BAB V HAL 158 EKSPLOITASI EKONOMI PADA EKSPANSI ISLAM
Siapa yang dapat membantah bahwa tujuan utama penjajahan oleh Eropa bukanlah untuk mengekploitasi sumber daya alamnya, upah buruh yang murah dan adanya pasar yang baru yang dilakukan untuk memperkaya perbendaharaan kota-kota di Eropa? Lagipula, kemajuan kota-kota seperti London, Paris, Amsterdam, Madrid dan Lisabon berhutang pada kekayaan bangsa2 asing yang mereka eksploitasi secara ekonomi. Banyak keluarga tersohor di Eropa yang menikmati kemewahan, hingga saat ini masih berhutang pada kesuksesan yang diraih oleh nenek moyang penjajah mereka yang untung besar dalam perdagangan teh, rempah-rempah, karet, gula dan perkapalan.
Namun, apakah motif yang sebenarnya invasi dan kekuasaan Islam diseluruh dunia? Apakah motivasinya bukan ekploitasi ekonomi juga? Mari kita kembali kepada dasar-dasar ajaran Islam untuk melihat bagaimana eksploitasi oleh Nabi Muhammad dalam rangka penghisapan ekonomi telah mempengaruhi ekspansi Islam di kemudian hari.
Contoh penjarahan dan ekploitasi ekonomi yang diterapkan Nabi pada daerah taklukannya – Khaybar sebagai contoh – telah menjadi modus operandi pada penyerangan-penyerangan berikut oleh Muslim sepanjang awal abad Islam. Segala yang dikerjakan Nabi, bagi Muslim, bukan hanya contoh untuk diikuti, namun secara teologis merupakan teladan yang paling baik yang harus dilaksanakan dan ditingkatkan dlm setiap perbuatan dan tingkah laku mereka. Pakta Umar juga merupakan pola guna menarik pajak dari kaum dhimmi (non-Muslim) disebuah negara Muslim. Ketika Muslim-Muslim dini menaklukkan Suriah, Yerusalem, Mesir, dll, orang-orang Kristen dan Yahudi dipaksa membayar jizyah kepada kas negara di Medinah dan mengalami penghinaan akibat aturan-aturan dhimmi. Lebih lanjut, Khalifah Umar menerapkan sebuah sistem pajak yang disebut kharaj (pajak atas tanah) yang diberlakukan pada dhimmi di wilayah-wilayah yang ditaklukkan Muslim.
http://en.wikipedia.org/wiki/Muhammad_bin_Qasim" onclick="window.open(this.href);return false;
Atas keberhasilannya menaklukkan Sindh th 712, Muhammad bin Qasim (ilustrasi atas) menjarah dan merampas sejumlah besar kekayaan dan harta benda serta menawan sejumlah besar wanita dan anak-anak untuk dijadikan budak setelah membunuhi sejumlah besar kaum lelakinya. Qasim selalu mengirimkan sebanyak seperlima dari hasil rampasan dan para budak tawanan, sesuai dengan ajaran Islam (Lihat Surat Al-Anfal), kepada kalif di Damaskus. Setelah setiap penyerangan sukses, bagian negara sebanyak seperlima dari hasil rampasan disisihkan untuk dikirimkan kepada sang kalif. Al-Kufi mencatat dalam Chachnama bahwa pada suatu ketika, 20.000 tawanan laki-laki dan perempuan bersama dengan harta jarahan diberikan kepada sang kalif. xx) Sang kalif akan menambah koleksi haremnya dengan mengambil beberapa wanita muda yang tercantik, lainnya dibagikan kepada para jenderal dan bangsawan serta sisanya akan dijual untuk menambah pundi-pundi negara.
Suasana Harem http://www.myartprints.co.uk/a/islamic- ... ation.html" onclick="window.open(this.href);return false;
Nabi Muhammad biasa mengambil tawanan-tawanan wanita yang terbaik untuk dirinya sendiri, seperti Safiyah, seorang wanita muda dan cantik, istri dari Kinana, pemimpin Khaybar, sebagai selirnya. Qasim, demikian juga, mengirimkan tawanan-tawanan wanita yang terbaik – misalnya karena kecantikannya atau keturunan bangsawan – sebagai hadiah istimewa dan penghormatannya untuk sang kalif. Ketika dua putri Raja Dahir ditawan oleh Qasim, ia menyerahkan mereka bagi kalif al-Walid yang menjadikan mereka bagian dari haremnya.
Biaya penyerbuan Qasim di Sindh adalah sebesar 60 juta dirham, dibiayai oleh kas sang kalif. Beberapa bulan sebelum Qasim ditarik dari misi 3 tahunnya di Sindh, seperlima dari harta rampasan dikirimnya ke gubernur al-Hajaj di Irak, yaitu sebanyak 120 juta dirham.xxi) Hajaj segera melunasi utang-utangnya kepada bendahara sang kalif dan menulis surat kepada Qasim yang berbunyi :
Qasim memberlakukan pajak jizyah dan kharaj terhdp orang-orang Hindu sebagaimana aturan2 yang dibuat oleh Khalifah Umar, berdasarkan prinsip2 yang tercantum didalam Quran dan Sunnah. Chachnama mencatat :”Keponakanku, aku telah setuju dan berjanji pada diri sendiri, disaat engkau berbaris bersama serdadumu, untuk melunasi semua biaya yang dikeluarkan bendahara untuk mempersiapkan ekspedisi tsb, kepada Khalifah Walid bin Abdul Malik bin Marwan, dan merupakan kewajibanku untuk melakukannya”. xxii)
Dengan ditaklukkannya Sind, orang2 Hindu menjadi buruh kasar di tanah yang selama berabad-abad telah menjadi miliki leluhurnya sendiri, yang kini menjadi milik penjajah & penguasa Muslim. Mereka harus membayar pajak atas tanah (kharaj) yang ditetapkan sebagai berikut :”Muhammad Qasim menetapkan jizyah sesuai dengan Sunnah Nabi. Bagi orang-orang yang masuk Islam, akan dibebaskan dari menjadi budak, tidak perlu membayar jizyah dan kharaj; adapun orang-orang yang tetap tidak mau masuk Islam akan dikenakan jizyah dan kharaj”. xxiii)
Perlu dicatat disini bahwa hukum agama Hindu hanya menetapkan pajak sebesar 1/6 hingga 1/20 dari hasil panen.“Pajak atas tanah biasanya sebesar 2/5 dari hasil panen gandum dan barli, jika lahan dialiri air oleh saluran milik pemerintah; 3/10 jika dialiri air oleh irigasi buatan dan ¼ jika seluruhnya tidak diirigasi...” Hal ini sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Umar ketika ia 'menghitung nilai lahan pertanian (Sawad) di Irak”.xxiv)
Hasil dari pemungutan pajak ini, 1/5 bagian untuk negara, dengan rutin diserahkan kepada perbendaharaan kalif. Hasil tahunan dari propinsi Sindh, yang kemungkinannya digabung dengan Multan adalah sebanyak 11.5 juta dirham (Kira2 270.000 poundsterling pada 1860-an) dan 75 kg kayu gaharu untuk perbendaharaan khalifah Ini termasuk jizyah dan kharaj serta pajak2 lainnya. Jumlah hasil tahunan yang masuk kas kalif pusat dari provinsi2 kalifat India lainnya, diperkiraan oleh Elliot dan Dawson sebagai berikut : xxv)
Kenyataan ini menunjukkan bahwa hukum yang diberlakukan di Sindh oleh Muhammad bin Qasim tidak lebih dari hukum penguasa asing yang diterapkan dari jantung Arabia.1. Markhan: 400,000 dirham
