“Roti” Demokrasi: Dinajiskan, Tapi Dijilat Juga
By me
Inilah fenomena yang nyata-nyata terjadi pada tokoh-tokoh “mujahidin”, khususnya di Indonesia. Dengan keyakinan yang teguh akan ideologi Islam, mereka menolak demokrasi dan menajiskannya. Dalam keyakinan mereka, demokrasi adalah ideologi thagut “buatan manusia”, yang bersifat kafir lagi sesat dan menyesatkan. Tidak membawa manfaat apa-apa selain kerusakan di muka bumi, dan harus segera digantikan dengan yang mereka sebut “sistem Tuhan” yang “lebih benar”.
Ada satu hal yang kurang disadari (dan kurang disyukuri) oleh kelompok-kelompok jumud macam mereka, yaitu bahwa aktivitas ideologis mereka, sebagaimana dipropagandakan melalui selebaran-selebaran, website, atau ceramah-ceramah, dapat berlangsung aman dan bebas justru akibat iklim demokratis yang ada di Indonesia, khususnya pasca tumbangnya rezim Soeharto. Tanpa adanya iklim demokratis yang bebas, mustahil mereka bisa melakukan propaganda seperti itu. Fauzan Al-Anshori dalam wawancaranya dengan majalah Syir’ah edisi April 2004, pernah menyatakan bahwa meskipun menurutnya demokrasi itu “kafir dan najis”, tapi ia mengakui masih ada manfaatnya, yaitu adanya kebebasan berbicara. Pernyataan apa yang lebih memalukan dari pernyataan Fauzan tersebut?
Parahnya, walau sudah mencecap nikmatnya kebebasan berbicara, seringkali kelompok macam ini tidak mau menghargai hak orang untuk melakukan hal yang sama, yakni bebas berbicara. Contoh kecil tahun 2003, Ulil Abshar Abdalla difatwa mati oleh Forum Ulama Umat Islam Bandung hanya karena sebuah artikel yang ia tulis di harian Kompas.
“Kebebasan berbicara” adalah bagian dari demokrasi. Jika Fauzan merasa bahwa ia mencatut keuntungan dari “bagian ideologi kafir” tersebut, bukankah sama dengan ia menjilat dan mencecap nikmatnya daging babi? Bukankah jika jelas “najis”, maka seharusnya ia tidak mencecap sedikitpun dari “barang najis” tersebut? Tetapi nampaknya orang macam Fauzan akan terus menggeluti paradoks ini dalam pemikirannya: bahwa kampanye sebuah ideologi yang “menajiskan demokrasi”, tetap akan selalu membutuhkan iklim yang demokratis. []
Kunjungi:
http://ishaputra.multiply.com/journal/item/43
“Roti” Demokrasi: Dinajiskan, Tapi Dijilat Juga
- MaNuSiA_bLeGuG
- Posts: 4292
- Joined: Wed Mar 05, 2008 2:08 am
- Location: Enies Lobby
- Philadelphia
- Posts: 435
- Joined: Wed Jul 30, 2008 9:37 am
- Location: Lagi nyari Indomie "Special Chicken Flavour".
Fauzan ini orangnya ramah, alim dan berwibawa.Fauzan Al-Anshori dalam wawancaranya dengan majalah Syir’ah edisi April 2004, pernah menyatakan bahwa meskipun menurutnya demokrasi itu “kafir dan najis”, tapi ia mengakui masih ada manfaatnya, yaitu adanya kebebasan berbicara. Pernyataan apa yang lebih memalukan dari pernyataan Fauzan tersebut?