Berbagai jenis kebenaran

User avatar
qprim
Posts: 259
Joined: Wed Nov 09, 2005 4:01 pm

Re: Berbagai jenis kebenaran

Post by qprim »

Luar biasa =D>. Thread ini sangat bermanfaat. Baik untuk diskusi di sini maupun utk teman2 yang 'turun gunung'. Good job, brothers :supz:
Mirror 1: Berbagai jenis kebenaran
Follow Twitter: @ZwaraKafir
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Berbagai jenis kebenaran

Post by Kibou »

rahimii wrote:Izin mengganggu lagi bro kibou..hanya menambahkan sedikit.

Sains beroperasi dengan metode induksi. Metode induktif itu sendiri menyangkut pencarian hal-hal dalam realita dunia kita dan menarik kesimpulan umum tentang hal-hal tersebut berdasarkan pengamatan. Para ilmuwan hanya bisa menarik kesimpulan tentang apa yang mereka temukan, bukan pada apa yang mereka tidak dapat temukan.
Sains pada dasarnya tidak pernah mampu membuktikan tentang ketiadaan sesuatu. Sebagai contoh, dapatkah sains membuktikan bahwa naga terbang tidak ada? Bagaimana mungkin sains pernah membuktikan bahwa naga terbang tidak ada? Yang sains bisa lakukan adalah mengatakan bahwa para ilmuwan mungkin telah mencari naga terbang untuk waktu yang lama dan tidak pernah menemukan apapun. Oleh karena itu mereka dapat menyimpulkan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan untuk percaya bahwa naga terbang ada. Mereka mungkin menunjukkan bagaimana fakta-fakta tertentu dianggap sebagai bukti untuk naga terbang di masa lalu dapat dijelaskan secara memadai oleh hal-hal lain. Tetapi para ilmuwan tidak pernah bisa membuktikan bahwa naga terbang itu sendiri tidak ada lewat metode sains. Satu-satunya cara orang dapat mengatakan dengan pasti hal-hal tertentu tidak ada, bukan dengan menggunakan metode induktif, tetapi dengan menggunakan metode deduktif, dengan menunjukkan bahwa ada sesuatu tentang konsep itu sendiri yang bertentangan.

Kita dengan yakin bisa mengatakan dengan pasti bahwa tidak ada lingkaran yang persegi ada. Mengapa? Bukan karena kita sudah mencari di seluruh alam semesta untuk memastikan bahwa tidak ada lingkaran persegi bersembunyi di balik bintang di suatu tempat. Tidak, kita tidak perlu menyelidiki seluruh dunia untuk menjawab pertanyaan itu. Konsep lingkaran persegi memerlukan gagasan kontradiktif, dan karena itu tidak dapat menjadi nyata. Sesuatu tidak bisa menjadi persegi dan melingkar (lalu disebut persegi) pada waktu yang sama. Sesuatu tidak bisa menjadi lingkaran dan persegi (lalu disebut lingkaran) pada waktu yang sama. Oleh karena itu, lingkaran yang persegi tidak bisa eksis. Hukum rasionalitas (khususnya hukum non-kontradiksi) mengecualikan kemungkinan keberadaan sesuatu yang seperti itu.

Ini berarti, dengan kata laina, bahwa semua pengetahuan induktif adalah kontingen. Tidak ada orang yang bisa mengetahui segala sesuatu secara induktif dengan kepastian yang mutlak. Metode induktif memberikan kita pengetahuan yang hanya mungkin benar. Ilmu pengetahuan, oleh karena itu, tidak bisa memastikan tentang apa pun secara mutlak. Sains hanya dapat memberikan tingkat kepercayaan yang tinggi didasarkan pada bukti yang menguatkan kesimpulan ilmiah, tetapi metode sains itu sendiri tidak dapat menyediakan kemestian atau kemutlakan yang pasti.
Terima kasih Bro rahimii. Saya coba ringkas yah.

Metode deduktif beranjak dari apa yang umum (general) untuk menghasilkan kesimpulan yang khusus (particular).
Contoh:

1. Semua orang yang diampuni pernah melakukan kesalahan.
2. Kibou diampuni.
Maka:
3. Kibou pernah melakukan kesalahan.

(Catatan: melakukan kesalahan adalah necessary condition untuk pengampunan. Siapa yang tidak pernah salah tidak perlu diampuni). Jika premis 1 dan 2 benar, maka kesimpulannya juga benar. Dalam argumen deduktif yang valid, kebenaran premis menjamin kebenaran kesimpulan.

Metode induktif beranjak dari apa yang khusus untuk menghasilkan kesimpulan yang umum.
Contoh:

1. Balok emas yang ditaruh di permukaan air, tenggelam.
2. Balok timah yang ditaruh di permukaan air, tenggelam.
3. Balok tembaga yang ditaruh di permukaan air, tenggelam.
4. Balok besi yang ditaruh di permukaan air, tenggelam.
5. Emas, timah, tembaga, besi adalah jenis logam.
Maka
6. Balok logam yang ditaruh di permukaan air, tenggelam.

Karena manusia sepertinya belum menemukan semua jenis logam (siapa tahu di galaksi lain ada logam-logam yang tidak dikenal manusia) maka kesimpulan 6 sifatnya belum pasti. Dalam argumen induktif yang valid, kebenaran premis belum tentu menjamin kebenaran kesimpulan.
Mirror 1: Berbagai jenis kebenaran
Follow Twitter: @ZwaraKafir
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Berbagai jenis kebenaran

Post by Kibou »

Qorma 2 biji wrote:Bro2 Kibou,
saya numpang nimbrung yah...
Selamat datang Bro Qorma. Senang anda bisa memberikan sumbangan pemikiran.
Qorma 2 biji wrote:dalam menguji/analisa kebenaran (TRUE) sederhananya bisa digunakan dengan simpliest logic. dimana TRUE tidak akan bisa berjalan bersama dengan FALSE.
Qorma 2 biji wrote: saya secara pribadi lebih suka menggunakan prinsip logika konjungsi BOOLEAN by George Boole
True + True + True = TRUE
True + True + False = FALSE
Hasil konjungsi adalah benar jika semua variabel proposisinya benar; jika tidak, hasilnya adalah salah.

dengan mengutip analogi dari bro rahimi sebagai contoh kasusnya yang sudah cukup gamblang dan jelas disampaikan. Bisa kita analisa dengan sederhana dimana nilai True tidak bisa berdampingan dengan nilai yang kontra, yaitu FALSE. karena itu akan menggugurkan nilai True.
Kalau kita mengingat masa duduk di bangku sekolah dasar, tentunya kita ingat belajar mengenai himpunan (set). Misalnya, ada himpunan hewan-hewan yang menyusui, di mana gajah masuk ke dalam himpunan tersebut.

Himpunan bisa juga mengandung pernyataan-pernyataan. Dan isi himpunan tidak mutlak harus menggunakan kriteria tertentu untuk menentukan hal-hal apa saja yang bisa menjadi anggota (member) dari himpunan tersebut. Jadi bisa saja ada himpunan yang nilai dari anggota-anggotanya berbeda-beda, ada yang True, ada yang False.

Suatu himpunan pernyataan (set of propositions) dikatakan True, jika dan hanya jika (if and only if) semua anggotanya memiliki nilai True. Kalau ada satu saja anggotanya yang memiliki nilai False, maka himpunan pernyataan tersebut dikatakan False.

Jadi suatu dunia kemungkinan bisa dikatakan sebagai himpunan state of affairs yang maximal/lengkap dan konsisten (tidak ada kontradiksi antara anggota-anggota himpunan tersebut).
Mirror 1: Berbagai jenis kebenaran
Follow Twitter: @ZwaraKafir
rahimii
Posts: 311
Joined: Sun Mar 06, 2011 6:33 pm

Re: Berbagai jenis kebenaran

Post by rahimii »

Salam hormat buat sobat semua. Terimakasih khusus untuk bro kibou yang sudah mengizinkan saya mengotori tritnya. Kita lanjut..