2. Sijistan: 460.000 dirham, 300 aneka jubah dan 20.000 pon (pounds) dendeng daging
3. Kirman: 4.200.000 dirham, 500 pakaian mewah, 20.000 pon kurma dan 1.000 pon biji jintan.
4. Tukharistan: 106,.000 dirham
5. Kabul: 1.500.000 dirham dan 1000 ekor anak sapi ( kira2 senilai 700.000 dirham)
6. Fars: 27.000.000 dirham, 30.000 botol air mawar dan 20.000 botol syrup black currant.
7. Khultan: 1.733.000 dirham
8. Bust: 90.000 dirham
Hal yang sama diterapkan pada wilayah asing lainnya yang ditaklukkan oleh Muslim. Jadi, jelas bahwa Muslim yang datang dan menyerang Sindh tidak hanya ingin memerintah namun juga untuk mengeksploitasi dan menghisap kekayaan dan sumber daya alam guna diberikan kepada markas besar kalifat di Damaskus (kemudian di Bagdad). Keadaan ini sangat mirip dengan yang dilakukan oleh bangsa Eropa atas daerah2 jajahannya. Pajak yang diberlakukan oleh penguasa Muslim atas orang2 Hindu di India sangat memberatkan, bahkan mereka sampai terpaksa harus menjual istri dan anak2 mereka untuk dapat melunasi pajak. Hal ini, menurut catatan sejarawan pada masa itu dan para penjelajah bangsa Eropa, adalah hal yang lumrah terjadi sepanjang masa pemerintahan Raja Shahjahan dan Aurangzeb (1620-1707). Sejumlah besar petani India terpaksa mengungsi ke hutan-hutan karena tidak mampu membayar pajak yang begitu besar.
http://en.wikipedia.org/wiki/Shah_Jahan" onclick="window.open(this.href);return false;
http://en.wikipedia.org/wiki/Aurangzeb" onclick="window.open(this.href);return false;
Pada saat gelombang kedua invasi Islam dilancarkan oleh Sultan Mahmud (1000M), otoritas kalif Baghdad sudah relatif lemah. Menentang khalifah Abbasid/Abbasiyah di Baghdad, dinasti Fatimid/Fatimiyah mendirikan pemerintahan yang independen di Mesir pada 909; dinasti Umayyah menguasai Spanyol secara independen juga sejak 756. Namun kalif2 Abbasiyah di Baghdad masih memiliki kekuasaan atas Sultan Mahmud, penyerbu India yang brutal. Ketika Mahmud mengalahkan gubernur Khurasan Abdul Malik, Kalif Al-Qadir Billah – gembira dengan hadirnya seorang jenderal yang kuat – mengakuinya sebagai amir (pemimpin) dan memberikan gelar Yamin-ud-Daulah (tangan kanan negara) dan Amin-ul-Millah (Wali Masyarakat).
Mahmud dari Ghazni, kanan http://en.wikipedia.org/wiki/Mahmud_of_Ghazni" onclick="window.open(this.href);return false;
Dengan adanya restu kalif ini, Sultan Mahmud memulai serangannya di Barat Laut India pada sekitar 1000 M. Sebagai balasan atas pengakuan dan restunya, Mahmud sering mengirim sejumlah besar uang dan hadiah2 kepada sang kalif dari hasil rampasannya dan dari hasil pajak yang diberlakukan di India, yang mencakup “semua jenis kekayaan”. Menurut Tarikh-i-Alfi, Sultan Mahmud menyisihkan 1/5 dari hasil rampasannya, yang termasuk di dalamnya 150.000 budak untuk dikirim ke Baghdad.xxvi) Ini berarti kerajaannya merupakan propinsi penuh dari kalifat Baghdad. Putra dan penerusnya, Sultan Masud, juga menerima pengakuan dari sang kalif, setelah ia berjanji ”akan mengirim kepadanya (kalif) setiap tahun uang sejumlah 200.000 dinar, 10.000 potong pakaian, disamping hadiah2 lainnya”.xxvii)
Kebrutalan serangan Sultan Mahmud di India menjadikan Punjab di bagian Barat Laut India dibawah pemerintahan dinasti Ghaznivid. Sekitar 150 tahun kemudian, sultan2 Ghaurivid dari Afghanistan, Muhammad Ghauri (wafat 1206) dan kemudian Tajuddin Yildoz (w. 1216), penguasa Ghazni, telah menerima pengakuan dan restu dari kalif Bagdad. Sultan Iltutmish (w. 1236)dari Delhi, setelah mengalahkan Yildoz, menerima pengangkatan dari kalif. Walaupun tidak dicatat secara terperinci, sang kalif melimpahkan anugerah restunya hanya sebagai balasan dari pemberian uang dan hadiah2. Restu dari kalif Bagdad dan kemudian dari Kairo (setelah bangsa Mongol mengusir mereka keluar Bagdad) berlanjut untuk dilimpahkan kepada para sultan dari Delhi sebagai balasan atas harta dalam jumlah besar yang dikirim ke pusat pemerintahan Islam. Sultan Firoz Tughlaq (w. 1388) menerima pengangkatan dari sang kalif, sebagaimana ia mencatat :
Sejarawan Ziauddin Barani, menulis tentang kedermawanan Muhammad Tughlaq (w. 1351) kepada kalif yang sekarang memerintah dari Mesir, bahwa, “Begitu hebatnya kesetiaan Sultan kepada para kalif sehingga ia tadinya ingin mengirim semua kekayaannya di Delhi ke Mesir, kalau saja ia tidak khawatir akan dirampok”. Ghiyasuddin – seorang keturunan keluarga kalifat Bagdad yang sudah tak memerintah sehingga tak punya pengaruh lagi – datang ke Delhi pada masa pemerintahan Muhammad Tughlaq. Kedermawanan Sultan kepada tuannya di Mesir dapat diukur dari penghormatannya kepada tamu yang tak lagi punya pengaruh dan tak ada hubungannya ini, sebagaimana diringkaskan dalam Cambridge History of India sbb :"Sebuah surat pengangkatan dikirimkan kepadaku sebagai penegasan penuh atas wewenangku sebagai wakil kalifat
dan pemimpin dari kaum beriman (kalif) telah dengan senang hati memberikan kehormatan kepadaku dengan memberiku gelar Sayyidu-s-Salatin." xxviii)
