ZWEMER: Pengaruh Animisme dalam Islam

anne
Posts: 502
Joined: Wed Sep 21, 2011 9:52 pm

Re: ZWEMER: Pengaruh Animisme dalam Islam

Post by anne »

Image Image
Sheikha dan para penabuh gendang

Image
Wanita dalam keadaan trance selama ritual Zar. Dominannya wanita dalam praktek cult Zar ini dapat diinterpretasikan sebagai kompensasi atas pembatasan dan ketiadaan otoritas mereka di banyak bidang.

“Tepung dan lainnya dimaksudkan untuk mengadakan perdamaian antara pasien dan Asyad (setan yang berkuasa). ‘Jangan marah pada kami, kami akan melakukan semampu kami.’ Awalnya, sheikha dengan dupa di tangan dan semua yang berdiri mengelilingi meja bersama-sama mengucapkan Fatiha. 6 Setelah itu sheikha sendirian mengucapkan: ‘Bagi mereka yang berasal dari Rumah Allah, semoga mereka mendapat kemurahan, dan kami meminta maaf padamu, Wahai Asyad. Kasihanilah kami dan dia (pasien) yang didalamnya engkau berada, dan maafkanlah dia dengan segala pengampunan, karena mereka yang memaafkan melakukan kesalehan. Maafkan, maafkan, atas nama Nabi (hak-en-nebi), salawat dan damai untuknya.”

Putaran pertama atas nama Nabi, putaran kedua atas nama lainnya.

Setelah Fatiha, ‘Bagi mereka yang dari rumah Allah, orang-orang Jeddah, dan Mekah, dan Arab, atas nama Nabi Muhammad, salawat dan damai atasnya.’”
FATIHA

“‘Kepada mashayikh, Ahmed dari Sudan, semua Sayyidi Amr dan Sayyedi Alimed Zeidan.’

FATIHA

‘Kepada mashayikh dari biara, semuanya, dan Amir Tadrus dan semua tentang dia, dan mereka yang berasal dari biara.’ (Koptik).’

FATIHA

‘Kepada empat malaikat, dan Wullayi, dan Mamali, dan Rumatu, dan semua mashayikh.’

FATIHA

‘Kepada mereka yang di laut (atau sungai), Lady Safina yang berenang di sungai, dan mereka yang dari rumah tangganya dan semua miliknya.’

FATIHA

Kepada Merri, ayah dari Abbasi, dan sheikh-el-Arab, Eyyid el Bedawi dan Madbouli, serta semua mashayik yang terhormat. Datanglah semua, atas nama Nabi, salawat dan damai atasnya.’
Setelah putaran pertama, sheikha menaruh dupa di atas bara di perapian, dan dengan suara dan gerakan bervariasi memanggil sosok-sosok ini agar hadir, sementara para perserta melafalkan Fatiha dengan suara rendah mengiringinya. Kemudian dupa digerak-gerakkan di atas benda-benda di meja, kemudian di depan pasien, sheikha mencondongkan kepala si pasien ke arah dupa, disusul tangan, kaki, dsb., dan selanjutnya mereka lainnya yang juga menginginkannya.

“Kami pergi di akhir putaran ke tiga, namun kembali saat mereka berada di pertengahan putaran ke sepuluh. Beberapa wanita baru telah mengambil tempat mereka yang kelelahan dan sekarang duduk mengobrol.”

Tetapi Miss Thompson tidak melihal upacara penutup, klimaks ritual Zar, yakni pengorbanan dan meminum darah korban. Dia bukanlah satu-satunya penulis yang terluput dari peristiwa itu. Klunzinger 7 tidak mengatakan apapun mengenai pengorbanan, Plowden juga tidak. Kisahnya adalah salah satu kisah terawal yang kita peroleh:

“Zar-zar ini,” tulisnya, “adalah roh-roh atau setan-setan, sosok yang lucunya bisa mengambil alih/berkuasa atas diri korbannya, sehingga membuat si korban melakukan berbagai hal konyol, dan kadang malah menampakkan diri pada korbannya bila tidak ada orang lain, agak mirip gaya sosok tahyul Erlking (dalam mitologi Skandinavia). Penangkal ampuh berupa jimat-jimat dan pukulan gendang penuh semangat, serta lengkingan suara tanpa henti, hingga sosok tersebut terganggu oleh kebisingan dan dengan kasar berlari keluar rumah, dilempar dan dipukuli serta dihalau ke sungai terdekat, dimana Zar yang merasukinya keluar, dan iapun sembuh.

Adapun untuk mendefinisikan keberadaan Zar secara lebih akurat, cukup sulit….karena sama dengan mengatakan sosok Zar ini berbeda fungsi dari sosok Ganeem (jinn), kecuali bahwa Zar adalah roh jahat yang lebih sportif sementara Ganeem sifatnya agak muram. Zar seringkali didengar bernyanyi sendiri di tengah hutan, tapi celakalah mata manusia yang sampai melihatnya.” 8

Hubungan erat antara negara Galla dan Oman semenjak Kesultanan Zanzibar dan masa-masa pedagang budak Arab, memungkinkan Zar—jika ini tahyul impor-- masuk ke Muscat dengan sangat mudah. Disini persembahan darah korban adalah hal utama dalam pengusiran setan.

Mereka memiliki rumah sihir mereka masing-masing,” tulis Miss Fanny Lutton dari Misi Amerika, “yang memiliki nama dan tata upacara berbeda. Rumah sihir yang paling besar dan mahal disebut ‘Bait-e-Zaar.’ Jika seseorang menjadi gila atau menderita penyakit serius yang tak mungkin disembuhkan, ia dibawa ke rumah ini dan para professional dipanggil; proses terapi kadangkala bisa berlangsung beberapa hari. Besarnya uang yang diminta dari pasien sangat tinggi, sehingga hanya orang kaya yang mampu menjalani pengobatan seperti ini. Kaum miskin cukup dengan terapi besi panas atau bekam (mengeluarkan darah) yang tidak menghabiskan banyak biaya.

Di rumah-rumah sihir ini, hewan dikorbankan, dan pasien dibasahi dengan darah tersebut, dan harus minum darah hangat yang baru diambil dari hewan. Selanjutnya tarian setan dipertunjukkan para budak wanita berkulit hitam, dan pasien berputar menari bersama sampai ia kelelahan.

Di Mesir, persiapan untuk ritual pengorbanan, berkaitan erat dengan salah satu bagian dari tarian ecstatic Zar. Pasien mengenakan pakaian putih dan mengenakan perhiasan berupa jimat-jimat khusus, dan ruangan juga dihias. Kursi yang berada di tengah ruangan berfungsi sebagai altar yang dihiasi bunga-bunga, lilin-lilin menyala dan berbagai jenis permen, sebagai tanda penghormatan pada roh-roh.

Sesajen dan dupa yang dibakar adalah untuk menarik perhatian roh agar mau hadir; atau untuk mengusir setan-setan lain. Hewan yang dikorbankan berupa domba atau ayam; terkadang ayam dikorbankan di awal ritual dan domba setelahnya. Kahle berpendapat bahwa di masa lalu hanya ayam yang dikorbankan, sedang korban domba baru-baru ini saja dilakukan, namun tidak dimaksudkan untuk menggantikan korban ayam. Menurut Borelli, ayam hitam dikorbankan di Abyssinia. Di Luxor, ayam coklat atau putih, dan di Kairo, satu ayam jantan dan dua ayam betina, boleh hitam atau putih.

Image Image
Pasien dengan ayam putih

Di Abyssinia, kontak antara roh dan korban dilakukan dengan mengayunkan ayam beberapa kali di sekitar kepala pasien. Setelah itu ayam dilempar ke lantai, dan jika tidak segera mati, pengorbanan dianggap sia-sia. Di Kairo, berdasarkan laporan Kahle, hewan dibunuh oleh sheikha pas di atas wajah pengantin Zar, yang harus membuka mulutnya dan minum darah hangat, dan sisa darah mengalir di gaun putihnya. Teorinya, bukan pasien yang minum darah melainkan roh yang ada di dalam dirinya.

