mengucapkan: Asyhadu ‘an La ilaha illallah wa asyhadu anna
Muhamadan
‘abduhu wa rasuluh (Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
dan
saya bersaksi bahwa Muhammad adalah Hamba-Nya dan Rasul-Nya), maka akan
dibukakan delapan pintu surga untuknya dan ia boleh masuk yang mana ia
suka." Maria akhirnya masuk Islam, mengucapkan syahadat dan
me­laksanakan
shalat sebelum ajal menjemputnya. Inilah "ending" novel dakwah ini.

6. Catatan Reflektif
Catatan reflektif saya, untuk mengakhiri artikel singkat ini, sedikit
saja.
Setiap orang bebas untuk me­nyatakan keyakinannya. Termasuk keyakinan
bahwa
sur­ga itu hanya "hak orang-orang Muslim". Kalau anda tertarik dengan
tawaran ini, silakan saja. Bebas dan tidak ada yang melarang. Tetapi
pernahkah anda berpikir, apa­kah orang lain yang berkeyakinan berbeda
bebas
juga mengutarakan keyakinannya? Seperti keyakinan bahwa Bunda Maria,
tokoh
paling suci dalam Kekristenan sete­lah Yesus Kristus, telah menunjuk
bahwa
jalan ke surga harus melalui Muhammad.

Bolehkah orang Kristiani, yang mempercayai bahwa Yesus adalah Jalan dan
Kebenaran dan Hidup, dan tidak seorangpun yang sampai kepada Bapa
kecuali
melalui Kristus (Yoh. 14:6), meminjam "lisan Nabi Muhammad" untuk
mengajar
keyakinan itu? Moga-­moga anda membolehkannya, seperti kami tidak
men-­demo
ketika "Ayat-ayat Cinta" meminjam "mulut suci Bunda Maria" untuk dakwah
agama Islam. Kalau begini, mengapa harus marah kepada Ahmadiyah?
Sebaliknya,
mengapa harus mengelu-elukan "Injil Yudas", dan "The Da Vinci Code",
tanpa
mempertimbangkan pera­saan orang lain yang tidak menyetujuinya?
Katakanlah,
"berjuta-juta orang Kristen yang tersakiti perasaannya" karena
publikasi
novel dan film itu?"

Padahal film ini akan lebih mendidik lagi, kalau misalnya diungkap juga
fakta keberdampingan harmonis kehidupan umat Kristen dan umat Islam di
negeri yang oleh Ibnu Khaldun dijuluki "lbunda Dunia" ini. Mi­salnya,
tenda-tenda Ma’idah ar-Rahman (Jamuan Sang Pengasih), yaitu jamuan
makan
gratis yang dibuka di jaan-jalan kota Kairo, yang di beberapa wilayah
Koptik, seperti Subhra, misalnya, selalu dibuka oleh uskup Gereja
Ortodoks
Koptik sebagai simbol persatuan nasi­anal (Wihdat al- Wathani). Begitu
juga,
kehadiran Syeikh Al-Azhar, Dr. Muhammad Tanthawi, pada acara ‘Idul
Milad
(Natal) di Katedral Al-Qidis Marqus, Abbasiya. Tradisi saling
mengucapkan
selamat hari raya, baik hari-hari raya Islam maupun hari-hari raya
Kristen,
juga menjadi kebiasaan yang patut dijadikan referensi di negara-negara
mayoritas Muslim non-Arab, seperti Afga­nistan, Pakistan, dan
Indonesia
akhir-akhir ini, yang terkadang "lebih Arab ketimbang negara-negara
Arab
sendiri" [11].

Dan akhirnya, berbarengan dengan perasaan sedih dan menyayangkan
peredaran
film "The Fitna", saya yang terus menerus mencoba memahami sukacita
anda
menyambut film "ayat-ayat Cinta", izinkanlah saya mengucapkan: Mabruk,
(Selamat!) atas prestasi dan sukses film ini. Ini bukan basa-basi.
Karena
sekalipun ada yang tidak saya setujui isinya, tapi hati saya turut
merasakan
gembira bila anda bergembira.

*) Bambang Noorsena adalah pendiri Institute for Syriac Christian
Studies
(ISCS), alumnus Kajian Perbandingan Agama pada Dar Comboni Institute,
Cairo,
Mesir.