Berdasarkan cara beroperasinya sains, mungkin kita bisa melangkah lebih jauh untuk mencari kebenaran lain, misalnya tentang kebenaran TUHAN. Apakah kemudian kepercayaan atau keyakinan kepada sosok transenden yang kita sebut Tuhan itu menjadi tidak objektif secara sains? Apakah menaklukkan intelektualitas kita kepada kepercayaan akan adanya Tuhan memalukan dari sisi sains? Beberapa orang mengambil posisi bahwa jika ilmu pengetahuan tidak memberi kita alasan untuk percaya pada sesuatu, maka tidak masuk akal untuk mempercayainya. Itu hanya asumsi saintisme palsu. Jangan pernah mengakui gagasan bahwa ilmu pengetahuan adalah satu-satunya metode yang tersedia untuk belajar hal-hal tentang dunia ini. Ada hal-hal yang kita tahu itu benar, yang kita tidak dapat tahu bahwa itu benar bahkan melalui pengujian empiris dan panca indera, yang kita bisa ketahui dengan cara lain. Sains tampaknya memberi kita kebenaran, atau kemungkinan benar, informasi tentang dunia, dan menggunakan teknik yang tampaknya dapat diandalkan. Namun, ilmu pengetahuan bukanlah satu-satunya cara untuk memberikan kita informasi yang benar tentang dunia; metodologinya membatasi sains itu sendiri secara signifikan.

Beberapa orang akan mengatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah satu-satunya cara untuk menentukan apa yang benar (satu-satunya sumber pengetahuan objektif). Tapi ini adalah contoh dari sebuah pernyataan yang gagal melewati ujiannya sendiri. Jika pernyataan itu benar, maka itu harus ditentukan secara ilmiah. Tapi bagaimana bisa ditetapkan secara ilmiah bahwa sains adalah mutlak untuk menentukan apa yang benar? Orang yang berkoar-koar seperti itu, sebenarnya hanya menunjukkan kebingungannya tentang sifat hakiki dari apa yang mereka sebut penjelasan ilmiah.

Apa yang kita maksud dengan "sifat" penjelasan ilmiah? Persis bagaimana ilmu pengetahuan menjelaskan gravitasi? Yah, itu hanya menggambarkan secara menakjubkan dari sisi matematis efek gravitasi dan bagaimana benda berperilaku ketika mengalami gaya gravitasi. Tapi apa sebenarnya gravitasi? Bagaimana dengan energi? Kita bisa mengukurnya, menghitungnya, memprediksinya, menjelaskan bagaimana itu dibuat dan digunakan, tapi apakah sebenarnya energi? Kita tahu energi adalah kekuatan, namun tidak ada yang tahu apa sebenarnya energi. Kita harus ingat bahwa ada perbedaan antara penjelasan fungsi dan penjelasan tujuan. Bahkan anak-anak sekolah tahu bedanya ketika diminta untuk memilih antara prinsip-prinsip rekayasa otomotif dan cara kerja mesin pembakaran internal atau Henry Ford ketika menjelaskan eksistensi mobil Model T.

Sebuah contoh klasik dari jenis kebingungan ini adalah pernyataan Stephen Hawking : "Karena ada hukum gravitasi, alam semesta dapat dan akan menciptakan dirinya sendiri dari ketiadaan." Proposisi tersebut tidak tepat, karena adanya hukum gravitasi sebagai prasyarat alam semesta menciptakan dirinya sendiri dari ketiadaan, menggugurkan kondisi ketiadaan (nothingness) bagi alam semesta untuk menciptakan dirinya dari ketiadaan. Artinya, berdasarkan pernyataan diatas, untuk dapat muncul dari ketiadaan, telah disyaratkan hukum gravitasi harus ada lebih dulu disana. Jadi validitas sains akan pernyataan ketiadaan itu bagaimana penjelasannya? Oleh karenanya, argument sains bahwa alam semesta terjadi begitu saja dari ketiadaan gugur dengan sendirinya. Ianya pasti diciptakan. Pencipta yang tak tersentuh oleh sains inilah yang saya sebut sebagai TUHAN. IMHO..
Mirror 1: Berbagai jenis kebenaran
Follow Twitter: @ZwaraKafir
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Berbagai jenis kebenaran

Post by Kibou »

qprim wrote:Luar biasa =D>. Thread ini sangat bermanfaat. Baik untuk diskusi di sini maupun utk teman2 yang 'turun gunung'. Good job, brothers :supz:
Waduh, Bro qprim udah join dari 2005, saya join dari 2008. Kalau bahasa kampus saya dulu, saya masih botak, Bro qprim udah gondrong. Salam hormat buat senior!

Di awal thread saya pernah katakan bahwa dunia kemungkinan yang aktual hanya satu, yaitu dunia kita ini. Dari mana kita bisa tahu bahwa dunia kemungkinan yang aktual hanya bisa satu dan tidak lebih dari satu?

Karena hukum logika non-kontradiksi. Tidak ada pernyataan yang secara aktual True sekaligus False.

Misalkan ada pernyataan:

p = Duladi adalah senior IFF (True di dunia aktual)

dan kontradiksinya:

~p = Duladi bukan senior IFF (False di dunia aktual)

Tentu saja dalam dunia kita (dunia aktual) p dan ~p tidak bisa True bersamaan. Tapi kita bisa bayangkan dunia kemungkinan, sebut saja x, di mana ~p bernilai True dan p bernilai False.

Jika x aktual, maka tentu saja terjadi kontradiksi dengan dunia kita di mana p bernilai True dan ~p bernilai False. Itulah sebabnya dikatakan hanya ada satu dunia kemungkinan yang aktual, yaitu dunia kita. Sisanya hanyalah kemungkinan.

Lalu bagaimana dengan teori multiverse? Setahu saya ada lebih dari satu teori multiverse, jadi saya hanya akan membahas teori yang saya kenal. Ada teori yang mengatakan bahwa alam semesta itu ada lebih dari satu. Alam semesta kita hanyalah satu dari banyak sekali kumpulan alam semesta. Bukankah ini menciptakan paradoks karena sepertinya melanggar hukum non-kontradiksi?

Sebenarnya sih bukan paradoks. Perlu ditekankan bahwa istilah dunia kemungkinan itu amat luas lingkupnya, melebihi luasnya lingkup alam semesta. Jadi kita bisa membayangkan dunia kemungkinan di mana hanya ada satu alam semesta, dan ada juga dunia kemungkinan di mana ada alam semesta dalam jumlah yang tidak terhingga.

Paradoks mungkin timbul kalau kita mencampur aduk konsep logika seperti dunia kemungkinan dengan konsep fisika seperti multiverse. Logika dan fisika memiliki lingkupan yang berbeda.

Jika kita membayangkan diri kita dari sudut pandang dunia kemungkinan (logika modalitas), kita bisa membayangkan diri kita memiliki atribut (properties) yang berbeda di dunia kemungkinan yang lain. Misalnya, ada dunia kemungkinan di mana Kibou itu ganteng seperti Brad Pitt. Dalam logika modalitas, atribut-atribut non-esensial yang dimiliki oleh suatu entitas (misalnya Kibou) bisa berubah-ubah dari satu dunia kemungkinan ke dunia kemungkinan yang lain. Identitas dari suatu entitas ditentukan oleh atribut-atribut esensial yang dimiliki oleh entitas tersebut. Suatu atribut dikatakan esensial pada suatu entitas jika dan hanya jika atribut tersebut menyertai entitas tersebut di setiap dunia kemungkinan di mana entitas itu ditemukan.

