Berusaha memahami takdir

Yang santai dan rileks. Gosip juga boleh.
User avatar
simplyguest
Posts: 1909
Joined: Mon Apr 02, 2012 1:40 pm

Re: Berusaha memahami takdir

Post by simplyguest »

simplyguest wrote:Disalahgunakan gimana?
Anda mau mewek2 minta jangan menggunakan kata "terbatas", tetap saja "mustahil memiliki sesuatu" itu artinya "terbatas".
Anda ini seperti terdakwa kasus korupsi aja yang mewek2 gak mau kalo tindakannya dibilang "mencuri".
kuisa wrote:Karena yg dibahas adalah sifat/karakter/kepribadian bukan kemampuan atau tindakan, maka kata "terbatas" tidak layak digunakan.
Allah SWT tidak punya kemampuan untuk memiliki sebuah sifat, bahkan MUSTAHIL bisa memiliki sebuah sifat => Allah SWT TERBATAS.

Sama tuh.
kuisa wrote:Ini aja kesimpulannya, tidak ambigu:
kemustahilan terhadap suatu sifat bukanlah menunjukkan ketidakbisaan melakukan sesuatu.
simplyguest wrote:Tetap saja kalau dianggap Allah SWT itu mustahil memiliki satu sifat, berarti Allah SWT itu memang terbatas kan?

Dari kata2 awal "Si A mustahil memiliki sifat jahat" saja sudah menunjukkan bahwa ada keterbatasan yang dimiliki oleh si A.
Si A terbatas karena dia TIDAK BISA, bahkan MUSTAHIL memiliki sebuah sifat.
Jangan lalu cuma mewek2 gak mau pake kata "terbatas", kalau memang seperti itulah konsekuensi logikanya.
Ya kan bu?
kuisa wrote:Ga usah ngeyel kamu.
Muslim coro. Gak bisa bantah lalu cuma bacot sama mewek2 minta penggunaan kata diganti.
"Korupsi" ya tetap aja artinya "mencuri".
"Tidak bisa memiliki" ya tetap aja artinya "terbatas".
kuisa wrote:lebih tepatnya Si A mustahil memiliki sifat jahat, tapi bukanlah menunjukkan bahwa si A tidak bisa melakukan perbuatan yang dianggap jahat.
simplyguest wrote:Lalu kata tambahan "dianggap" itu saya belum ngeh maksudnya. Dianggap oleh siapa?
kuisa wrote:Dianggap oleh penilai dalam hal ini kita/manusia.
Perbuatan yang manusia anggap jahat itu dianggap jahat juga tidak oleh Allah SWT?
simplyguest wrote:Sudah paham dari kemaren2 kok.
Allah SWT menetapkan pilihan si mahluk itu duluan sebelum si mahluk mengambil pilihannya.
Tentu saja si mahluk tidak akan bisa melawan ketetapan penciptanya yang sudah ditetapkan duluan.
Setuju bu?
kuisa wrote:Kalau saya suruh pahami lagi berarti kamu belum paham, jadi murid jangan membantah mulu.
Allah Maha Mengetahui, tidak terikat waktu, Dia mengetahui apa yang akan menjadi pilihan si A, B, C dst.
Berangkat dari pengetahuan itu maka ketetapan ditetapkan.
"Akan" itu berarti sudah terjadi atau belum?
Duluan mana kejadiannya? "Ketetapan" atau yang "akan"?
kuisa wrote:PR
1. Apakah manusia bisa mendapatkan/membuat/membangun apa yang dia inginkan tanpa usaha?
2. Apakah semua keinginan/rencanamu sampai hal2 terkecil selalu terwujud/terjadi?
1. Bisa ya, bisa tidak.
2. Tidak selalu.
kuisa wrote:ok, untuk no.1 "mendapatkan" mungkn bisa ya, tapi membuat/membangun sesuatu tidak bisa, karena kalau orang lain yang buatkan/bangunkan itu artinya bukan dia yang buat/bangun.
Oke deh.
kuisa wrote:Ini adalah sebuah variabel dari penetapan takdir, ada kehendak dan usaha yang dilakukan si makhluk.
Bahkan sebuah usaha yang sungguh2 bisa saja tidak terwujud karena ada variabel lain yang menghalangi, inilah rahasia takdir.
NGAWOR.
Manusia berusaha, lalu usahanya terwujud, itu bukan merupakan variabel bukti bahwa ada takdir yang meluluskannya.
Manusia berusaha, tapi tidak terwujud, itu juga bukan merupakan variabel bukti bahwa ada takdir yang menghalanginya.

Logika yang anda pakai ini adalah Fallacy. Namanya fallacy appeal to possibility/probability.
Saya kasih contoh :
A : Saya meyakini bahwa anak saya yang hilang itu karena diculik alien.
B : Belum tentu dong. Bisa aja diculik manusia biasa, kesasar, kecelakaan, dll.
A : Tapi faktanya anak saya hilang atau tidak?
B : Hilang.
A : Faktanya anak saya masih ada di sini atau tidak?
B : Tidak ada.
A : Nah, itulah variabel bukti bahwa alien lah yang menculik anak saya.
B : .................. logika bahlul neng.........

Ada yang salah tidak dari logika si A di atas?
Mirror 1: tetap saja "mustahil memiliki sesuatu" itu artinya "terbatas&quot
Follow Twitter: @ZwaraKafir
User avatar
NYFGbY
Posts: 658
Joined: Thu Mar 01, 2012 12:30 am
Location: Di puncak Jayawijaya, menjaga agar salju tidak mencair.
Contact:

Re: Berusaha memahami takdir

Post by NYFGbY »

simplyguest wrote:Ok.
Berarti Allah SWT memang sudah menetapkan pilihan iblis itu untuk tidak taat sebelum iblis meminta ijin dan bahkan sebelum iblis mempunyai pikiran ke sana.

Iblis tentu sama sekali tidak bisa melawan ketetapan dan kehendak Allah SWT ini. Setuju?
Kalo gitu apa salah iblis kalau pilihannya untuk tidak taat itu adalah sudah merupakan kehendak dan ketetapan penciptanya?

Bagaimana dia bisa disalahkan kalau dia cuma kroco yang juga tidak mampu melawan ketetapan yang sudah ditentukan oleh penciptanya?
kuisa wrote:ketetapannya memang duluan, tapi bukan karena si makhluk dipaksa dan diarahkan kesana, namun karena Tuhan sudah mengetahui apa yang akan menjadi pilihan tersebut.
Gimana kamu bilang Alloh mengetahui iblis akan memilih apa, lha kalo Alloh MENETAPKAN TAKDIR si iblis BAHKAN SEBELUM IBLISNYA DICIPTAKAN. bukankah itu artinya Alloh TELAH MENETAPKAN/ MENULISKAN SKENARIO dari suatu mahluk BAHKAN SEBELUM ITU MAHLUK ADA/ DICIPTAKAN.
Mirror 1: Berusaha memahami takdir
Follow Twitter: @ZwaraKafir
kuisa
Posts: 706
Joined: Mon May 05, 2014 12:33 pm

Re: Berusaha memahami takdir

Post by kuisa »

simplyguest wrote:Disalahgunakan gimana?
Anda mau mewek2 minta jangan menggunakan kata "terbatas", tetap saja "mustahil memiliki sesuatu" itu artinya "terbatas".
Anda ini seperti terdakwa kasus korupsi aja yang mewek2 gak mau kalo tindakannya dibilang "mencuri".
kuisa wrote:Karena yg dibahas adalah sifat/karakter/kepribadian bukan kemampuan atau tindakan, maka kata "terbatas" tidak layak digunakan.
simplyguest wrote:Allah SWT tidak punya kemampuan untuk memiliki sebuah sifat, bahkan MUSTAHIL bisa memiliki sebuah sifat => Allah SWT TERBATAS.
Sama tuh.

Muslim coro. Gak bisa bantah lalu cuma bacot sama mewek2 minta penggunaan kata diganti.
"Korupsi" ya tetap aja artinya "mencuri".
"Tidak bisa memiliki" ya tetap aja artinya "terbatas".
Wah ini murid perlu diajar etika dulu nih :-k

Ilmu itu penting tentu saja, tapi etika lebih penting, seorang guru pasti tidak ingin misalnya melahirkan maling2 profesional, masih lebih baik orang2 jujur terlepas pintar atau biasa2 saja.

