Serangan Tentara Romawi ke Arabia Barat dan Selatan (tahun 30 SM)
Penjelajahan Tentara Romawi ke daerah Arabia barat dan selatan mencatat dengan tepat berbagai kota² yang dibangun di barat tengah Arabia, tapi tak menyebut kota Mekah sama sekali.
Catatan sejarah kita terus berlanjut. Di tahun 30 SM, Mesir menjadi propinsi Romawi. Pemerintah Roma ingin mengontrol daerah Arabia sepanjang Laut Merah, terutama daerah kota selatan
Leuce Kome di pantai Laut Merah Arabia. Dari situ sampai pantai barat tengah terdapat suku² buas yang suka membajaka dan mengancam pelayaran laut. Pemerintah Roma juga ingin mengontrol Yemen untuk menguasai jalur dagang rempah² dari India melalui Yemen.
Pemerintah Roma menugaskaan
Aelius Gallus, gubernur Mesir, untuk memimpin tugas militer ini. Dia tidak berhasil, tapi perjalanannya menghasilkan catatan sejarah tepat yang sangat berguna bagi kita. Gallus berangkat dari pantai Mesir Laut Merah dengan 10.000 tentara Romawi, 1.000 tentara Nabasia, dan sebagian sekutur Romawi di daerah itu. Orang² Nabasia dikuasai Romawi di saat itu, sehingga mereka harus membantu Romawi dengan pasukan tentara dan penunjuk jalan. Orang² Nabasia merupakan penunjuk jalan yang tepat karena mereka tinggal di daerah Arabia utara sepanjang Laut Merah.
Strabo, ahli geografi dan sejarawan terkenal, ikut dalam perjalanan ini dan menulis keterangannya dalam bukunya yang ke-16. Keterangannya sungguh berharga dari segi geografi, karena merupakan catatan lengkap perjalanan, dan bukan fiktif.
Serangan militer ini bertujuan untuk mengontrol semua desa dan kota yang bisa mengancam perdagangan Romawi di sepanjang Laut Merah. Pasukan Romawi terkenal sangat menyeluruh dan tidak melewatkan satu kota pun, dan masuk sejauh 100 mil dari pantai ke daratan. Mereka ingin menaklukkan semua desa dan kota karena berlangsungnya serangan bajak laut terus-menerus dari Arabia barat tengah. Dengan demikian, tak ada satu pun desa atau kota yang terlampaui dalam penjelajahan militer ini.
Tentara Romawi tiba di Leuce Come, yang berarti “desa putih.” Desa ini merupakan bagian dari daerah Nabasia. Strabo mencatat jalur daratan dari Petra ke desa ini, ke Mesir dan Syria. Desa ini masih ada di peta Arabia modern, di El Haura, 25 7 N., 37 13 E. [41] Leuce Come terletak 280 mil dari tempat di mana Mekah nantinya dibangun. Di sebelah selatan desa ini terdapat bagian barat tengah Arabia dekat Laut Merah, yang dulu tak berpenghuni sama sekali di tahun 103 SM. Tapi sekarang, karena daerah sepanjang daratan Laut Merah mulai berkembang, maka terdapat beberapa desa sejak 103 SM yang dikuasai Gallus. Desa² ini disebut dalam catatan Strabo, yang adalah saksi mata dalam perjalanan penting ini.
[41]Komentar Wilfred Schoff akan The Periplus of the Erythraean Sea, Munshiram Manoharial Publishers Pvt Ltd. ( New Delhi, 1995), page 101
Setelah Leuce Come, Gallus bergerak ke selatan, melalui daerah yang dikontrol Nabasia. Strabo menjabarkan keadaan alam daerah itu:
Gallus memimpin tentaranya bergerak dari Leuce Come dan berbaris sepanjang daerah di mana air harus diangkut oleh unta².
Gallus bergerak sampai dia mencapai padang pasir yang di bawah pengawasan Aretas, sanak keluarganya, dan diperintah oleh Raja Obodas dari Nabasia. Dapat diduga bahwa Gallus hendak bergerak menuju desa Egra sekitar 1.100 stadia Yunani dari Leuce Come (sekitar 137 mil). Strabo mencatat daerah ini sebagai berikut:
Yang dihasilkan hanyalah zea, sejenis gandum kasar, beberapa pohon palem, mentega dan bukan minyak. [42]
[42]The Geography of Strabo, Book XVI. 4 . 24
Keterangan ini menjelaskan tentang jalur yang tak banyak dipakai dengan sedikit tempat perhentian bagi rute kafilah yang datang dari selatan. Tempat² perhentian ini dikuasai Nabisia untuk melindungi dan mengontrol jalur dagang di daerah itu.
Lalu Strabo menulis tentang daerah berikut di barat tengah Arabia:
Negara selanjutnya yang dikunjungi Gallus dikuasai para nomadis dan kebanyakan hanyalah gurun pasir saja; yang disebut Ararene, dan dia menghabiskan waktu 50 hari untuk mencapati kota Negrani.
Kota yang dimaksud adalah kota
Najran yang terletak di perbatasan Yemen, sekitar 385 mil selatan Mekah, dan sekitar 125 mil dari pantai Laut Merah. Dari penjelasan Strabo kita ketahui daerah barat tengah Arabia sepanjang Laut Merah mengalami sedikit perubahan dari abad ke-3 dan 2 SM. Daerah ini dulu dijabarkan para geografer sebelumnya sebagai daerah kosong di sebelah utara, dan hanya berpenghuni sedikit (suku² Baduy) di daerah selatan, sampai ke perbatasan Yemen di mana terdapat masyarakat yang lebih beradab. Sekarang terdapat tiga tempat perhentian yang dibangun orang² Nabasia dan menjadi desa² kecil, seperti yang disebut dalam perjalanan ini. Keadaan selebihnya masih serupa dengan keadaan abad ke 3 dan 2 SM.
Gallus ingin menaklukkan daerah ini untuk melindungi perdagangan dari pembajakan yang berasal dari daerah ini. Rencananya adalah menguasai semua kota, tapi dia tak menemukan kota apapun sampai mencapai Najran.