Jika memang benar bahwa kita berada dalam dunia kemungkinan di mana ada lebih dari satu alam semesta, maka semua alam semesta tersebut bisa dikatakan aktual. Tapi untuk menghindari pelanggaran hukum non-kontradiksi, kita mengambil kesimpulan bahwa Kibou di alam semesta kita, bukanlah entitas yang sama dengan "Kibou" di alam semesta yang lain (dengan asumsi ada alam semesta di mana ditemukan mahluk yang mirip sekali dengan Kibou).

Untuk mempermudah:

Dalam lingkup logika modalitas kita bisa katakan:

Ada dunia kemungkinan di mana Kibou itu ganteng seperti Brad Pitt.

Dalam lingkup multiverse kita bisa katakan:

Dari satu alam semesta ke alam semesta yang lain, bisa saja ada mahluk-mahluk yang memiliki kemiripan, walaupun mahluk-mahluk yang mirip tersebut bukanlah entitas yang sama.
Mirror 1: Berbagai jenis kebenaran
Follow Twitter: @ZwaraKafir
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Berbagai jenis kebenaran

Post by Kibou »

rahimii wrote: Sebuah contoh klasik dari jenis kebingungan ini adalah pernyataan Stephen Hawking : "Karena ada hukum gravitasi, alam semesta dapat dan akan menciptakan dirinya sendiri dari ketiadaan." Proposisi tersebut tidak tepat, karena adanya hukum gravitasi sebagai prasyarat alam semesta menciptakan dirinya sendiri dari ketiadaan, menggugurkan kondisi ketiadaan (nothingness) bagi alam semesta untuk menciptakan dirinya dari ketiadaan. Artinya, berdasarkan pernyataan diatas, untuk dapat muncul dari ketiadaan, telah disyaratkan hukum gravitasi harus ada lebih dulu disana. Jadi validitas sains akan pernyataan ketiadaan itu bagaimana penjelasannya? Oleh karenanya, argument sains bahwa alam semesta terjadi begitu saja dari ketiadaan gugur dengan sendirinya. Ianya pasti diciptakan. Pencipta yang tak tersentuh oleh sains inilah yang saya sebut sebagai TUHAN. IMHO..
Terima kasih sumbangannya Bro.

Stephen Hawking memang begitu orangnya, senang membuat klaim-klaim yang bombastis. Hal ini pernah disinggung oleh Roger Penrose, teman dekat Hawking yang juga fisikawan terkemuka (pernah saya singgung di trit Perjalanan Spiritual netter Kibou).

Hawking sangat terobsesi dengan Grand Unification Theory atau Theory of Everything. Maksudnya teori yang bisa menggabungkan hukum fisika klasik + relativitas Einstein dengan hukum fisika quantum. Maka muncullah banyak kandidat teori-teori yang mengemban ambisi ini, misalnya String Theory dan belakangan M-Theory.

Masalahnya string theories ini sifatnya amat sangat spekulatif sehingga lebih mirip teori metafisika ketimbang teori fisika. Apalagi belum dikonfirmasi melalui pengamatan empiris. Sempat ada harapan eksperimen CERN akan membuktikan kebenaran string theory, tapi hingga saat ini tidak demikian (yang ada malah membuat kemungkinan kebenaran string theory makin kecil).

Mengenai claim Hawking:

Karena ada hukum gravitasi, alam semesta dapat dan akan menciptakan dirinya sendiri dari ketiadaan.

Pernyataan di atas ambigu, karena apa yang dimaksud Hawking sebagai "ketiadaan" tidak identik dengan "absolute nothing". Seperti Bro rahimii sudah cermati, hukum gravitasi itu sendiri adalah "something", dan bukan "nothing".

Ahli dalam bidang fisika, belum tentu ahli dalam bidang filosofis, dan juga sebaliknya.
Mirror 1: Berbagai jenis kebenaran
Follow Twitter: @ZwaraKafir
User avatar
AlQuranKitabPalsu
Posts: 35
Joined: Fri Jun 27, 2014 12:00 pm

Re: Berbagai jenis kebenaran

Post by AlQuranKitabPalsu »

Om Kibou KEREN BANGET SIH Penjelasannya =D>
Salam Kenal Om Kibou :)
Mirror 1: Berbagai jenis kebenaran
Follow Twitter: @ZwaraKafir
rahimii
Posts: 311
Joined: Sun Mar 06, 2011 6:33 pm

Re: Berbagai jenis kebenaran

Post by rahimii »

kibou wrote:Di awal thread saya pernah katakan bahwa dunia kemungkinan yang aktual hanya satu, yaitu dunia kita ini. Dari mana kita bisa tahu bahwa dunia kemungkinan yang aktual hanya bisa satu dan tidak lebih dari satu?

Karena hukum logika non-kontradiksi. Tidak ada pernyataan yang secara aktual True sekaligus False.

Misalkan ada pernyataan:

p = Duladi adalah senior IFF (True di dunia aktual)

dan kontradiksinya:

~p = Duladi bukan senior IFF (False di dunia aktual)

Tentu saja dalam dunia kita (dunia aktual) p dan ~p tidak bisa True bersamaan. Tapi kita bisa bayangkan dunia kemungkinan, sebut saja x, di mana ~p bernilai True dan p bernilai False.

Jika x aktual, maka tentu saja terjadi kontradiksi dengan dunia kita di mana p bernilai True dan ~p bernilai False. Itulah sebabnya dikatakan hanya ada satu dunia kemungkinan yang aktual, yaitu dunia kita. Sisanya hanyalah kemungkinan.

Lalu bagaimana dengan teori multiverse? Setahu saya ada lebih dari satu teori multiverse, jadi saya hanya akan membahas teori yang saya kenal. Ada teori yang mengatakan bahwa alam semesta itu ada lebih dari satu. Alam semesta kita hanyalah satu dari banyak sekali kumpulan alam semesta. Bukankah ini menciptakan paradoks karena sepertinya melanggar hukum non-kontradiksi?

Sebenarnya sih bukan paradoks. Perlu ditekankan bahwa istilah dunia kemungkinan itu amat luas lingkupnya, melebihi luasnya lingkup alam semesta. Jadi kita bisa membayangkan dunia kemungkinan di mana hanya ada satu alam semesta, dan ada juga dunia kemungkinan di mana ada alam semesta dalam jumlah yang tidak terhingga.

Paradoks mungkin timbul kalau kita mencampur aduk konsep logika seperti dunia kemungkinan dengan konsep fisika seperti multiverse. Logika dan fisika memiliki lingkupan yang berbeda.

Jika kita membayangkan diri kita dari sudut pandang dunia kemungkinan (logika modalitas), kita bisa membayangkan diri kita memiliki atribut (properties) yang berbeda di dunia kemungkinan yang lain. Misalnya, ada dunia kemungkinan di mana Kibou itu ganteng seperti Brad Pitt. Dalam logika modalitas, atribut-atribut non-esensial yang dimiliki oleh suatu entitas (misalnya Kibou) bisa berubah-ubah dari satu dunia kemungkinan ke dunia kemungkinan yang lain. Identitas dari suatu entitas ditentukan oleh atribut-atribut esensial yang dimiliki oleh entitas tersebut. Suatu atribut dikatakan esensial pada suatu entitas jika dan hanya jika atribut tersebut menyertai entitas tersebut di setiap dunia kemungkinan di mana entitas itu ditemukan.

Jika memang benar bahwa kita berada dalam dunia kemungkinan di mana ada lebih dari satu alam semesta, maka semua alam semesta tersebut bisa dikatakan aktual. Tapi untuk menghindari pelanggaran hukum non-kontradiksi, kita mengambil kesimpulan bahwa Kibou di alam semesta kita, bukanlah entitas yang sama dengan "Kibou" di alam semesta yang lain (dengan asumsi ada alam semesta di mana ditemukan mahluk yang mirip sekali dengan Kibou).