Di Luxor, setiap satu tetes darah ditempatkan di dahi, kedua pipi, dagu, telapak tangan dan telapak kaki. Mungkin darah harus diminum juga. Cakar dan bulu disisihkan dengan hati-hati sebagai persembahan khusus bagi roh.

Tentu saja hewan korban haruslah hewan tak bercela. Pasien yang dirasuki menungganginya mengelilingi kursi sebanyak tujuh kali. Jika yang memimpin seorang sheikh, maka ia sendiri yang menyembelih hewan tersebut segera setelahnya; jika seorang sheikha, maka orang lain yang melakukannya karena tidak lazim bagi wanita membunuh domba.
Hewan disembelih sesuai ritual Islam, dengan kepala mengarah ke Mekah, sementara para penonton mengucapkan “Bismillah.” Kepada pasien dikatakan sbb: “Semoga Allah menenangkanmu dengan apa yang kau terima.” Jika ia seorang pria, ia berdiri dekat hewan korban dan langsung menengadah minum darah. Jika ia seorang wanita, darah ditampung di dalam mangkok, baru diminum. Sisa darah diusapkan ke tangan dan kaki pasien. Upacara hampir serupa dilakukan baik pada hewan korban ayam maupun domba.
Sementara masakan daging korban dipersiapkan, beberapa bagian dari ritual pengusiran setan diulang, dan menyantap hidangan merupakan penutup keseluruhan upacara. Pengantin Zar, sheikha dan para pembantunya, hanya boleh menyantap organ bagian dalam (jantung, lambung, dsbnya.), serta kepala hewan korban.
anne
Posts: 502
Joined: Wed Sep 21, 2011 9:52 pm

Re: ZWEMER: Pengaruh Animisme dalam Islam

Post by anne »

Jimat-jimat yang diberikan pada pengantin Zar selama pertunjukan tidak boleh dilepaskan, atau roh akan kembali lagi. Jimat-jimat ini terdiri atas perhiasan perak dan koin-koin yang dikalung di dada di balik gaun, cincin bertulisan khusus, atau beberapa benda lain. Beberapa perhiasan berikut saya miliki dari sheikh di suatu upacara pengusiran: Pertama, penutup kepala terbuat dari manik-manik dan kerang dengan ukuran keliling enam inch, dan rumbai tiga lapis. Ini disebut takiet kharz. Ikat pinggang dari rangkaian manik-manik hijau dan putih yang dipasang di sabuk merah dengan pinggiran kulit kerang. Selain itu, terdapat dua jimat kecil dari bahan yang sama: jimat kotak berisikan ayat-ayat Quran dan satu lagi jimat bundar juga berisikan ayat Quran, dengan bahan eter kuat untuk melawan setan-setan.

Image Image
kiri: Jimat Zar segel salomo dengan tulisan Allah ; kanan: Gelang silver menggambarkan setan Sitt dan Sidi ; bawah: contoh berbagai perhiasan jimat zar

Image ImageImage Image

Domba atau kambing yang dikorbankan juga diberi perhiasan khusus di kepalanya, serupa dengan yang dikenakan para pengantin di desa-desa. Terdiri dari dua ranting palem dengan panjang dua kaki, diikat membentuk huruf T. Tiap ranting ditutupi kertas berwarna dan tinsel (rumbai tali warna-warni), semuanya diatur agar pas diikat di kepala hewan korban.

Akhirnya, si pasien yang menunggang hewan dipersenjatai tongkat dengan panjang 42 inch yang seluruh permukaannya ditutupi manik-manik berwarna coklat, putih, hijau, merah, dan memiliki tiga untaian kerang yang dipasang dalam jarak sama dari bagian ujung pegagangan. Di Maroko, ketika seorang wanita atau pria dirasuki ‘setan’ atau jin, maka orang-orang, baik pria maupun wanita berkumpul dalam sebuah zeriba atau pondok berdinding kayu/bambu dimana upacara dibuka dengan tari-tarian, mantera, dsbnya. Beberapa ekor ayam atau kambing dicekik mati kemudian direbus tanpa garam. Sebagian air rebusan yang sudah mendidih disebar ke dinding dan lantai sebagai cara untuk mengusir setan, sementara daging dikonsumsi semua yang hadir, termasuk orang ‘yang dirasuki.’ (“Villes et Tribus du Maroc,” Casablanca, vol. I, p.64; Paris 1915.)

Mrs. D. Dijkstra memberikan penjelasan lebih lengkap mengenai pengorbanan kepada setan-setan ini, yang dilakukan di Saudi Arabia, ‘tempat lahirnya Isalam,’ sbb: 9

“Pesta besar yang diperintahkan Zeeraan, disebut ‘kabsh,’ atau domba jantan. Dinamakan demikian karena harus selalu mempersembahkan hewan korban berupa seekor domba/kambing jantan. Kabsh selalu menggunakan ruangan yang sangat besar. Pesta dimulai malam hari dengan sebuah jamuan makan malam biasa. Setelah makan malam, pemimpin mulai melafalkan mantra, ‘La ilaha illa allah wa Mohammed rasul allah,’ diikuti yang lainnya, dan ini berlangsung hingga sekitar satu jam. Mereka melakukannya sambil menggerakkan tubuh maju mundur sesuai ritme mantra. Setelah selesai, semua peserta berlutut, dan meneruskan sambil meratap-ratap di lantai, hingga mereka kelelahan. Setelah beristirahat sejenak, para musisi mulai bermain musik dan tidak berhenti sampai acara berikutnya, yaitu mengendarai domba jantan yang dilakukan orang-orang yang ‘dikunjungi zar.’ Kadangkala ini dilakukan di malam hari, jika zar yang merasuki adalah zar biasa; namun jika dianggap zar yang ternama, acara ini dilangsungkan saat fajar. Domba jantan yang ditunggangi dihiasi dengan mash-mounul (ranting-ranting hijau), dan pengendaranya adalah orang yang dirasuki zar ternama itu. Pengendara berkeliling sebanyak tiga atau empat kali. Ini jarang sekali terpenuhi, kecuali dengan melakukan tindakan kejam terhadap hewan malang tersebut, yang ditarik dan didorong dengan cara paling bengis, dan suatu kemurahan-lah bila akhirnya hewan tersebut dibunuh, setelah penderitaan dan cidera yang dialaminya.”

“Setelah tunggangan pertama, semua peserta beristirahat sekitar satu hingga dua jam, dilanjutkan dengan tunggangan kedua, dengan cara yang sama dengan tungangan pertama. Segera setelah ini, domba jantan tersebut dibunuh. Dilaksanakan oleh ‘aba atau urn, dengan bantuan zar—panggilan untuk orang yang dirasuki—dan satu orang lain.

Kepala domba jantan itu ditempatkan di atas nampan atau piring besar, karena tidak setetes darahpun boleh terbuang percuma. Ketika hewan itu dibunuh, gelas diisi dengan darahnya dan dibubuhi saffron serta gula, kemudian si zar meminumnya selagi hangat. Tiga hingga empat peserta lantas membuka baju zar dan memberinya ‘mandi darah.’ Si zar selanjutnya dipasang kembali bajunya dan tidur selama satu jam. Setelah bangun baru dimandikan untuk membersihkan darah dan memakai baju serta perhiasan baru. Sementara itu hidangan dari hewan korban dipersiapkan. Sebagaimana darah, demikian pula dengan tubuh; tidak sehelai bulu, atau sepotong tulang, atau isi perut boleh tumpah atau terbuang percuma. Isi perut dan kaki direbus terpisah, tetapi kulitnya dibalik, diikat, kemudian dimasak bersama bagian tubuh lainnya termasuk kepala. Setelah semua dimasak, satu porsi dibawa ke setiap meja (yaitu hamparan tikar di atas lantai), dan semua makanan selebihnya diletakkan di sekeliling piring utama. Sebatang tongkat yang telah dilumuri darah hewan korban ditempatkan di hadapan zar, setelah semuanya siap. Pemimpin bertanya pada zar, ‘Apakah semua yang kau inginkan ada disini? Apakah semua tulang korbanmu ada semua? Katakan pada kami jika ada yang salah dan jangan nanti baru mengatakan ini itu salah, sehingga kau membalas dendam dengan menimpakan kecelakaan pada kami.’ Si zar diperintahkan untuk menjawab, dan jika tidak, maka ia dipukul dengan tongkat berlumur darah sampai menjawab.”