Ini menunjukkan bahwa Mekah memang belum dibangun saat itu – yakni sekitar tahun 23 SM. Gallus menguasai Najran, lalu Asca (di daerah Yemen). Ke selatan, dia menguasai kota
Athrula, lalu
Marsiaba (mungkin
Ma’rib, ibukota Saba). Dia menyerang kota ini dalam waktu enam hari, tapi berhenti karena kekurangan air. Dia hanya kehilangan tujuh prajurit dalam berperang melawan orang Arab di Najran dan pertempuran di sebelah selatan kota itu. Kebanyakan prajuritnya mati karena kekurangan air, makanan, dan penyakit.
Jika Mekah sudah ada di jaman Gallus, maka sudah tentu tentara Romawi yang lelah tidak akan melewatkannya untuk beristirahat dan menambah persediaan makanan dan minuman.
Kesukaran yang dialami tentara Gallus disebabkan jarak² antar desa yang sangat jauh di bagian tengah Arabia di mana Mekah nantinya dibangun. Para tentara menderita kekurangan makanan dan minuman. Mereka menuduh Syllaenus tidak menolong mereka sebagai pemandu karena dia memilih jalur antar kota/desa yang tampaknya lebih jauh daripada rencana awal.
Hal ini tidak berpengaruh pada rencana mereka mengunjungi semua desa yang ada di daerah itu, karena semua desa dan kota sudah diketahui oleh para pemandu Arab mereka, dari awal perjalanan sampai Najran dan kota² Yemen lainnya. Karena menaklukkan daerah barat tengah Arabia merupakan tujuan penting dari perjalanan ini, maka Gallus tentunya tidak akan luput mengunjungi Mekah, jika kota itu telah ada. Ketika Gallus gagal menaklukkan kota Yemen Marsiaba, dia mengganti Syllaeus sebagai pemandu, dan meminta bantuan penduduk setempat untuk kembali ke Negrana dan lalu ke desa Nabasia yakni Leuce Come.
Dengan begitu, dia menempuh perjalanan pulang lebih cepat, melalui beberapa desa sepanjang jalur kafilah di daerah di mana Mekah kelak dibangun. Strabo menyebut nama desa² tersebut, tapi tak menyebut Mekah. [v] Akhirnya Gallus menghentikan penyerangan. Jarak antar desa yang sangat jauh di Arabia tengah mengakibatkan kesukaran logistik bagi pasukan tentara sebesar 11.000 orang. Gallus kehilangan ribuan tentaranya karena kekurangan air dan makanan.
[v] Tentang penyerangan Gallus; Dia kembali ke Negrana (Najran) dalam waktu 9 hari, tapi gagal menaklukkan Marsiaba di Saba.
Sejarawan Romawi, Dio Cassius, menjelaskan kegagalan serangan ini dalam bukunya,
The History of Rome (Sejarah Romawi). Inilah yang ditulisnya:
Awalnya Aelius Gallus tidak menghadapi siapapun, tapi bukan berarti dia tak menghadapi masalah; padang pasir, matahari, dan air mengakibatkan tentaranya menderita, sehingga sebagian besar tentaranya mati. [43]
[43] Dio Cassius: History of Rome, Buku LIII. xxix.3-8.
Keterangan ini memperkuat penjelasanku. Jika Mekah sudah ada, maka Gallus tentu akan berusaha mengontrolnya. Tiada kota lain yang disebut para sejarawan, kecuali desa² yang kusebut dibangun oleh para kafilah. Jika Mekah sudah ada, maka tempat itu akan jadi tempat penting bagi tentara Romawi untuk beristirahat, menambah bekal, dan menambah tenaga tentaranya untuk melanjutkan perjalanan ke Najran dan kota² Yemen lainnya. Tidak mungkin pasukan tentara besar menyerang gurun pasir tanpa menduduki kota utamanya. Tapi di gurun pasir itu memang belum ada kota seperti Mekah, sehingga para tentara kesulitan karena kekurangan perbekalan.
Dengan begitu, klaim Muslim bahwa Mekah merupakan kota peradaban di jaman Abraham sudah jelas salah. Semua tulisan sejarawan di jaman itu menunjukkan bahwa Mekah belum ada, bahkan sampai abad ke-4 M, apalagi di jaman Abraham. Jika Islam sudah sangat salah tentang hal utama sepenting ini, mengapa kita harus mempercayai keterangan Islam lainnya?
Mekah Tak Ada dalam Catatan Sejarah Perjalanan Strabo
Sejarawan Strabo menunjukkan pada kita dengan jelas bahwa kota Mekah tidak mungkin ada di jaman Kristus, sehingga pernyataan umat Muslim tentang usia kota Mekah adalah salah.
Strabo, sang sejarawan dan geografer Yunani, hidup di tahun 64 SM sampai 23 M. Dalam tulisan geografinya, Strabo merangkum tulisan² terpenting dari para geografer terdahulu, seperti Artemidorus, Eratosthenes and Agatharcides. [44] Tulisan² mereka sudah dibahas di bab² sebelumnya.
