simplyguest wrote:Disalahgunakan gimana?
Anda mau mewek2 minta jangan menggunakan kata "terbatas", tetap saja "mustahil memiliki sesuatu" itu artinya "terbatas".
Anda ini seperti terdakwa kasus korupsi aja yang mewek2 gak mau kalo tindakannya dibilang "mencuri".
Allah SWT tidak punya kemampuan untuk memiliki sebuah sifat, bahkan MUSTAHIL bisa memiliki sebuah sifat => Allah SWT TERBATAS.kuisa wrote:Karena yg dibahas adalah sifat/karakter/kepribadian bukan kemampuan atau tindakan, maka kata "terbatas" tidak layak digunakan.
Sama tuh.
kuisa wrote:Ini aja kesimpulannya, tidak ambigu:
kemustahilan terhadap suatu sifat bukanlah menunjukkan ketidakbisaan melakukan sesuatu.
simplyguest wrote:Tetap saja kalau dianggap Allah SWT itu mustahil memiliki satu sifat, berarti Allah SWT itu memang terbatas kan?
Dari kata2 awal "Si A mustahil memiliki sifat jahat" saja sudah menunjukkan bahwa ada keterbatasan yang dimiliki oleh si A.
Si A terbatas karena dia TIDAK BISA, bahkan MUSTAHIL memiliki sebuah sifat.
Jangan lalu cuma mewek2 gak mau pake kata "terbatas", kalau memang seperti itulah konsekuensi logikanya.
Ya kan bu?
Muslim coro. Gak bisa bantah lalu cuma bacot sama mewek2 minta penggunaan kata diganti.kuisa wrote:Ga usah ngeyel kamu.
"Korupsi" ya tetap aja artinya "mencuri".
"Tidak bisa memiliki" ya tetap aja artinya "terbatas".
kuisa wrote:lebih tepatnya Si A mustahil memiliki sifat jahat, tapi bukanlah menunjukkan bahwa si A tidak bisa melakukan perbuatan yang dianggap jahat.
simplyguest wrote:Lalu kata tambahan "dianggap" itu saya belum ngeh maksudnya. Dianggap oleh siapa?
Perbuatan yang manusia anggap jahat itu dianggap jahat juga tidak oleh Allah SWT?kuisa wrote:Dianggap oleh penilai dalam hal ini kita/manusia.
simplyguest wrote:Sudah paham dari kemaren2 kok.
Allah SWT menetapkan pilihan si mahluk itu duluan sebelum si mahluk mengambil pilihannya.
Tentu saja si mahluk tidak akan bisa melawan ketetapan penciptanya yang sudah ditetapkan duluan.
Setuju bu?
"Akan" itu berarti sudah terjadi atau belum?kuisa wrote:Kalau saya suruh pahami lagi berarti kamu belum paham, jadi murid jangan membantah mulu.
Allah Maha Mengetahui, tidak terikat waktu, Dia mengetahui apa yang akan menjadi pilihan si A, B, C dst.
Berangkat dari pengetahuan itu maka ketetapan ditetapkan.
Duluan mana kejadiannya? "Ketetapan" atau yang "akan"?
kuisa wrote:PR
1. Apakah manusia bisa mendapatkan/membuat/membangun apa yang dia inginkan tanpa usaha?
2. Apakah semua keinginan/rencanamu sampai hal2 terkecil selalu terwujud/terjadi?
1. Bisa ya, bisa tidak.
2. Tidak selalu.
Oke deh.kuisa wrote:ok, untuk no.1 "mendapatkan" mungkn bisa ya, tapi membuat/membangun sesuatu tidak bisa, karena kalau orang lain yang buatkan/bangunkan itu artinya bukan dia yang buat/bangun.
NGAWOR.kuisa wrote:Ini adalah sebuah variabel dari penetapan takdir, ada kehendak dan usaha yang dilakukan si makhluk.
Bahkan sebuah usaha yang sungguh2 bisa saja tidak terwujud karena ada variabel lain yang menghalangi, inilah rahasia takdir.
Manusia berusaha, lalu usahanya terwujud, itu bukan merupakan variabel bukti bahwa ada takdir yang meluluskannya.
Manusia berusaha, tapi tidak terwujud, itu juga bukan merupakan variabel bukti bahwa ada takdir yang menghalanginya.
Logika yang anda pakai ini adalah Fallacy. Namanya fallacy appeal to possibility/probability.
Saya kasih contoh :
A : Saya meyakini bahwa anak saya yang hilang itu karena diculik alien.
B : Belum tentu dong. Bisa aja diculik manusia biasa, kesasar, kecelakaan, dll.
A : Tapi faktanya anak saya hilang atau tidak?
B : Hilang.
A : Faktanya anak saya masih ada di sini atau tidak?
B : Tidak ada.
A : Nah, itulah variabel bukti bahwa alien lah yang menculik anak saya.
B : .................. logika bahlul neng.........
Ada yang salah tidak dari logika si A di atas?
Mirror 1: tetap saja "mustahil memiliki sesuatu" itu artinya "terbatas"
Follow Twitter: @ZwaraKafir