Di Kairo, upacara pengorbanan disaksikan dan dideskripsikan oleh Madame H. Ruslidi Pasha.10 Ia mengatakan bagaimana setelah musik pembuka, tarian dan pesta, dupa dibakar dan orang yang dirasuki difumigasi dupa dengan selayaknya. Selama proses pengasapan tidak ada doa dilantunkan. Setelah selesai, tarianpun dimulai. Orang yang dirasuki memegang domba jantan yang sekarang dibawa masuk. Ia menuntun hewan itu berkeliling ruangan sebanyak tiga kali, sambil berlaku seperti orang mabuk ditengah teriakan wanita-wanita lain di ruangan tersebut.

Domba jantan tersebut kemudian diseret ke pintu dan disembelih disana. Orang yang dirasuki masuk kembali, didahului oleh goudia yang membawa sebuah nampan penuh permata yang dilumuri darah domba jantan. Bahkan setiap orang dilumuri darah yang masih hangat itu. Darah dimana-mana. Mereka berguling di atas tumpahan darah sampai cukup terlumuri. Udara menjadi panas karena dupa dan asap. Dan ketika akhirnya para wanita jatuh ke tanah, goudias berkeliling menyentuh telinga mereka, meniupnya sambil membisikkan ayat-ayat Quran. Beberapa saat kemudian, mereka kembali ke rumah mereka masing-masing seakan-akan tidak terjadi apa-apa.

Dr. Kahle juga menyatakan bahwa sheikha atau pemimpin upacara disebut ‘Kudija’ (goudia), namun tidak menjelaskan arti kata tersebut; asal-usulnya tidak jelas. Zars yang dilakukan di tempat-tempat suci dan bukan rumah pribadi, tidak memiliki kursi dengan lilin dan juga tidak ada domba korban. Tapi di hampir semua kasus, sheikha datang ke rumah pasien esok paginya untuk membunuh hewan disana. Gelar sheikha (bentuk feminine sheikh, tetua) diberikan padanya karena ia mengerti metode pengusiran roh-roh.

Tugas pertamanya adalah menemukan metode yang tepat bagi penderita tertentu. Jika ia telah pernah mengenal ‘pengantin Zar’ dari pertemuan sebelumnya, ia segera mulai dengan metode yang sesuai. Jika ini pertemuan pertama, beberapa metode dicoba (untuk roh Kairo, roh Mesir Atas, dsbnya.), sampai si pasien berada dalam keadaan ecstatic, yang membuktikan metode yang tepat telah ditemukan dan dilanjutkan. Setiap metode memerlukan pakaian khusus, disesuaikan dengan jenis kelamin roh, bisa pria, wanita, anak laki-laki, atau anak perempuan. Pasien sendiri bertindak sebagai inkarnasi dari roh tersebut; namun, kadangkala sheikha yang berbicara bukan roh.

Upacara pengusiran Zar bisa berlangsung singkat, atau mungkin juga berlanjut selama beberapa malam. Bila pasien kaya, perayaan diperpanjang, dan sepanjang malam ke-empat, yang disebut ‘malam besar,’ perayaan terbesar dipersiapkan. Sheikha dan para pengunjung lain tetap bersama si pasien semalam suntuk, dan keesokan paginya mereka melaksanakan pengorbanan, puncak perayaan. 11
anne
Posts: 502
Joined: Wed Sep 21, 2011 9:52 pm

Re: ZWEMER: Pengaruh Animisme dalam Islam

Post by anne »

Image Image

Kapten Tremearne dalam, ‘The Ban of The Bori’ dan G.A. Herkiot dalam bukunya mengenai adat istiadat Muslim di India, ‘Qanoon-e-Islam’ (1832) menghubungkan praktek serupa yang dilakukan di Afrika Utara dan India.

“Sebab itulah, di setiap negara, dengan beberapa variasi sesuai keadaan setempat, upacara Zar selalu menyertakan tiga hal: dupa, tarian Zar disertai musik, dan persembahan korban. Ketiga hal ini berasal dari kepercayaan Pagan, dan menjijikkan bagi Islam orthodox namun terus berlangsung dalam temaram bayang Islam.

Antara tahun 1870-1880, praktek ini menyebar sedemikian rupa di Mesir Atas, sehingga pemerintah harus menghentikannya.12 Selama empat tahun terakhir, pers Kairo telah menerbitkan banyak artikel menuntut agar ‘upacara-upacara pagan ini’ dihapus oleh undang-undang, namun kebiasaan ini sulit diberantas.13 Tahyul Zar ini bukan hanya merendahkan kehidupan moral dan spiritual, bahkan oleh standar Islam, namun juga memerlukan biaya yang cukup mahal sehingga keluarga-keluarga secara finansial hancur karena tuntutannya.”

“Kadangkala seorang pria akan menceraikan istrinya,” ungkap Mrs. Dijkstra, “karena ada zeeran di dalam diri istrinya; atau jika pria mengetahui bahwa gadis atau perempuan yang hendak dinikahinya memiliki zeeran, ia akan melanggar janjinya. Dan semua ini karena alasan finansial. Orang-orang yang dirasuki zeeran harus melakukan upacara perayaan berkali-kali, dan para wanita didorong oleh zeerannya agar menuntut pada suaminya pakaian baru, perhiasan baru, dan perlengkapan rumah baru. Bila tidak segera dipenuhi, zeeran mengancam malapetaka akan menimpa mereka. Sebab itu, kecuali jika suami siap menanggung beban, ia akan segera melepaskan diri dari ikatan, dan keluarga-keluarga menolak mempertimbangkan gagasan zeeran karena menguras waktu, tenaga dan uang mereka.”

Roh-roh zar terdiri dari sejumlah besar suku dan kelompok. Di Kairo saja, ada roh-roh jahat Abyssinia, Sudan, Arab, dan bahkan India, yang untuk setiap roh diperlukan upacara khusus saat pengusirannya. Ada roh laki-laki, perempuan, atau hermafrodit. Mereka bisa berasal dari berbagai kelas masyarakat dan kepercayaan yang berbeda. Di Bahrein, Arab Timur, “tanda lahiriah yang dimiliki orang yang dirasuki Zar adalah memakai cincin bersegel khusus, dengan nama Zar dan nama orang tersebut diukir di batu merah, dan juga syahadat, ‘'La illaha illa allah, wa Mohammed rasoul Allah.’ Cincin bersegel ini harus dimandikan darah agar mujarab/manjur. Seekor ayam harus dibunuh dan batu tersebut direndam dalam darahnya.”

“Diantara para pemuja benda mati berisi roh di Afrika Barat, dimana Islam belum masuk, upacara pengusiran setan yang serupa dipraktekkan, sebagaimana di Saudi Arabia atau Kairo, kota intelektual Islam! Memang, kita tak perlu menanyakan asal mula Zar, karena kita memiliki deskripsi hampir tepat mengenainya dari Pdt. Robert H. Nassau, yang menyaksikan upacara pagan tersebut di kalangan masyarakat primitif:

“Orang-orang yang sakit, khususnya mereka yang menderita gangguan syaraf, dianggap dirasuki oleh salah satu dari roh-roh jahat ini. Jika penyakit tersebut diperkirakan serius, pasien dibawa ke seorang imam/dukun laki-laki atau perempuan sesuai golongan roh-roh ini. Beberapa tes dilakukan, dan segera setelah dipastikan roh yang menjadi sumber penyakitnya, pasien diserahkan ke imam/dukun yang tepat. Upacara-upacara untuk berbagai kasus secara material tidak berbeda; semuanya sama. Setidaknya dalam hal pelaksanaan upacara menjijikkan, absurd, dan tak bermakna yang hampir tiada akhir, yang hanya bisa lahir dari pemikiran kepemimpinan relijius penyembah berhala yang b0doh, dan hanya bisa ditolerir masyarakat percaya tahyul yang malang dan b0doh.”