Etika pertama yang harus diketahui, dan tentunya dipunyai adalah etika kepada Pencipta. kepada siapa prioritas utama diperuntukkan:

1. Syukur
"Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku ingat kepada kalian, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah : 152)

2. Malu untuk maksiat
“Dan Allah mengetahui apa yang kalian rahasiakan dan apa yang kalian lahirkan.” (QS. An-Nahl : 19)

3. Hanya Dia tempat kembali/berlindung/tempat curhat
“Dan hanya kepada Allah hendaknya kalian bertawakkal, jika kalian benar-benar orang yang beriman.” (QS. Al-Maidah : 23)

4. Tidak putus asa
“Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah.” (QS. Az-Zumar : 53)

5. Mengakui kebesaranNya dan menjaga diri dari murkaNya
“Dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan.” (QS. Ali Imran : 4)

6. Berbaik sangka kepadaNya dan berlomba dalam kebaikan
“Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS. An-Nuur : 52)
Mereka itulah orang-orang (yang selalu) bersegera dan berlomba-lomba dalam (melakukan) kebaikan-kebaikan” (QS al-Mu’minuun: 57-61).



Itu dulu renungkan.
kuisa
Posts: 706
Joined: Mon May 05, 2014 12:33 pm

Re: Berusaha memahami takdir

Post by kuisa »

simplyguest wrote:Disalahgunakan gimana?
Anda mau mewek2 minta jangan menggunakan kata "terbatas", tetap saja "mustahil memiliki sesuatu" itu artinya "terbatas".
Anda ini seperti terdakwa kasus korupsi aja yang mewek2 gak mau kalo tindakannya dibilang "mencuri".
kuisa wrote:Karena yg dibahas adalah sifat/karakter/kepribadian bukan kemampuan atau tindakan, maka kata "terbatas" tidak layak digunakan.
kuisa wrote:Ini aja kesimpulannya, tidak ambigu:
kemustahilan terhadap suatu sifat bukanlah menunjukkan ketidakbisaan melakukan sesuatu.
simplyguest wrote:Tetap saja kalau dianggap Allah SWT itu mustahil memiliki satu sifat, berarti Allah SWT itu memang terbatas kan?

Dari kata2 awal "Si A mustahil memiliki sifat jahat" saja sudah menunjukkan bahwa ada keterbatasan yang dimiliki oleh si A.
Si A terbatas karena dia TIDAK BISA, bahkan MUSTAHIL memiliki sebuah sifat.
Jangan lalu cuma mewek2 gak mau pake kata "terbatas", kalau memang seperti itulah konsekuensi logikanya.
Ya kan bu?
kuisa wrote:Ga usah ngeyel kamu.
Allah SWT tidak punya kemampuan untuk memiliki sebuah sifat, bahkan MUSTAHIL bisa memiliki sebuah sifat => Allah SWT TERBATAS.

Sama tuh.

Muslim coro. Gak bisa bantah lalu cuma bacot sama mewek2 minta penggunaan kata diganti.
"Korupsi" ya tetap aja artinya "mencuri".
"Tidak bisa memiliki" ya tetap aja artinya "terbatas".
Orang miskin ga punya apa2 tidak pernah disebut difabel jika dia baik2 saja. Tidak pernah disebut terbatas orang pemarah, atau pemalu dll. Karakter dan kemampuan dua hal yang berbeda.

Saya tidak ingin eyel2an untuk hal2 sepele, kamu tidak terima ga masalah, mungkin kamu difabel saya tidak tahu. Yang saya inginkan adalah kamu paham apa yang saya sampaikan dan mengerti alasan dibalik itu. Perkara kamu ga terima ok sah2 saja.
kuisa wrote:lebih tepatnya Si A mustahil memiliki sifat jahat, tapi bukanlah menunjukkan bahwa si A tidak bisa melakukan perbuatan yang dianggap jahat.
simplyguest wrote:Lalu kata tambahan "dianggap" itu saya belum ngeh maksudnya. Dianggap oleh siapa?
kuisa wrote:Dianggap oleh penilai dalam hal ini kita/manusia.
Perbuatan yang manusia anggap jahat itu dianggap jahat juga tidak oleh Allah SWT?
Kamu balik lagi ke kelas yang lama
setan-itu-makhluk-tidak-mungkin-menyain ... ml#p944917
tanya lagi ntar kalau belum jelas.
simplyguest wrote:Sudah paham dari kemaren2 kok.
Allah SWT menetapkan pilihan si mahluk itu duluan sebelum si mahluk mengambil pilihannya.
Tentu saja si mahluk tidak akan bisa melawan ketetapan penciptanya yang sudah ditetapkan duluan.
Setuju bu?
kuisa wrote:Kalau saya suruh pahami lagi berarti kamu belum paham, jadi murid jangan membantah mulu.
Allah Maha Mengetahui, tidak terikat waktu, Dia mengetahui apa yang akan menjadi pilihan si A, B, C dst.
Berangkat dari pengetahuan itu maka ketetapan ditetapkan.
"Akan" itu berarti sudah terjadi atau belum?
Duluan mana kejadiannya? "Ketetapan" atau yang "akan"?
Tidak relevant bertanya "duluan mana" ketika Tuhan tidak terikat waktu dan Maha Mengetahui.
kuisa wrote:PR
1. Apakah manusia bisa mendapatkan/membuat/membangun apa yang dia inginkan tanpa usaha?
2. Apakah semua keinginan/rencanamu sampai hal2 terkecil selalu terwujud/terjadi?
1. Bisa ya, bisa tidak.
2. Tidak selalu.
kuisa wrote:ok, untuk no.1 "mendapatkan" mungkn bisa ya, tapi membuat/membangun sesuatu tidak bisa, karena kalau orang lain yang buatkan/bangunkan itu artinya bukan dia yang buat/bangun.
Oke deh.
kuisa wrote:Ini adalah sebuah variabel dari penetapan takdir, ada kehendak dan usaha yang dilakukan si makhluk.
Bahkan sebuah usaha yang sungguh2 bisa saja tidak terwujud karena ada variabel lain yang menghalangi, inilah rahasia takdir.
NGAWOR.
Manusia berusaha, lalu usahanya terwujud, itu bukan merupakan variabel bukti bahwa ada takdir yang meluluskannya.
Manusia berusaha, tapi tidak terwujud, itu juga bukan merupakan variabel bukti bahwa ada takdir yang menghalanginya.

Logika yang anda pakai ini adalah Fallacy. Namanya fallacy appeal to possibility/probability.
Saya kasih contoh :
A : Saya meyakini bahwa anak saya yang hilang itu karena diculik alien.
B : Belum tentu dong. Bisa aja diculik manusia biasa, kesasar, kecelakaan, dll.
A : Tapi faktanya anak saya hilang atau tidak?
B : Hilang.
A : Faktanya anak saya masih ada di sini atau tidak?
B : Tidak ada.
A : Nah, itulah variabel bukti bahwa alien lah yang menculik anak saya.
B : .................. logika bahlul neng.........

Ada yang salah tidak dari logika si A di atas?
Mirror 1: tetap saja "mustahil memiliki sesuatu" itu artinya "terbatas"
Follow Twitter: @ZwaraKafir
Analogimu hanya untuk orang2 beragama nan pandir saja, orang beragama apapun dimanapun mengenal penyebab langsung seperti ditabrak mobil, disembuhkan dokter, dikuatkan obat mujarab, diserang virus, ditolong teman, namun hakekatnya adalah "Fate", ada kuasa yang lebih tinggi. Karena kamu beragama dan saya tidak ingin menganggapmu pandir, jangan pernah membawa analogi seperti itu lagi.
kuisa
Posts: 706
Joined: Mon May 05, 2014 12:33 pm

Re: Berusaha memahami takdir

Post by kuisa »

simplyguest wrote:Ok.
Berarti Allah SWT memang sudah menetapkan pilihan iblis itu untuk tidak taat sebelum iblis meminta ijin dan bahkan sebelum iblis mempunyai pikiran ke sana.

