Ibnu Ishaq berkata, "Ketika orang-orang Quraisy selesai mengadakan persiapan perang, dan hendak berangkat perang, tiba-tiba mereka ingat perang yang terjadi antara mereka melawan Bani Bakr bin Abdu Manat bin Kinanah. Mereka berkata, 'Kita khawatir orang-orang Bani Bakr menyerang kita dari belakang'."
Salah seorang dari Bani Amir bin Luai berkata kepadaku dari Muhammad bin Sa'ad bin Al-Musayyib yang berkata bahwa anak Hafsh bin Al-Akhyaf salah seorang dari Bani Ma'ish bin Amir bin Luai keluar mencari barangnya yang hilang di Khajnan. Anak Hafsh tersebut masih muda belia, rambutnya digelung, dan mengenakan perhiasan. Ia tampan dan bersih. Anak Hafsh tersebut berjalan melewati Amir bin Yazid bin Amir Al-Mulawwah, salah seorang dari Bani Ya'mur bin Auf bin Ka'ab bin Amir bin Laits bin Bakr bin Abdu Manat bin Kinanah di Dhajnan. Amir bin bin Yazid ketika itu adalah pemimpin kaumnya. Ketika ia melihat anak Hafsh, ia tertarik kepadanya. Ia bertanya kepada anak Hafsh, 'Siapa engkau, hai anak muda?' Anak Hafsh menjawab, 'Aku anak Hafsh bin Al-Akhyat Al-Qurasyi.' Ketika anak Hafsh tersebut berpaling dari Amir bin Al-Akhyaf, ia berkata, 'Hai Bani Bakr, apakah kalian mempunyai hutang darah dengan Quraisy?' Mereka menjawab, 'Betul, kita mempunyai hutang darah pada mereka.' Amir bin Yazid berkata, 'Jika salah seorang dari kalian membunuh anak muda ini dengan kakinya, ia telah menunaikan hutang darahnya.' Salah seorang dari Bani Bakr berjalan membuntuti anak Hafsh, kemudian ia membunuhnya sebagai pembalasan darah yang ada pada Quraisy. Orang-orang Quraisy gempar membicarakan pembunuhan anak Hafsh. Amir bin Yazid berkata, 'Hai orang-orang Quraisy, kami mempunyai hutang darah pada kalian. Apa yang kalian inginkan? Jika kalian mau, silahkan bayar hutang kalian pada kami sebelumnya, niscaya kami bayar hutang kami pada kalian sebelum ini. JIka kalian mau, ini adalah darah satu orang dibalas dengan darah satu orang pula. Oleh karena itu, silahkan kalian membebaskan hutang kalian sebelumnya pada kami, niscaya kami bebaskan hutang kalian pada kami sebelum ini.' Anak Hafsh tersebut dianggap tidak ada harganya di kampung Quraisy. Orang-orang Quraisy berkata, 'Ya betul. ...
=========================================================================================================
Halaman 589
...Satu orang dibalas dengan satu orang pula.' Mereka tidak menuntut apa pun atas darah anak Hafsh.
Ketika saudara korban, Makraz bin Hafsh bin Al-Akhyaf berjalan melewati Mar Adh-Dhahran, ia melihat Amir bin Yazid bin Amir bin Al-Mulawwah sedang naik unta. Ketika Makraz bin Hafsh melihatnya, ia mendekat kepadanya dan mendudukkan untanya. Ketika itu Amir bin Yazid menghunus pedang, kemudian Makraz bin Hafsh menyerangnya dengan pedang dan menewaskannya. Makraz bin Hafsh mengambil perutnya, membawanya ke Makkah, dan menggantungkannya di kain Ka'bah pada suatu malam. Esok paginya, ketika orang-orang Quraisy melihat pedang Amir bin Yazid bin Amr menggantung di kain Ka'bah, mereka pun mengenalinya. Mereka berkata, 'Ini pasti pedang Amir bin Yazid. Ia diserang Makraz bin Hafsh yang kemudian membunuhnya.' Itulah yang terjadi antara orang-orang Quraisy dengan Bani Bakr.