“Untuk kasus biasa maupun serius, gubuk sementara dibangun di tengah jalan untuk hunian pasien, imam, dan orang-orang yang ambil bagian dalam upacara pengusiran setan. Waktu pelaksanaan upacara jarang yang kurang dari 10 hingga 15 hari. Selama periode ini, tarian, pemukulan gendang, pesta makan dan minum terus berlangsung tanpa henti, siang dan malam, dan semua atas biaya kerabat terdekat pasien.

Pasien, jika ia perempuan, dikenakan kostum paling fantastis; wajah, dada, lengan dan kakinya diberi warna merah dan putih, kepalanya dihiasi bulu-buku merah, dan sebagian besar waktu ia habiskan dengan berjalan-jalan di tempat terbuka di depan pondok, dengan pedang di tangan yang ia acung-acungkan dengan gaya mengancam ke arah orang-orang yang menonton. Di saat yang sama, ia bertindak semaniak mungkin dalam hal penampilan, perilaku, bahasa tubuh, dan cara berjalan….

Mengenai perilaku ini, mereka katakan bahwa itu dilakukan oleh roh yang merasuki, bukan si pasien. Jika pasien melakukan tindakan yang tak wajar atau menjijikkan, seperti menggigit leher ayam hidup dan mengisap darahnya, dikatakan roh yang melakukannya, bukan manusia biasa.” 14

Kita telah tiba di akhir pembahasan Animisme dalam Islam. Lebih terasa seakan perjalanan menelusuri pantai daripada sebuah survey terhadap area yang teramat luas, namun belum dijelajahi, dari sebuah benua tahyul. Tapi, cukuplah sudah bagi pengamatan kita, untuk mengetahui bahwa tidak ada pemahaman fundamental yang mungkin terhadap Islam populer tanpa menyertakan Animisme.

Mengenai dampak Animisme serta rasa takut akan setan-setan yang ada di benak umat Islam, mengingatkan pada kata-kata yang ditulis De Groot dalam bukunya ‘Religion of the Chinese,’ hal. 60-61. Fakta bahwa ia mengatakan mengenai China, sementara fenomena serupa terjadi di depan mata kita dalam Islam, menjadikan pernyataannya lebih bergema: (ditujukan pada Islam—anne)

“Suatu agama, yang di dalamnya rasa takut akan setan-setan memainkan peranan besar, bahkan menyebakan setan-setan ini dipuja dan diberi persembahan, sudah tentu merupakan agama yang berada dalam tahap rendah. Sangat aneh melihat agama seperti itu dianut di suatu umat yang beradab, sebagaimana anggapan mengenai Islam; dan tidakkah ini memaksa kita merevisi gagasan mengenai beradab tersebut ke level yang sama? Tidak diragukan, kita harus melepaskan diri dari konsep yang didesakkan pada kita oleh sahabat Muslim kita yang antusias, bahwa agama mereka berdiri cukup tinggi sehingga tidak memerlukan agama lain. Yang sesungguhnya adalah, animismenya yang bersifat universal, seiring doktrin demonistiknya, yang membuat umat Islam tidak bahagia; karena orang-orang yang paling tidak bahagia adalah yang senantiasa hidup dalam seribu—seratus ribu—ketakutan akan sesuatu yang tak terlihat, yang menghadang jalan hidup dengan bahaya di setiap tindakan, setiap waktu. Jika memang kehendak Tuhan agar manusia harus menganut agama agar bahagia, bebas dari rasa takut animistik, maka agama Islam sudah pasti bukan agama yang berasal dari Tuhan.”

BIBLIOGRAPHY

(In addition to correspondents and works referred to in the text.)

Abbott, G. F. Macedonian Folk-lore. (Cambridge Press), 1903.

Al Damiri. Zoölogy, article Jinn.

Baudin, P. Fetichism and Fetich Worshippers. 1885.

Bergen, Fanny D. Current Superstitions. Memoirs of American Folklore Society. Boston (Houghton), 1896.

Brinton, D. U. Religions of Primitive Peoples. 1897 or 1899. Putnam. American Lectures on the History of Religions.

Clouston, W. A. Popular Tales and Fiction - Their Migrations and Transformation. 2 Vols. London (Blackwood), 1888.

Crawford, D. Thinking Black. New York (Revell), 1916.

Curtin, Jeremiah. Hero Tales of Ireland. London (Macmillan), 1894. Myths and Folk-tales of the Russians, Western Slavs and Magyars. Boston (Little, Brown & Co.), 1903.

Curtiss, Samuel Ives. Primitive Semitic Religions Today. 1902.

Cushing, Frank H. Zuni Folk-tales. New York (Putnam), 1901.

De Groot, J. J. M. Religion in China. pp.342. New York (Putnam), 1912. A study of the animistic elements in the religions of China.

Dennett. Nigerian Studies.

Dennett, R. At the Back of the Black Man's Mind. 1906.

Dorman, Rushton M. The Origin of Primitive Superstitions. Philadelphia (Lippincott), 1881.

Doughty. Arabia Deserta. 2 vols. Cambridge, 1888.

Drake, Samuel G. Annals of Witchcraft in New England. (Woodward.)

Dresslar, Fletcher Bascom. Superstition and Education. University of California Publications. (The University Press),1907.

Elmore, W. T. Dravidian Gods in Modern Hinduism: A Study of the Local and Village Deities of Southern India. Hamilton, New York (published by the author), 1915.

Encyclopedia Britannica, 11th edit. "Animism," Vol. II, pp. 53-9.

Encyclopedia of Religious Knowledge: Article on Amimism.

El Shibli. Kitab al Mirjan fi Ahkam ul Janli.

Frazer, J. G. The Golden Bough: A Study in Magic and Religion. 3rd edit. in twelve vol. Macmillan, 1913-7, especially, The Scape Goat and The Tabo6.

Garnett, L. M. J. Mysticism and Magic in Turkey. London, 1912.

Gordon: A Woman in the Sahara.

Herklots, G.A., Qanoon-e-Islam, or the customs of the Moslems of India, London (Parbury Allen & Co.), 1832.

Hunt, Robet. Popular Romances of the West in England. London (Chatto & Windus), 1881.

Hutchinson, Horace G., Dreams and their Meaning. London (Longmans), 1901.

Jewish Enclyopedia: Articles on Angels, Demons, Kabal, Burials.

Junod, Henri A. "God’s Ways in the Bantu Soul." Article in the International Review of Missions. III, pp. 96-106.

Kruyt, Albertus C. Het Animisme in den Indeschen Archipel. (Leiden). A Scientific Account of Animism.

Lane, E.W. Manners and Customs of the Modern Egyptians, 1860.

Meinhof, C. Africanische Rectsgebräuche. Pp. 162, Berlin, 1914.

Shems ul Ma'arif : Al Buni.

Simon, Gottfried. The Progress and Arrest of Islam in Sumatra.

Skeat,. W.W. Malay Magic. London (Macmillan & Co), 1899.

Smith, Robertson Religion of the Semites. New York, 1889.

Snouck Hurgronje. Het Mekkansch Feest. Leiden 1880.

Snouck Hurgronje. The Achenese. Translated by A.W.S. O'Sullivan (Luzac & Co), 1906.

Tremearne. Hausa Superstitions and Customs. London, 1913.

Tremearne. The Ban of the Bori (Tripoli).

Wallis, W.D. Article in American Journal of Theology, April 1915 on Missions from the Standpoint of an Anthropologist.

Wellhausen. Reste Arabischen Heidenthums. Berlin 1897.

Wuttke, Adolf. Der deutsche Volksaberglaube der Gegenwart. Berlin (Wiegard & Grieben), 1896.


FOOTNOTES FOR CHAPTER TWELVE

1 "Aspects of Islam," pp.330-332.

2 "Mekka," Volume II, p.124.

3 Paul Kahle, "Zar-Beschwörungen in Egypten" in Der Islam, Band III, Helt 1, 2. Strassburg, 1912.

4 See Moslem World, July, 1913.

5 Before I heard of Miss Thompson's story I discovered in the bazaar at Cairo silver crosses engraved and sold to Moslem women by Jewish dealers. One shows Christ upon the cross, while the other represents the Virgin and has "the verse of the Throne," from the Koran, On the reverse side. They are used to east out Christian devils by the dreaded power -ie., the cross of the Christians.