7. Lampiran Novel Ayat-ayat Cinta
Hal. 400 - HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

Yang kuhafal, adalah surat Maryam yang tertera di dalam Al-Quran.
Dengan
mengharu biru aku membacanya penuh penghayatan.

"Selesai membaca surat Maryam aku lanjutkan surat Thaha. Sampai ayat
sembilan puluh sembilan aku berhenti karenaa Babur Rahmah terbuka
perlahan.
Seorang perempuan yang luar biasa anggun dan sucinya keluar mendekatiku
dan
berkata, "Aku Maryam". Yang baru saja kausebut dalam ayat-ayat suci
yang kau
baca. Aku diutus oleh Allah untuk menemuimu. Dia mendengar haru biru
tangismu. Apa maumu? Aku ingin masuk surga. Bolehkah? "Boleh". Surga
memang
diperuntukkan bagi semua hamba­Nya: Tapi kau harus tahu kuncinya?' Apa
itu
kuncinya?

'Nabi pilihan Muhammad Saw. telah mengajarkannya berulang-ulang. Apakah
kau
tidak mengetahuinya?' Aku tidak mengikuti ajarannya.' Itulah salahmu.'

Kau tidak akan mendapatkan kunci itu selama kau tidak mau tunduk penuh
ikhlas mengikuti ajaran Nabi yang paling dikasihi Allah ini. Aku
sebenarnya
datang untuk memberitahukan kepadamu kunci masuk surga. Tapi karena kau
sudah menjaga jarak dengan Muhammad Saw, maka aku tidak diperkenankan
untuk
memberitahukan padamu.

Bunda Maryam lalu membalikkan badan dan hendak pergi. Aku langsung
menubruknya dan bersimpuh di kakinya. Aku menangis tersedu-sedu.
Memohon
agar diberitahu kunci surga itu. Aku hidup untuk mencari kerelaan
Tuhan. Aku
ingin masuk surga hidup bersama orang-orang yang beruntung. Aku akan
melakukan apa saja, asal masuk surga. Bunda Maryam, tolonglah aku.
Berilah
aku kunci itu! Aku tidak mau pergi selama-lama­nya. Aku terus menangis
sambil menyebut-nyebut nama Allah.

---------------------------------
[1] Habiburrahman EI Shirazy, Ayat-ayat Cinta: Sebuah Novel Pembangun
Jiwa.
Edisi Revisi (Jakarta: Basmala dan Harian Republika.2006).

[2] Nama Girgis (arabisasi dari nama George, seorang santo atau
al-qidis,
yang sangat popuJer di Gereja-gereja orthodoks), Butros (arabisasi dari
Petrus) dan nama-nama dalam bahasa Yunani, Ibrani atau Koptik,
orang-orang
Kristen Arab bisa juga memakai nama-nama Arab sebelum dan sesudah
Islam.
Biasanya, nama-nama Kristen Arab misalnya: Abdul Masih (Hamba Kristus),
Abdul Fadi (Hamba Sang Penebus), cukup mudah dibedakan dengan nama-nama
Arab
Muslim: Abdul Aziz, Ramadhan, Mahmud, Ahmad, Ashraf dan sebagainya.
Tetapi
nama-nama seperti Abdullah (Hamba Allah), Ibrahim, Ishak, Mukmin, dan
masih
banyak lagi, adalah nama-nama netral yang dipakai baik orang Kristen
maupun
Islam

[3] Irish Habib al-Masri, Qishah Al-Kanisah al-Qibthiyyah. Jilid I
(Cairo:
Maktabah al-Mahabbah, 2003), hlm. 20-33. Lihat juga: A. Wessels, Arab
and
Christian? Christian in the Middle East (Kampen: Kok Pharos
Publishing
House, 1995), him. 126.

[4] 4Lihat panduan Shalat dalam Gereja Orthodoks Koptik: A/-Ajabiyya:
As-Sab'u Sha/awot An-Nahtriyyah wa Lailiyyat (Cairo: Maktabah
al-Mahabbah,
2001).

[5] 5AI-Qush Yoanis Kamal, Tartib UshbO' A/-A/om (Oar al-Jilli
ath-Thaba'ah,2001).

[6] Munculnya tradisi tattoo salib di tangan, pertama kali berasal dari
masa
penganiayaan. Tanda itu menjadi semacam kode sesama umat Kristen demi
keselamatan mereka dari para penganiaya mereka. Karena Gereja Koptik
Mesir
pada zaman Romawi menjadi gereja yang teraniaya, maka tarikh Koptik
yang
ditandai dengan peredaran bintang Siriuz, disebut dengan Tahun
Kesyahidan
(Anno Martyri), yang tidak termasuk tahun syamsiah (matahari) ataupun
qamariyah (bulan), tetapi disebut tahun kawakibiyah (tahun bintang).