Untuk mempermudah:

Dalam lingkup logika modalitas kita bisa katakan:

Ada dunia kemungkinan di mana Kibou itu ganteng seperti Brad Pitt.

Dalam lingkup multiverse kita bisa katakan:

Dari satu alam semesta ke alam semesta yang lain, bisa saja ada mahluk-mahluk yang memiliki kemiripan, walaupun mahluk-mahluk yang mirip tersebut bukanlah entitas yang sama.
Mirror 1: Berbagai jenis kebenaran
Follow Twitter: @ZwaraKafir
Konsep multiverse dilatarbelakangi oleh semangat untuk mencari pemecahan satu dari misteri terbesar ilmu pengetahuan modern, yakni mengapa dunia atom berperilaku begitu berbeda dalam dunia keseharian kita? Teori yang menjelaskan atom dan konstituen mereka adalah mekanika kuantum. Teori ini sangat sukses membawa kita kepada zaman komputer, laser dan reaktor nuklir, memberitahu kita mengapa matahari bersinar dan mengapa tanah di bawah kaki kita begitu keras dan solid. Tapi teori kuantum juga memberitahu kita sesuatu yang sangat mengganggu tentang atom dan perilakunya; mereka bisa ada di banyak tempat sekaligus.

Tapi bagaimana menjelaskan bahwa atom bisa di banyak tempat sekaligus, sedangkan benda-benda besar yang terbuat atas susunan dari atom; meja, pohon atau pensil tidak bisa? Mendamaikan perbedaan antara mikroskopik dan makroskopik adalah masalah sentral dalam teori kuantum. Interpretasi banyak dunia adalah salah satu cara untuk melakukannya. Ide ini diusulkan oleh mahasiswa pascasarjana Princeton Hugh Everett III pada tahun 1957. Menurut pendukung teori interpretasi banyak dunia, teori kuantum tidak hanya berlaku untuk atom. Seperti dicontohkan tentang meja, jika atom bisa berada dibanyak tempat sekaligus, maka meja yang tersusun atas atom-atom juga harusnya bisa berada dibanyak tempat sekaligus. Tapi tidak ada orang yang pernah menyaksikan hal demikian.

Idenya adalah bahwa jika kita mengamati meja yang ada di dua tempat sekaligus, ada juga dua versi kita; salah satu yang melihat meja di satu tempat dan kita yang lain melihat meja itu di tempat lain. Konsekuensinya terasa sangat luar biasa. Sebuah alam semesta harus ada diperuntukkan untuk setiap kemungkinan fisik. Ada dunia di mana Nazi menang dalam Perang Dunia II, di mana Marilyn Monroe menikahi Einstein, dan di mana dinosaurus berhasil berevolusi menjadi makhluk cerdas yang membaca faithfreedom indonesia.. :green:
Mirror 1: Berbagai jenis kebenaran
Follow Twitter: @ZwaraKafir
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Berbagai jenis kebenaran

Post by Kibou »

AlQuranKitabPalsu wrote:Om Kibou KEREN BANGET SIH Penjelasannya =D>
Salam Kenal Om Kibou :)
Selamat bergabung di IFF, Bro/Sis KitabPalsu. Semoga kamu betah yah. Salam bahagia.
rahimii wrote: Konsep multiverse dilatarbelakangi oleh semangat untuk mencari pemecahan satu dari misteri terbesar ilmu pengetahuan modern, yakni mengapa dunia atom berperilaku begitu berbeda dalam dunia keseharian kita? Teori yang menjelaskan atom dan konstituen mereka adalah mekanika kuantum. Teori ini sangat sukses membawa kita kepada zaman komputer, laser dan reaktor nuklir, memberitahu kita mengapa matahari bersinar dan mengapa tanah di bawah kaki kita begitu keras dan solid. Tapi teori kuantum juga memberitahu kita sesuatu yang sangat mengganggu tentang atom dan perilakunya; mereka bisa ada di banyak tempat sekaligus.
Bicara soal mekanika kuantum, bukankah perilaku partikel sub-atomik tersebut melanggar hukum non-kontradiksi?
Sebut saja ada partikel sub-atomik x, dan lokasi ruang L1 dan L2. Maka ada argumen sbb:

1. Saat ini x berada di L1. (True)
2. Saat ini x berada di L2. (True)
3. Pernyataan 2 berimplikasi pernyataan "Saat ini x tidak berada di L1"
4. Saat ini x tidak berada di L1 (True)
Maka
5. Pernyataan 1 berkontradiksi dengan pernyataan 4 (keduanya tidak mungkin aktual bersamaan)

[Edit: saya rubah "equivalensi" dengan "implikasi". Maaf atas kekeliruan saya]

Lalu, bagaimana caranya meloloskan diri dari kontradiksi di atas?
Salah satu cara yang bisa kita ambil adalah dengan menggunakan hukum logika yang disebut hukum identitas, atau A=A.

Maka kita bisa memberi definisi x sbb:

x = partikel sub-atomik yang mampu berada di lebih dari satu lokasi sekaligus.

Jika kita sudah memahami hakikat dari partikel sub-atomik sesuai dengan definisi di atas (yang memang sepertinya dikonfirmasi oleh eksperimen mekanika quantum) maka kontradiksi dari argumen di atas menjadi gugur. Jika seseorang masih ingin memaksakan argumen di atas, maka perlu ditambahkan premis sbb:

1. Saat ini x berada di L1
2. Saat ini x berada di L2
3. Pernyataan 2 berimplikasi pernyataan "Saat ini x tidak berada di L1"
4. Saat ini x tidak berada di L1
5. x tidak bisa berada di dua lokasi yang berbeda sekaligus. (inilah premis tambahan yang diperlukan)

Tapi seperti yang bisa kita lihat, dengan adanya pernyataan 5, kebenaran pernyataan 1 dan 2 menjadi diragukan. Kalau 5 benar, berarti 1 dan 2 tidak bisa benar sekaligus.

Dan tentu saja, pernyataan 5 melanggar definisi x yang sudah kita berikan.
rahimii wrote: Tapi bagaimana menjelaskan bahwa atom bisa di banyak tempat sekaligus, sedangkan benda-benda besar yang terbuat atas susunan dari atom; meja, pohon atau pensil tidak bisa? Mendamaikan perbedaan antara mikroskopik dan makroskopik adalah masalah sentral dalam teori kuantum. Interpretasi banyak dunia adalah salah satu cara untuk melakukannya. Ide ini diusulkan oleh mahasiswa pascasarjana Princeton Hugh Everett III pada tahun 1957. Menurut pendukung teori interpretasi banyak dunia, teori kuantum tidak hanya berlaku untuk atom. Seperti dicontohkan tentang meja, jika atom bisa berada dibanyak tempat sekaligus, maka meja yang tersusun atas atom-atom juga harusnya bisa berada dibanyak tempat sekaligus. Tapi tidak ada orang yang pernah menyaksikan hal demikian.

Idenya adalah bahwa jika kita mengamati meja yang ada di dua tempat sekaligus, ada juga dua versi kita; salah satu yang melihat meja di satu tempat dan kita yang lain melihat meja itu di tempat lain. Konsekuensinya terasa sangat luar biasa. Sebuah alam semesta harus ada diperuntukkan untuk setiap kemungkinan fisik. Ada dunia di mana Nazi menang dalam Perang Dunia II, di mana Marilyn Monroe menikahi Einstein, dan di mana dinosaurus berhasil berevolusi menjadi makhluk cerdas yang membaca faithfreedom indonesia.. :green:
Walaupun secara logika teori multiverse bisa saja benar, namun untuk saat ini saya masih bersikap agnostik mengenai multiverse, karena:

1. Ockham's razor. Mempostulasikan entitas-entitas dalam jumlah yang begitu banyak (multiverse) sepertinya overkill/berlebihan.
2. Keberadaan multiverse belum didukung pengamatan empiris.