6 I.e., the first or opening chapter of the Koran.

7 "Bilder aus Oberägypten," p.380.

8 "Travels in Abyssinia and the Galla Country," quoted by Paul Kahle.

9 Neglected Arabia, a quarterly published by the Arabian Mission, New York, January, 1918. Mrs. Dijkstra uses the word zar for the victim as well as for the ceremony.

10 "Harems et Musulmanes d'Egypte" (Paris), out of print, pp. 270-274.

11 See The Moslem World, July, 1913. Article by Elizabet Franke, based on Kahle's investigations.

12 Klunzinger, p.388.

13 Cf for example the newapaper Al Jareeda, April 18, 1911, and the pamphlet "Mudarr ez Zar," "The Baneful Effect of the Zar," Cairo, 1903.
14 "Fetichism in West Africa," New York, Charles Scribner'a Sons, 1904, pp.72-74.
anne
Posts: 502
Joined: Wed Sep 21, 2011 9:52 pm

Re: ZWEMER: Pengaruh Animisme dalam Islam

Post by anne »


BAB I
ISLAM DAN ANIMISME


Asal-usul dan karakter populer Islam yang merupakan percampuran unsur-unsur keyakinan Pagan, Yahudi dan Kristen, telah diketahui di kalangan para siswa yang mempelajari perbandingan agama. Rabbi Geiger dalam sebuah esai terkenalnya 1 telah menunjukkan betapa banyak pondasi Quran yang diambil dari Talmud Yahudi dan bagaimana ritualnya hanyalah peralihan dari ritual kaum Farisi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Tisdall dalam bukunya ‘Sources of Islam’ dan juga para penulis lain, terutama Wellhausen, Goldzinger dan Robertson Smith, telah memperlihatkan unsur-unsur pagan yang terus berada dalam iman Islam hingga saat ini, yang diadopsi oleh Muhammad sendiri dari ritual penyembahan berhala kuno Arab. Ajaran dan kehidupan Kristen juga memiliki pengaruh terhadap Muhammad dan doktrinnya, jelas bukan hanya penempatan posisi terhormat bagi Yesus Kristus, Perawan Maria, Yohanes Pembaptis dan karakter-karakter lain, namun juga dalam semangat penaklukkan universal dan di atas segalanya dalam hal kepercayaan mistik dan praktek asketic Islam di kemudian hari.

Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.” Kekuatan Islam terletak di sifat persenyawaannya. Ia menjalarkan diri kemana saja dan selalu dalam bingkai tahyul pagan dan animistik. Ia menentang semua kesetiaan fanatik Yudaisme Semitik dengan nasionalisme berlebihannya. Ia mengklaim telah mencakup sekaligus dan menyempurnakan semua yang Yesus Kristus lakukan dan ajarkan. Islam adalah agama kompromi, konservatisme dan penaklukan.

Tujuan kami adalah memperlihatkan betapa kuat unsur pagan dalam agama Islam, betapa banyak doktrin dan praktek Islam populer yang hanya dapat dijelaskan dari sisa-sisa animisme Arab Kuno yang masih bertahan atau yang diambil dari berbagai sumber penyembahan berhala dalam penyebaran agama Islam; doktrin serta praktek yang Islam tidak pernah mampu menghapuskan atau menghancurkannya. Yang terutama dalam membahas hal ini, kita tidak perlu terkejut bahwa kepercayaan akan setan-setan dan tahyul kuno Arab hadir berdampingan bersama Islam. Lima kali sehari muadzin Islam menyerukan dari mesjid: ‘Tiada tuhan selain Allah.’ Orang-orang mengulang ini dan menyatakannnya lagi lebih dari seratus kali sepanjang hari dalam pertengkaran, perayaan, puasa, sukacita, dan pembicaraan sehari-hari. Namun dalam pengamatan sehari-hariku—aku telah hidup diantara mereka selama lebih dari 25 tahun—kutemukan mereka memiliki jimat-jimat dan kebiasaan klenik yang jumlahnya sama banyaknya dengan jumlah dewa-dewa milik kaum pagan yg bersujud pada kayu dan batu. 2

Sekarang kita ketahui bahwa Islam di Arab sendiri dan di negeri-negeri Islam lama, tidak mampu melepaskan diri dari kepercayaan dan praktek sejenis. Untuk memahami asal-usul serta karakter hal ini secara benar, pertama-tama perlu diketahui apa yang dimaksud animisme. Anisme adalah keyakinan bahwa sebagian besar, jika tidak semua, benda mati di alam ini seperti juga makhluk hidup dikaruniai akal, kecerdasan dan kemauan yang identik dengan manusia. Kennedy mendefinisikannya sebagai “suatu sistem agama, sistim filsafat, sekaligus sistem pengobatan. Sebagai sistem agama ditandai dengan penyembahan roh-roh yang membedakannya dari penyembahan dewa-dewa.” 3; dan Warneck berkata: “Tampak bahwa Animisme adalah bentuk primitif penyembahan berhala, yang tetap bertahan, sebagaimana di China dan India hingga saat ini, ditengah segala peningkatan kualitas peradaban.

Kajian atas agama-agama kuno Yunani dan Jerman memperlihatkan gambaran animistik serupa. Intisari penyembahan berhala tampaknya bukanlah penolakan akan Tuhan, melainkan keterasingan/pemisahan diri sepenuhnya dari Dia. Eksistensi Tuhan diketahui dimana-mana, dan penghormatan khusus diberikan padaNya. Namun Ia jauh, dan karena itu dikesampingkan dari kehidupan religius. TempatNya diambil alih oleh setan-setan yang ditakuti dan disembah.”4 Bahkan di Saudi Arabia, monoteisme keras para Reformis Wahabi tidak mampu membasmi tahyul pagan Islam, karena mereka tertanam dalam Quran dan sama sekali tidak ditolak oleh Muhammad sendiri—apalagi oleh para sahabatnya.

Berkenaan dengan praktek pagan yang lazim di masa awal Islam, Abu’l Fida menunjukkan sejumlah ritual ibadah yang terus diabadikan di bawah sisitem yang baru. “Kaum Arab jaman jahiliyah,” katanya, “mereka terbiasa melakukan hal-hal yang kemudian diadopsi hukum Islam; mereka tidak boleh menikahi ibu atau anak-anak perempuan mereka, dan di kalangan mereka adalah hal paling menjijikkan menikahi dua perempuan kakak beradik, dan mereka mencerca orang yang menikahi istri ayahnya, orang tersebut mereka juluki Daizan.

Selanjutnya, mereka biasa melakukan perjalanan ziarah (haji) ke Rumah (Ka’bah) serta mengunjungi tempat-tempat suci. Dengan mengenakan Ihram (dua lembar kain tanpa jahitan yang hingga sekarang dipakai para peziarah saat mengelilingi Ka’bah) mereka melakukan Tawwaf dan berlari antara bukit As Safa dan Al Marwa, serta berdiri di Tugu-tugu untuk melempar batu-batu http://id.wikipedia.org/wiki/Haji (pada iblis di lembah Mina) dan mereka biasa menambahkan satu bulan setiap tiga tahun.” Ia selanjutnya menyebutkan banyak contoh-contoh serupa lainnya dimana Islam telah memerintahkan supaya kebiasaan-kebiasaan Arab kuno dijadikan ritual ibadah, misalnya terkait tatacara pembasuhan terhadap beberapa jenis kecemaran, ritual pemotongan rambut, pembersihan gigi, kuku, dan hal-hal semacam itu.5

Muhammad juga mengambil dongeng tertentu yang populer di kalangan penyembah berhala Arab, seperti kisah Ad dan Thamud dan beberapa lainnya (Surah VII 63-77). Mengenai kisah-kisah semacam itu, Al Kindi menyatakan dengan baik pada lawan debatnya, “Dan bila engkau menyebutkan kisah Ad dan Thamud serta Unta dan Tentara Bergajah (Surah CV dan XIV:9) dan kisah-kisah semacam ini, kami katakan padamu, ‘Itu adalah kisah-kisah omong kosong dan dongeng-dongeng tak masuk akal dari para perempuan tua Arab yang terus menerus menceritakannya siang malam.’”

