QARADAWI: Beda muslim moderat dan ekstrimis

Forum ini berisi artikel2 terjemahan dari Faithfreedom.org & situs2 lain. Artikel2 yg dibiarkan disini belum dapat dicakupkan kedalam Resource Centre ybs. Hanya penerjemah sukarelawan yang mempunyai akses penuh.
Post Reply
israel hu akbar
Posts: 220
Joined: Thu Jan 24, 2008 11:30 pm

QARADAWI: Beda muslim moderat dan ekstrimis

Post by israel hu akbar »


Al-Qaradawi: "[Muslim moderat] Menyetujui Jihad ofensif dan Menyerang kafir di tanah mereka"

Kamis, 2 Juni, 2011
http://www.translatingjihad.com/2011/06 ... ccept.html

Berikut ini adalah terjemahan dari kutipan Fiqih al-jihad oleh Syekh Yusuf al-Qaradawi, yang diposting di IslamOnline.net. Disini al-Qaradawi membela posisi yang ia sebut 'moderat' dari hujatan 'ekstremis' yang berpendapat bahwa moderat menolak jihad ofensif. Al-Qaradawi menyatakan bahwa moderat sebaliknya menyetujui jihad ofensif, termasuk serangan ke wilayah musuh, dan memberikan beberapa alasan mengapa mereka menerimanya.

Image
Siapa Qaradawi?
http://www.babinrohis-nakertrans.org/in ... pada-dunia
Qaradawi, salah satu cendekiawan paling berpengaruh di seluruh dunia, terkenal akan pandangannya yang moderat dan dihormati di seluruh dunia. Ia juga merupakan ketua Dewan Fatwa dan Penelitian Eropa serta anggota kehormatan Pusat Studi Islam Universitas Oxford.
Hal ini menarik, seiring dengan pernyataan para jubir Muslim di Barat, bahkan di Indonesia, yang seringkali berargumen bahwa Jihad benar-benar CUMA berarti sebuah perjuangan spiritual melawan dosa, dan bila mengacu pada perang, itu adalah murni defensif. Betulkah? Mari kita simak melihat penjelasan tokoh yang paling disegani dalam dunia akademi Islam, al-Qaradawi, untuk jihad ofensif. Definisinya menjelaskan bahwa Muslim 'moderat' PUN menyetujui jihad ofensif melawan kafir.

Diterjemahkan dari IslamOnline.net, 8 Januari 2011 dari aslinya dalam bahasa Arab: http://www.islamonline.net/ar/IOLCounse ... 9%83%D9%85 :


Image

... Saya ingin menjelaskan disini perbedaan antara (Muslim) moderat dan ekstremis, atau antara jihadi defensif dengan jihadi ofensif, sebagaimana mereka disebut oleh kebanyakan.

Beberapa jihadi ofensif berlaku tidak adil terhadap mereka yang memegang pandangan yang berlawanan. Mereka mengatakan: "Mereka (para jihadi defensif) tidak setuju degnan tindakan jihad dalam keadaan apapun, dalam bentuk apapun, atau untuk alasan apapun. Mereka tidak percaya jihad adalah sah kecuali dalam satu kondisi, yaitu hanya jika umat Islam diserang di tanah kediaman mereka. Ini adalah cara si jihadi ofensif menggambarkan pendapat pihak jihadi moderat atau jihadi defensif.

Saya pikir mereka gegabah terhadap pihak moderat, tidak tepat atau jujur dalam menyajikan pandangan mereka. Siapapun yang membaca pendapat kaum moderat akan menemukan bahwa mereka (kaum moderat) menerima jihad ofensif dengan cara menyerang kafir di tanah mereka, karena beberapa alasan, termasuk yang berikut:

1 - Untuk memastikan kebebasan untuk menyebarkan panggilan Islam, untuk mencegah fitnah dalam agama (Islam), dan untuk menghilangkan hambatan fisik yang menghambat panggilan islam untuk mencapai banyak orang. Ini adalah alasan penaklukan sesuai panduan (khalifah) dan para sahabat (dari Nabi), serta yang mengikuti mereka dalam kebenaran. (Mereka berjuang) untuk menghilangkan kekuatan tiranis yang menguasai jiwa manusia, dan yang mengatakan apa yang dikatakan Firaun kepada orang-orangnya yang percaya (dalam Islam): "Apakah engkau telah percaya sebelum aku memberi izin kepadamu untuk percaya? " Ini adalah perwujudan dari tujuan yang dinyatakan dalam ungkapan Allah ta'ala: "Perangilah mereka sampai tidak ada fitnah lagi."