Iblis tentu sama sekali tidak bisa melawan ketetapan dan kehendak Allah SWT ini. Setuju?
Kalo gitu apa salah iblis kalau pilihannya untuk tidak taat itu adalah sudah merupakan kehendak dan ketetapan penciptanya?

Bagaimana dia bisa disalahkan kalau dia cuma kroco yang juga tidak mampu melawan ketetapan yang sudah ditentukan oleh penciptanya?
kuisa wrote:ketetapannya memang duluan, tapi bukan karena si makhluk dipaksa dan diarahkan kesana, namun karena Tuhan sudah mengetahui apa yang akan menjadi pilihan tersebut.
NYFGbY wrote:Gimana kamu bilang Alloh mengetahui iblis akan memilih apa, lha kalo Alloh MENETAPKAN TAKDIR si iblis BAHKAN SEBELUM IBLISNYA DICIPTAKAN. bukankah itu artinya Alloh TELAH MENETAPKAN/ MENULISKAN SKENARIO dari suatu mahluk BAHKAN SEBELUM ITU MAHLUK ADA/ DICIPTAKAN.
Mirror 1: Berusaha memahami takdir
Follow Twitter: @ZwaraKafir
Pertanyaan cukup bagus, anda bisa preview dulu sebelum nge-print, bisa render dulu sebelum melihat sebuah penampakan, bisa compile dulu sebelum eksekusi, offline dulu sebelum online, bisa test drive dulu sebelum running, nah saya meyakini Allah SWT lebih canggih dari sekedar preview, render, compile, offline, test drive dsb. Wallahu a'lam.
User avatar
simplyguest
Posts: 1909
Joined: Mon Apr 02, 2012 1:40 pm

Re: Berusaha memahami takdir

Post by simplyguest »

simplyguest wrote:Allah SWT tidak punya kemampuan untuk memiliki sebuah sifat, bahkan MUSTAHIL bisa memiliki sebuah sifat => Allah SWT TERBATAS.

Sama tuh.

Muslim coro. Gak bisa bantah lalu cuma bacot sama mewek2 minta penggunaan kata diganti.
"Korupsi" ya tetap aja artinya "mencuri".
"Tidak bisa memiliki" ya tetap aja artinya "terbatas".
kuisa wrote:Orang miskin ga punya apa2 tidak pernah disebut difabel jika dia baik2 saja.
Kenapa sekarang ujug2 ngacir ke istilah difabel? Yang ngungkit2 difabel itu siapa?

Orang tidak mempunyai uang = terbatas kemampuannya dalam hal membeli barang2 tertentu.
Allah SWT tidak mempunyai satu sifat (bahkan MUSTAHIL) = terbatas kemampuannya dalam hal memiliki sifat2 tertentu.
kuisa wrote:Tidak pernah disebut terbatas orang pemarah, atau pemalu dll. Karakter dan kemampuan dua hal yang berbeda.
Karena manusia pasti BISA & MAMPU mempunyai semua sifat, makanya tidak pernah ada istilah orang terbatas sifatnya.
Berbeda dengan Allah SWT yang MUSTAHIL, TIDAK BISA & TIDAK MAMPU mempunyai semua sifat.
Konsekuensinya adalah : Allah SWT sudah memiliki keterbatasan dalam hal memiliki sifat.
kuisa wrote:Saya tidak ingin eyel2an untuk hal2 sepele, kamu tidak terima ga masalah, mungkin kamu difabel saya tidak tahu. Yang saya inginkan adalah kamu paham apa yang saya sampaikan dan mengerti alasan dibalik itu. Perkara kamu ga terima ok sah2 saja.
Memang ini masalah sepele. Logika yang saya jelaskan itu adalah logika sederhana yang jika di kasus lain pasti langsung bisa diterima.
Tapi sayangnya anda masih muslim. Karena supaya tetap menjadi muslim, anda memang harus melakukan apa yang anda lakukan itu dalam menjelaskan ajaran Islam. Denial, membutakan diri, mewek2 dengan istilah "terbatas".
Padahal sudah jelas bahwa menurut logika anda sendiri, Allah SWT sudah memiliki keterbatasan dalam hal sifat.
Mirip seperti terdakwa korupsi yang menolak tindakannya disebut "mencuri". Lalu mewek2 supaya istilah itu diganti dengan kata yang lebih halus.
simplyguest wrote:Perbuatan yang manusia anggap jahat itu dianggap jahat juga tidak oleh Allah SWT?
kuisa wrote:Kamu balik lagi ke kelas yang lama
setan-itu-makhluk-tidak-mungkin-menyain ... ml#p944917
Dasar guru coro. Gak bisa jawab, malah muridnya disuruh pindah2 kelas.
kuisa wrote:tanya lagi ntar kalau belum jelas.
Ya itu pertanyaannya :
Perbuatan yang manusia anggap jahat itu dianggap jahat juga tidak oleh Allah SWT?
YA atau TIDAK?

Bisa jawab atau tidak? Atau perlu meliburkan diri lagi sebulan?
Atau mungkin perlu maenin burung bapakmu dulu supaya lalu turun wahyu jawabannya dari Allah SWT?
simplyguest wrote:"Akan" itu berarti sudah terjadi atau belum?
Duluan mana kejadiannya? "Ketetapan" atau yang "akan"?
kuisa wrote: Tidak relevant bertanya "duluan mana" ketika Tuhan tidak terikat waktu dan Maha Mengetahui.
Jadi bagi Allah SWT, kejadian itu bukan "akan", tapi "sudah" terjadi?
simplyguest wrote:NGAWOR.
Manusia berusaha, lalu usahanya terwujud, itu bukan merupakan variabel bukti bahwa ada takdir yang meluluskannya.
Manusia berusaha, tapi tidak terwujud, itu juga bukan merupakan variabel bukti bahwa ada takdir yang menghalanginya.

Logika yang anda pakai ini adalah Fallacy. Namanya fallacy appeal to possibility/probability.
Saya kasih contoh :
A : Saya meyakini bahwa anak saya yang hilang itu karena diculik alien.
B : Belum tentu dong. Bisa aja diculik manusia biasa, kesasar, kecelakaan, dll.
A : Tapi faktanya anak saya hilang atau tidak?
B : Hilang.
A : Faktanya anak saya masih ada di sini atau tidak?
B : Tidak ada.
A : Nah, itulah variabel bukti bahwa alien lah yang menculik anak saya.
B : .................. logika bahlul neng.........

Ada yang salah tidak dari logika si A di atas?
kuisa wrote: Analogimu hanya untuk orang2 beragama nan pandir saja, orang beragama apapun dimanapun mengenal penyebab langsung seperti ditabrak mobil, disembuhkan dokter, dikuatkan obat mujarab, diserang virus, ditolong teman, namun hakekatnya adalah "Fate", ada kuasa yang lebih tinggi.
Orang boleh saja meyakini apa pun, terlepas dia beragama atau tidak.
Anda boleh saja meyakini bahwa ada takdir yang meluluskan atau menghalangi hasil dari tindakan anda.
Orang lain boleh saja meyakini bahwa ada alien yang sedang mengatur kehidupan kita dengan radar dan komputer supernya.

Tapi ketika orang itu (termasuk anda) berusaha membuat pembuktian dengan menggunakan logika seperti di atas, dia sudah menggunakan logika fallacy. Logikanya dalam melakukan pembuktian itu sudah salah, ngawur.
Kalau anda mengatakan orang yang menggunakan logika seperti itu sebagai "orang pandir", ya selamat, anda sudah termasuk ke dalam golongan orang2 pandir. Karena anda sudah membuat pembuktian dengan menggunakan logika yang sama.
kuisa wrote:Karena kamu beragama dan saya tidak ingin menganggapmu pandir, jangan pernah membawa analogi seperti itu lagi.
Dari logika2 yang anda gunakan selama ini, terlihat jelas bagaimana caranya jika seseorang ingin menjelaskan ajaran Islam, tapi harus tetap menjadi muslim.