Dikala kita membaca kisah ritual pemujaan pra-Islam di Mekah, kita menyadari betapa banyak tatacara kuno yang dipertahankan dalam Islam. Berhala-berhala utama di Arab adalah sbb:

Hobal, dalam bentuk sosok seorang pria dan berasal dari Syria; ia adalah dewa hujan dan memiliki posisi kehormatan yang tinggi

Wadd, dewa cakrawala. Doa khusus untuk hujan dan gerhana diajarkan oleh Muhammad.

Suwah, dalam bentuk sosok seorang wanita, dikatakan berasal dari jaman yang sangat kuno.

Yughuth, mengambil bentuk seekor singa.

Ya’ook, dalam bentuk seekor kuda dan disembah di Yaman (Patung perunggu berhala ini ditemukan di makam-makam kuno dan masih digunakan sebagai jimat.)

Nasr adalah dewa elang.

El Uzza diidentifikasikan beberapa ilmuwan sebagai Venus, kadangkala dipuja dalam bentuk pohon (lihat juga: Penyembahan Pohon oleh umat Islam).

Allat adalah berhala utama suku Thakif di Taif yang mencoba berkompromi dengan Muhammad untuk menerima Islam jika ia tidak menghancurkan tuhan mereka selama tiga tahun. Tampak nama ini bentuk feminin dari Allah.

Manat adalah sebuah batu besar yang disembah sebagai altar oleh beberapa suku.

Duwar adalah berhala perawan dan para wanita muda biasa mengelilinginya dalam upacara; dari situlah namanya berasal.

Isaf dan Naila adalah berhala-berhala yang berada dekat Mekah di bukit Safa dan Marwa; kunjungan ke tempat-tempat suci ini sekarang menjadi bagian ziarah Islam, yakni mereka mengabadikan ritual-ritual penyembahan berhala kuno.

Habhab adalah sebuah batu besar yang di atasnya unta-unta disembelih. Terdapat di tiap negri Islam, pohon suci¸dsbnya., berlimpah contohnya; di sebagian besar kasus adalah bekas kuil suci kaum pagan.

“Bahkan di agama-agama yang lebih tinggi,” ungkap Warneck, “dan juga dalam kekafiran yang ada di kalangan Kristen, kita temukan sejumlah besar ritual animistik. Buddhisme, Konfusianisme dan Mohammedanisme/Islam, dengan mudahnya animisme menaklukkan berbagai agama kokoh ini; bahkan tanpa perlawanan. Animisme hanya dapat diatasi dengan iman pada Yesus Kristus.” Sebab itulah banyak kepercayaan tahyul ini tidak dapat lagi dikatakan anti-Islam, walau dalam banyak hal ditentang Islam. Suatu agama tidak lahir dan langsung mencapai kematangan penuh dibanding perkembangan peradaban manusia itu sendiri, dan jika dalam proses mencapai kematangan tersebut ia melepaskan berbagai tanda pengenal masa awal pertumbuhannya, kita tak dapat menyangkal itu haknya untuk bertransformasi, karena merupakan bagian tak terpisahkan dari skema alam.

“Suatu kebiasaan atau ide tidak selalu dikutuk sesuai standar Islam,” tulis Hurgronje, “walau kita tahu pasti, tak ada bayang keraguan sedikitpun akan asal-usul pagannya. Sebagai contoh, jika ajaran Islam beranggapan beberapa kebiasaan yang diperbolehkan, seperti penggunaan mantera/jampi untuk melawan setan atau jin yang memusuhi manusia, atau sebagai doa perantara nabi atau orang suci kepada Allah, maka tidak jadi masalah bila keberadaan roh-roh jahat ini sebenarnya hanya ada dalam sumber-sumber pagan, juga tak seorangpun mempertanyakan apakah sosok yang dimaksud tidak lain dewa-dewa kafir dalam baju baru, atau sosok imajiner yang namanya hanya berfungsi untuk melegitimasi ibadah pada beberapa objek pemujaan populer.6 Beberapa penulis melangkah lebih jauh dengan mengatakan Animisme berada di akar semua pemikiran dan teologi Islam.

“Umat Islam,” ungkap Gottfried Simon, “punya kecenderungan alami pada Animisme; Animisme mereka tidak bertentangan dengan ajaran agamanya. Islam adalah contoh klasik bagaimana agama non-Kristen tidak berhasil menaklukkan Animisme. Kelemahan dalam menghadapi musuh terbesar semua agama dan kemajuan moral membawa akibat pahit. Diantara masyarakat animis, Islam semakin lama semakin terbenam jerat animism. Penakluk sesungguhnya adalah yang ditaklukkan. Islam menyaksikan bagaimana hal yang paling berharga dalam imanya, ‘percaya pada Tuhan, dan tindakan terpenting dalam agamanya, ‘pernyataan iman’ itu sendiri, terseret dalam lumpur pemikiran animism; hanya dengan kedok animism mereka mendapatkan keuntungan di kalangan masyarakat biasa.

Bukannya mengangkat masyarakat, ia malah mendegradasi diri. Bukannya menyelamatkan para penyembah berhala dari Animisme, Islam justru semakin membenamkan dirinya. Animisme muncul dari perjuangan untuk memenangkan jiwa orang-orang. Memang benar dimodernisasi, namun justru menjadikannya lebih kuat dari sebelumnya. Ditipu secara elegan, dan ditopang oleh teologi. Seringkali ia tidak dikenali di dalam gaun halus Arabnya, namun ia terus beraksi untuk mempengaruhi orang-orang; ia telah menerima hukuman ilahi.”

Penulis lain mengemukakan opini yang lebih kuat, “Ritual Islam, bukannya membawa manusia kepada Tuhan,” tulis Dr. Adriani, “namun justru berfungsi sebagai jaring penangkap bagi Animisme,” ini terbukti di Sulawesi, dimana Islam lebih bersifat tahyul, bahkan dibandingkan para penyembah berhala sendiri. “Islam telah memberikan pengaruh berbeda terhadap kekafiran dari apa yang kita harapkan. Islam tidak membiarkannya apa adanya, ataupun menyerang animisme. Sebaliknya, Islam justru meletakkan pondasi animistik kuno bagi agama para penyembah berhala tersebut, dan membangun superstruktur tata cara Islam yang artistik dan bercahaya di atasnya.” 7

Seraya umat Islam mengaku percaya pada satu Tuhan dan melafalkan atribut mulianya dalam ibadah mereka sehari-hari, dimana-mana mereka juga membiarkan doktrin mulia tersebut terkubur di bawah tahyul-tahyul pagan yang diambil baik itu dari penyembahan setan Arab, dewa-dewa Hindu, ataupun praktek animis di Malaysia dan Afrika Tengah. Mengenai tiga puluh juta umat Islam di Hindia Belanda, Wilkinson mengungkapkan, “Rata-rata suku Melayu memandang Tuhan sebagai seorang raja besar atau gubernur yang hebat, dan tentunya adil, namun kekuasaannya begitu tinggi untuk dilibatkan dalam urusan remeh warga desa; sementara roh-roh disamakan dengan polisi lokal yang mungkin korup dan cenderung salah, namun paling banyak menangani urusan di wilayah tugasnya, dan yang murkanya harus dihindari bagaimanapun caranya.”

Pada pandangan pertama orang mungkin beranggapan bahwa monoteisme kaku Islam—keyakinan Semitik yang sangat akan ke-esaan Allah—akan mencegahnya berkompromi dengan politeisme. Namun, kenyataannya justru berlawanan. “Kepercayaan pada segala jenis roh bukan hal asing bagi masyarakat Aceh, juga tidak bertentangan dengan ajaran Islam,” kata Dr. Snouck Hurgronje. “Pemujaan nyata terhadap makhluk-makhluk ini dalam bentuk doa-doa, bisa membahayakan monoteisme secara serius, namun pemujaan semacam itu termasuk diperkenankan di Aceh.