Oh iya, teman-teman ada yang nonton serial komedi Big Bang Theory? Kalau tidak salah di season 7, Sheldon Cooper putus asa dengan String Theory dan mengambil keputusan untuk ganti jurusan fisika. : )
Last edited by Kibou on Thu Jul 10, 2014 3:22 pm, edited 1 time in total.
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Berbagai jenis kebenaran

Post by Kibou »

Sebelumnya saya sempat menyinggung soal atribut esensial:

entitas x memiliki atribut esensial y = x memiliki y di semua dunia kemungkinan di mana x ditemukan.

Sebelum menjelaskan "atribut esensial" secara mendalam, kita perlu memahami lebih dulu modalitas De Dicto dan modalitas De Re.

Modalitas De Dicto maksudnya sifat kemutlakan yang melekat pada suatu pernyataan.
Misalnya:

Adalah mutlak bahwa 1+1=2.

Maksudnya pernyataan 1+1=2 sifatnya mutlak, tidak ada dunia kemungkinan di mana 1+1 tidak menghasilkan 2.

Modalitas De Re maksudnya hubungan kemutlakan antara suatu atribut dan suatu entitas.
Misalnya:

Bilangan itu mutlak bersifat abstrak.

Maksudnya, tidak ada dunia kemungkinan di mana entitas yang berupa bilangan (0, 1, 2, 3, dst) itu tidak bersifat abstrak.

Jadi sebenarnya yang dimaksud oleh konsep atribut esensial itu adalah modalitas De Re.

Apakah entitas yang kontingen (tidak mutlak) bisa memiliki atribut yang esensial? Tentu saja bisa.
Contoh:

Kibou itu mutlak bukan bilangan.

Maksud dari pernyataan di atas, tidak ada satupun dunia kemungkinan di mana Kibou (seorang manusia) identik dengan bilangan apapun juga. Kibou bukan bilangan 1, Kibou bukan bilangan 2, dst. Manusia yah manusia (entitas konkret) dan bilangan yah bilangan (entitas abstrak).

Jadi walaupun Kibou adalah entitas yang kontingen (ada dunia kemungkinan di mana Kibou tidak pernah ada), Kibou bisa memiliki atribut yang esensial.
rahimii
Posts: 311
Joined: Sun Mar 06, 2011 6:33 pm

Re: Berbagai jenis kebenaran

Post by rahimii »

rahimii wrote: Konsep multiverse dilatarbelakangi oleh semangat untuk mencari pemecahan satu dari misteri terbesar ilmu pengetahuan modern, yakni mengapa dunia atom berperilaku begitu berbeda dalam dunia keseharian kita? Teori yang menjelaskan atom dan konstituen mereka adalah mekanika kuantum. Teori ini sangat sukses membawa kita kepada zaman komputer, laser dan reaktor nuklir, memberitahu kita mengapa matahari bersinar dan mengapa tanah di bawah kaki kita begitu keras dan solid. Tapi teori kuantum juga memberitahu kita sesuatu yang sangat mengganggu tentang atom dan perilakunya; mereka bisa ada di banyak tempat sekaligus.
kibou wrote:Bicara soal mekanika kuantum, bukankah perilaku partikel sub-atomik tersebut melanggar hukum non-kontradiksi?
Sebut saja ada partikel sub-atomik x, dan lokasi ruang L1 dan L2. Maka ada argumen sbb:

1. Saat ini x berada di L1. (True)
2. Saat ini x berada di L2. (True)
3. Pernyataan 2 equivalen dengan pernyataan "Saat ini x tidak berada di L1"
4. Saat ini x tidak berada di L1 (True)
Maka
5. Pernyataan 1 berkontradiksi dengan pernyataan 4 (keduanya tidak mungkin aktual bersamaan)

Lalu, bagaimana caranya meloloskan diri dari kontradiksi di atas?
Salah satu cara yang bisa kita ambil adalah dengan menggunakan hukum logika yang disebut hukum identitas, atau A=A.

Maka kita bisa memberi definisi x sbb:

x = partikel sub-atomik yang mampu berada di lebih dari satu lokasi sekaligus.

Jika kita sudah memahami hakikat dari partikel sub-atomik sesuai dengan definisi di atas (yang memang sepertinya dikonfirmasi oleh eksperimen mekanika quantum) maka kontradiksi dari argumen di atas menjadi gugur. Jika seseorang masih ingin memaksakan argumen di atas, maka perlu ditambahkan premis sbb:

1. Saat ini x berada di L1
2. Saat ini x berada di L2
3. Pernyataan 2 equivalen dengan pernyataan "Saat ini x tidak berada di L1"
4. Saat ini x tidak berada di L1
5. x tidak bisa berada di dua lokasi yang berbeda sekaligus. (inilah premis tambahan yang diperlukan)

Tapi seperti yang bisa kita lihat, dengan adanya pernyataan 5, kebenaran pernyataan 1 dan 2 menjadi diragukan. Kalau 5 benar, berarti 1 dan 2 tidak bisa benar sekaligus.

Dan tentu saja, pernyataan 5 melanggar definisi x yang sudah kita berikan.
Saya setuju dengan argumen logikanya bro kibou. Namun, bagi ilmuwan yang keblinger agar teorinya bisa mendepak "misteri" yang tidak diinginkan agar tidak terpikirkan, keberadaan alam semesta lain dimaknai secara logis tersirat oleh teori-teori yang menjelaskan fitur terbaik dari alam semesta kita sendiri. Sebagai contoh, pengukuran radiasi latar belakang kosmik (gaung dan gelombang tersisa dari big bang) menunjukkan bahwa ruang semesta dimana kita hidup adalah tak terbatas dan materi-materi tersebar secara acak di seluruh ruang itu. Oleh karenanya, dianggap semua kemungkinan pengaturan materi itu haruslah eksis disatu tempat di luar sana, termasuk replika yang tepat dan tidak tepat dari dunia kita sendiri dan makhluk di dalamnya. Teori Quantum mengatakan bahwa alam semesta adalah terpisah, sehingga alam semesta terlihat yang kita tinggali ditandai dengan jumlah informasi yang terbatas. Jika ruang tak terbatas, pola informasi ini pasti akan mengulang pada jarak yang cukup luas.
rahimii wrote: Tapi bagaimana menjelaskan bahwa atom bisa di banyak tempat sekaligus, sedangkan benda-benda besar yang terbuat atas susunan dari atom; meja, pohon atau pensil tidak bisa? Mendamaikan perbedaan antara mikroskopik dan makroskopik adalah masalah sentral dalam teori kuantum. Interpretasi banyak dunia adalah salah satu cara untuk melakukannya. Ide ini diusulkan oleh mahasiswa pascasarjana Princeton Hugh Everett III pada tahun 1957. Menurut pendukung teori interpretasi banyak dunia, teori kuantum tidak hanya berlaku untuk atom. Seperti dicontohkan tentang meja, jika atom bisa berada dibanyak tempat sekaligus, maka meja yang tersusun atas atom-atom juga harusnya bisa berada dibanyak tempat sekaligus. Tapi tidak ada orang yang pernah menyaksikan hal demikian.

Idenya adalah bahwa jika kita mengamati meja yang ada di dua tempat sekaligus, ada juga dua versi kita; salah satu yang melihat meja di satu tempat dan kita yang lain melihat meja itu di tempat lain. Konsekuensinya terasa sangat luar biasa. Sebuah alam semesta harus ada diperuntukkan untuk setiap kemungkinan fisik. Ada dunia di mana Nazi menang dalam Perang Dunia II, di mana Marilyn Monroe menikahi Einstein, dan di mana dinosaurus berhasil berevolusi menjadi makhluk cerdas yang membaca faithfreedom indonesia.. :green:
kibou wrote:Walaupun secara logika teori multiverse bisa saja benar, namun untuk saat ini saya masih bersikap agnostik mengenai multiverse, karena:

1. Ockham's razor. Mempostulasikan entitas-entitas dalam jumlah yang begitu banyak (multiverse) sepertinya overkill/berlebihan.
2. Keberadaan multiverse belum didukung pengamatan empiris.