2 - Untuk menjamin keamanan negara Islam dan perbatasannya, ketika mereka terancam oleh musuh (dari negara Islam) yang menunggu dan bersekongkol melawannya. Ini adalah apa yang disebut sekarang sebagai "pre-emptive war." Ini adalah salah satu hak prerogatif penguasa, dan sesuai dengan hak untuk membela diri. Sebagian besar dari penaklukan Islam dilakukan dengan model perang pre-emptive, setelah negara Islam diserang pada awal masa pemerintahan Nabi oleh dua kerajaan besar Persia dan Byzantium. Konflik dengan Byzantium dimulai dengan pertempuran Mu'ta dan Tabuk, dan konflik dengan Persia dimulai dengan Chosroes merobek Kitab Nabi (saw) [yaitu Al Qur'an], dan dengan demikian mengancam, seperti yang diancamkan.

3 - Untuk menyelamatkan tahanan muslim yang tertindas, atau mereka yang hidup dalam status minoritas, yang menderita kesengsaraan, penganiayaan, dan penyiksaan di tangan para penindas sombong yang berkuasa semena2 atas mereka. Seperti yang dikatakan Allah swt: Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang dzalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!" (sura 4:75)

Jika masyarakat tertindas dan dianiaya, bahkan jika mereka bukan muslim, mencari bantuan dari negara Islam, dan jika negara Islam memiliki kemampuan untuk menyelamatkan mereka, maka harus menjawab teriakan mereka dan datang untuk membantu mereka. Untuk menaklukkan penguasa tidak adil, membantu yang lemah, dan menghalangi penindas dari yang tertindas adalah kewajiban agama di bawah syariah. Ini juga merupakan kewajiban moral dalam setiap agama. Setiap masyarakat melindungi kebajikan, dan nilai-nilai moral yang tinggi, tanpa memandang apakah tertindas adalah Muslim atau non-muslim.

4 - Untuk menghapus semua kemusyrikan (politheisme) dari Semenanjung Arab, yang dianggap sebagai wilayah yang merdeka dan murni untuk Islam dan warganya. Oleh karena itu (Arab) adalah benteng khusus untuk Islam, yang perlindungannya tidak dibagi dengan siapapun. Demi Allah, ada kebijaksanaan didalam ini: Hijaz dan Semenanjung Arab sekitarnya adalah surga dan inkubator dari agama ini. Islam mewadahi perlindungan pada yang menderita. Sejarah telah mensahihkannya sepanjang zaman.

Pada ayat-ayat dari surat al-Taubah yang diturunkan untuk menyatakan imunitas dari (kontrak dengan) orang musyrik dan memberi mereka/kaum musyrikun waktu empat bulan, dimana mereka mengembara [lihat Al-Qur'an 9:1-3 ]. Setelah itu mereka harus memilih: menerima Islam, pergi dari tanah ini [yaitu Semenanjung Arab], atau melawan. Masa empat bulan adalah yang disebut sebagai pelarangan, karena itu dilarang untuk menyerang mereka. Yang Mahakuasa berkata: Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (sura 9:5) Allah menginginkan orang-orang Arab untuk memilih masuk Islam sebelum masa empat bulan berakhir, dan dengan demikian membuat semenanjung murni untuk Islam, dan membuat orang-orang Arab sebagai komunitas islam dan pasukannya, untuk membawa pesan kepada dunia.

Ini adalah nikmat Allah bagi bangsa Arab, dengan mengistimewakan mereka: Al-Qur'an dikirim dalam bahasa mereka, Rasul itu dikirim dari mereka, dan Ka'bah dan Masjid Al-Haram dan Masjid al-Nabui ada di tanah mereka. Mereka telah menjadi penjaga Islam, dan para pengkhotbah untuk membawa panggilan bagi penduduk dunia.