[44] The Geography of Strabo, Book XVI .4.20
The Geography of Strabo, Volume VII, Harvard University Press (London, 1966), hal. 349
Athenodorus adalah geografer yang menemani Strabo dalam beberapa perjalanannya. Strabo berkata, bahwa dia adalah “filsuf dan temanku yang bersamaku di kota Petraneans.” [45] Yang dimaksud dengan kota Petraneans adalah kota Petra, dan dia juga mengutip sebagian tulisan Athenodorus tentang kota itu dan Pemerintahannya. Tulisan perjalanan Strabo ke Arabia menjelaskan keadaan Arabia di masa hidupnya. Dia mengunjungi daerah itu bersama sejarawan, filsuf, dan geografer Yunani lainnya, dan menulis keterangan melalui pengamatan langsung di daerah itu. Dalam perjalanannya bersama Gallus dan tentara Romawi, Strabo menulis tujuan perjalanan tersebut:
[45] The Geography of Strabo, Buku XVI .4.2
Banyak keadaan khusus Arabia terungkap dengan jelas dengan perjalanan militer Romawi baru² ini terhadap Arabia, yang dilakukan di jamanku sendiri di bawah pimpinan Aelius Gallus sebagai komandan tentara. Dia dikirim oleh Kaisar Agustus untuk menyelidiki berbagai suku dan tempat. [46]
[46] The Geography of Strabo, Buku XVI .4.22
Jadi kita bisa lihat bahwa salah satu tujuan tugas militer ini adalah untuk menyelidiki "berbagai suku dan tempat" di Arabia. Strabo menyebut ketertarikan khusus Kaisar Agustus terhadap daerah barat Arabia ketika dia menulis:
Kaisar melihat negara primitif/terasing, yang menghubungkan Mesir, tetangga² daerah Arabia, dan dia juga melihat bahwa Teluk Arabia, yang memisahkan masyarakat Arabia dari daerah terasing, hanyalah berjarak dekat saja. Dengan demikian, dia ingin menguasai masyarakat Arabia atau menaklukkan mereka. [47]
[47] The Geography of Strabo, Buku XVI .4.22
Dari penjelasan ini bisa dilihat bahwa tujuan utama pasukan Romawi adalah menaklukkan daeran Arabia utara dan pusat, yang terletak berseberangan dengan daerah terasing di pantai Laut Merah dan bagian sekelilingnya. Di sinilah letak Mekah nantinya dibangun. Menguasai daerah ini adalah penting untuk keamanan jalur perdagangan, yang mulai berkembang sejak jaman Kristen awal. Kaisar Augustus juga harus melindungi rute pelayaran dari serangan bajak laut yang datang dari daerah² Arabia di Laut Merah.
Penelitian Strabo sangat penting untuk menunjang keteranganku bahwa Mekah memang belum ada sampai lama sekali setelah jaman Abraham. Meskipun Strabo menulis dengan cermat perjalanannya ke Arabia barat tengah, dia tak menyebut Mekah sama sekali. Semua geografer yang mengutip tulisannya juga tak pernah menyebut nama Mekah. Tiada satu pun suku² dari tradisi Islam yang disebut dalam catatan mereka.
Alasan mengapa Strabo tak menyebut Mekah dan Ka’bah karena keduanya memang belum ada di jaman itu. Seorang turis asing mungkin saja bisa keliru atau luput menemukan tempat ziarah penting. Tapi tidak demikian dengan para geografer ternama yang ditunjuk langsung oleh Pemerintahan besar seperti Romawi.
Semuanya ini menyimpulkan bahwa Mekah memang belum ada di tahun 23 SM ketika Strabo menulis penyelidikannya.
Buku Penjelajahan Laut Erythraea (The Periplus of the Erythraean Sea)
Buku "Penjelajahan Laut Erythraea" menegaskan bahwa Mekah belum ada di akhir abad ke-1 Masehi.
Buku
The Periplus of the Erythraean Sea.
Aku telah menyebut Artemidorus, Eratosthenes and Agatharcides, dan juga Strabo – tak ada satu pun dari mereka yang mengakui keberadaan Mekah di jaman mereka, dan semuanya di jaman sebelum Yesus lahir. Sekarang aku bahas sumber lain, yakni buku yang ditulis sekitar tahun 58-62 M [48] oleh penulis tak bernama dan judulnya adalah
The Periplus of the Erythraean Sea (
Penjelajahan Laut Erythraea). Buku ini ditulis oleh warga kota Berenice, di seberang Arabia tengah, sekitar 200-220 mil dari tempat di mana Mekah kelak dibangun.
[48] Wilfred Schoff dalam Kata Pengantar untuk The Periplus of the Erythraean Sea, Munshiram Manoharial Publishers Pvt Ltd.(New Delhi, 1995), hal. 14,15
Tahun buku ini penting bagi penyelidikan kita, dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan tahun penanggalan itu. Contohnya, Pliny mengutip keterangan² Periplus ke dalam bukunya,
Natural History, yang ditulis sekitar tahun 72-76 M, sehingga kita bisa menyimpulkan
Periplus ditulis tersebut sebelum tahun² itu. Salah satu hal penting lain yang menetapkan tahun penulisan Periplus adalah bahwa penulis, di Bab 57, menyebut tentang penemuan musim tahunan di Samudra India, yang juga ditulis Hippalus sekitar tahun 47 M. Hippalus tahu keadaan cuaca tahunan, sehingga dia berhasil berlayar ke India di waktu yang tepat, sehingga bisa mencapai India dalam waktu yang lebih singkat dari biasa. Penemuan jalur pelayarannya ini membuat jalur laut perdagangan ke India berkembang pesat. Hal ini juga berarti bahwa buku
Periplus ditulis setelah 47 M. Bukti² lain yang lebih akurat menunjukkan bahwa buku itu ditulis sekitar tahun 60-62 M.
Sudah jelas bahwa penulis
Periplus adalah pedagang Yunani, dan dia berkelana ke daerah² Arabia dan India. Kemungkinan dia hidup di kota Berenice di Laut Merah, berhadapan dengan pelabuhan² laut Arabia Leuce Come, dan bukan kota kota besar Alexandria. Bagaimana kita bisa tahu hal ini? Karena penulis tidak menjabarkan pelayaran umum seperti dari Coptos di bagian dalam Mesir, sepanjang sungai Nil, dan melampaui padang pasir Mesir. Strabo dan Pliny menjabarkan jalur pelayaran ini sedemikian detail sedangkan buku
Periplus tidak menyebut hal ini sama sekali. Dengan demikian para ahli menyimpulkan penulis
Periplus tinggal di Berenice.