Oh iya, teman-teman ada yang nonton serial komedi Big Bang Theory? Kalau tidak salah di season 7, Sheldon Cooper putus asa dengan String Theory dan mengambil keputusan untuk ganti jurusan fisika. : )
Bahkan sebelum sampai ke mengapa kita harus atau tidak harus percaya pada teori multiple universe, ada masalah semantik dan filsafat yang harus diurus lebih dahulu. Jika alam semesta (Universe), seperti kamus mendefinisikannya adalah "segala sesuatu yang ada; dianggap sebagai keseluruhan" maka bukankah benar menurut definisi tersebut bahwa memang hanya ada satu hal seperti itu (universe)? Masalah lain ketika fisikawan dan filsuf berbicara tentang domain ruang-waktu yang berbeda menjadi "dua alam semesta," apakah yang mereka umumnya maksud adalah bahwa semesta itu :
1) sangat-sangat besar
2) terisolasi secara sebab akibat satu sama lain (yang berarti bahwa sebuah peristiwa di salah satu semesta tidak dapat memiliki efek di semesta lain)
3) saling tidak bisa diketahui dengan pengamatan langsung
4) dua domain bisa dikatakan semesta yang terpisah bila mereka adalah paralel, yang berarti bahwa mereka mengandung versi berbeda akan entitas yang sama, seperti alter ego kita sendiri.
Mirror 1: Berbagai jenis kebenaran
Follow Twitter: @ZwaraKafir
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Berbagai jenis kebenaran

Post by Kibou »

Buset, berat banget nih operan bola dari Bro rahimii hehehe.
rahimii wrote: Jika alam semesta (Universe), seperti kamus mendefinisikannya adalah "segala sesuatu yang ada; dianggap sebagai keseluruhan" maka bukankah benar menurut definisi tersebut bahwa memang hanya ada satu hal seperti itu (universe)?
Setuju, kalau "universe" diberi definisi seperti di atas, maka lingkup "universe" setara dengan lingkup "possible world".
rahimii wrote: 2) terisolasi secara sebab akibat satu sama lain (yang berarti bahwa sebuah peristiwa di salah satu semesta tidak dapat memiliki efek di semesta lain)
Saya rasa definisi inilah yang dimaksud dalam teori multiverse yang saya pernah dengar. Dan tentunya jika definisi ini benar, maka konsekuensinya:
rahimii wrote: 3) saling tidak bisa diketahui dengan pengamatan langsung
Dengan asumsi bahwa setiap alam semesta dalam suatu himpunan multiverse bersifat tertutup (memiliki dimensi spatio-temporal masing-masing), maka hukum konservasi energi di masing-masing alam semesta melarang interaksi antar alam semesta.

{catatan: itu kalau seandainya hukum konservasi energi berlaku di semua alam semesta dalam himpunan multiverse. Bagaimana dengan alam semesta yang hukum alamnya berbeda secara signifikan? Entahlah]
rahimii wrote: 4) dua domain bisa dikatakan semesta yang terpisah bila mereka adalah paralel, yang berarti bahwa mereka mengandung versi berbeda akan entitas yang sama, seperti alter ego kita sendiri.
Ini akan membawa kita untuk membahas hakikat dari identitas itu sendiri. Nanti akan saya coba bahas, atau mungkin Bro rahimii bisa mulai lebih dulu. Thanks Bro, membuat trit ini jadi lebih menarik.
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Berbagai jenis kebenaran

Post by Kibou »

Lanjut yuk.

Apakah yang dimaksud dengan konsekuensi logis?

Konsekuensi logis dikenal dalam bahasa Inggris sebagai logical implication atau logical entailment.

Konsekuensi, implikasi atau entailment adalah jenis hubungan yang dimiliki oleh dua pernyataan jika di setiap dunia kemungkinan, nilai Truth yang dimiliki kedua pernyataan tersebut selalu sama satu dengan yang lain.

Sebagai ilustrasi:

p = Kibou adalah seorang kriminal
q = Kibou pernah melakukan kejahatan

Maka bisa kita katakan dengan memakai logika modalitas:

Untuk setiap dunia kemungkinan x, jika p itu True di x maka q juga True di x dan jika p itu False di x maka q juga False di x.

Atau bisa juga kita katakan:

Tidak ada dunia kemungkinan di mana p itu True dan q itu False dan tidak ada dunia kemungkinan di mana p itu False dan q itu True.

Jika pernyataan p dan q memiliki hubungan modalitas seperti di atas, maka kita bisa katakan bahwa p dan q memiliki hubungan logical implication atau entailment.

Konsep logical implication sangat penting karena seringkali digunakan dalam struktur argumen logika deduktif yang disebut modus ponens, yaitu:

1. If p then q
2. p
Therefore
3. q

[Edit: contoh pernyataan saya ganti supaya lebih intuitif.]

Ilustrasi di atas menunjukkan implikasi logika dalam bentuk yang paling kuat, maksudnya antara p dan q ada hubungan implikasi yang timbal-balik atau simetris sehingga q adalah konsekuensi dari p dan p adalah konsekuensi dari q. Hubungan implikasi yang simetris bisa juga disebut sebagai equivalensi.

Tapi ada juga hubungan implikasi yang tidak simetris. Misalkan:

p = Bangsa Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan di tahun 1945.
q = Bangsa Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan sebelum tahun 1950.

Maka kita bisa lihat bahwa jika p itu True maka q juga True, tapi jika q itu True p belum tentu True. Karena ada dunia kemungkinan di mana bangsa Indonesia merdeka sebelum tahun 1950, tapi tidak di tahun 1945. Sehingga kita katakan bahwa q adalah implikasi dari p, tapi p bukan merupakan implikasi dari q.

Implikasi dalam bentuk yang asimetris lebih umum digunakan dalam suatu argumen.
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Berbagai jenis kebenaran

Post by Kibou »

Baiklah, mari kita intermezo sedikit dengan sebuah studi kasus.

Ada argumen sebagai berikut:

1. Jika tidak ada Tuhan maka tidak ada standar obyektif moralitas.
2. Ada standar obyektif moralitas.
Maka.
3. Tuhan itu ada.

Premis 1 merupakan hubungan implikasi simetris antara eksistensi Tuhan dengan eksistensi standar obyektif moralitas.

Seandainya saya setuju dengan premis 1, tapi tidak setuju dengan premis 2, maka saya menyangkal kebenaran premis 2. Saya katakan:

~2. Tidak ada standar obyektif moralitas.

Maka saya berikan alasan saya atas ~2 yaitu:

Manusia seringkali berbeda pandangan dan pendapat mengenai moralitas.

Tapi, fakta bahwa manusia seringkali berbeda pandangan dan pendapat mengenai moralitas, belum cukup untuk membuktikan kebenaran dari ~2. Untuk itu diperlukan argumen yang valid dan premis-premis yang benar.

Karena itu saya ajukan alasan penolakan saya terhadap premis 2 melalui argumen sbb:

A. Jika ada standar obyektif moralitas, maka pertimbangan manusia atas permasalahan moral yang sama menghasilkan solusi atau jawaban yang sama.
B. Pertimbangan manusia atas permasalahan moral yang sama tidak menghasilkan solusi atau jawaban yang sama.
Maka
~2. Tidak ada standar obyektif moralitas.