Allah Maha Tahu
User avatar
APEL EMAS
Posts: 903
Joined: Wed Aug 25, 2010 11:42 am
Location: PIKIRAN JERNIH DAN AKAL SEHAT

Re: QARADAWI: Beda muslim moderat dan ekstrimis

Post by APEL EMAS »

islam itu adalah salah satu doktrin sesat yang tidak menjunjung HAM...!!! mau muslim moderat mau ekstrimis sama sama doktrin berbahaya yang harus di tentang...!!
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

http://markdurie.blogspot.com/2011/06/s ... rates.html

Shaikh Al-Qaradawi: Muslim 'Moderates' endorse aggressive jihad
Sunday, June 5, 2011


Dua buku referensi dijaman ini yang begitu penting tentang jihad adalah karya Muhammad Haykal; Jihad and Fighting according to the Shar‘i Policy (Al-Jihad wa-l-qital fi al-siyasa al-sharia’iyya) atau bhs indonesianya; Jihad dan Perang menurut Kebijakan Syariah ,dan karya Yusuf Al-Qaradawi; Jurisprudence of Jihad (Fiqh al-jihad). Kedua karya ini akan menunjukkan dengan telak kebohongan yang disebarkan para jubir islam (dan rekan2 mereka seperti Karen Armstrong, Esposito, Islib & Ulil dkk) bahwa jihad cuma defensif belaka, kok.

Anda tidak tahu Muhammad Haykal toh? Ini dia, sudah dibahas disini: http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... -1-t44550/
... Muhammad Hussein Haykal di tahun 1933. Penulis Muslim abad ke 20 memang sangat suka mengganti berbagai keterangan asli tentang Muhammad. Sirat punya Haykal ini sangat populer di kalangan Muslim modern, sebab sosok Muhammad ditampilkan secara lebih ramah, lebih baik hati, lebih simpatik dibandingkan Sirat² asli di abad 8,9,10 M (punya Ibn Sa'd, Tabari, Ibn Ishaq, Ibn Hisyam, Halabiya, Mubarakpuri). Usaha pemalsuan kisah Muhammad ini dilakukan banyak Muslim, karena mereka tak suka dengan apa yang mereka baca tentang Muhammad di Sirat² kuno.


Lihat juga: http://en.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Husayn_Haykal

Anehnya, karya2 penting yang seharusnya dipakai di universitas2 ternama diseluruh dunia TIDAK diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Bahkan Haykal melarang siapapun mengutipnya ataupun menerjemahkan karyanya kedalam bahasa selain bahasa Arab. Tapi buku David Cook, Understanding Jihad, membocorkan rahasia Haykal di halaman pp.124-127.

Image

Untung ada milis seperti TranslatingJihad (MenjermahkanJihad). Mereka menerjemahkan satu bagian yang sangat penting dari bukunya Fiqh al-Jihadnya Qaradawi (yah itu, post atas yang diterjemahkan oleh israelhuakbar :supz: ). Fatwa diatas itu dikeluarkan Dr. 'Imad Mustafa, professor di Universitas Al-Azhar, yang merujuk pada karya Qaradawi tentang jihad agresif.

Siapa yang tidak kenal Al-Qaradawi ? Ia adalah salah seorang akademisi yang berpengaruh secara global. Ia duduk di badan penasehat di Pusat bagi Studi Islam di Oxford University, Inggris, dan programnya di TV Al Jazeera mencapai 40 juta pemirsa diseluruh dunia.

Bahwa Qaradawi sendiri merasa perlu untuk meluruskan arti jihad saja merupakan hal yang sangat interesan. Ini menunjukkan bahwa Muslim moderat memang TIDAK TAHU atau tidak mau tahu atau tidak mau memberi tahu bahwa mereka wajib melakukan jihad ofensif.

PERANGI MEREKA SAMPAI TIDAK LAGI ADA FITNAH

Kata Arab fitna/fitnah berarti ‘cobaan, penindasan, godaan’ dan artinya sangat penting untuk mengenal metamorfose Muhammad sejak periode formatifnya di Mekah. Kata itu berasal dari fatana; ‘melalui percobaan, menggoda.’ Jadi fitnah bisa berarti godaan atau cobaan dan konotasinya bisa negatif, bisa juga positif.

Fitna menjadi konsep kunci dalam refleksi teologis pengalaman dini Muslim dengan para kafir. Tuduhan Muhammad terhadap Quraysh adalah bahwa mereka memberlakukan fitnah terhadap dirinya dan pengikutnya – termasuk penghinaan, pencemaran nama baik, penyiksaan, eksklusi, tekanan ekonomi dan godaan – agar mereka meninggalkan Islam atau memperlunak ajaran mereka. Ibn Kathir melaporkan bahwa setelah hijrah ke Medinah, ayat pertama yang turun menegaskan bahwa tujuan utama perang adalah PEMBUNUHAN UNTUK MENGHILANGKAN FITNAH, karena fitnah ini akan memalingkan Muslim dari agama mereka:

191. Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah[117] itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir.
[117]. Fitnah (menimbulkan kekacauan), seperti mengusir sahabat dari kampung halamannya, merampas harta mereka dan menyakiti atau mengganggu kebebasan mereka beragama.
193. Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.