Kota Berenice terletak di pantai Laut Merah, berhadapan dengan pelabuhan² laut Arabia Leuce Come dan Egra. Egra terletak sekitar 137 mil dari Leuce Come, dan hanya 62 mil dari desa Malathan, yang merupakan desa terdekat ke tempat di mana Mekah kelak dibangun. Karena penulis tahu jalur Arabia tengah di mana Mekah kelak dibangun, di menulis tentang lingkungan sekitar itu, sehingga bukunya merupakan dokumen yang sangat penting. Buku
Periplus menunjukkan bahwa penulis tidak hanya telah berkunjung dan tinggal di daerah itu, tapi dia juga sangat mengenal kota² dan desa² sekitarnya.
Jarak antara kota di mana penulis
Periplus hidup dan tempat Mekah kelak dibangun adalah sekitar 200-250 mil. Penjelasannya tentang Mekah, yang saat itu belum ada, sama seperti penjelasan warga kota Paris yang mengenal kota Roma. Jika Mekah telah dibangun, penulis tentunya akan sangat tahu akan kota itu. Ketepatan penjelasan
Periplus sama seperti bukti² geografi dan sejarah yang tertulis. Penjelasan buku
Periplus sesuai dengan buku yang ditulis Pliny tentang pantai² Arabia.
Buku Periplus menjabarkan fakta² historis, contohnya, di Bab 19 diterangkan bahwa Malichas adalah Raja Nabasia. Josephus, sejarawan Romawi Yahudi, menyebut tentang raja bernama Malchus di beberapa tempat. Josephus, sejarawan Romawi, menyebut tentang raja Malchus ini beberapa kali. [49] Penulis buku Periplus menyebut Eleazus sebagai gelar raja negara Frankincense, yakni Hadramout. [50] Dia juga menyebut Charibael sebagai raja dua suku Yemen, yakni suku Himyarit dan Sabaia. [51] Keterangan ini terbukti benar berdasarkan laporan sejarah Arabia selatan yang dilakukan oleh arkeologis Glaser. [52]
[49] Josephus menyebut tentang Malchus dalam buku The Wars of the Jews, Buku 1, bab 14 and The Antiquities of the Jews, Buku 14, Bab 14.
[50] The Periplus of the Erythraean Sea, bagian 27
[51] The Periplus of the Erythraean Sea, bagian 23
[52] Prasasti no. 1619 oleh Glaser, dikutip oleh Wilfred Schoff, hal. 11
Penulis menyebut berbagai kota di sepanjang pantai Laut Merah. Contohnya, dia menyebut kota Coloe, yang ditulisnya “berjarak tiga hari perjalanan” dari Adulis, kota di pantai Selatan. [53] Penulis menyebut banyak kota lainnya yang berjarak sama ke Laut Merah. Dengan demikian, tiadanya keterangan tentang Mekah, yang hanya berjarak 30-40 mil dari Laut Merah, merupakan hal yang penting. Penulis menyebut banyak kota di daerah yang tak begitu penting, dan jaraknya dua atau tiga kali lebih jauh dari pantai dibandingkan Mekah, tapi penulis tetap tak menyebut kota Mekah sama sekali. Coba renungkan hal ini. Penulis buku
Periplus menjabarkan bagian yang berdekatan dengan Laut Merah dan Samudra India, yakni daerah² barat dan selatan Arabia. Dia menyebut nama berbagai raja, ketua suku, kota yang tak jauh dari pantai, tapi dia tak menyebut Mekah sama sekali. Keterangannya sangat penting karena dia adalah warga kota Berenice, yang bersebelahan dengan Arabia tengah, berjarak 200-220 mil dari tempat di mana Mekah kelak dibangun. Buku Periklus menunjukkan bahwa penulis adalah ahli geografi dan pedagang, sehingga dia mengenal kota² yang berdekatan dengan tempat tinggalnya, sebagaimana yang dijabarkannya tentang daerah pantai Laut Merah. Malah dia juga menerangkan tentang berbagai kota, suku, dan perdagangan di India. Dengan begitu, tidaklah mungkin bahwa dia luput menyebut kota pusat ibadah seperti Mekah, yang jaraknya hanya sekitar 200-220 mil dari rumahnya. Alasan mengapa dia tidak menyebut Mekah adalah karena kota Mekah belum ada pada jamannya.
[53]
The Periplus of the Erythraean Sea, bagian 4
Penelitian Pliny
Penelitian Pliny mencakup seluruh daerah Arabia, menyebut semua kota, desa, dan suku Arabia, tapi dia tak pernah menyebut Mekah, atau suku apapun yang disebut hadis sebagai penghuni Mekah sejak jaman kuno.
Gaius Plinius Secundus (23 AD – August 25, 79 AD) atau Pliny the Elder, ilmuwan ternama dan juga komandan pasukan berkuda dan angkatan laut Romawi.
Sebelumnya, kita telah menelaah laporan pasukan Romawi di jaman Kaisar Augustus. Sejarawan dan geografer Romawi yakni Strabo menulis tentang perjalanan militer ini, tapi tak menyebut Mekah sama sekali. Hal ini menyimpulkan bahwa Mekah belum dibangun di jaman dia hidup, yakni 64-23 SM.
Sekarang kita bahas penelitian penulis Romawi lainyang sama pentingnya, yakni Pliny, the Elder (atau Abang Pliny). Pliny lahir di Como, Italia Utara, tahun 23 M. Dia jadi komandan squadron pasukan berkuda, mempelajari ilmu hukum, dan jadi manajer keuangan di Spanyol, lalu kembali ke Roma dan menjadi bagian kalangan orang² penting yang berhubungan dengan Kaisar Romawi. [54] Karena itu dia bisa membaca berbagai dokumen penting Romawi, terutama perjalanan ke Arabia di bawah Gallus, yang disebut Pliny dalam bukunya. Dia lalu menerima tugas melakukan perjalanan laut. Dia mati di tahun 79 M.
[54] H.Rackham, Introduction to Pliny, Natural History, Cambridge, Massachusetts, Harvard University Press, William Heinemann Ltd. (London, 1979), hal. vii
Buku ensiklopedia Pliny yang sangat terkenal, "Natural History."