Apakah argumen di atas berhasil membuktikan kebenaran ~2?
Mirror 1: Berbagai jenis kebenaran
Follow Twitter: @ZwaraKafir
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Berbagai jenis kebenaran

Post by Kibou »

Mari kita lanjutkan studi kasus. Saya ajukan argumen yang menolak adanya standar obyektif moralitas sbb:

A. Jika ada standar obyektif moralitas, maka pertimbangan manusia atas permasalahan moral yang sama menghasilkan solusi atau jawaban yang sama.
B. Pertimbangan manusia atas permasalahan moral yang sama tidak menghasilkan solusi atau jawaban yang sama.
Maka
~2. Tidak ada standar obyektif moralitas.

Saya rasa kita semua setuju bahwa pernyataan B itu benar dan aktual. Jadi yang perlu kita analisa adalah pernyataan A. Apakah A itu benar?

Pernyataan A terdiri dari dua pernyataan yang terpisah, yaitu:

p = Ada standar obyektif moralitas

dan

q = Pertimbangan manusia atas permasalahan moral yang sama menghasilkan solusi atau jawaban yang sama

di mana

p dan q digabung menjadi pernyataan kondisional yang melekatkan hubungan implikasi logika antara p dan q.

Setelah berpikir lebih lanjut, saya dapatkan bahwa pernyataan A itu False, kerena ternyata q bukan implikasi logika dari p. Mengapa demikian?

Karena ada dunia kemungkinan di mana p bernilai True dan q bernilai False.

Misalnya, ada dunia kemungkinan di mana p bernilai True dan pernyataan di bawah ini:

r = manusia kadangkali keliru dalam melakukan pertimbangan

bernilai True.

Jika p dan r bernilai True, maka tidak menjadi masalah jika q bernilai False. Dengan kata lain, p konsisten dengan ~q selama r bernilai True.

Apakah dunia aktual merupakan dunia di mana r bernilai True? Saya rasa jawabannya adalah Ya.

Maka, fakta bahwa manusia kerap kali berbeda pendapat mengenai permasalahan moral, tidak menunjukkan bahwa standar obyektif moral itu tidak ada (atau setidaknya saya perlu mengajukan argumen lain yang menggabungkan fakta tersebut dengan premis lain yang lebih tepat).

[Catatan: untuk membuktikan bahwa q bukan merupakan implikasi dari p, r tidak perlu aktual. Jika r bernilai possibly true (walaupun tidak aktual), itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa q bukan implikasi dari p]
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Berbagai jenis kebenaran

Post by Kibou »

Teman-teman, kita ngobrol dikit mengenai videogame yuk!

Ada suatu video game serial yang cukup populer yaitu Assassin's Creed (AC).

Dalam dunia AC, ada dua kubu politik global yang merupakan musuh bebuyutan yaitu kubu Assassin dan kubu Templar. Dalam kisah utama serial AC, anggota Assassin dan anggota Templar memperebutkan artifak-artifak sakti yang bisa digunakan untuk menguasai dunia. Okelah, kisah AC tidak usah saya bahas mendalam, mainin aja gamenya, seru kok hehehe.

Yang ingin saya bahas di trit ini adalah motto atau semboyan yang diyakini oleh para Assassin, yaitu pernyataan:

Nothing is true, everything is permitted.

Apakah semboyan para Assassin ini logis? Kalau ada sesama penggemar AC, saya persilahkan untuk memberi komentar. Thank you!
Mirror 1: Berbagai jenis kebenaran
Follow Twitter: @ZwaraKafir
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Berbagai jenis kebenaran

Post by Kibou »

Lanjut...

Ada pernyataan:

Nothing is true, everything is permitted.

Apakah pernyataan di atas logis? Apa sebenarnya yang ingin disampaikan ketika para Assassin berucap "Nothing is true?"

Seseorang yang sungguh meyakini pernyataan di atas sulit untuk dikatakan waras. Seperti apakah perilaku seseorang yang sungguh-sungguh konsisten dengan pernyataan aneh seperti ini?

Saya sedang menyeberang jalan, lalu saya melihat ada truk ngebut menuju ke arah saya. Apakah saya kemudian berpikir:

"Sepertinya ada truk sedang menuju ke arah saya dalam kecepatan tinggi. Tapi tidak ada yang benar. Jadi tidak benar bahwa saat ini ada truk yang sedang menuju ke arah saya dalam kecepatan yang tinggi. Maka saya tidak perlu menghindar."

Orang-orang yang sungguh konsisten dengan keyakinan seperti ini sepertinya akan berumur sangat pendek.

Jadi kalau kita asumsi bahwa para Assassin bukan pengidap kelainan jiwa, kita harus artikan pernyataan tersebut dengan cara yang lain.

Kalau kita lihat bagian kedua dari motto Assassin yaitu:

Everything is permitted

Maka kita menemukan benang merah antara pernyataan pembuka dan pernyataan penutup.

Tidak ada yang benar, segala sesuatu diperbolehkan

Tampaknya ini adalah suatu bentuk pernyataan relativisme moral. Tidak ada standar moral, maka apa saja boleh dilakukan.

Tapi mengapa para Assassin tidak memperbolehkan para Templar menguasai dunia? Mengapa menguasai dunia tidak diperbolehkan? Lagi-lagi para Assassin mentok dengan kontradiksi.

Satu-satunya cara untuk meyakini motto para Assassin adalah dengan membuat modifikasi sbb:

Tidak ada yang benar (kecuali ajaran Assassin) dan segala sesuatu diperbolehkan (khusus bagi Assassin. Kalau Templar gak boleh).

Dengan demikian, saya nyatakan para Assassin sebagai sekelompok orang yang otaknya tidak beres.
Mirror 1: Berbagai jenis kebenaran
Follow Twitter: @ZwaraKafir
User avatar
gema
Posts: 1097
Joined: Sun Sep 08, 2013 10:27 pm

Re: Berbagai jenis kebenaran

Post by gema »

Thank's alot bro Kibou atas fencerahanya... Meski mumet juga ane funya otak buat mencerna kuliah bung (maklum ane awam kalau hal ginian), ferasaan hamfir mendekati keram otak. :green:
Kibou wrote:
Satu-satunya cara untuk meyakini motto para Assassin adalah dengan membuat modifikasi sbb:

Tidak ada yang benar (kecuali ajaran Assassin) dan segala sesuatu diperbolehkan (khusus bagi Assassin. Kalau Templar gak boleh).

Dengan demikian, saya nyatakan para Assassin sebagai sekelompok orang yang otaknya tidak beres.
Mirif-mirif Motto komflotan si mamad yaa...
Mirror 1: Berbagai jenis kebenaran
Follow Twitter: @ZwaraKafir
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Berbagai jenis kebenaran

Post by Kibou »

gema wrote:Thank's alot bro Kibou atas fencerahanya... Meski mumet juga ane funya otak buat mencerna kuliah bung (maklum ane awam kalau hal ginian), ferasaan hamfir mendekati keram otak. :green:
Terima kasih kembali Bro gema. Saya juga awam kok sebenarnya, apa yang saya paparkan di sini hanyalah ilmu yang sejauh ini saya sudah baca dan saya sudah pahami. Kalau ada hal yang belum saya pahami, saya enggan untuk masukkan di sini.
Kibou wrote:
Satu-satunya cara untuk meyakini motto para Assassin adalah dengan membuat modifikasi sbb:

Tidak ada yang benar (kecuali ajaran Assassin) dan segala sesuatu diperbolehkan (khusus bagi Assassin. Kalau Templar gak boleh).