Jika tamu yang tak penting seperti Ghiyasuddin menerima sedemikian banyaknya harta dari Sultan, maka tidak sulit untuk menebak berapa banyak yang dia kirimkan untuk kalif di Kairo. Jaunpur, Sultan dari Bengal (1337-1576) dan Malwa, juga dilantik atas balasan sejumlah besar uang dan hadiah2. Sebagai contoh, Khalifah al-Mustanjid Billah mengirim kepada Sultan Mahmud Khilji (1436-69) dari Malwa jubah kehormatan dan pengakuan sebagai balasan atas sejumlah besar emas dan perak yang diterimanya. Bahkan beberapa pemberontak asal kesultanan Delhi juga dilantik oleh kalif sebagai balasan atas uang, emas dan budak2. xxxi)“...bejana2 yang dipakai dalam istananya (Ghiyasuddin) terbuat dari emas dan perak, bak mandinya terbuat dari emas dan pada saat akan dipakai untuk pertama kalinya, sebuah hadiah uang sebesar 40.000 tanga dikirim kepadanya; dia juga diberi budak2 dan pelayan2 laki2 dan perempuan. Ia diberi uang 300 tanga setiap harinya, walaupun ia makan makanan yang disediakan oleh dapur istana; ia menerima bagian uang dari kota Siri yang dikuasai oleh Sultan Alauddin, salah satu bagian kota yang membentuk ibukota, dengan semua taman2 dan ladang2 serta seratus buah desa; dia diangkat sebagai gubernur distrik bagian timur propinsi Delhi; dia menerima 30 keledai dengan kendali dari emas dan saat dia mengunjungi istana, dia diberi hak untuk menerima karpet yang bekas diduduki oleh Raja."xxx)
http://en.wikipedia.org/wiki/Timur" onclick="window.open(this.href);return false;
Tak diragukan, kesultanan Delhi merupakan sebuah propinsi kalifat Islam. Hubungan ini terganggu setelah Amir Timur (Tamerlane)--gambar atas--- seorang Jihadi yang terkenal karena kebrutalannya yang luar biasa, menggulingkan dinasti Tughlaq (1399). Nama kalif Arab dihapus dari keping uang Delhi.
Timur meninggalkan Delhi setelah penyerangan barbarnya, memproklamirkan dirinya sebagai Raja India dan menempatkan para Sayid (keturunan Muhammad) sebagai pemegang kekuasaan disana. Menyadari ancaman brutal Timur dan pentingnya arti restu darinya, para Sayid mengakui Timur dan para penerusnya sebagai kalif dan mengirim upeti ke Timurid, ibukota Samarkand. Menurut Feristhah, Sayid Sultan Khizr Khan,
“memimpin pemerintahan Teimoor (Timur) yang namanya dicetak pada keping2 uang dan disebut2 dalam khotbah. Sesudah kematian Teimoor, khotbah dibacakan atas nama penerusnya, Shahrukh Mirza, yang kepadanya dia(Sayid SKK) biasa mengirim upeti ...”. xxxii)
http://en.wikipedia.org/wiki/Akbar_the_Great" onclick="window.open(this.href);return false;
Kesultanan Islam kemudian Delhi pindah ke Samarkand, bukannya dihapuskan. Akbar yang Agung (berkuasa 1556-1605) – sekuat penguasa2 Ottoman dan Persia – kemudian memproklamirkan kemerdekaannya dari kalif2 asing. Sebelumnya, dari tahun 712 hingga awal abad ke 16, daerah di India yang dikuasai Muslim sebenarnya adalah sebuah bagian/propinsi dari pemerintahan Islam yang lebih luas.
Disamping mengirim hasil panen dan hadiah2 kepada pusat pemerintahan kalifat di Damaskus, Baghdad, Kairo atau Tashkent dari India, kota2 suci Islam Mekah dan Medinah juga menerima banyak sumbangan berbentuk uang dan hadiah2, bahkan pada masa Mughal ketika para penguasa Muslim India memproklamirkan kemerdekaannya dari kalifat asing.
http://en.wikipedia.org/wiki/Babur" onclick="window.open(this.href);return false;
Raja Babur (berkuasa 1525-30) didalam otobiografinya, mencatat bahwa ia mengirim hadiah2 kepada para ulama di Samarkand, Khurasan, Mekah dan Medinah “dalam nama Allah.” Pada satu tempat, ia menulis,
Bahkan Akbar yang telah murtad (karena memisahkan diri dari kalifat) menunjukkan kedermawanannya kepada kota Mekah dan Medinah sebagaimana dicatat Humayun Nama :“Kami memberi satu Shahrukhi (mata uang) kepada setiap orang di negara Kabul dan sisi lembah Varsak, laki2 dan perempuan, budak atu orang merdeka, tua maupun muda”.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/c ... _kings.jpg“Walaupun dia tidak boleh pergi meninggalkan Hindustan, dia menolong banyak orang untuk berangkat menunaikan ibadah Haji dan membuka lebar2 dompetnya untuk bekal mereka. Setiap tahunnya, dia mengangkat seorang pemimpin karavan dan membawakan hadiah2 dan sejumlah besar uang untuk kedua kota suci tersebut. Ketika Gulbadan Begum, bibi dari pihak ayahnya, naik haji, Sultan Khawja membawa 12.000 jubah mewah diantara hadiah2 lainnya."
http://en.wikipedia.org/wiki/Jahangir" onclick="window.open(this.href);return false;
Raja2 Mughal, Akbar (berkuasa 1556-1605), Jahangir (berkuasa 1605-27) dan Shahjahan (berkuasa 1628-58) biasa memberi kepada para ulama Persia, Romawi dan Azerbaijan uang “dari Allah” untuk “para abdiNya,” apakah mereka berada di Hindustan ataupun di negara2 Islam lainnya. Raja Shahjahan juga biasa mengririm hadiah2 mewah ke Mekah. xxxiii)
Hal ini menunjukkan betapa uang dan sumber kekayaan alam yang diambil dari keringat dan kerja keras NON-muslim di
India, dialirkan kepada kalif di Damaskus, Baghdad, Kairo atau Tashkent dan kepada kota suci Islam Mekah dan Medinah
serta kepada kantong2 ulama Muslim diseluruh dunia. Pada saat yang sama, kafir-kafir di India dianiaya.