Pliny menyelesaikan bukunya yang berjudul
Natural History (Sejarah Alam) di tahun 77 M. Buku ini merupakan sumbangannya yang terpenting bagi kita tentang kehidupan dan masa Romawi. Buku ini merupakan ensiklopedia yang mencakup banyak hal, termasuk: geografi, astronomi, botani, zoologi, meteorologi, dan mineralogi. Pada kata pendahuluan di buku ini, Pliny menulis bahwa dia harus menyelidiki 20.000 masalah yang diseleksi dari 100 penulis. Salah satu penulis yang dikutip Pliny adalah Juba, raja Mauritania, yang mengadakan perjalanan ke Arabia dan menulis berbagai lokasi dan suku Arabia.
Dalam buku
Natural History, Jilid Lima, Bab 12, Pliny menjelaskan tentang “pantai² Arabia yang terletak di laut Mesir.” Lalu di Jilid Enam, Bab 32 dan 33, dia menjelaskan secara detail tentang Arabia. Buku Pliny dianggap sebagai ensiklopedia seutuhnya.
Dia menyebut kurang lebih 92 negara dan suku Arabia. Meskipun dia menyebut suku2 terutama dan terkecil Arabia yang hidup di jamannya, dia tidak menyebut suku apapun yang tertulis dalam hadis Islam yang katanya hidup di Mekah di abad pertama M. Meskipun dia menyebut 69 kota dan desa Arabia di jamannya, termasuk desa² kecil yang dihuni suku² kecil, dia tak menyebut Mekah sama sekali. Buku Plinyl dan berbagai literatur sejarah lain membuktikan bahwa klaim Islam tentang Mekah adalah tidak benar dan tak terbukti.
Penyelidikan Plinyl sangatlah penting, karena mencakup seluruh daerah Arabia. Survey yang dilakukannya bermula dari ujung utara, menuju ke bagian teluk timur, lalu masuk ke selatan sampai mencapai ujung tenggara Arabia. Dia pergi ke sebelah barat ke Laut Merah, lalu utara ke Teluk Aqaba, dan akhirnya kembali ke arah selatan, dan secara keseluruhan menjabarkan dataran Arabia. Surveynya mencakup semua daerah yang dihuni orang pada saat itu. Pliny begitu detail sehingga dia menyebut suku² yang tinggal di gurun pasir An-Nafud, seperti misalnya suku Agraei. Akan tetapi dia tidak menyebut Mekah atau suku apapun yang hidup di daerah di mana Mekah kelak dibangun.
Karena riset Plinyl mencakup seluruh daerah Arabia, maka penting untuk diamati bahwa dia tidak menyebut suku apapun yang disebut hadis atau Qur’an telah ada di jaman kuno Arabia. Aku yakin tiadanya keterangan suku² membuktikan bahwa hadis Islam hanya berusaha mendukung keterangan salah Qur’an tentang Mekah. Umat Muslim menciptakan nama2 suku yang salah, dan sejarah yang salah yang tak sesuai dengan catatan sejarah para sejarawan terkemuka seperti Pliny, Artemidorus, Agatharchides dan Strabo. Salah satu suku Arabia yang dikarang Muslim adalah suku Jurhum. Muslim mengatakan bahwa masyarakat Jurhum telah ada di Mekah sejak jaman Abraham dan mereka mendominasi Arabia untuk beberapa saat. Jika pernyataan ini benar, suku Jurhum tentunya disebut dengan jelas dalam catatan sejarah negara² Arabia, seperti negara Saba. Akan tetapi catatan sejarah dan arkheologi Romawi dan Yunani tidak pernah menyebut adanya suku Jurhum, meskipun keterangannya mencakup berbagai negara dan suku yang hidup di daerah utara dan selatan sampai ke tempat Mekah kelak dibangun sejak berbagai abad SM sampai abad Masehi. Kemungkinan suku Jurhum adalah suku kecil yang muncul setelah jaman Kristen.
Penyelidikan Pliny juga membantah keterangan hadis Islam tentang suku Quraysh, suku asal Muhammad. Islam menyatakan suku Quraish merupakan suku tua yang hidup di Mekah dan daerah sekitarnya. Hadis Islam juga menyebut suku Quraysh memegang peranan penting atas berbagai suku Arabia. Pliny, dan juga ahli Yunani sebelumnya, menunjukkan dengan jelas bahwa sejarah Islam Mekah sangatlah tidak benar dan tak berdasarkan fakta sejarah. Baru di abad ke-8 M saja penulis² Islam mulai menulis sejarah Mekah dan kedudukannya yang penting. Akan tetapi tulisan Pliny dan para ahli Yunani menunjukkan bahwa sejarah karangan umat Muslim tentang Mekah adalah tidak benar.
Terlebih lagi, penyelidikan² kuno pertama menyangkal pernyataan bahwa suku Quraysh adalah suku kuno yang punya kedudukan agama penting diantara suku² Arabia. Jika dibandingkan dengan catatan sejarah lengkap Yunani dan Romawi, pernyataan Muslim jelas tanpa dasar fakta atau bukti apapun. Sebaliknya, penyelidikan Pliny dan berbagai sejarawan Yunani dan Romawi membenarkan fakta bahwa suku² Quraysh, Khuzaa’h, suku yang pertama kali membangun Mekah, dan suku² lain yang menghuni Mekah belum ada di abad pertama Masehi di daerah di mana Mekah kelak dibangun. Hal ini karena suku² tersebut baru muncul dan beremigrasi dari Yemen ratusan tahun kemudian, dan membangun Mekah setelah mereka meninggalkan Yemen.
Ibnu Ishaq Mengarang Sejarah Palsu, dan Menunjukkan Kebodohannya.
Sebelumnya, aku telah menyebut bahwa orang yang pertama kali berusaha mengarang nama² suku yang hidup di Mekah dan menciptakan sejarah Quraysh adalah Ibn Ishaq. Dia hidup di abad ke-8 M.