Dengan demikian, saya nyatakan para Assassin sebagai sekelompok orang yang otaknya tidak beres.
gema wrote: Mirif-mirif Motto komflotan si mamad yaa...
Memang ada kemiripan Bro, karena aliran assassin memang merupakan suatu sekte Islam.

http://en.wikipedia.org/wiki/Assassins

The Assassins (from Arabic: حشّاشين‎ Ḥashshāshīn[1]) were an order of Nizari Ismailis, particularly those of Persia and Syria, that formed in the late 11th century. In time, the order began to pose a strong military threat to Sunni Seljuq authority within the Persian territories by capturing and inhabiting many mountain fortresses under the leadership of Hassan-i Sabbah.
Mirror 1: Berbagai jenis kebenaran
Follow Twitter: @ZwaraKafir
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Berbagai jenis kebenaran

Post by Kibou »

Bro rahimii, apakah masih mengikuti trit ini? Ini saya temukan artikel lama yang membahas claim Stephen Hawking mengenai asal mula alam semesta:

http://www.math.columbia.edu/~woit/wordpress/?p=3141

----------------------------------------------------------------------
Hawking Gives Up
Posted on September 7, 2010 by woit

David Gross has in the past invoked the phrase “never, never, never give up”, attributed to Churchill, to describe his view about claims that one should give up on the traditional goals of fundamental physics in favor of anthropic arguments invoking a multiverse. Steven Hawking has a new book out this week, called The Grand Design and written with Leonard Mlodinow, in which he effectively announces that he has given up:

We seem to be at a critical point in the history of science, in which we must alter our conception of goals and of what makes a physical theory acceptable. It appears that the fundamental numbers, and even the form, of the apparent laws of nature are not demanded by logic or physical principle. The parameters are free to take on many values and the laws to take on any form that leads to a self-consistent mathematical theory, and they do take on different values and different forms in different universes.

Thirty years ago, in his inaugural lecture as Lucasian professor, Hawking took a very different point of view. He argued that we were quite close to a final unified theory, based on N=8 supergravity, with a 50% chance of complete success by the year 2000. A few years after this, N=8 supergravity fell into disfavor when it was shown that supersymmetry was not enough to cancel possible ultraviolet divergences in the theory. There has been a recent revival of interest as new calculational methods show unexpected and still not completely understood additional cancellations that may fully eliminate ultraviolet divergences. Hawking shows no interest in this, instead signing on to the notion that “M-theory” is the theory of everything. The book doesn’t even really try to explain what “M-theory” is, we’re just told that:

People are still trying to decipher the nature of M-theory, but that may not be possible. It could be that the physicist’s traditional expectation of a single theory of nature is untenable, and there exists no single formulation. It might be that to describe the universe, we have to employ different theories in different situations

The book ends with the argument that

Our TOE must contain gravity.
Supersymmetry is required to have a finite theory of gravity.
M-theory is the most general supersymmetric theory of gravity.
ergo

M-theory is the unified theory Einstein was hoping to find. The fact that we human beings – who are ourselves mere collections of fundamental particles of nature – have been able to come this close to an understanding of the laws governing us and our universe is a great triumph.

This isn’t exactly an air-tight argument…

The book begins in a more promising manner, with a general philosophical and historical discussion of fundamental physical theory. There’s this explanation of what makes a good physical model:

A model is a good model if it:

1. Is elegant
2. Contains few arbitrary or adjustable elements
3. Agrees with and explains all existing observations
4. Makes detailed predictions about future observations that can disprove or falsify the model if they are not borne out.

The fact that “M-theory” satisfies none of these criteria is not remarked upon.

The book is short (about 100 pages of actual text, interspersed with lots of color graphics and cartoons), and contains rather little substantive science. There are no references of any kind to any other sources. The discussion of supersymmetry and M-theory is often highly misleading. For example, we are assured that

various calculations that physicists have performed indicate that the [super]partner particles corresponding to the particles we observe ought to be a thousand times as massive as a proton, if not even heavier. That is too heavy for such particles to have been seen in any experiments to date…

With no references, one has no idea what these “various calculations” might be. If they are calculations of masses based on the assumption that the supersymmetry and electroweak-symmetry breaking scales are similar, they typically predict masses visible at the Tevatron or LEP. I suspect that the logic is completely backwards here: what is being referred to are calculations based on the Tevatron and LEP limits that require masses in the TeV range.

As for the fundamental problem of testability of M-theory, here’s the only thing we get:

The theory we describe in this chapter is testable…. The amplitude is reduced for universes that are more irregular. This means that the early universe would have been almost smooth, but with small irregularities. As we’ve noted, we can observe these irregularities as small variations in the microwaves coming from different directions in the sky. They have been found to agree exactly with the general demands of inflation theory; however, more precise measurements are needed to fully differentiate the top-down theory from others, and to either support or refute it. These may well be carried out by satellites in the future.

This looks like one of many dubious claims of “testability” of multiverse theories, which tend to founder on the measure problem and the fact that one has no idea what the underlying theory actually is. Without any details or references though, it’s hard to even know exactly what the claim is here.

One thing that is sure to generate sales for a book of this kind is to somehow drag in religion. The book’s rather conventional claim that “God is unnecessary” for explaining physics and early universe cosmology has provided a lot of publicity for the book. I’m in favor of naturalism and leaving God out of physics as much as the next person, but if you’re the sort who wants to go to battle in the science/religion wars, why you would choose to take up such a dubious weapon as M-theory mystifies me. A British journalist contacted me about this recently and we talked about M-theory and its problems. She wanted me to comment on whether physicists doing this sort of thing are relying upon “faith” in much the same way as religious believers. I stuck to my standard refusal to get into such discussions, but, thinking about it, have to admit that the kind of pseudo-science going on here and being promoted in this book isn’t obviously any better than the faith-based explanations of how the world works favored by conventional religions.

For some reviews of the book showing a bit of skepticism, see ones by Craig Callender, Fred Bortz, and Roger Penrose. For much more credulous reviews, see for example James Trefil (who evidently has his own multiverse book coming out). The Economist has a news story about this, which assures us that Hawking is

a likely future recipient of the Nobel prize in physics (if, as expected, his 1974 theory that black holes emit radiation despite their notorious all-engulfing gravitational pull is confirmed by experiments at the Large Hadron Collider in CERN).

Update: There’s a new posting at physicsworld.com by Hamish Johnston that brings up the issue of the potential damage caused by this to the cause of science funding in Britain:

This morning there was lots of talk about science on BBC Radio 4’s Today Programme — but I think it left many British scientists cringing under their duvets.

Hawking explained that M-theory allows the existence of a “multiverse” of different universes, each with different values of the physical constants. We exist in our universe not by the grace of God, according to Hawking, but simply because the physics in this particular universe is just right for stars, planets and humans to form.

There is just one tiny problem with all this — there is currently little experimental evidence to back up M-theory. In other words, a leading scientist is making a sweeping public statement on the existence of God based on his faith in an unsubstantiated theory…

Physicists need the backing of the British public to ensure that the funding cuts don’t hit them disproportionately. This could be very difficult if the public think that most physicists spend their time arguing about what unproven theories say about the existence of God.

Update: Today’s Wall Street Journal has a quite positive review of the book by Sean Carroll.

Update: See here for John Horgan’s take on the Hawking book:

I’ve always thought of Stephen Hawking—whose new book The Grand Design (Bantam 2010), co-written with Leonard Mlodinow, has become an instant bestseller—less as a scientist than as a cosmic, comic performance artist, who loves goofing on his fellow physicists and the rest of us…

Toward the end of the meeting [in Sweden, 1990], everyone piled into a bus and drove to a nearby village to hear a concert in a Lutheran church. When the scientists entered the church, it was already packed. The orchestra, a motley assortment of blond-haired youths and wizened, bald elders clutching violins, clarinets and other instruments, was seated at the front of the church. Their neighbors jammed the balconies and seats at the rear of the building.

The scientists filed down the center aisle to pews reserved for them at the front of the church. Hawking, grinning ear to ear, led the way in his motorized wheelchair. The townspeople started to clap, tentatively at first, then passionately. These religious folk seemed to be encouraging the scientists, and especially Hawking, in their quest to solve the riddle of existence.

Now, Hawking is telling us that unconfirmable M-theory plus the anthropic tautology represents the end of that quest. If we believe him, the joke’s on us.
----------------------------------------------------------------------
Post Reply