Telah dicatat dengan baik, namun diabaikan secara sengaja, bahwa penaklukan oleh Muslim, dari jaman Nabi MuhammadPUN, bertujuan untuk :
1) menjarah dan merampas kekayaan dan sumber daya alam orang2 yang ditaklukkannya.
2) untuk menawan budak2, kebanyakan para wanita dan anak2, yang dipaksa untuk masuk Islam dan kemudian dijual
kepada majikan2 Muslim yang menyuruh mereka mengerjakan semua jenis pekerjaan di dalam rumah majikan-majikan Muslim-nya (lihat Bab VII tentang Perbudakan). Wanita-wanita tawanan yang muda-muda dan cantik-cantik dijadikan budak seks di dalam harem dan rumah para penguasa, jenderal, bangsawan dan Muslim pada umumnya. Kegunaan mereka ada 3 :
2 a) sebagai buruh yang bekerja membantu tuan Muslim-nya,
2 b) sebagai pemuas nafsu seks Muslim dan
2 c) sebagai alat pembuat anak untuk membengkakkan populasi Muslim.
3) untuk memberlakukan jizyah, kharaj dan pajak2 yang memberatkan lainnya kepada orang2 yang tertindas dan sebagian dari hasilnya diserahkan kepada bendahara pusat.
[...] Eksploitasi ekonomi adalah tujuan utama dari penjajah bangsa Eropa : bangsa Inggris, Belanda dan Perancis. Bagi ekspansi penjajah ala Islam, hal tersebut merupakan tujuan yang KEDUA. Tujuan utamanya sebagaimana telah dicontohkan oleh Nabi atas nama perang karena Allah, adalah untuk menyebarkan agama Islam ke seluruh pelosok dunia. Mereka membantai kafir dalam jumlah yang sangat besar dan secara kejam menghancurkan agama, kebudayaan dan peradaban kafir. Penjajahan oleh Islam, seperti halnya oleh Portugis dan Spanyol, mempunyai tujuan yang sama yaitu penyebaran agama dan eksploitasi ekonomi.
IMPERIALISME BUDAYA ISLAM
Allah Berkata di dalam Quran bahwa Dia telah menyempurnakan Islam sebagai agama dan memilihnya untuk seluruh umat manusia serta mengatakan bahwa Islam berada diatas semua agama lainnya :
1. “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. (Quran 5:3)
2. Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. (Quran 48:28)
Islam sebagaimana dituliskan adalah sebuah paket lengkap untuk umat manusia, yang memuat agama, sosial, kebudayaan dan politik dan semua segi kehidupan dan bermasyarakat. Semua Muslim percaya bahwa Islam adalah “sebuah petunjuk yang lengkap untuk kehidupan”. Masyarakat kaum beriman – sebagaimana dicetuskan oleh Nabi Muhammad dan khalifah penerusnya – di Medinah (622-661M) adalah sebuah masyarakat ideal yang harus dicontoh di seluruh pelosok dunia. Allah memproklamirkan bahwa kedudukan Islam adalah diatas kedudukan semua agama dan semua orang harus menerimanya, sebagaimana ditulis sebelumnya, lewat kekuatan kaum yang beriman yaitu Jihad.
Pada masa kelahiran Islam, masyarakat Arab sebelum Islam, - kebudayaan, adat istiadat dan agamanya – dikenal sebagai zaman kebodohan (jahiliyah). Hal2 tersebut digantikan oleh cara2 Islam yang dicetuskan oleh Muhammad dan sahabat2nya. Nabi Muhammad bertindak berdasarkan idenya sendiri untuk menghapus kebiasaan masyarakat Pagan - yang dinamakan praktek2 ibadah, kebudayaan dan adat istiadat orang2 Arab, bahkan di sukunya sendiri – dengan cara memberikan pilihan kepada mereka, mati atau masuk Islam, sesuai dengan perintah Allah dalam Quran 9:5. Para serdadu Muslim yang menyerbu keluar dari Arabia untuk berperang demi Allah dan menaklukkan sejumlah besar wilayah – termasuk peradaban tinggi Persia, Byzantium, India, dll - mengakibatkan penderitaan tak terbayangkan terhdp masyarakat yang ditaklukkan akibat penghancuran atas kebudayaan, adat istiadat dan praktek ibadah mereka. Jadi, disamping eksploitasi ekonomi dan teror politik, penjajah2 Muslim menyebabkan kehancuran kebudayaan dan peradaban yang luar biasa bagi umat manusia.
Para penakluk yang hebat di jaman pra-Islam - Alexander Agung, Cyrus Agung, bangsa Jerman (orang2 Vandal, Visigoth, Ostrogoth, dsb) di Eropa dan bangsa Saka dan Hun di India – entah ikut bergabung didalam kebudayaan, agama dan masyarakat wilayah yang ditalukkannya atau membantu peleburan antara kebudayaan penakluk dan yang ditaklukkan. Pada jaman setelah “kejayaan” Islam, para penyerang bangsa Mongol juga meleburkan diri kedalam masyarakat yang ditaklukkannya : “Di Cina dan Mongolia, sebagian besar memeluk agama Buddha; di Asia Tengah mereka memeluk agama Islam; mungkin beberapa yang di Rusia dan Hungaria memeluk agama Kristen”.xxxiv) TETAPI para penakluk Muslim so pasti menghancurkan kebudayaan dari masyarakat kafir yang ditaklukkannya karena Muslim berkeyakinan bahwa tata cara masyarakat pra-Islam jahiliyah harus diganti dengan agama yang sempurna, politik dan kebudayaan Islam. Dari India ke Spanyol, penghancuran sejumlah besar kuil2 Pagan, biara2 Buddha, gereja2 Kristen, sinagog2 Yahudi dan sebagainya merupakan bukti dari meluasnya penghancuran kebudayaan non-Islam oleh para penyerang Muslim. Penaklukkan oleh Islam, oleh sebab itu, merupakan “kerugian yang luar biasa atas hilangnya kebudayaan,”xxxv) yang masih tetap belum dapat diketahui dampaknya secara keseluruhan itu.