Pertama, dia harus melakukan denial, penyangkalan terhadap logika2 sederhana ketika menjelaskan ajaran Islam. Pokoknya harus ditolak istilah "terbatas", padahal dari logikanya sendiri sudah menunjukkan kemustahilan/ketidakmampuan Allah SWT dalam memiliki satu sifat, yang artinya Allah SWT sudah memiliki keterbatasan.

Kedua, dia juga harus menolak pemikiran2 kritis yang muncul. Kalau ada yang sedikit kritis dengan argumennya, langsung dijawab "Gak usah ngeyel kamu", "Gak usah kamu bawa analogi2 itu lagi".
Maunya mungkin orang yang diberi penjelasan harus cuma manggut2 aja dan cuma menyebut "subhanallah..." seperti di masjid2.

Ketiga, dia harus menggunakan logika2 cacat, logika2 ngawur, logika fallacy dalam menjelaskan/membuktikan ajaran Islam.
Ketika ada yang bisa menunjukkan bahwa logika pembuktiannya itu cacat dengan menggunakan analogi, malah dibilang "Analogi itu hanya untuk orang pandir, gak usah kamu bawa analogi2 seperti itu lagi".
Balik lagi ke pertama, DENIAL.
User avatar
simplyguest
Posts: 1909
Joined: Mon Apr 02, 2012 1:40 pm

Re: Berusaha memahami takdir

Post by simplyguest »

Eh, ada yang kelewat.
simplyguest wrote:Allah SWT tidak punya kemampuan untuk memiliki sebuah sifat, bahkan MUSTAHIL bisa memiliki sebuah sifat => Allah SWT TERBATAS.
Sama tuh.

Muslim coro. Gak bisa bantah lalu cuma bacot sama mewek2 minta penggunaan kata diganti.
"Korupsi" ya tetap aja artinya "mencuri".
"Tidak bisa memiliki" ya tetap aja artinya "terbatas".
kuisa wrote:Wah ini murid perlu diajar etika dulu nih :-k

Ilmu itu penting tentu saja, tapi etika lebih penting, seorang guru pasti tidak ingin misalnya melahirkan maling2 profesional, masih lebih baik orang2 jujur terlepas pintar atau biasa2 saja.
Etika memang kadang diperlukan, tapi yang lebih penting lagi adalah kejujuran.
Kejujuran ini yang tidak anda miliki. Maklum, anda masih muslim.

Boleh saja menggunakan etika dengan memperhalus istilah perbuatan seorang koruptor dan menggantinya dengan kata apapun. Tapi itu tidak berarti tindakannya BUKAN merupakan pencurian.
Tetap saja harus diakui dengan jujur bahwa pada dasarnya perbuatan si koruptor seperti itu adalah "mencuri".
Apapun istilah halus penggantinya (dengan alasan etika), tetap saja perbuatannya itu tergolong dalam "tindakan pencurian".

Boleh saja menggunakan etika dengan memperhalus istilah kemustahilan Allah SWT dalam memiliki sebuah sifat dan menggantinya dengan kata apapun. Tapi itu tidak berarti bahwa kondisi Allah SWT itu BUKAN sebuah keterbatasan.
Tetap saja harus diakui dengan jujur bahwa pada dasarnya kondisi Allah SWT seperti itu adalah "terbatas".
Apapun istilah halus penggantinya (dengan alasan etika), tetap saja kondisi Allah SWT itu tergolong dalam "keterbatasan".
kuisa wrote:Etika pertama yang harus diketahui, dan tentunya dipunyai adalah etika kepada Pencipta. kepada siapa prioritas utama diperuntukkan:
bla.. bla.. bla..
Meskipun dengan alasan etika lalu digunakan istilah pengganti untuk menggambarkan tindakan pencurian yang dilakukan koruptor, tetap saja pada dasarnya tindakannya itu menunjukkan si koruptor melakukan pencurian.
Meskipun dengan alasan etika lalu digunakan istilah pengganti untuk menggambarkan ketidakmampuan Allah SWT dalam hal memiliki suatu sifat, tetap saja pada dasarnya hal itu menunjukkan Allah SWT memiliki keterbatasan.

"Mencuri" tetaplah "mencuri", apapun istilah pengganti halusnya.
"Terbatas" tetaplah "terbatas", apapun istilah pengganti halusnya.
Mirror 1: si koruptor melakukan pencurian
Follow Twitter: @ZwaraKafir
Utbahbinabuwaqqash
Posts: 1155
Joined: Thu May 27, 2010 10:24 am

Re: Berusaha memahami takdir

Post by Utbahbinabuwaqqash »

Takdir...oh... takdir..
TS ga bisa membuat definisi takdir..
Bagi yg mempercayai takdir, saya sarankan mulai saat ini jamgan pernah mempercayai doa doa kalian
Karena dgn adanya takdir, doa ga ada gunanya, lha wong sdh ada takdir, ada rahasia takdir yg ga dimengerti manusia (katanya seh..) hi..hi..
Tapi kalo berdoa utk kenyamanan diri krn wis terbiasa berdoa seh ga papa..
Pokoke bg yg percaya takdir, berbuatlah sesuka hati yg menurutmu nyaman..
Kalo nyaman sholat..ya sholat
Kalo nyaman ga sholat.. Ya ga usah sholat, toh wis ada takdir
Kalo nyaman berbuat baik.. Ya berbuat baiklah..
Tapi kalo nyaman berbuat jahat, mencuri, ngrampok, memperkosa, bandar/pemakai narkoba, mabuk2an... Ya lakukan aja
Kalo wis ditakdirkan masuk sorga, biarpun 99.999 % masa hidupnya jahat, sisa hhidup yg terakhir pasti dibuat spy masuk syuuurga (kata muhammad seh.....)
jadi kesimpulan utk yg percaya takdir:
1. Berhentilah meminta sesuatu dgn doa, krn ga ada gunanya. (berdoa atopun ga berdoa, kalo ditakdirkan punya ya pasti punya, kalo ditakdirkan ga punya ya ga bakalan punya)
2. Berbuatlah sesukamu bin senyamanmu, krn perbuatanmu ga akan ngaruh.., lha wong wis ditakdirkan... Mau gemana lagi hi...hi...hi...hi...
Mirror 1: Berusaha memahami takdir
Follow Twitter: @ZwaraKafir
User avatar
Joe Andmie
Posts: 1761
Joined: Mon Jul 04, 2011 6:48 pm
Location: DIBAWAH POHON KELAPA SAWIT

Re: Berusaha memahami takdir

Post by Joe Andmie »


1. Apakah manusia bisa mendapatkan/membuat/membangun apa yang dia inginkan tanpa usaha?
2. Apakah semua keinginan/rencanamu sampai hal2 terkecil selalu terwujud/terjadi?
Jawaban kafir........semua bisa.
Saya tidak berusaha, telepon saja tidak angkat, yang saya dapatkan adalah pengalaman ,yaitu kemalasan.
Saya berusaha, berencana dari yang besar sampai kecil akhirnya tidak terwujud, tapi saya mendapatkan pengalaman mengapa saya gagal.

Jawaban muslim.....saya sudah berusaha mati2an, sudah jalani sunah nabi tapi begini begini aja, sudah takdir dari awloh swt muhammad, setiap muslim pasti mendatangi neraka jahanam. Kecuali mati sahid ....takdir saya adalah jihad jadi anggota ISIS ](*,) ](*,)
Mirror 1: Berusaha memahami takdir
Follow Twitter: @ZwaraKafir
kuisa
Posts: 706
Joined: Mon May 05, 2014 12:33 pm

Re: Berusaha memahami takdir

Post by kuisa »

Pak Mod.

Kalau mau gusur warung orang, kirim surat dulu kek, pemberitahuan, jelaskan alasannya atau apalah.

Walaupun penyampaian saya santai memang sengaja, saya tidak ingin buru2 sambil mencari partner debat yg cocok.

Mohon dimaklumi dan minta tolong dikembalikan ke tempat semula.

Terimakasih.