Pernyataan Fitnah lebih berbahaya dari pembunuhan sangat penting. Ayat ini juga turun saat Muslim menyerang karavan Mekah (Q2:217) selama bulan2 haram/suci (sebuah periode dimana suku2 Arab dilarang menggunakan pedang). Ayat itu menunjukkan bahwa penumpahan darah kafir sangat tidak berarti dibandingkan dengan berpalingnya Muslim dari agama mereka. \:D/

Pernyataan penting lainnya dari ayat diatas adalah ‘perangi mereka sampai tidak ada fitnah lagi’. Inipun diturunkan lebih dari satu kali, yang kedua kalinya di Perang Badr, pada tahun kedua periode Medinah (Q8:39).

Pernyataan2 fitnah yang diungkapkan dua kali dalam Quran ini menciptakan prinsip bahwa jihad dibenarkan jika ada halangan orang masuk islam, atau adanya godaan bagi Muslim untuk meninggalkan agama mereka. Jadi walau menumpahkan darah kafir memang menyedihkan, menghalangi orang masuk islam jauh lebih parah.

Ada juga juris Islam yang memberikan tafsiran yang lebih terbatas dan sempit, yi bahwa 'fitnah lebih parah dari pembunuhan' hanya berarti bahwa perang harus dilangsungkan 'sampai tidak lagi ada Muslim yang ditindas untuk meninggalkan agamanya.' Tapi kebanyakan juris menafsirkan konsep fitnah sbg 'kekafiran,' jadi kalimat itu sebenarnya harus ditafsirkan sbb: Kekafiran lebih parah dari pembunuhan. Jadi, Ibn Kathir menyamakan fitnah dengan apa yang disebutnya, ‘melakukan kekafiran ’ dan ‘asosiasi’ (yi. polytheisme), bersama dengan menghalangi orang masuk Islam.

Jadi dengan demikian, pernyatan 'fitnah lebih parah dari pembunuhan' kemudian menjadi mandat universal untuk memerangi dan membunuhi kafir manapun, kapanpun, yang menolak pesan Muhammad, baik mereka yang mengganggu Muslim ataupun tidak. Hanya dengan kafir 'menerima kekafiran' – demikian Ibn Kathir – adalah kebathilan yagn lebih besar dari pembunuhan mereka.

Jadi konsep jihad, bukan saja bersifat spiritual, tapi juga berarti perjuangan untuk memperluas dominasi Islam. Jadi Ibn Kathir, mengomentari Q2 dan Q8, mengatakan bahwa perintah berperang berarti ‘sampai tidak lagi ada kekafiran’ dan '(sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah' (Q2:193) atau ‘ketaatan seluruhnya bagi Allah’ (Q8:39), ‘sehingga agama Allah [yi Islam] menjadi DOMINAN diatas segala agama lainnya.’

Juris terkenal lainnya, Muhammad Taqi Usmani (lahir 1943) melaporkan bahwa otorita religius secara universal menerima bahwa jihad adalah perang untuk membuat Islam dominan:
… the purpose of Jehad … aims at breaking the grandeur of unbelievers and establish that of Muslims. As a result no one will dare to show any evil designs against Muslim on one side and on the other side, people subdued from the grandeur of Islam will have an open mind to think over the blessings of Islam. … I think that all Ulema (religious scholars) have established the same concept about the purpose of Jehad. (Islam and Modernism, pp. 133-134)


Sebaliknya, sangat sulit mencari sumber rujukan otoritatif bagi Jihad Defensif, alias jihad untuk bela diri doang. Konsep ini TIDAK EKSIS dalam sumber2 klasik. Bahkan dalam sumber2 klasikpun ada rujukan kepada jihad al-talab kalau kita menyerang dan jihad al-daf` kalau kita diserang. Nah loh! 'Kita' menyerang? Sebegitu halusnya bahasa Muslim!

Memang alasan utama bagi tokoh2 'moderat' seperti Qaradawi untuk menegaskan kembali arti Jihad adalah bahwa ia harus menegaskan kredibilitasnya terhadap Muslim lain yg juga paling tahu Islam, yi kaum Salafi bin Wahabiyah bin Arabiyah. Qaradawi dari Mesir ini tahu bahwa sumber otoritatif Islam mendukung jihad agresif, dan kaum Salafi dari Arab, juga tahu ini.