Oleh karena itu, BETAPA MENGEJUTKAN bahwa para penyerang Muslim dikenal secara luas sebagai 'orang2 yang memperkaya kebudayaan masyarakat yang ditaklukkannya.' Sebagai bahan perbandingan dan kontrasnya pengaruh kekuasaan Eropa dan Arab (Islam) atas budaya dan peradaban masyarakat yang dikuasainya, Ibn Warraq mengatakan sbb :
Maka, disamping bertujuan untuk mengeksploitasi ekonomi dan mendominasi politiknya, kolonialis2 Islam juga datang dengan misi untuk menghapuskan kebudayaan. Islam datang dengan mantranya bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi yang paling agung dan teladan yang sempurna bagi umat manusia. Muslim harus selalu mengikuti teladan hidupnya, tindakannya dan ibadahnya dengan sebaik mungkin. Muhammad, sebagai orang Arab yang menjadi sumber agama Islam – seorang yang bukan Arab, dengan memeluk Islam berusaha meniru kehidupan Muhammad, seorang pemimpin Arab-Islam. Menjadi misi seumur hidup seorang Muslim kaffah untuk menjadi orang Arab di dalam gaya hidup dan keimanannya, sampai melupakan kebudayaan, nilai2, aturan dan praktek dalam masyarakatnya sendiri."Walaupun bangsa Eropa terus menerus dituduh memaksakan nilai2, bahasa dan budaya mereka yang merusak terhadap Dunia Ketiga, tak seorangpun peduli untuk menunjuk pada wilayah2 yang dijajah Islam yang dulunya merupakan masyarakat yang berperadaban tinggi, kemudian setelah penjajahan Islam, diinjak-injak dan dihancurkan untuk selama-lamanya”. xxxvi)
Sir VS Naipaul bertemu dengan Tuan Jaffrey – seorang wartawan berkebangsaan Inggris yang tinggal di Teheran. Lahir dan sekolah di Lukhnow (India), Tuan Jaffrey, sorang Muslim Syi’ah, tumbuh dewasa dengan impian akan adanya ‘jame touhidi, masyarakat orang2 beriman’, sebuah impian untuk menciptakan kembali budaya dan masyarakat masa awal Islam yang dibuat oleh Nabi Muhammad di Medinah. Dalam impiannya akan kehidupan yang seperti itu, dia keluar dari India yang didominasi Hindu pada tahun 1948 ke Pakistan. Tidak senang dengan perlakuan masyarakat Muslim Sunni kepada Muslim Syi’ah, dia pindah ke negara Syi’ah Iran, dimana dia bekerja pada surat kabar berbahasa Inggris Tehran Times. Dia kecewa lagi karena Iran di bawah pemerintahan Shah adalah tiranis dan korup’. xxxvii) Kemudian datanglah revolusi Islam Iran, sesuatu yang disukai oleh Tuan Jaffrey. Iran dibawah kekuasaan para Ayatolah, memerintah berdasarkan cara2 pemerintahan Nabi, sangat dekat dengan jame touhidi yang diimpi-impikan oleh Jaffrey. Mimpi yang seperti ini cukup umum diantara para Muslim kaffah, yang disebut fundamentalis, dimanapun juga, termasuk di Barat. Dari kisah Tuan Jaffrey ini kita dapat melihat bahwa Muslim memiliki keinginan yang sangat mendasar, bagaimanapun jauhnya seorang Muslim berada, seberapa tinggipun pendidikannya di sekolah2 sekular di Barat, ia tetap ingin mencapai sebuah lingkungan
sosial, budaya dan politik Arab-Islam, meninggalkan budaya dan adat istiadat leluhurnya.
Tentang budaya Arab yang dipaksakan oleh Muslim kepada daerah2 taklukannya dan pada orang2 yang masuk Islam, Anwar Shaikh menulis : xxxviii)
Dengan melihat lebih dekat kepada negara2 Islam di seluruh dunia, pengaruh buruk Islam pada orang2 yang dulunya menganut beraneka macam agama, memiliki aneka kebudayaan dan beragam ras pada letak geografis yang berbeda-beda dapat dilihat dengan mudah. Menakjubkan bagaimana kebudayaan dan adat istiadat Muslim di Bangladesh, Pakistan, Afghanistan, Malaysia, Indonesia, Iran, Suriah, Palestina di Timur Tengah, Mesir, Sudan, Algeria, Somalia, Turki dan... menjadi kewajiban bagi semua orang yang masuk Islam bahwa mereka harus menerima budaya Arab, meletakkan budaya negara mereka dibawah budaya Arab, menerima hukum2 Islam, belajar bahasa Arab dan tata cara Arab, mencintai Mekah dan orang2 Arab untuk mengakui bahwa Muhammad adalah Teladan Tingkah Laku karena sebagai orang Arab dia mencintai dan melakukan segala yang berasal dari Arab. Bahkan lebih buruk lagi, mereka harus membenci budayanya dan tanah airnya sendiri karena telah menjadi Dar-ul-Harb, yaitu tempat kancah peperangan.
Chechnya – yang beragama Hindu, Buddha, Zoroastrian, Animisme, Kristen, Yahudi dan Pagan sebelum invasi Muslim – telah berubah menjadi mirip dengan Arab-Islam dengan beberapa variasi disana sini. Yang lebih menakjubkan adalah budaya dan pandangan hidup mereka yang sangat berbeda dengan orang2 yang masih menjalankan budaya pra-Islam yang hidup di sekitar mereka, walaupun ada penjajahan oleh bangsa Eropa selama hampir dua abad pada banyak negara tersebut yang selama masa itu sekularisme dibangkitkan bersamaan dengan pelestarian dan penemuan kembali warisan sosial budaya pra- Islam yang telah hilang atau tergusur.