@murid bandel
Ntar kita terusin, saya meeting dulu sama kepala sekolah, kamu resapi dulu BAB ETIKA yang tempohari saya kasih.
User avatar
simplyguest
Posts: 1909
Joined: Mon Apr 02, 2012 1:40 pm

Re: Berusaha memahami takdir

Post by simplyguest »

kuisa wrote:Mohon dimaklumi dan minta tolong dikembalikan ke tempat semula.
Itu sudah takdir, terima aja.
Allah SWT sudah menetapkannya semenjak kamu belum diciptakan.
kuisa wrote:@murid bandel
Ntar kita terusin, saya meeting dulu sama kepala sekolah, kamu resapi dulu BAB ETIKA yang tempohari saya kasih.
Alesan. Meeting atau maenin burung?
Mirror 1: Berusaha memahami takdir
Follow Twitter: @ZwaraKafir
User avatar
Joe Andmie
Posts: 1761
Joined: Mon Jul 04, 2011 6:48 pm
Location: DIBAWAH POHON KELAPA SAWIT

Re: Berusaha memahami takdir

Post by Joe Andmie »

kuisa wrote:
@murid bandel
Ntar kita terusin, saya meeting dulu sama kepala sekolah, kamu resapi dulu BAB ETIKA yang tempohari saya kasih.
Soalan takdir tidak butuh etika dan peraturan.
awloh mentakdirkan sesiapa yang disesatkan dan tidak disesatkan.
:-"
Mirror 1: Berusaha memahami takdir
Follow Twitter: @ZwaraKafir
User avatar
NYFGbY
Posts: 658
Joined: Thu Mar 01, 2012 12:30 am
Location: Di puncak Jayawijaya, menjaga agar salju tidak mencair.
Contact:

Re: Berusaha memahami takdir

Post by NYFGbY »

NYFGbY wrote:Gimana kamu bilang Alloh mengetahui iblis akan memilih apa, lha kalo Alloh MENETAPKAN TAKDIR si iblis BAHKAN SEBELUM IBLISNYA DICIPTAKAN. bukankah itu artinya Alloh TELAH MENETAPKAN/ MENULISKAN SKENARIO dari suatu mahluk BAHKAN SEBELUM ITU MAHLUK ADA/ DICIPTAKAN.
Kuisa wrote:Pertanyaan cukup bagus, anda bisa preview dulu sebelum nge-print, bisa render dulu sebelum melihat sebuah penampakan, bisa compile dulu sebelum eksekusi, offline dulu sebelum online, bisa test drive dulu sebelum running, nah saya meyakini Allah SWT lebih canggih dari sekedar preview, render, compile, offline, test drive dsb. Wallahu a'lam.
He he... gue emang preview dulu sebelum ngepost, tapi setelah Alloh menyuruh Qalam utk menulis takdir segala mahluk, apa ada Alloh PREVIEW LAGI!?
kok kamu malah sembunyi dibalik kalimat sakti WALLAHUALAM!? Apa pernyataan itu terlalu susah dipahami oleh manusia!?


Alloh MENETAPKAN TAKDIR iblis BAHKAN SEBELUM iblis TSB DICIPTAKAN, bahkan 50ribu tahun sebelum semesta ini sendiri ada. Apa itu artinya mahluk TSB masuk neraka karna Alloh tau dia akan membangkang atau Alloh lah yg MENETAPKAN DIA UTK MEMBANGKAN, karna SEBELUM DICIPTAKAN Alloh sudah menetapkan TAKDIRNYA sbg PEMBANGKANG!?
Mirror 1: Berusaha memahami takdir
Follow Twitter: @ZwaraKafir
kuisa
Posts: 706
Joined: Mon May 05, 2014 12:33 pm

Re: Berusaha memahami takdir

Post by kuisa »

NYFGbY wrote:Gimana kamu bilang Alloh mengetahui iblis akan memilih apa, lha kalo Alloh MENETAPKAN TAKDIR si iblis BAHKAN SEBELUM IBLISNYA DICIPTAKAN. bukankah itu artinya Alloh TELAH MENETAPKAN/ MENULISKAN SKENARIO dari suatu mahluk BAHKAN SEBELUM ITU MAHLUK ADA/ DICIPTAKAN.
Kuisa wrote:Pertanyaan cukup bagus, anda bisa preview dulu sebelum nge-print, bisa render dulu sebelum melihat sebuah penampakan, bisa compile dulu sebelum eksekusi, offline dulu sebelum online, bisa test drive dulu sebelum running, nah saya meyakini Allah SWT lebih canggih dari sekedar preview, render, compile, offline, test drive dsb. Wallahu a'lam.
NYFGbY wrote:He he... gue emang preview dulu sebelum ngepost, tapi setelah Alloh menyuruh Qalam utk menulis takdir segala mahluk, apa ada Alloh PREVIEW LAGI!?
kok kamu malah sembunyi dibalik kalimat sakti WALLAHUALAM!? Apa pernyataan itu terlalu susah dipahami oleh manusia!?


Alloh MENETAPKAN TAKDIR iblis BAHKAN SEBELUM iblis TSB DICIPTAKAN, bahkan 50ribu tahun sebelum semesta ini sendiri ada. Apa itu artinya mahluk TSB masuk neraka karna Alloh tau dia akan membangkang atau Alloh lah yg MENETAPKAN DIA UTK MEMBANGKAN, karna SEBELUM DICIPTAKAN Alloh sudah menetapkan TAKDIRNYA sbg PEMBANGKANG!?
Mirror 1: Berusaha memahami takdir
Follow Twitter: @ZwaraKafir
Allah SWT tahu dia akan membangkang :goodman:
kuisa
Posts: 706
Joined: Mon May 05, 2014 12:33 pm

Re: Berusaha memahami takdir

Post by kuisa »

Utbahbinabuwaqqash wrote:Takdir...oh... takdir..
TS ga bisa membuat definisi takdir..
Bagi yg mempercayai takdir, saya sarankan mulai saat ini jamgan pernah mempercayai doa doa kalian
Karena dgn adanya takdir, doa ga ada gunanya, lha wong sdh ada takdir, ada rahasia takdir yg ga dimengerti manusia (katanya seh..) hi..hi..
Tapi kalo berdoa utk kenyamanan diri krn wis terbiasa berdoa seh ga papa..
Pokoke bg yg percaya takdir, berbuatlah sesuka hati yg menurutmu nyaman..
Kalo nyaman sholat..ya sholat
Kalo nyaman ga sholat.. Ya ga usah sholat, toh wis ada takdir
Kalo nyaman berbuat baik.. Ya berbuat baiklah..
Tapi kalo nyaman berbuat jahat, mencuri, ngrampok, memperkosa, bandar/pemakai narkoba, mabuk2an... Ya lakukan aja
Kalo wis ditakdirkan masuk sorga, biarpun 99.999 % masa hidupnya jahat, sisa hhidup yg terakhir pasti dibuat spy masuk syuuurga (kata muhammad seh.....)
jadi kesimpulan utk yg percaya takdir:
1. Berhentilah meminta sesuatu dgn doa, krn ga ada gunanya. (berdoa atopun ga berdoa, kalo ditakdirkan punya ya pasti punya, kalo ditakdirkan ga punya ya ga bakalan punya)
2. Berbuatlah sesukamu bin senyamanmu, krn perbuatanmu ga akan ngaruh.., lha wong wis ditakdirkan... Mau gemana lagi hi...hi...hi...hi...
Mirror 1: Berusaha memahami takdir
Follow Twitter: @ZwaraKafir
“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." Q. 40: 60.
kuisa
Posts: 706
Joined: Mon May 05, 2014 12:33 pm

Re: Berusaha memahami takdir

Post by kuisa »

simplyguest wrote:Meskipun dengan alasan etika lalu digunakan istilah pengganti untuk menggambarkan ketidakmampuan Allah SWT dalam hal memiliki suatu sifat, tetap saja pada dasarnya hal itu menunjukkan Allah SWT memiliki keterbatasan.