Ketika mereka berada di alam perang seperti itu, Islam datang menengahi mereka, kemudian mereka melupakan yang lain, dan hingga orang-orang Quraisy memutuskan berangkat ke Badar, kemudian mereka ingat kasusnya dengan Bani Bakr, dan mereka khawatir Bani Bakr menyerang. Makraz bin Hafsh berkata tentang pembunuhannya terhadap Amir bin Yazid,
- Ketika aku melihat bahwa dia adalah Amir bin Yazid
Aku pun akan daging sang kekasih (adiknya) yang telah tercabik-cabik
Aku berkata kepada diriku, 'Dialah Amir,
Janganlah takut padanya dan lihatlah
Aku pun yakin, bahwa jika memukulnya dengan pedang, ia binasa
Dalam menghadapinya, aku kendalikan ketakutanku,
Dan campakkan untaku terhadap pahlawan si penghunus pedang yang berpengalaman
Ketika kita telah bertemu untuk perang, dan pedang-pedang kita telah berhadap-hadapan,
Aku tidak menjadi sasaran penghinaan wanita dan ayah
Akan lepaskan anak panahku, dan aku tidak pernah lupa balas dendamnya
Jika orang tidak waras lupa pada dendamnya
Ibnu Ishaq berkata bahwa Yazid bin Ruman berkata kepadaku dari Urwah bin Az-Zubair yang berkata,
"Ketika orang-orang Quraisy memutuskan berangkat, mereka ingat kasusnya dengan Bani Bakr. Hal ini nyaris membatalkan keberangkatan mereka, namun iblis menampakkan diri kepada mereka dalam bentuk Suraqah bin Malik bin Jus'syum Al-Mudliji. Suraqah bin Malik adalah salah seorang tokoh Bani Kinanah (Bani Bakr). Iblis dalam bentuk Suraqah bin Malik berkata...
=========================================================================================================
Halaman 590
... kepada orang-orang Quraisy, 'Aku pelindung kalian, jika orang-orang Bani Bakr datang kepada kalian dengan sesuatu yang tidak kalian sukai.' Kemudian mereka berangkat dengan buru-buru."
Ibnu Ishaq berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam keluar dari Madinah bersama sahabat-sahabatnya setelah Ramadhan berjalan beberapa malam."
Wakil Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di Madinah
Ibnu Hisyam berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam keluar dari Madinah pada hari Senin tanggal 8 Ramadhan, dan menunjuk Amr bin Ummu Maktum sebagai pengganti beliau mengimami shalat di Madinah. Ada yang mengatakan bahwa nama Amr ialah Abdullah bin Ummu Maktum, saudara Bani Amir bin Luai. Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menarik Abu Lubabah dari Ar-Rauha', dan menunjuknya sebagai pengganti beliau di Madinah."
Panji Perang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan Dua Bendera Beliau
Ibnu Ishaq berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyerahkan panji perang kepada Mush'ab bin Umair bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abduddaar."
Ibnu Hisyamn berakta, "Mush'ab bin Umair orangnya putih."
Ibnu Ishaq berkata, "Di depan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terdapat dua bendera hitam; salah satunya dipegang Ali bin Abu Thalib. Bendera tersebut bernama Al-Uqbah. Dan bendera satunya dipegang salah seorang dari kaum Anshar."
Jumlah Unta Pasukan Kaum Muslimin
Ibnu Ishaq berkata, "Jumlah unta sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika itu tujuh puluh ekor, dan mereka menaikinya secara bergiliran. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Ali bin Abu Thalib, dan Martsad bin Abu Martsad Al-Ghanawi secara bergiliran menaiki satu unta. Hamzah bin Abdul Muththalib, Zaid bin Haritsah, Abu Kabsyah, dan Anasah, keduanya mantan budak Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam secara bergiliran menaiki satu unta. Abu Bakar, Umar bin Khaththab, dan Abdurrahman bin Auf secara bergiliran menaiki satu unta."
Ibnu Ishaq berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menunjuk Qais bin Abu Sha'sha'ah saudara Bani Mazin bin An-Najjar sebagai komando pasukan belakang.
Bendera kaum Anshar dipegang Sa'ad bin Muadz seperti dikatakan Ibnu Hisyam."
=========================================================================================================
Halaman 591
Perjalanan ke Badar
Ibnu Ishaq berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menempuh perjalanannya dari Madinah ke Makkah dengan melewati gunung Madinah, kemudian melewati Al-Aqiq, kemudian melewati Dzi Al-Hulaifah, kemudian melewati Aulatul Jaisy. (Ibnu Hisyam berkata, "Ada yang mengatakan Dzatul Jaisy."), kemudian berjalan melewati Turban, kemudian melewati Malal, kemudian melewati Ghamis Al-Hamam dari Marayain, kemudian melewati Shukhairatul Yamam, kemudian melewati As-Sayalah, kemudian melewati Faiji Ar-Rauha', kemudian melewati Syanukah. Itu adalah rute perjalanan yang biasa dijalani manusia."