Semangat untuk melihat seluruh dunia melaksanakan syariat Islam dlm segala aspek kehidupan dan masyarakat adalah keinginan yang umum diantara Muslim kaffah. Saya mengenal banyak Muslim yang berpendidikan tinggi dari Bangladesh, Pakistan, India dan tempat2 lain yang tinggal di Barat. Walaupun mereka tidak pernah berpikir untuk meninggalkan masyarakat tempat tinggalnya yang sekarang untuk hidup secara Islami di tanah air mereka atau di tempat2 lain di negara2 Islam, mereka tidak pernah menyembunyikan ketidaksukaan mereka pada gaya hidup masyarakat dan budaya Barat. Mereka sangat mengharapkan untuk dapat melihat masyarakat dan budaya Barat – disamping ekonomi dan pada tingkat tertentu aspek politik (demokrasi, dsb) – digantikan oleh ajaran moral Islam yang sempurna. Meningkatnya kepopuleran Syariah – diterapkannya sistem keuangan Syariah diantara para imigran Muslim nampaknya akan merubah aspek ekonomi masyarakat Barat juga. Hal ini harus dimengerti bahwa pada saat kelahiran Islam, agama Zoroastrian di Persia, Hindu-Buddha di India, Pagan-Koptik di Mesir, Pagan-Buddha di Cina dan Kristen di Byzantium, adalah peradaban terbaik di dunia, semua memiliki sejarah kebudayaan yang panjang dan pencapaian di bidang kesenian, arsitek, pendidikan, sastra dan ilmu pengetahuan. Sebaliknya Islam, lahir dari masyarakat Arab Peninsula Beduin yang tidak mengenal hukum, ketika peradaban2 ini telah mencapai kemajuan yang hebat dibanding dengan Arab Beduin yang masih primitif. Menakjubkan bahwa Islam telah menghapuskan peradaban tinggi pra-Islam diantaranya di Iran, Irak, Suriah, Mesir dan Palestina. Peradaban Mesir kuno adalah yang pertama dan terbaik dari jaman peradaban kuno dunia, dan berlangsung selama 3.000 tahun. Muslim Mesir, yang bukan orang Arab, sekarang semuanya menjadi orang Arab. Meratapi transformasi generasi masyarakat Mesir, Anwar Shaikh menulis,
Apa yang mengherankan adalah cara Muslim2 kaffah masa kini--yang merupakan pewaris/anak cucu dari peradaban2 hebat itu--melecehkan sisa-sisa warisan asli mereka. Gerakan Muslim Aljazair, sebagai contoh, mengangkat senjata pada 1990 an dan membunuh hingga 200.000 rekan senegaranya guna mentransformasi negaranya sepenuhnya seperti Arab, dan melepaskan diri dari pengaruh Afrika Berber di masa lampau. Penting dicatat disini bahwa leluhur Berber jaman pra Islam telah dikalahkan oleh para penyerang Muslim dan agama kepercayaan mereka menjadi alat perlawanan yang gigih melawan orang2 Arab di Afrika. Menurut Ibn Khaldun, orang2 Berber telah murtad sebanyak 12 kali sebelum para penyerang Islam berhasil memaksakan Islam pada mereka. Perlawanan sengit orang2 Berber telah memaksa orang2 Arab beberapa kali menarik diri dari Maroko. xl)“lihatlah Mesir... Daerah yang hebat ilmu pengetahuannya, keseniannya, kebudayaannya dan adat istiadatnya, jatuh hingga ke titik nadirnya saat Islam mengambil alih. Tidak ada orang Mesir lagi. Mereka semua telah menjadi orang Arab!” xxxix)
Dengan memeluk Islam, Muslim menyatakan untuk hidup menurut Quran dan teladan Nabi pada setiap segi kehidupannya. Mereka menjadi budak budaya Arab-Islam. Hal ini menjadi kewajiban bagi mereka bukan hanya sebagai monyet peniru cara hidup Arab-Islam tetapi juga untuk menghancurkan kebudayaan pra-Islam mereka, adat istiadat dan prestasi2nya, yang tak diakui oleh masyarakat Arab-Islam. Bagi mereka, tanah air mereka tetap sebagai Dar al-Harb – wilayah perang, sampai negara tsb disucikan agama, politik dan budayanya.
Muslim yang taat di India, oleh sebab itu sangat bersemangat untuk menyaksikan negara2 mereka sepenuhnya dibersihkan dari agama berhala Hindu, adat istiadat dan budayanya. Muslim mengorbankan jutaan nyawa dalam usahanya untuk menjadikan Pakistan negara mereka. Gerakan yang mirip berlangsung terus di wilayah yang didominasi Muslim di Kashmir sejak 1947. Demikian juga, Muslim yang taat di Iran ingin melihat peninggalan agama pra Islam dan budayanya lenyap dari negara mereka secepat mungkin. Menyusul revolusi Iran, para Ayatolah yang punya tujuan untuk menciptakan kembali keadaan sosial, politik dan masyarakat yang religius yang dibuat oleh Nabi, melarang pelajaran tentang budaya kuno Iran di sekolah2 dan universitas2 serta guru2 yang mengajar pelajaran ini harus berhenti bekerja. Muslim Mesir yang taat, sama juga, sangat bersemangat untuk melihat sisa2 Kristen Koptik pra-Islam dan budaya serta adat istiadatnya dibuang jauh dari Mesir untuk selama-lamanya.“Muslim non-Arab ini mengembangkan perasaan khusus, yang jijik pada budaya dan tanah airnya sendiri karena lebih mempercayai persaudaraan antara sesama Muslim”. xli)
Di dalam perjalanannya ke Pakistan, Indonesia, Malaysia dan Iran pada akhir 1970 dan awal 1990-an, Naipaul mencatat sebuah keinginan dari Muslim yang berpendidikan tinggi untuk menghapuskan gaya hidup yang tidak Islami dan untuk menghancurkan sisa2 budaya warisan jaman pra Islam. Meneliti sifat kolot imperialis Arab yang ditanamkan oleh Muslim Indonesia yang taat, Naipaul menulis,
Berdasarkan penelitian tentang pengaruh buruk Islam pada wilayah yang ditaklukkannya, pada orang2 non Arab yang masuk Islam, serta budaya dan peradaban mereka, Naipaul menulis,“Kekejaman Islam fundamentalis adalah ia memperbolehkan hanya kepada satu bangsa – bangsa Arab, bangsa asal Nabi - untuk diketahui tentang sejarahnya, tempat2 sucinya, ziarah-ziarahnya dan penghormatan dunia untuknya. Tempat2 suci di Arab harus menjadi tempat2 suci bagi seluruh orang yang masuk Islam. Para mualaf harus meninggalkan masa lalunya. Tak ada yang diminta dari para mualaf selain dari kemurnian imannya, Islam, ketundukan. Ini merupakan bentuk imperialisme tanpa kompromi”.xlii)
Meneliti dominasi pengaruh kebudayaan Arab diantara Muslim di Sindh - obsesi kepada agama-bahasa-baju-nama Arab, dsb – 12 abad setelah ditaklukkan, Naipaul menulis : xliv)“Bagi mereka, agama dan sejarah leluhurnya tidak memiliki arti penting, barang2 peninggalan leluhurnya dianggap remeh, hanya gurun pasir Arabia-lah yang paling mulia”. xliii)
“... kemungkinan tidak ada imperialisme yang mirip Islam ataupun Arab. Orang2 Galia (perancis), setelah 500 tahun dijajah Romawi, dapat memulihkan kepercayaan lama mereka. Kepercayaan tersebut tidak mati, ia hanya tiarap dibawah permukaan pengaruh Romawi. Tetapi Islam menghapuskan agama leluhur, agama yang boleh hanyalah Islam. Mereka tidak dapat kembali lagi ke agama leluhurnya. Keinginan Muslim untuk secepatnya melenyapkan masa lalu pra Islam mereka tidak dilakukan hanya dengan berdiam diri. Di tanah airnya, mereka secara aktif dan penuh kekerasan bekerja untuk menghancurkan jejak2 agama non Islam, kebudayaan dan adat istiadatnya – bekas2 dari warisan jaman pra Islam jahiliyah mereka."