Aku juga telah menyebutkan kebodohan Ibn Ishaq, pengetahuan sejarahnya yang terbatas, dan kebingungannya akan kronologi sejarah. Meskipun demikian, umat Muslim mempercayai tulisannya sampai hari ini. Ibn Ishaq menulis tentang kehidupan Muhammad, dan Ibn Hisyam lalu mengedit tulisannya. Dengan demikian biografi Muhammad yang ditulis oleh Ibn Ishaq dinamai sebagai Ibn Hisyam. Ini tulisan tertua dan terutama tentang kehidupan Muhammad. Tulisan² Ibn Ishaq, ditambah ucapan² Wahab bin Muhabbih, al-Shaabi, dan Ibn Abbas yang menulis di abad ke-8 dan 9 M, jadi fondasi sejarawan Muslim tentang sejarah Islam.
Tulisan Ibn Ishaq sarat dengan kesalahan sejarah. Contohnya, dia mengatakan Raja Salomo, putra Daud, menguasai seluruh dunia, sebelum Alexander Agung berhasil melakukan itu. [55] Kita tahu bahwa hal ini tidak benar.
Menurut Ibn Ishaq, agama Kristen berasal dari Roma melalui Kaisar Romawi yang beralih memeluk Kristen karena bertemu duabelas murid Yesus. Ibn Ishaq mengira bahwa Kaisar Konstantin yang hidup di abad ke-4 M, juga hidup di jaman Yesus. [56] Tentu hal ini sangat salah. Ibn Ishaq mengatakan bahwa salah seorang dari para pemimpin Yemen, yakni Tubb’a Asa’d Abu Kareb, yang berkuasa di Yemen tahun 410-425 M, menguasai China. [57] Sejarah tidak pernah menyebut keterangan tentang China seperti itu. Jika benar² terjadi maka tentunya catatan sejarah akan ramai menuliskan hal itu, akan tetapi tak ada bukti apapun yang menyatakan hal itu.
[55] Tarikh al-Tabari, vol. I, Dar al-Kutub al-Ilmiyeh (Beirut –Lebanon 1991), hal. 142
[56] Tarikh al-Tabari, vol. I, hal. 355
[57] Tarikh al-Tabari, I, 421
Kaisar Kristen pertama Romawi, Constantine I. Ibn Ishaq mengira Kaisar Constantine hidup di jaman Yesus. Masyaawlooo... begonya si Ishaq.
Tulisan² Ibn Ishaq begitu sarat dengan kesalahan besar. Bagaimana mungkin dia bisa dianggap sebagai sejarawan yang terpercaya oleh Muslim sedangkan tulisannya sangat bertentangan dengan fakta literatur sejarah? Yang cukup dilakukannya untuk meyakinkan umat Muslim hanyalah menulis bahwa Ishmael hidup di Mekah dan membangun Ka’bah dengan bantuan Abraham! Sungguh ironis bahwasanya pendusta seperti Ibn Ishaq menjadi bapak sejarah palsu Islam.
Sudah waktunya Muslim melakukan penelaahan sendiri, mengatasi semua dusta, dan mempertanyakan kembali apa yang telah mereka percayai selama ini. Begitu mereka menyadari sejarah Islam yang sebenarnya, mereka akan mendapatkan kebenaran yang sejati.
Penyelidikan Ptolemius dan Lokasi Macoraba
Geografer Yunani, Claudius Ptolemius dari Alexandria, Mesir, lahir di tahun 90 M dan wafat di tahun 168 M. Dia menulis buku Almonagest, sebuah karya astronomi yang gemilang, dan juga buku tentang astrologi berjudul Tetrabilos. Di sekitar tahun 150 M, dia membaktikan dirinya untuk menyelidiki geografi bumi – khususnya pemetaan bumi. Dia terinspirasi oleh karya beberapa geografer yang hidup sebelum jamannya, termasuk Marinus, yang hidup di tahun 70-130 M. Para geografer ini merupakan pelopor penggunaan konsep garis² latitude dan longitude untuk pemetaan dunia. Ptolemius mengembangkan konsep ini dengan cara mengurangi jumlah latitude dan longitude yang digunakan Marinus sebelumnya. [58] Ptolemius menuliskan karya geografinya dan memberi judul Geografi, koordinasi latitude dan longitude, yang juga disebut garis² meridian, untuk menetapkan lokasi penting dalam peta di jamannya. Kebanyakan para ahli meragukan bahwa peta² yang menggunakan koordinatnya dibuatnya sendiri. Tapi mereka yakni bahwa geografer lain menggunakan konsep koordinatnya untuk membuat peta² mereka. [59]
[58] Josephi Fischer S.J., Commentatio de CL. Ptolemaci vita, operibus, influxu sacculari, pages 65-79 (dalam pendahuluannya atas publikasi Vatican akan buku Ptolemius: Claudii Ptolemaci Geographiac Urbinas Codex graccus 82 phototypice depictus); hal yang sama dinyatakan oleh Josephi Fischer dalam pendahuluannya akan Claudius Ptolemy The Geography, diterjemahkan oleh Edward Luther Stevenson, Dover Publications, INC, (New York, 1991, hal. 7
[59] Josephi Fischer dalam kata pengantarnya bagi buku Claudius Ptolemy, The Geography, diterjemahkan oleh Edward Luther Stevenson, Dover Publications, INC, (New York, 1991), hal. 5
Geografi Ptoleny menyebabkan orang bisa menetapkan tempat dengan tepat di jamannya, tapi kita juga harus mempertimbangkan beberapa penolakan yang dia sebut dalam karyanya. Dalam bukunya yang kedua, Ptolemius menyatakan lokasi² tempat atau kota yang telah dicatat terlebih dahulu dibandingkan jamannya, dan ternyata keterangan tersebut lebih akurat. [60] Jika dibandingkan sistem latitude dan longitude (lat & lon) yang kita pakai di jaman modern, sistem lat & lon Ptolemius tampak sederhana dan kurang tepat. Akan tetapi, sistemnya masih tetap berguna untuk mengetahui tempat² yang kemudian ditemukan, yang sebelumnya tak ada di penyelidikan² geografi terdahulu. Kita bisa menemukan letak kota² yang lebih baru dengan membandingkan letak kota² yang lebih tua. Keterangannya berguna untuk mengetahui letak kota² baru di sebelah selatan, utara, barat, timur dari kota tua.