Roh-roh diyakini memusuhi manusia dan dilawan dengan upacara pengusiran setan; tata cara yang dilakukan di Aceh, Arab dan negara-negara Islam lainnya ini, dalam banyak hal berbeda dengan ajaran orthodoks. Namun, disaat orang Aceh meminta bantuan roh-roh ini dengan mantra atau menggunakan mantra untuk mencelakai orang lain, ia melakukannya dengan pengetahuan penuh bahwa ia melakukan dosa. Misionaris Gottfried Simon, melangkah lebih jauh saat berkata, “Dakwah awal mengenai gagasan Tuhan Islam memperoleh pengikutnya dengan lebih mudah, karena pada dasarnya ia tidak berada di atas level gagasan animistik; Islam tidak memperkenalkan sesuatu yang benar-benar baru dengan doktrin Tuhannya; gagasan Islam akan Tuhan mengkorelasikan dirinya dengan konsep-konsep yang sudah ada. Animisme sesungguhnya adalah pemujaan terhadap roh-roh dan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal. Namun pemujaan terhadap roh belum mampu sepenuhnya melenyapkan gagasan mengenai Tuhan.”8 Ia selanjutnya menunjukkan bahwa diantara suku-suku di Sumatra, gambar-gambar yang secara salah disebut berhala, sesungguhnya adalah gambar-gambar yang karena jeleknya berfungsi untuk mengusir roh, ataupun gambar-gambar pembawa jiwa yang ke dalamnya benda-benda berjiwa (kekuatan hidup, cairan hidup, yang merupakan konsep materi) dimasukkan dengan sejenis trik manipulatif; dengan demikian mereka memasukkan benda-benda berjiwa yang mengandung berkah tersebut ke dalam rumah, atau dengan memperbanyak benda-benda pembawa jiwa tersebut, maka mereka menjamin perlindungan terhadap penyakit dan roh-roh. Kelompok pertama dapat digolongkan sebagai jimat (amulets), atau jika disembah dan diberi sesajen, maka disebut fetishes; dan kelompok kedua disebut jimat (talismans).

Dalam buku Skeat, ‘Malay Magic,’ 9 diperlihatkan bahwa sama seperti dalam bahasa Melayu, orang dapat melihat adanya sejumlah kata-kata Arab di bagian utama kosakata asli, sehingga dalam kebiasaan agama populer mereka, gagasan Islam menimpa sejumlah besar gagasan asli pagan. “Suku Melayu di semenanjung adalah Islam sunni mazhab Shafi’I, dan secara teoritis, tidak ada yang lebih benar dan ortodoks (dari sudut pandang Islam) dibanding kepercayaan yang mereka anut. ‘Namun keyakinan mereka yang benar-benar mengakar, adalah masalah lain lagi. Dan harus diakui bahwa lapisan Islam yang membungkus tahyul kuno mereka seringkali sangat tipis. Bagaimanapun, inkonsistensi yang melibatkan diri mereka ini, bukanlah suatu aturan yang tidak mereka sadari. Disaat mereka memulai doa dengan ayat pembuka ortodoks, ‘Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang,’ serta mengakhirinya dengan pengakuan iman, ‘Tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah Rasul Allah,’ mereka menyadari bahwa adalah tidak layak memohon intervensi dari dewa-dewa Hindu, Hantu-hantu Setan, serta Roh-roh Alam, mencampurnya dengan beberapa Malaikat dan Para Nabi, karena tampaknya hal tersebut memang diperlukan.”

Luasnya jangkauan Animisme seringkali tidak disadari. Kepercayaan ini merupakan keyakinan yang hidup dan bekerja di lebih dari separuh umat manusia. Semua suku-suku di Selatan, Tengah dan Barat Afrika adalah animis, kecuali di wilayah dimana animisme telah disingkirkan Kekristenan. Islam di Afrika sebagian besar bercampur dengan animism. Animisme adalah kepercayaan penduduk Madagascar. Suku-suku Indian Amerika Utara dan Selatan tidak mengenal kepercayaan lain saat Colombus mendarat, dan sisa-sisanya masih menganut kepercayaan ini. Penduduk kepulauan Pasifik dan suku Aborigin Australia adalah animis. Di Borneo dan kepulauan Melayu, kepercayaan animis begitu kuat, walau banyak yang dipengaruhi Hindu. Bahkan di China dan Jepang, pengikutnya berjumlah jutaan orang. Di Burma telah dinyatakan bahwa Budhisme di negara tersebut kenyataannya hanyalah lapisan tipis pembungkus agama sesungguhnya, yakni Animisme. Di India, sementara Laporan Sensus mencatat hanya ada 8,5 juta penganut animis di negara itu, kemungkinan ada sepuluh kali lipat dari jumlah tersebut adalah penganut Hindu yang memperlihatkan sesuatu yang lain, dan bahkan Islam di banyak wilayah terpengaruh oleh animism.

Tidak ada kesepakatan di kalagan ilmuan mengenai asal-usul Animisme. Menurut penulis Encyclopedia Britannica, “Animisme mungkin timbul dari atau bersamaan dengan Animatisme, suatu penjelasan primitif atas berbagai fenomena yang aneh; jika Animatisme sedari awal diterapkan pada objek non-human atau benda mati, maka Animisme mungkin sejak semula diterima sebagai suatu teori keberadaan manusia. Daftar fenomena dari hasil perenungan kaum primitif yang mengarah ke Animisme, disampaikan oleh Dr. Tylor, Herbert Spencer, Mr. Andrew Lang dan lain-lain; kontroversi timbul diantara para penulis ini mengenai prioritas daftar yang mereka buat. Fenomena ini diantaranya: trance dan ketidaksadaran, penyakit, kematian, kemampuan supranatural, mimpi, penampakan orang mati, hantu/roh, gema, bayangan dan refleksi.”

Menurut teori ini, evolusi yang menyebabkan tumbuhnya gagasan-gagasan agama. Namun tidak semua sepakat dengan teori ini; ini bertentangan dengan Kitab Suci

...... dst...anne: sepertinya belum perlu diterjemahkan
anne
Posts: 502
Joined: Wed Sep 21, 2011 9:52 pm

Re: ZWEMER: Pengaruh Animisme dalam Islam

Post by anne »

selesai..

[youtube]SJ_kNFfBBcc&feature=related[/youtube]

[youtube]L-A19jO_A7s&feature=related[/youtube]
User avatar
Adadeh
Posts: 8184
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Re: ZWEMER: Pengaruh Animisme dalam Islam

Post by Adadeh »

anne wrote:selesai..
Image

You're the best, anne.
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: ZWEMER: Pengaruh Animisme dalam Islam

Post by Kibou »

Thank you so much anne! You are indeed awesome.
anne
Posts: 502
Joined: Wed Sep 21, 2011 9:52 pm

Re: ZWEMER: Pengaruh Animisme dalam Islam

Post by anne »

Om Adadeh dan bro Kibou yang saya hormati dan kasihi,

Mimpi apa saya sehingga dapat pujian sebagus ini? [-o< Tadinya tidak mau reply karena tidak tahu mau ngomong apa, dan saya sadar masih banyak kekurangan penterjemahannya. Saya suka Zwemmer. Sebelum nerjemahin 'Mengapa Murtadin Jarang Ada' saya tidak tahu siapa Zwemmer. Ternyata banyak yang bisa dipelajari dari tulisannya (trims Om Ali). Untuk beberapa subjek dalam buku Animisme dalam Islam ini, referensi terbanyak sudah tercakup lengkap di terjemahan om Adadeh dan senior Pod-rock, Rafat Amari: Islam ditinjau dari Pengamatan Sejarah

Terimakasih supportnya om Adadeh dan bro Kibou. Minggu depan saya mau teruskan lagi Prophet of Doom (sudah minta izin om Ali).
User avatar
harahap
Posts: 2129
Joined: Mon Sep 27, 2010 12:09 pm

Re: ZWEMER: Pengaruh Animisme dalam Islam

Post by harahap »

thank you Anne,

thread ini akan bermanfaat buat muslim yang open mind,

sungguh, pengetahuan yang ta dapat selama 15 th mainan gaib ... kalah jauh kalah komplet dengan 2 jam baca thread ini

saya jadi tambah menyesal ... kenapa dulu saya sebegitu **** ... sampai jadi dukun segala .... :axe:
User avatar
kokokbeluk
Posts: 2541
Joined: Tue Apr 26, 2011 12:43 am
Location: Bukan TUHAN yang ngomong ame muhammad saw di gua hira! TAPI hantu!