"Mencuri" tetaplah "mencuri", apapun istilah pengganti halusnya.
"Terbatas" tetaplah "terbatas", apapun istilah pengganti halusnya.
Mirror 1: si koruptor melakukan pencurian
Follow Twitter: @ZwaraKafir
Saya terima pernyataan ini sebagai pilihan anda untuk mendefinisikan tuhan anda yang terbatas. Pilihan saya adalah sifat tidak menggambarkan kemampuan, dan kemampuan tidak menggambarkan sifat. :goodman:
simplyguest wrote:Perbuatan yang manusia anggap jahat itu dianggap jahat juga tidak oleh Allah SWT?
kuisa wrote:Kamu balik lagi ke kelas yang lama
setan-itu-makhluk-tidak-mungkin-menyain ... ml#p944917
Dasar guru coro. Gak bisa jawab, malah muridnya disuruh pindah2 kelas.
kuisa wrote:tanya lagi ntar kalau belum jelas.
Ya itu pertanyaannya :
Perbuatan yang manusia anggap jahat itu dianggap jahat juga tidak oleh Allah SWT?
YA atau TIDAK?

Bisa jawab atau tidak? Atau perlu meliburkan diri lagi sebulan?
Ide bagus, akan saya pertimbangkan, terlalu sering melayani murid pandir dan tidak sopan memang agak memuakkan.

PR untuk anda:
Buat kesimpulan dari tulisan yang saya suruh baca: setan-itu-makhluk-tidak-mungkin-menyain ... ml#p944917

Silahkan ajukan pertanyaan setelah PR anda dikumpulkan.
simplyguest wrote:"Akan" itu berarti sudah terjadi atau belum?
Duluan mana kejadiannya? "Ketetapan" atau yang "akan"?
kuisa wrote: Tidak relevant bertanya "duluan mana" ketika Tuhan tidak terikat waktu dan Maha Mengetahui.
Jadi bagi Allah SWT, kejadian itu bukan "akan", tapi "sudah" terjadi?
Tidak terbatas waktu artinya tidak ada istilah akan atau sudah.
simplyguest wrote:NGAWOR.
Manusia berusaha, lalu usahanya terwujud, itu bukan merupakan variabel bukti bahwa ada takdir yang meluluskannya.
Manusia berusaha, tapi tidak terwujud, itu juga bukan merupakan variabel bukti bahwa ada takdir yang menghalanginya.

Logika yang anda pakai ini adalah Fallacy. Namanya fallacy appeal to possibility/probability.
Saya kasih contoh :
A : Saya meyakini bahwa anak saya yang hilang itu karena diculik alien.
B : Belum tentu dong. Bisa aja diculik manusia biasa, kesasar, kecelakaan, dll.
A : Tapi faktanya anak saya hilang atau tidak?
B : Hilang.
A : Faktanya anak saya masih ada di sini atau tidak?
B : Tidak ada.
A : Nah, itulah variabel bukti bahwa alien lah yang menculik anak saya.
B : .................. logika bahlul neng.........

Ada yang salah tidak dari logika si A di atas?
kuisa wrote: Analogimu hanya untuk orang2 beragama nan pandir saja, orang beragama apapun dimanapun mengenal penyebab langsung seperti ditabrak mobil, disembuhkan dokter, dikuatkan obat mujarab, diserang virus, ditolong teman, namun hakekatnya adalah "Fate", ada kuasa yang lebih tinggi.
Orang boleh saja meyakini apa pun, terlepas dia beragama atau tidak.
Anda boleh saja meyakini bahwa ada takdir yang meluluskan atau menghalangi hasil dari tindakan anda.
Orang lain boleh saja meyakini bahwa ada alien yang sedang mengatur kehidupan kita dengan radar dan komputer supernya.

Tapi ketika orang itu (termasuk anda) berusaha membuat pembuktian dengan menggunakan logika seperti di atas, dia sudah menggunakan logika fallacy. Logikanya dalam melakukan pembuktian itu sudah salah, ngawur.
Kalau anda mengatakan orang yang menggunakan logika seperti itu sebagai "orang pandir", ya selamat, anda sudah termasuk ke dalam golongan orang2 pandir. Karena anda sudah membuat pembuktian dengan menggunakan logika yang sama.
Pahami lagi yang saya bold, disitulah posisi pandirmu. Orang2 beragama walaupun menerima tuhan, alien atau apapun sebagai penyebab segalanya, tetap memahami apa yang disebut penyebab langsung, saya contohkan dengan ditabrak mobil, digigit harimau dll.

Kegagalan sebuah usaha sebutlah/misalkan jual makanan di monas di acara syukuran jokowi.
Penyebab langsung: kebetulan banyak makanan gratis dan orang2 milih makanan gratis.

Bagi yang jualan tsb, selain penyebab langsung, jika ia beragama, umumnya mengembalikan hal itu pada Yang Maha Kuasa: takdir.

Sudah tahu letak PANDIR mu dimana? Makanya saya suruh belajar yang benar biar setidaknya kamu ga terlalu pandir. PAHAM!
kuisa wrote:Karena kamu beragama dan saya tidak ingin menganggapmu pandir, jangan pernah membawa analogi seperti itu lagi.
Dari logika2 yang anda gunakan selama ini, terlihat jelas bagaimana caranya jika seseorang ingin menjelaskan ajaran Islam, tapi harus tetap menjadi muslim.

Pertama, dia harus melakukan denial, penyangkalan terhadap logika2 sederhana ketika menjelaskan ajaran Islam. Pokoknya harus ditolak istilah "terbatas", padahal dari logikanya sendiri sudah menunjukkan kemustahilan/ketidakmampuan Allah SWT dalam memiliki satu sifat, yang artinya Allah SWT sudah memiliki keterbatasan.

Kedua, dia juga harus menolak pemikiran2 kritis yang muncul. Kalau ada yang sedikit kritis dengan argumennya, langsung dijawab "Gak usah ngeyel kamu", "Gak usah kamu bawa analogi2 itu lagi".
Maunya mungkin orang yang diberi penjelasan harus cuma manggut2 aja dan cuma menyebut "subhanallah..." seperti di masjid2.

Ketiga, dia harus menggunakan logika2 cacat, logika2 ngawur, logika fallacy dalam menjelaskan/membuktikan ajaran Islam.
Ketika ada yang bisa menunjukkan bahwa logika pembuktiannya itu cacat dengan menggunakan analogi, malah dibilang "Analogi itu hanya untuk orang pandir, gak usah kamu bawa analogi2 seperti itu lagi".
Balik lagi ke pertama, DENIAL.
Belum saatnya kamu bikin kesimpulan. Setelah pelajaran selesai nanti, kamu saya ijinkan bikin kesimpulan.
User avatar
simplyguest
Posts: 1909
Joined: Mon Apr 02, 2012 1:40 pm

Re: Berusaha memahami takdir

Post by simplyguest »

simplyguest wrote:Meskipun dengan alasan etika lalu digunakan istilah pengganti untuk menggambarkan ketidakmampuan Allah SWT dalam hal memiliki suatu sifat, tetap saja pada dasarnya hal itu menunjukkan Allah SWT memiliki keterbatasan.

"Mencuri" tetaplah "mencuri", apapun istilah pengganti halusnya.
"Terbatas" tetaplah "terbatas", apapun istilah pengganti halusnya.
kuisa wrote: Saya terima pernyataan ini sebagai pilihan anda untuk mendefinisikan tuhan anda yang terbatas. Pilihan saya adalah sifat tidak menggambarkan kemampuan, dan kemampuan tidak menggambarkan sifat. :goodman:
Coba jawab pertanyaan saya ini :
Allah SWT mampu atau tidak untuk memiliki sifat jahat?
A. Mampu
B. Tidak Mampu.

Paling gak dijawab.
Guru coro mana bisa jawab pertanyaan sederhana kayak gitu.
kuisa wrote:tanya lagi ntar kalau belum jelas.
simplyguest wrote:Ya itu pertanyaannya :
Perbuatan yang manusia anggap jahat itu dianggap jahat juga tidak oleh Allah SWT?
YA atau TIDAK?

Bisa jawab atau tidak? Atau perlu meliburkan diri lagi sebulan?
kuisa wrote:Ide bagus, akan saya pertimbangkan, terlalu sering melayani murid pandir dan tidak sopan memang agak memuakkan.