Now you see it ... http://news.bbc.co.uk/1/hi/world/south_asia/1242856.stm" onclick="window.open(this.href);return false;
Now you don't ... http://news.bbc.co.uk/2/hi/south_asia/1229256.stm" onclick="window.open(this.href);return false;
Sebagai contoh, di Afghanistan pada tahun 2001, Islam Taliban memusnahkan patung Bamiyan Buddha (foto2 atas) yang berumur 18 abad. Para Muslim mengebom patung Buddha buatan abad pertama yang dipahat di batu di lembah Swat sebelah Barat Daya Pakistan pada September 2007; mereka mengebom salah satu keajaiban dunia, candi Buddha Borobudur, di Jawa Tengah (Indonesia) pada Januari 1985. Muslim di Mesir menyerang biara tertua di dunia di Deir Abu Fana pada Juni 2008. Pada April 2006, Ali Gomaa, seorang ulama besar Mesir mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa pameran patung adalah tidak Islami. Dihawatirkan bahwa para Muslim akan menggunakan alasan ini untuk menghancurkan kekayaan warisan jaman pra Islam di Mesir sebagaimana dikatakan editor majalah Akhbar Al Adab,
Para Ayatolah di Iran telah secara sistematis menghancurkan monumen2 pra Islam dan mausoleum2 selama 3 dekade. Kegigihan untuk melenyapkan semua yang dianggap tidak Islami juga terjadi pada pembasmian etnis Hindu di Bangladesh dan Pakistan oleh Muslim. Menyusul pemisahan India pada 1947, populasi Hindu masih sebanyak 25-30 persen dari jumlah populasi Pakistan Timur sekarang (Bangladesh), sementara sekitar 10 persen di Pakistan. Kini, jumlah mereka telah berkurang sekitar 10 persen di Bangladesh dan cuma 1 persen di Pakistan. Penyebab utama dari berkurangnya populasi Hindu di negara mayoritas Muslim di Bangladesh dan Pakistan adalah hasil dari minggatnya orang2 Hindu ke India akibat perlakuan buruk yang mereka alami. Paksaan untuk masuk Islam juga menjadi penyebab berkurangnya populasi Hindu. Penculikan atas gadis2 Hindu (juga non-Muslim lainnya) dan memaksa mereka menikah dengan lelaki Muslim yang kejam, pemerkosaan yang meluas terhdp wanita2 mereka, perampasan harta benda dan tanah mereka, pengusiran besar2an dan“Kami tidak kuasa untuk mencegah seseorang memasuki kuil Karnak di Luxor atau kuil2 Pharaoh lainnya dan meledakkannya berdasarkan fatwa ini”. xlv)
tekanan2 dlm masyarakat memaksa orang2 Hindu – yang tidak mau masuk Islam – untuk pergi meninggalkan tanah leluhur mereka dan menetap di India.
Sebuah penelitian baru2 ini di Bangladesh menemukan bahwa hampir 10 juta orang Hindu dipaksa untuk meninggalkan negara mereka antara tahun 1964 dan 2001, karena konflik masyarakat dan penderitaan. Sekitar 2.6 juta are tanah milik orang2 Hindu dirampas oleh Muslim dari tahun 1965 hingga 2006. xlvi) Naeem Mohaiemen, seorang pembuat film dan komentator, mengatakan tentang perlakuan terhadap warga non-Muslim di Bangladesh sbb:
"Kami bukan hanya sebagai kaum elit tetapi juga kaum Muslim elit yang memporak-porandakan negara ini dan menjadikan yang lain sebagai warga bayangan saja. Dari Hukum Kepemilikan Tanah sampai dgn keputusan2, hukum, norma sosial, politik dan diskriminasi, menyebabkan warganegara Hindu, Kristen, Buddha, Adivasi (Aboriginal) dan Pahari (Hill) dianggap sebagai hanya setengah manusia – diusir dari sekolah2, pekerjaan2, politik, kebudayaan dan kehidupannya." xlvii)
Di Mesir, orang2 Kristen Koptik sebagai penduduk asli, terus berkurang sebagai akibat dari penganiayaan Muslim. Untuk menekan Kristen, Muslim membangun sebuah masjid pada setiap jalan yang rencananya disana akan dibangun sebuah gereja. Setiap waktu, Muslim membuat kerusuhan yang ditujukan kepada orang2 Kristen dan merusak harta benda, gereja2 dan usaha bisnis mereka (seringkali dimuat di media) serta menciptakan masalah2 sosial lainnya yang memaksa orang2 Koptik untuk masuk Islam atau bermigrasi, kebanyakan ke Barat. Pada suatu kejadian, sejumlah 20.000 perusuh Muslim dengan senjata batu dan tabung gas airmata mengepung sekitar 1.000 orang Kristen yang terperangkap di dalam Gereja Koptik Ortodok Perawan Maria di sebelah Barat Ain Shams (Kairo) pada hari pembukaannya. Sepanjang malam para Muslim merubah lantai bawah sebuah bangunan yang baru dibangun, yang berhadapan dengan Gereja, menjadi sebuah Masjid dan mulai melakukan sholat di sana.