Re: ZWEMER: Pengaruh Animisme dalam Islam

Post by kokokbeluk »

Terimakasih sis Anne..... :finga:

Ngemenk², ane blon pernah liat konser islam.....

Yang bisa kerja sama rame², sehingga menghasilkan sesuatu yang luar biasa...

Kapan yah entu muslim² bisa bikin music kayak begitu??? :lol:
User avatar
harahap
Posts: 2129
Joined: Mon Sep 27, 2010 12:09 pm

Re: ZWEMER: Pengaruh Animisme dalam Islam

Post by harahap »

kokokbeluk wrote:Terimakasih sis Anne..... :finga:

Ngemenk², ane blon pernah liat konser islam.....

Yang bisa kerja sama rame², sehingga menghasilkan sesuatu yang luar biasa...

Kapan yah entu muslim² bisa bikin music kayak begitu??? :lol:
lah yang sekumpulan pilot penerbang .. ??

bagi mereka "musik" pilot itu suwanggaaaaatttt indahhhh ......
User avatar
kokokbeluk
Posts: 2541
Joined: Tue Apr 26, 2011 12:43 am
Location: Bukan TUHAN yang ngomong ame muhammad saw di gua hira! TAPI hantu!

Re: ZWEMER: Pengaruh Animisme dalam Islam

Post by kokokbeluk »

harahap wrote:lah yang sekumpulan pilot penerbang .. ??

bagi mereka "musik" pilot itu suwanggaaaaatttt indahhhh ......
Sorry bro harahap, ane kalah elmu nich ame ente... :stun:
Maksood-nye ape yah,,, tulung dunk diperjelas... :stun:
anne
Posts: 502
Joined: Wed Sep 21, 2011 9:52 pm

Re: ZWEMER: Pengaruh Animisme dalam Islam

Post by anne »

Terimakasih kembali Pak Harahap dan Bro Kokokbeluk,

Saya hanya menerjemahkan, om Ali yang memperkenalkan buku ini dan memeriksa terjemahan saya.
sungguh, pengetahuan yang ta dapat selama 15 th mainan gaib ... kalah jauh kalah komplet dengan 2 jam baca thread ini
saya jadi tambah menyesal ... kenapa dulu saya sebegitu **** ... sampai jadi dukun segala ...
Pengalaman pribadi yang dituangkan dalam trit Pak Harahap membuat apa yang dipaparkan buku ini menjadi lebih bernilai. FFI kaya dengan beragam pengetahuan dan pemikiran. Indah……. :heart:
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

DAHSYAT, ANNE! Om tidak suka muji2 tapi Anne memang kaliber jempolan.

Anne bukannya asal menerjemahkan (lewat google) atau asal copas, tapi juga masih sudi untuk meng-google gambar yang cocok dan menampilkan layout yang enak dibaca. Faktor2 seperti inilah yang membuat situs tercinta kita ini populer karena enak dibaca dan perlu.

Om belon periksa terjemahan semua post Anne tapi Om yakin tidak ada kesalahan fundamental. Kalau ada yang melihat sebuah kesalahan atau ketidaksinkronan dlm terjemahan ini, Om minta pada pembaca untuk menandakannya disini.

Sekali lagi Anne, DAHSYAAAAATT!!Kalau FFI bisa mendapat SATU lagi penerjemah spt Anne maka bola pemurtadan dan penyadaran bangsa bisa menjadi semakin besOar! Sekarang, sayangnya kita masih tersendat2. Begitu banyak buku yg harus diterjemahkan, begitu sedikit mereka yang bersedia.


Om shanti shanti ... :prayer: :prayer: :prayer: :prayer:
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Bangladesh. Seorang Mullah sedang menulis tawezz. Banyak klien Mullah semacam ini yang berasal dari kalangan berpendidikan.
Gambia. Membuat jimat ‘Juju’ untuk menangkal roh, penyakit, atau bahkan bisa kebal tusukan pisau. Umumnya dibuat dari tulang hewan dengan ayat-ayat Qur’an.
Indonesia. (kiri) Surah al-Ikhlas (al-Tawhid) dibaca untuk perantara magis; (kanan) Surah al-An-am ayat 113, dioleskan (maaf) ke darah menstruasi untuk kegunaan santet ; (tengah) ayat di daun sirih untuk pengobatan.

Sementara itu, Om punya pertanyaan. Mungkin ente, bang Harahap, bisa bantu. Ane (bukan Anne) pernah liat orang diguna2 dan dari tubuhnya keluar kain panjang selebar 2cm penuh dgn huruf kriwil2 Arab. Apa memang benar dukung bisa nyantet dgn kain berhuruf arab dan memasukkannya ke tubuh korban shg korban sakit misterius atau ini cuma si dukun main simsalabim?
User avatar
harahap
Posts: 2129
Joined: Mon Sep 27, 2010 12:09 pm

Re: ZWEMER: Pengaruh Animisme dalam Islam

Post by harahap »

kokokbeluk wrote: Maksood-nye ape yah,,, tulung dunk diperjelas... :stun:
bahasa indonesia : rebana
bahasa jawanya : terbang
bahasa prokem penggunanya : pilot / penerbang

Image

:lol:
User avatar
harahap
Posts: 2129
Joined: Mon Sep 27, 2010 12:09 pm

Re:

Post by harahap »

ali5196 wrote: Ane (bukan Anne) pernah liat orang diguna2 dan dari tubuhnya keluar kain panjang selebar 2cm penuh dgn huruf kriwil2 Arab. Apa memang benar dukung bisa nyantet dgn kain berhuruf arab dan memasukkannya ke tubuh korban shg korban sakit misterius atau ini cuma si dukun main simsalabim?
ada yang keluar tali rafia, kira2 hampir 2 meter panjangnya

ada yang keluar tali ijuk, seperti ini

Image

kalo benda tajam berkarat atawa bangkai binatang atawa sampah itu sudah umum

dan posting di http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... ml#p879114

tentang pemakaian surah YASIN untuk keperluan SANTET
User avatar
keeamad
Posts: 6954
Joined: Tue Aug 23, 2011 4:06 pm

Re: ZWEMER: Pengaruh Animisme dalam Islam

Post by keeamad »

Pernyataan muslim dari situs sebelah:
Qorin adalah jin yang ditugasi untuk mendampingi setiap manusia dengan tugas menggoda dan menyesatkannya. Karena itu, qorin termasuk setan dari kalangan jin.
Maka pertanyaannya sekarang:
Apa PAHALA / Imbalan / Balasan YANG BAKAL Jin setan itu DAPATKAN - dari Majikannya / tuhannya (allah swt?) Setelah DIA BERHASIL Menunaikan / Menjalankan Tugasnya dengan baik (Tugas YG diberikan langusung oleh allah - yaitu UNTUK MENYESATKAN MANUSIA) ... ?
Bob Marley
Posts: 122
Joined: Sat Mar 12, 2011 7:06 pm

Re: ZWEMER: Pengaruh Animisme dalam Islam

Post by Bob Marley »

Nih buku bagus banget,baca berulang ulang gak bosen..
walet
Posts: 5858
Joined: Wed Feb 11, 2009 4:52 am
Contact:

Re: ZWEMER: Pengaruh Animisme dalam Islam

Post by walet »

anne wrote:selesai..

[youtube]SJ_kNFfBBcc&feature=related[/youtube]

[youtube]L-A19jO_A7s&feature=related[/youtube]

Diperbaiki biar muncul:

Code: Select all

[youtube]SJ_kNFfBBcc[/youtube]

[youtube]L-A19jO_A7s[/youtube]


Post Reply