PR untuk anda:
Buat kesimpulan dari tulisan yang saya suruh baca: setan-itu-makhluk-tidak-mungkin-menyain ... ml#p944917
Katanya kalo belum jelas, suruh tanya. Saya belum jelas, lalu bertanya.
Bukannya dijelasin jawabannya, eh malah ngasih PR lagi.
Dasar guru coro. Gak bisa jawab & jelasin pertanyaan sederhana dari murid, malah ngasih PR trus ngacir maenin burung kepala sekolah.
kuisa wrote:Silahkan ajukan pertanyaan setelah PR anda dikumpulkan.
Ooo.. tidak bisa.
Kalau ada murid yang belum jelas, guru berkewajiban untuk menjawab dan menjelaskan.
Tetap pertanyaannya masih sama :
Perbuatan yang manusia anggap jahat itu dianggap jahat juga tidak oleh Allah SWT?
YA atau TIDAK?

Gak bisa jawab? Coro.
simplyguest wrote:"Akan" itu berarti sudah terjadi atau belum?
Duluan mana kejadiannya? "Ketetapan" atau yang "akan"?
kuisa wrote: Tidak relevant bertanya "duluan mana" ketika Tuhan tidak terikat waktu dan Maha Mengetahui.
Jadi bagi Allah SWT, kejadian itu bukan "akan", tapi "sudah" terjadi?
kuisa wrote:Tidak terbatas waktu artinya tidak ada istilah akan atau sudah.
Kan kamu yang bilang sendiri kalau ketetapannya itu "duluan".
Kok sekarang jadi tidak ada yang "duluan" dan "belakangan"?
Coro emang hobinya jilat ludah kali ya...
simplyguest wrote:NGAWOR.
Manusia berusaha, lalu usahanya terwujud, itu bukan merupakan variabel bukti bahwa ada takdir yang meluluskannya.
Manusia berusaha, tapi tidak terwujud, itu juga bukan merupakan variabel bukti bahwa ada takdir yang menghalanginya.

Logika yang anda pakai ini adalah Fallacy. Namanya fallacy appeal to possibility/probability.
Saya kasih contoh :
A : Saya meyakini bahwa anak saya yang hilang itu karena diculik alien.
B : Belum tentu dong. Bisa aja diculik manusia biasa, kesasar, kecelakaan, dll.
A : Tapi faktanya anak saya hilang atau tidak?
B : Hilang.
A : Faktanya anak saya masih ada di sini atau tidak?
B : Tidak ada.
A : Nah, itulah variabel bukti bahwa alien lah yang menculik anak saya.
B : .................. logika bahlul neng.........

Ada yang salah tidak dari logika si A di atas?
kuisa wrote: Analogimu hanya untuk orang2 beragama nan pandir saja, orang beragama apapun dimanapun mengenal penyebab langsung seperti ditabrak mobil, disembuhkan dokter, dikuatkan obat mujarab, diserang virus, ditolong teman, namun hakekatnya adalah "Fate", ada kuasa yang lebih tinggi.
Orang boleh saja meyakini apa pun, terlepas dia beragama atau tidak.
Anda boleh saja meyakini bahwa ada takdir yang meluluskan atau menghalangi hasil dari tindakan anda.
Orang lain boleh saja meyakini bahwa ada alien yang sedang mengatur kehidupan kita dengan radar dan komputer supernya.

Tapi ketika orang itu (termasuk anda) berusaha membuat pembuktian dengan menggunakan logika seperti di atas, dia sudah menggunakan logika fallacy. Logikanya dalam melakukan pembuktian itu sudah salah, ngawur.
Kalau anda mengatakan orang yang menggunakan logika seperti itu sebagai "orang pandir", ya selamat, anda sudah termasuk ke dalam golongan orang2 pandir. Karena anda sudah membuat pembuktian dengan menggunakan logika yang sama.
kuisa wrote:Pahami lagi yang saya bold, disitulah posisi pandirmu. Orang2 beragama walaupun menerima tuhan, alien atau apapun sebagai penyebab segalanya, tetap memahami apa yang disebut penyebab langsung, saya contohkan dengan ditabrak mobil, digigit harimau dll.
Pahami komen saya yang saya bold merah, disitulah letak kecoroanmu.

Si A boleh saja meyakini alien yang menculik anaknya. Kenyataannya anaknya memang hilang.
Tapi jika si A menunjukkan fakta tentang anaknya hilang itu sebagai pembuktian bahwa alien yang menculik, dia sudah menggunakan logika fallacy appeal to possibility/probability.

Kuisa boleh saja meyakini ada takdir yang menghalangi usaha seseorang. Kenyataannya memang kadang usaha seseorang bisa gagal.
Tapi jika Kuisa menunjukkan fakta kegagalan usaha seseorang itu sebagai pembuktian bahwa ada takdir yang menghalangi, Kuisa sudah menggunakan logika fallacy appeal to possibility/probability.

Paham guru coro?
kuisa wrote:Bagi yang jualan tsb, selain penyebab langsung, jika ia beragama, umumnya mengembalikan hal itu pada Yang Maha Kuasa: takdir.
Jika si penjual itu menunjukkan fakta barang dagangannya laku itu sebagai pembuktian bahwa ada takdir yang meluluskan. si penjual itu sudah menggunakan logika fallacy appeal to possibility/probability.
kuisa wrote:Sudah tahu letak PANDIR mu dimana? Makanya saya suruh belajar yang benar biar setidaknya kamu ga terlalu pandir. PAHAM!
Gurunya yang coro gak ngerti fallacy appeal to possibility, kok malah ngata2in muridnya pandir.
kuisa wrote:Karena kamu beragama dan saya tidak ingin menganggapmu pandir, jangan pernah membawa analogi seperti itu lagi.
Dari logika2 yang anda gunakan selama ini, terlihat jelas bagaimana caranya jika seseorang ingin menjelaskan ajaran Islam, tapi harus tetap menjadi muslim.

Pertama, dia harus melakukan denial, penyangkalan terhadap logika2 sederhana ketika menjelaskan ajaran Islam. Pokoknya harus ditolak istilah "terbatas", padahal dari logikanya sendiri sudah menunjukkan kemustahilan/ketidakmampuan Allah SWT dalam memiliki satu sifat, yang artinya Allah SWT sudah memiliki keterbatasan.

Kedua, dia juga harus menolak pemikiran2 kritis yang muncul. Kalau ada yang sedikit kritis dengan argumennya, langsung dijawab "Gak usah ngeyel kamu", "Gak usah kamu bawa analogi2 itu lagi".
Maunya mungkin orang yang diberi penjelasan harus cuma manggut2 aja dan cuma menyebut "subhanallah..." seperti di masjid2.

Ketiga, dia harus menggunakan logika2 cacat, logika2 ngawur, logika fallacy dalam menjelaskan/membuktikan ajaran Islam.
Ketika ada yang bisa menunjukkan bahwa logika pembuktiannya itu cacat dengan menggunakan analogi, malah dibilang "Analogi itu hanya untuk orang pandir, gak usah kamu bawa analogi2 seperti itu lagi".
Balik lagi ke pertama, DENIAL.
kuisa wrote:Belum saatnya kamu bikin kesimpulan.

Gak usah malu2 bu, pake ngelarang bikin kesimpulan segala.
Itu baru kesimpulan awal kok, dan terbukti benar kan?
kuisa wrote:Setelah pelajaran selesai nanti, kamu saya ijinkan bikin kesimpulan.
Isi mata pelajarannya aja gak mutu, cuma baru bisa ngasih prolog kelas coro.
Mirror 1: Allah SWT memiliki keterbatasan
Follow Twitter: @ZwaraKafir
User avatar
NYFGbY
Posts: 658
Joined: Thu Mar 01, 2012 12:30 am
Location: Di puncak Jayawijaya, menjaga agar salju tidak mencair.
Contact:

Re: Berusaha memahami takdir

Post by NYFGbY »

Kuisa wrote:Allah SWT tahu dia akan membangkang :goodman:
Tau dari mana? Diciptakan aja belom.
Utbahbinabuwaqqash
Posts: 1155
Joined: Thu May 27, 2010 10:24 am

Re: Berusaha memahami takdir

Post by Utbahbinabuwaqqash »