[60] Claudius Ptolemy, The Geography, Book II, Claudius Ptolemy, The Geography, diterjemahkan oleh Edward Luther Stevenson, Dover Publications , New York, 1991, hal. 47
Dari sudut pandang penggunaan praktis, kriteria yang digunakan Ptolemius terbukti berguna untuk mencari kota² Timur Tengah dan Mesir yang disebutnya. Berdasarkan fakta² tersebut, karyanya berguna untuk mencari lokasi beberapa kota, misalnya kota Macoraba, yang ada di jamannya.
Di bukunya Geography jilid tujuh, Ptolemius mencatat koordinat lat & lon beberapa tempat² penting di Arabia. [61] Dengan mempelajari lat & lon ini, kita tahu bahwa kota Mekah tak pernah ada di jaman Ptolemius. Malah Ptolemius tidak menyebutkan kota apapun di jalur jalan daerah di mana Mekah kelak dibangun.
[61] Claudius Ptolemy, The Geography, buku VI bab VI, Claudius Ptolemy, The Geography, diterjemahkan oleh Edward Luther Stevenson, Dover Publications , New York, 1991, hal. 137-138
PtolemyMacoraba.jpg
Macoraba adalah kota di bagian tengah Arabia yang disebut oleh Ptolemius. Sebagian orang ingin meyakinkan bahwa Macoraba sebenarnya adalah Mekah. Macoraba adalah kota baru, di jaman Ptolemius. Perkiraan itu menghasilkan kesimpulan bahwa Mekah dibangun di pertengahan abad ke-2 M. Kalaupun pendapat ini benar, tetap saja tak mendukung pernyataan Muslim bahwa Mekah adalah kota lama yang telah lama ada sejak jaman Abraham. Setelah mempelajari fakta² sejarah yang bersangkutan dengan Macoraba, kita bisa menyimpulkan dengan pasti bahwa Macoraba sudah jelas bukanlah Mekah, dan kita bisa membuktikan kesalahan anggapan bahwa Mekah didirikan di abad ke-2 M. Karena nama Macoraba tidak kedengaran sama dengan nama Mekah, ilmuwan Crone beranggapan bahwa Maqarib, dekat Yathrib, sebenarnya adalah Macoraba. Maqarib disebut oleh Yaqut al-Hamawi, geografer Arab yang hidup di tahun 1179-1229 M, dalam kamus geografinya yang berjudul Mujam al-Buldan. [62] Lokasi ini lebih bisa diterima daripada Mekah karena nama Maqarib lebih mirip dengan nama Macoraba daripada Mekah. Alasan lain adalah karena berdasarkan lat & lon dari Ptolemius, letak Maqarib lebih dekat dengan letak Macoraba yang sebenarnya daripada letak Mekah ke Macoraba.
[62] Yaqut al-Hamawi, Mujam al-Buldan, iv, 587; dikutip oleh Patricia Crone, Meccan Trade, Princeton University Press, 1987, hal. 136
Untuk menentukan dengan tepat lokasi Macoraba, para ahli menelaah kota Lathrippa yang disebut Ptolemius terletak pada longitude 71. Lathrippa diakui para ilmuwan pada umumnya sebagai kota Yathrib, kota yang telah banyak dicatat dalam berbagai sejarah. Ptolemius menulis bahwa kota Macoraba terletak pada 73 20 longitude, yang berarti sekitar tiga dan sepertiga derajat ke arah timur dari Yathrib, sedangkan Mekah terletak sebelah barat Yathrib. Dengan begitu, Macoraba sudah pasti bukanlah Mekah, atau kota manapun yang terletak di daerah sama di mana Mekah kelak dibangun. Macoraba seharusnya terletak di bagian lebih tengah Arabia, atau ke arah pantai timur Arabia.
Sekarang mari telaah latitude Macoraba. Dari latitude Macoraba kita bisa temukan data lebih banyak tentang lokasi historis Macoraba. Ptolemius menyatakan bahwa Macoraba bukanlah kota berikut di sebelah selatan Lathrippa / Yathrib, tapi kota keenam sebelah selatan. Kota Carna merupakan kota pertama di sebelah selatan Lathrippa, dan Macoraba adalah kota keenam. Carna adalah kota Yaman yang terkenal, milik kerajaan Minean yang disebut Strabo. Hal ini penting, karena Strabo menerangkan suku² utama Arabia selatan sebagai berikut:
Daerah ekstrim negara ini dihuni oleh empat suku terbesar; suku Minean … dengan kota terbesar mereka Carna; setelah itu suku Sabian, yang ibukotanya adalah Mariaba; ketiga adalah suku Cattabanian, yang rajanya disebut Tamna; dan sebelah paling timur adalah suku Chatramotitae, yang berarti Hadramout, dengan ibukotanya Sabata. [63]
[63] The Geogrophy of Strabo, Book 16, bab iv, 2 (The Geogrophy of Strabo, volume vii, diterjemahkan oleh Horace L. Jones , 1966, hal. 311)
Di masa lampau, kota Carna merupakan kota terpenting dan terbesar di kerajaan Yaman Ma’in. Carna adalah kota penting Arabia sehingga Ptolemius memperhatikannya. Karena Macoraba tertulis sebagai kota kelima sebelah selatan Carna, maka kita mengerti bahwa Ptolemius menggunakan Carna sebagai patokan bagi lima kota sebelah selatan Carna, termasuk Macoraba. Kita tak bisa menggunakan Lathrippa sebagai patokan untuk menetapkan Macoraba, karena Lathrippa terletak jauh di utara Macoraba, tapi lokasi Macoraba adalah sebelah selatan kota Minean terkenal yakni Carna. Ptolemius menulis longitude Macoraba terletak lebih dekat ke kota Carna. Dengan begitu, Macoraba tentunya terletak di Yaman, dekat Carna.