[7] Kata "musyakirin awi ala ..." (Terima kasih banyak atas...) adalah
dialek khas Mesir, kata "awi" asalnya dari: "qa­wwi" (besar), dalam
bahasa
Arab klasik: "Syukran 'ala... " (terima kasih atas...), atau "Alfu
syukran
'ala ..." (beribu terima kasih atas...)

[8] Mashrabia adalah jendela kecil yang terbuat dari kayu dan dihias
dengan
ukiran halus, biasanya digunakan oleh anak-anak gadis orang kaya untuk
mengintip keluar tetapi orang tidak bisa melihat ke dalam.

[9] Fakta bahwa seluruh gereja-gereja di Timur, baik Ortodoks maupun
Katolik
ritus Timur. melaksanakan salat tujuh waktu baik sebelum maupun sesudah
Islam dengan jelas dicatat Aziz S. Atiya, History of Eastern
Christianity
(Nostre Dome. Indiana: University of Nostre Dame Press, Lt.).
Demikialah
catatan Aziz S. Atiya mengenai pelestarian ibadah ini pada tiap-tiap
Gereja:
Orthodoks Koptik: "These seven hours consisted of the Morning prayer,
Terce,
Sext, None, Vespers, Compline and the Midnight prayer..." (hlm. 128).
Mengenai Gereja Orthodoks Syria, "...keep usual hours from Matins to
Compline, with they describe as the 'protection prayer' (Suttara)
before
retiring" (hlm. 124). Se­dangkan Gereja Maronit di Lebanon: "Seven in
number., they are the Night Office, Matins, Third, Sixth and Nine
Hours,
Verpers and Compline" (hlm. 414). Lebih lanjut. mengenai Shalat Tujuh
Waktu
ini dalam bahasa Arab. lihat: Mar Ignatius Afram al-Awwal Borshaum
(ed.),
Al-Tuhfat al-Ruhiyyahi fi ash-Shalat al-Fardhiyyah (Aleppo. Suriah: Dar
al-Raha Ii an-Nasyr. 1990).

[10] Marqus Dawud (ed.), Al-Dasquliyyah, ar Ta'alim ar­ Rusul (Cairo:
Maktabah al-Mahabbah, 2003), Bab: Auqat Shalawat (Waktu-waktu Salat),
hlm.
171-172.

[11] Lih. Artikel saya: Bambang Noorsena, "Ramadhan di Cairo", di
Surabaya
Post, 20 Agustus 2004, yang dimuat kembali di www.iscs.id

(Sumber: Acara Forum Fokus di Gedung Kasih Bersaudara - Lt.4, Awal
April
2008)
User avatar
ndramus
Posts: 1517
Joined: Fri Nov 17, 2006 4:43 pm

Post by ndramus »

wahh bentar lagi film ini dibuat referensi tuh buat muslim2
"ktanya bunda maria pun mengakui muhamad"
"bunda maria aja udah islam, km kok masih kristen"
"muhamad itu lah kunci surga kata bunda maria di filem AAC, bukan yesus"







:D:D tau kan kualitas muslim ga bisa bedain fiksi dan non fiksi :D
Pembawa Pedang
Posts: 4984
Joined: Fri Mar 16, 2007 1:39 am

Post by Pembawa Pedang »

Pertama sekali mendengar akan ada film yg judulnya Ayat Ayat Cinta...aku ngga gubris...pasalnya mmg ngga hobby nonton...

Namun diinternet banyak yg ngomong AAC...kemudian secara tak sengaja aku mnemukan novel AAC format pdf..langsung aku download...

Iseng iseng aku baca....makin lama kok terasa lain ..nuansanya....

Terus..dan terus kubaca....meski putus putus ..hari ketiga selesai..dgn uraian air mata.....

Masya Allah luar biasa karya Kang Abik...dlm sholat dan doaku..airmata kembali berjatuhan...fenomena apa ini?...Akupun tak tahu...

Lantas aku nonton filmnya....sayang ngga sehebat novelnya.....

Namun setidak2 film ini bisa buat nandingi film film yg ngga bermanfaat lain...
Post Reply