Utbahbinabuwaqqash wrote:Takdir...oh... takdir..
TS ga bisa membuat definisi takdir..
Bagi yg mempercayai takdir, saya sarankan mulai saat ini jamgan pernah mempercayai doa doa kalian
Karena dgn adanya takdir, doa ga ada gunanya, lha wong sdh ada takdir, ada rahasia takdir yg ga dimengerti manusia (katanya seh..) hi..hi..
Tapi kalo berdoa utk kenyamanan diri krn wis terbiasa berdoa seh ga papa..
Pokoke bg yg percaya takdir, berbuatlah sesuka hati yg menurutmu nyaman..
Kalo nyaman sholat..ya sholat
Kalo nyaman ga sholat.. Ya ga usah sholat, toh wis ada takdir
Kalo nyaman berbuat baik.. Ya berbuat baiklah..
Tapi kalo nyaman berbuat jahat, mencuri, ngrampok, memperkosa, bandar/pemakai narkoba, mabuk2an... Ya lakukan aja
Kalo wis ditakdirkan masuk sorga, biarpun 99.999 % masa hidupnya jahat, sisa hhidup yg terakhir pasti dibuat spy masuk syuuurga (kata muhammad seh.....)
jadi kesimpulan utk yg percaya takdir:
1. Berhentilah meminta sesuatu dgn doa, krn ga ada gunanya. (berdoa atopun ga berdoa, kalo ditakdirkan punya ya pasti punya, kalo ditakdirkan ga punya ya ga bakalan punya)
2. Berbuatlah sesukamu bin senyamanmu, krn perbuatanmu ga akan ngaruh.., lha wong wis ditakdirkan... Mau gemana lagi hi...hi...hi...hi...
Mirror 1: Berusaha memahami takdir
Follow Twitter: @ZwaraKafir
kuisa wrote:“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." Q. 40: 60.

Ya, itu memang perintah allah swt ke muslim utk berdoa..
Tapi perintah itu adalah perintah paling dongok
Lha wong wis ada takdir, kog masih disuruh berdoa..
Dgn konsep takdir, utk apa lg berdoa! Mau berdoa ato ga berdoa, ga ngaruh
Memang allah swt itu sembahan paling dongok.. Hi...hi..

supaya tambah jelas, simaklah kisah berikut ini
- Sebelum murid2 SMA yg baru masuk di tahun ajaran yg baru, kepala sekolah wis menetapkan
Murid A juara 1
murid B juara menyanyi
Murid C pemenang kontes putri
Murid bernama kuisa akan dihukum dan akhirnya drop out.
Murid bernama mamad juga akan dihukum dan ga akan lulus SMA
-tahun ajaranpun dimulai
-eh..kepala sekolah memberi perintah kepada seluruh murid, agar meminta kepadanya spy diberi nilai yg bagus, prestasi yg baik dan lulus SMA
Hi..hi..
Kepala sekolahnya dongok bukan?
Kalo ga dongok berarti doi penipu!

Masihkah ada gunanya si kuisa dan mamat meminta ke kepala sekolah agar menjadi juara 1, berprestasi dan lulus SMA?
Mau minta sampe mencretpun ga bakalan bisa, lha wong wis ditetapkan drop out dan ga lulus..!
Gitu juga murid A, ga ada gunanya minta sama kepala sekolah, berbuat sesuka hati aja, pasti doi juara 1
Hi..hi..
Ingat ya, point nya : JIKA ADA TAKDIR, UNTUK APA MANUSIA BERDOA??????????????????????
HI..HI..HI
Mirror 1: Berusaha memahami takdir
Follow Twitter: @ZwaraKafir
kuisa
Posts: 706
Joined: Mon May 05, 2014 12:33 pm

Re: Berusaha memahami takdir

Post by kuisa »

Kuisa wrote:Allah SWT tahu dia akan membangkang :goodman:
NYFGbY wrote:Tau dari mana? Diciptakan aja belom.
la iya, namanya preview kan belum di submite
Utbahbinabuwaqqash wrote:Takdir...oh... takdir..
TS ga bisa membuat definisi takdir..
Bagi yg mempercayai takdir, saya sarankan mulai saat ini jamgan pernah mempercayai doa doa kalian
Karena dgn adanya takdir, doa ga ada gunanya, lha wong sdh ada takdir, ada rahasia takdir yg ga dimengerti manusia (katanya seh..) hi..hi..
Tapi kalo berdoa utk kenyamanan diri krn wis terbiasa berdoa seh ga papa..
Pokoke bg yg percaya takdir, berbuatlah sesuka hati yg menurutmu nyaman..
Kalo nyaman sholat..ya sholat
Kalo nyaman ga sholat.. Ya ga usah sholat, toh wis ada takdir
Kalo nyaman berbuat baik.. Ya berbuat baiklah..
Tapi kalo nyaman berbuat jahat, mencuri, ngrampok, memperkosa, bandar/pemakai narkoba, mabuk2an... Ya lakukan aja
Kalo wis ditakdirkan masuk sorga, biarpun 99.999 % masa hidupnya jahat, sisa hhidup yg terakhir pasti dibuat spy masuk syuuurga (kata muhammad seh.....)
jadi kesimpulan utk yg percaya takdir:
1. Berhentilah meminta sesuatu dgn doa, krn ga ada gunanya. (berdoa atopun ga berdoa, kalo ditakdirkan punya ya pasti punya, kalo ditakdirkan ga punya ya ga bakalan punya)
2. Berbuatlah sesukamu bin senyamanmu, krn perbuatanmu ga akan ngaruh.., lha wong wis ditakdirkan... Mau gemana lagi hi...hi...hi...hi...
Mirror 1: Berusaha memahami takdir
Follow Twitter: @ZwaraKafir
kuisa wrote:“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." Q. 40: 60.
Utbahbinabuwaqqash wrote:Ya, itu memang perintah allah swt ke muslim utk berdoa..
Tapi perintah itu adalah perintah paling dongok
Lha wong wis ada takdir, kog masih disuruh berdoa..
Dgn konsep takdir, utk apa lg berdoa! Mau berdoa ato ga berdoa, ga ngaruh
Memang allah swt itu sembahan paling dongok.. Hi...hi..

supaya tambah jelas, simaklah kisah berikut ini
- Sebelum murid2 SMA yg baru masuk di tahun ajaran yg baru, kepala sekolah wis menetapkan
Murid A juara 1
murid B juara menyanyi
Murid C pemenang kontes putri
Murid bernama kuisa akan dihukum dan akhirnya drop out.
Murid bernama mamad juga akan dihukum dan ga akan lulus SMA
-tahun ajaranpun dimulai
-eh..kepala sekolah memberi perintah kepada seluruh murid, agar meminta kepadanya spy diberi nilai yg bagus, prestasi yg baik dan lulus SMA
Hi..hi..
Kepala sekolahnya dongok bukan?
Kalo ga dongok berarti doi penipu!

Masihkah ada gunanya si kuisa dan mamat meminta ke kepala sekolah agar menjadi juara 1, berprestasi dan lulus SMA?
Mau minta sampe mencretpun ga bakalan bisa, lha wong wis ditetapkan drop out dan ga lulus..!
Gitu juga murid A, ga ada gunanya minta sama kepala sekolah, berbuat sesuka hati aja, pasti doi juara 1
Hi..hi..
Ingat ya, point nya : JIKA ADA TAKDIR, UNTUK APA MANUSIA BERDOA??????????????????????
HI..HI..HI
Mirror 1: Berusaha memahami takdir
Follow Twitter: @ZwaraKafir
Karena setiap orang tidak mengetahui takdir apa yang menantinya, setiap orang akan dipermudah menuju takdirnya masing2.

Hadis riwayat Imran bin Hushain ra., ia berkata:
Rasulullah saw. ditanya: Wahai Rasulullah! Apakah sudah diketahui orang yang akan menjadi penghuni surga dan orang yang akan menjadi penghuni neraka? Rasulullah saw. menjawab: Ya. Kemudian beliau ditanya lagi: Jadi untuk apa orang-orang harus beramal? Rasulullah saw. menjawab: Setiap orang akan dimudahkan untuk melakukan apa yang telah menjadi takdirnya. (Shahih Muslim No.4789)

Si kepala sekolah bisa saja diganti tiba2 sebelum raport dibagikan, atau ada suatu kejadian yang menyebabkan si kepala sekolah yg bersangkutan menyadari kekeliruannya. :goodman:
Post Reply