Qaradawi bak makan buah simalakama: disatu pihak ia mencoba menarik minat Muslim moderat dan dilain pihak, ia juga harus menyenangkan kaum Salafi. Disatu pihak ia bilang Islam adalah kekuatan anti-imperialisme, tapi dilain pihak fakta menunjukkan bahwa Muslim berlagak seperti imperialis dng mencaplok wilayah2 orang lain. Apa dong beda kelakuan caplok mencaplok Muslim macam itu dengan imperialisme batil ala firaun yang begitu dibenci Qaradawi dkk?

Seperti dalam halnya pencaplokan Bizantin. Qaradawi mengatakan bahwa rakyat Bizantin menderita dibawah raja mereka sehingga kalifah Umar bin Khattab mengirim tentara Muslim untuk membebaskan rakyat non-Muslim Bizantin dari tirani raja. Dan karena upaya Muslim ini --- eng ing eng---akhirnya semuanya happy ending: Muslim dan Kristen hidup bersama spt adik kakak happily ever after. Betulkah??? LOH, disatu pihak Qaradawse bilang Islam harus dominan, tapi dilain pihak ia bilang Muslim dan Kristen hidup bersama seakan2 mereka happy sekali bergandengan tangan menyanyi 'We are the World'. Kalau Islam dominan mana mungkin Kristen happy?? Kalau Islam dominan, mana mungkin Kristen dibiarkan bergandengan tangan dengan Muslim seakan mereka sederajad?

Pada akhirnya, Qaradawi-pun tahu bahwa taqiyanya ini tidak bisa bertahan lama. Muslim harus pilih: perang terusss sampai Islam jaya diseluruh dunia, atau menjadi penduduk negara2 demokratis modern yang derajadnya disamakan dengan non-Muslim.

Strategi Qaradawse ini akan memukul dirinya sendiri -- karena Muslim2 muda justru lebih suka versi Islam moderat kibulannya.

Saat saya mengajarkan doktrin perang tradisional Muslim, siswa2 Muslim saya sampai tidak percaya. Lain dengan siswa2 dari Saudi. Mereka tahu persis apa yang saya maksud, tapi siswa2 dari AS atau negara lain, tidak percaya doktrin Islam yang begitu PRO jihad ofensif ini.

-- GAK mungkin, kata mereka, Islam hanya berperang untuk bela diri. [Nah, jawab gua, kalau cuma untuk bela diri, kenapa pula ada Surat Al Anfal, Surat yang mengatur pembagian barang jarahan? Mau bela diri tapi sempat juga jarah barang orang???]

-- GAK mungkin! Muhammad tidak pernah berperang selain perang bela diri, kata mereka.

-- Siapa nih penulis anti-Muslim bernama Ibn Ishaq? Kok gitu sih dia berbicara tentang nabi?

Pertanyaan terakhir itu adalah dari seorang gadis 20 thn yang doyan jilbab, yang pamannya adalah ketua salah satu organisasi penting milik Ikhwanul Muslimin. Ia menghabiskan 13 tahun dalam sekolah Muslim yang berkoneksi dengan Hamas dan guru agamanya lari ke Gaza karena takut diciduk, gara2 mengajarkan versi agama yang sebenarnya.

Memang ini merupakan tanda menggembirakan: siratnya Ibn Ishaq saja dianggap sebagai polemik anti-Muslim dan orang2 spt Qaradawi harus menyembunyikan kebenaran sejarah tentang Islam dari Muslim. Sementara itu, generasi anak2 Muslim Amerika berikutnya lebih peduli pada masalah kewarganegaraan, pluralisme, kebenaran ketimbang dogma teologis Islam, seperti juga anak2 pada umumnya. Minoritas Islam pro jihad agresif yang menolak menerima realita baru ini terpaksa memojok dengan para ekstrimis, sementara generasi Qaradawi yang terombang ambing antara moderat dan ekstrimis toh juga sudah bau tanah.

DInamika ini juga bisa dilihat dalam pembahasan topik2 lain. Daripada mengakui bahwa Islam mensahkan perbudakan, siswa2 saya lebih suka percaya bahwa perbudakan tidak pernah ada dalam Islam. Mereka juga mencoba menghindari topik2 problematik spt persamaan gender, dan lebih suka percaya bahwa Muhammad adalah tokoh feminis pertama yang menjanjikan persamaan total dengan lelaki dan tidak pernah memukul wanita.

Walahu alam... bahkan Muhammad sendiri di dunia fana akan tersipu sipu malu mendengar generasi ini memuji-mujinya seakan dia Robin Hood. :finga:
Post Reply