Seharusnya kita juga menengok daerah timur kota Yathrib untuk menetapkan kota Macoraba yang disebut Ptolemius. Pliny menulis tentang kota bernama Mochorba, dan dia mengatakan kota ini merupakan pelabuhan Oman di pantai Haramout di Arabia Selatan. Ada kemungkinan bahwa nama Macoraba itu berasal dari nama Mochorba. [64]
[64] Natural History of Pliny; Buku VI, bab 32
Karena Macoraba tidak pernah muncul di literatur sejarah manapun selain dari laporan Ptolemius, tentunya Macoraba adalah desa kecil di abad ke-2 M yang kemudian hilang. Kemungkinan suku kecil Oman berimigrasi dari pelabuhan Mochorba ke utara Yaman, dekat Carna, dan mendirikan desa kecil yang mereka namai mirip dengan nama kota asal mereka. Suku ini mungkin pergi ke daerah lain untuk mencari kehidupan yang lebih baik, dan ini memang sering terjadi di Arabia. Kenyataan bahwa Macoraba tidak pernah disebut dalam berbagai laporan sejarah kuno menunjukkan bahwa tempat itu merupakan tempat yang ditinggali suku kecil saja, dan bukanlah kota besar yang penting.
Jika masalah nama Macoraba dibahas, maka nama ini perlu dikaitkan dengan nama kota Mochorba, dan bukannya dengan nama kota Mekah. Ini sama dengan kota New London di Amerika Serikat yang dinamai berdasarkan kota asli London di Inggris. Kita tidak bisa membahas asal-usul nama kota Amerika tanpa menghubungkannya dengan nama kota di Inggris, yang merupakan asal nama kota tersebut.
If a case for the name of Machorba should be opened, it should be seen in relation to the southern Arabian city of Mochorba, and not to Mecca. In the same manner, we see the city of New London in the United States as being named after the original city of London. We can’t open a case for the origin of the name of the American city apart from the English city after which it was named.
Mekah Tak Disebut di Literatur Ethiopia, Syria, Aramaik, dan Koptik
Tiadanya kota Mekah dalam literatur Ethiopia, Syria, Aramaik, dan Koptik merupakan bukti nyata bahwa Mekah belum dibangun di abad ke-3 M.
Mari telaah literatur Ethiopia. Bangsa Ethiopia mencatat kota² Arabia di sebelah pantai Laut Merah, terutama di daerah di mana Mekah kelak dibangun. Ternyata tak ada keterangan tentang Mekah dalam literatur mereka di abad ke-2, 3, dan 4 M. Ini menunjukkan bahwa Mekah tidak ada di jaman Ptolemius.
Bahwasanya Mekah belum dibangun sebelum abad ke-2 M merupakan fakta tak terbantahkan. Pertanyaannya sekarang adalah apakah Mekah dibangun di abad ke-3 atau 4 M? Tiadanya literatur Syria, Aramaik, dan Koptik tentang Mekah menunjukkan bahwa Mekah baru ada setelah abad ke-3 M. Ilmuwan Crone melakukan penyelidikan akan literatur Koptik dan Syrian tentang Arabia, tapi tak satu pun menyebut tentang kota Mekah. [65]
[65] Patricia Crone, Meccan Trade, Princeton University Press, 1987, hal. 134,135
Literatur para penginjil dan misionaris Kristen yang aktif di Arabia di abad ke-4 M juga tak menyebut tentang Mekah sama sekali.
Kita tahu orang² Kristen di bawah Kekaisaran Byzantium mencoba memperkenalkan agama Kristen di Arabia. Kaisar Byzantium terutama menargetkan kota² utama Arabia dan mengirim para misionari untuk menginjili dan mendirikan gereja. Penginjilan ini begitu berhasil sehingga seorang bishop Arab ikut berpartisipasi di Pertemuan Nicea tahun 320 M. [66] Di tahun 354 M, Kaisar Konstantin II mengirim Theophilus Indus ke Arabia untuk menginjili. Dia mendirikan gereja² di Eden, Thafar dan Hermez. Bangsa Ethiopia mengirim para misionaris ke Arabia untuk menginjili kota² sepanjang Laut Merah. Orang² Nestoria mengirim para misionaris ke Hijaz; masuk ke Arabia utara dan barat tengah di mana Mekah kelak dibangun. Gereja Hira di Iraq Utara juga mengirim para misionaris ke Arabia.
[66] Nallino Carlo Alfonso, Raccolta di Scritti editti E ineditti, Roma, Istituto per l'Oriente, 1939-48 , Vol.III, hal. 122 ; Caetani, Annali Dell' Islam, I, (1907), hal. 125
Tak ada keterangan tentang Mekah sama sekali di seluruh catatan sejarah Kristen di jaman tersebut. Ini membuktikan bahwa Mekah memang belum ada di abad ke-3 M, atau awal abad ke-4 M. Karena Mekah itu dihuni banyak suku, dan dibangun oleh suku besar Khuzaa’h, maka Mekah tentunya bukanlah desa kecil saja sehingga tidak menarik perhatian para misionaris dan gereja² Kristen Mesopotamia, Ethiopia, dan Byzantium.
Sekali lagi, literatur sejarah membuktikan bahwa Mekah dibangun ribuan tahun setelah jaman yang dinyatakan Muslim.
=========================
AYAT QUR'AN YANG SANGAT SALAH dan BERTENTANGAN DENGAN SELURUH FAKTA SEJARAH:
Qur'an, Sura Al-Baqarah (2), ayat 127
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar Baitullah/Ka'bah bersama Ismail: "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
Ayat yang maha ngaco, maha ngawur na'audzibileee. Abraham itu hidup di abad ke-21 SM, sedangkan Mekah dan Ka'bah belon ada di gurun pasir Arabia sampai di abad ke-4 M! Jaman Abraham dan berdirinya Mekah terpisah sekitar 2.400 tahun!
================================