Ketika satuan keamanan mencoba membubarkan mereka, ‘perusuh Muslim menyerang gereja itu..., mendobrak pintu2nya dan menghancurkan seluruh lantai bawahnya. Para perusuh menerapkan ayat2 Jihad sebagaimana slogan mereka yang berbunyi ‘kami akan menghancurkan gereja’ dan ‘kami mengorbankan darah dan jiwa kami, kami mengorbankan diri kami untukmu, Islam’ ’. xlviii)
Baru2 ini, sejumlah gadis Hindu di London dilaporkan telah diteror oleh para pemuda Muslim agar mau masuk Islam, sedemikian parahnya sehingga mereka membutuhkan perlindungan polisi. xlix) Jika hal seperti ini terjadi di INGGRIS, dapat ditebak dengan mudah apa yang terjadi pada non-Muslim di negara2 mayoritas Muslim. Demikian juga halnya dengan populasi Kristen Arab yang jumlahnya turun drastis di negara2 Timur Tengah. Banyak dari mereka yang pergi ke Barat untuk melepaskan diri dari diskriminasi dan penganiayaan. Kota Betlehem di Tepi Barat di Palestina, dulu didominasi oleh orang2 Kristen, kini merupakan kota dengan mayoritas Muslim. Populasi Kristen sebanyak 60 persen dari total populasi pada tahun 1990, yang kemudian turun menjadi 40 persen di tahun 2000 dan kini hanya tinggal sekitar 15 persen. Menurut Justus Reid Weiner, seorang ahli hukum tentang hak asasi manusia dan dosen di Universitas Hebrew, bekerja secara diam2 dengan partai yang memimpin Palestina yaitu Fatah, Arab Kristen sering menderita pelanggaran hak asasi manusia di tangan Muslim, yang termasuk,
“intimidasi, pemukulan, pencurian lahan, pengeboman gereja dan yayasan Kristen lainnya, penolakan mempekerjakan, boikot ekonomi, penyiksaan, penculikan, pemaksaan perkawinan, pelecehan seksual dan pengusiran”. l)
Masalah2 ini memaksa mereka untuk bermigrasi ke tempat2 lain. Di lain pihak, kota Nazaret, tempat kelahiran Yesus di Israel – yang didominasi oleh Kristen sejak 1848 – tetap menjadi kota yang didominasi Kristen. Menurut perkiraan kecenderungan yang terjadi sekarang, komunitas Kristen mungkin akan hilang semuanya dari daerah yang dikuasai Muslim di Tepi Barat dan Gaza dalam tempo 15 tahun sebagai akibat dari meningkatnya penganiayaan dan perlakuan buruk“. il)
Di lain pihak, populasi Muslim meningkat dengan cepatnya pada wilayah mayoritas Hindu di India. Muslim di Nigeria berjumlah sekitar 40 persen dari total populasi pada saat mereka memperoleh kemerdekaan dari Inggris di tahun 1960, namun kini kemungkinan telah menjadi mayoritas. Di Bosnia-Herzegovina, ada sekitar 43.5 persen Muslim pada saat perang sipil di petengahan tahun 1990, jumlah mereka meningkat lebih dari 50 persen di tahun 2008. Di Israel, walaupun banyak imigran Yahudi yang kembali dari seluruh dunia, Muslim tetap mempertahankan proporsi jumlah populasinya. Di negara2 manapun yang Muslim-nya minoritas, mereka berkembang lebih cepat daripada yang lainnya atau tetap mempertahankan proporsi populasinya. Tetapi non-Muslim yang minoritas di negara2 Islam telah berkurang dengan cepat tanpa kecuali.
Shahadat adalah dasar keimanan Islam yang mengatakan “Tiada Tuhan selain Allah” (Quran 6:102, 106; 2:163). Islam – perintah agama, sosial, budaya dan politik diberi sanksi oleh Allah, satu2nya kedaulatan tertinggi yang sejati di seluruh alam semesta- harus menggantikan semua dan mendominasi semua orang. Untuk menegakkan sebuah budaya Islam
imperialis bagi semua orang-- dengan Islam sebagai satu2nya dan cara yang terlengkap sebagai pedoman hidup bagi semua orang sebagaimana dikehendaki oleh Allah-- Muslim harus mengobarkan Jihad dengan cara apapun (Quran 2:193, 8:39). Pembunuhan masal terhadap non-Muslim di negara2 Islam, yang terus berlangsung dengan sedikit perlawanan dari populasi Muslim yang lebih luas, sadar atau tidak merupakan pemaksaan imperialisme budaya Islam. Maka, sejumlah besar warisan kebudayaan dan peradaban yang telah hilang akibat dari penyerangan oleh Islam, SAMA SEKALI TIDAK DISESALI oleh mayoritas Muslim. Bagi seorang Muslim yang taat, mereka malah bersorak sorai kegirangan karena perusakan oleh mereka itu merupakan tugas suci bagi mereka. Naipaul menulis :
Sebuah kampanye untuk memusnahkan jejak2 agama jahiliyah, adat istiadat, kebudayaan dan benda2 peninggalan, dilakukan oleh Muslim secara besar2an diseluruh dunia. Muslim harus merubah seluruh dunia menjadi satu masyarakat yang seragam yaitu Arab-Islam dengan cara menciptakan negara imperialis Islam diseluruh dunia – dimana Islam merupakan satu2nya ideologi dan sebuah pedoman hidup yang lengkap bagi segala aspek kehidupan bagi semua orang. Sekarang di negara2 Muslim pasca penjajahan oleh Muslim, bentuk sosial-budaya seperti itu telah diterapkan dan terus meningkat, apalagi pada daerah2 yang jumlah Muslimnya mayoritas. Proses Arab-Islamisasi diseluruh dunia telah dimulai sekarang bahkan di negara2 Barat oleh imigran Muslim.“Ia (Islam) telah memberikan para mualaf pengaruh yang sangat membahayakan. Untuk masuk Islam, engkau harus memusnahkan masa lalumu, memusnahkan sejarahmu. Engkau harus menginjaknya, dan engkau harus mengatakan bahwa ‘budaya leluhurku tidak pernah ada, itu tidak ada artinya bagiku’.
Diterjemahkan maria_qibtiyah, diperiksa oleh ADMIN