Ajakan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk Berakhlak Baik
Ibnu Ishaq berkata, "Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan para sahabat tiba di Irqi Adz-Dzubyah (Ibnu Hisyam berkata, "Adz-Dzabyah."), mereka bertemu dengan salah seorang Arab dusun. Para sahabat bertanya kepadanya tentang orang-orang Quraisy, namun mereka tidak mendapatkan informasi apa pun dari orang Arab dusun tersebut. Para sahabat berkata kepada orang Arab dusun tersebut, 'Ucapkan salam kepada Rasulullah!' Orang Arab dusun tersebut bertanya, 'Apakah dalam rombongan kalian terdapat Rasulullah?' Para sahabat menjawab, 'Ya, betul.' Orang Arab dusun tersebut pun mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, 'Jika engkau Rasulullah, tolong beritahu aku apa saja yang ada di dalam perut untaku ini! Salamah bin Salamah bin Waqasy berkata kepada orang Arab dusun tersebut, 'Jangan tanyakan pertanyaan seperti itu kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, namun datanglah kepadaku, niscaya aku berikan jawabannya kepadamu. Engkau telah menggauli untamu, kemudian di dalam perutnya terdapat anak unta hasil hubungannya denganmu.' Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, 'Ah, engkau berkata jorok kepada orang ini.' Kemudian orang Arab dusun tersebut berpaling dari Salamah.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berhenti di Sajsaj. Sajsaj ialah sumur di Ar-Rauha', kemudian pergi daripadanya. Ketika tiba di Al-Munsharif, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak menempuh perjalanan ke Makkah dari sebelah kiri, namun menempuh perjalanan dari sebelah kanan dengan melewati An-Naziyah dengan tujuan Badar. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menempuh perjalanan daripadanya, hingga melintasi Lembah Rahqan antara An-Naziyah dengan Madhiq Ash-Shafra', kemudian berjalan melewati Al-Madhiz, kemudian turun daripadanya. Ketika tiba di dekat Ash-Shafra', Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutus Basbas bin Amr Al-Juhani sekutu Bani Sa'idah, dan Adi bin Abu Az-Zaghba' al-Juhani sekutu Bani An-Najjar untuk pergi ke Badar guna mencari informasi tentang Abu Sufyan bin...
=========================================================================================================
Halaman 592
...Harb dan anak buahnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sendiri meneruskan perjalanan setelah mengutus kedua sahabat tersebut. Ketika beliau berjalan menghadap Ash-Shafra', sebuah desa di antara dua gunung, beliau menanyakan nama kedua gunung tersebut. Para sahabat menjawab bahwa salah satu dari gunung tersebut bernama Muslih, dan gunung satunya bernama Mukhzi. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bertanya tentang penduduk kedua gunung tersebut, kemudian para sahabat menjawab, 'Salah satu penduduk gunung tersebut ialah Bani An-Naar, dan penduduk gunung satunya ialah Bani Huraq. Keduanya kabilah dari Bani Ghifar. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak menyukai kedua penduduk tersebut dan menolak melewati keduanya. Beliau tidak menyukai nama gunung tersebut dan penduduknya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak melewati kedua gunung tersebut, dan tidak belok ke kiri ke Ash-Shafra'. Beliau belok kanan melewati Lembah Dzafiran, kemudian berjalan melintasinya dan turun dari padanya."
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bermusyawarah dengan Rara Sahabat ketika Mendengar Keberangkatan Orang-orang Quraisy
Ibnu Ishaq berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapatkan informasi keberangkatan orang-orang Quraisy untuk melindungi unta-unta mereka, kemudian beliau menyampaikan informasi tersebut kepada para sahabat. Abu Bakar berdiri, dan berkata dengan baik. Umar bin Khaththab juga berdiri, dan berkata dengan baik. Al-Miqdad bin Amr berdiri dan berkata, 'Wahai Rasulullah, teruslah berjalan seperti diperlihatkan Allah, kami tidak akan berkata kepadamu seperti dikatakan Bani Israel kepada Musa,
'Pergilah engkau dan Tuhanmu, kemudian berperanglah, sesungguhnya kami duduk di sini.' (Al-Maidah: 24). Namun pergilah engkau dan Tuhanmu untuk berperang, sesungguhnya kami ikut perang bersamamu, dan bersama Allah. Demi Dzat yang mengutusmu dengan membawa kebenaran, jika engkau berjalan bersama kami ke Barki Al-Ghimad (tempat yang jauh di Yaman), kami bersabar denganmu ke sana hingga engkau tiba di sana.' Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada Al-Miqdad bin Amr dengan baik dan mendoakannya."
Usulan Kaum Anshar
Ibnu Ishaq berkata, "Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 'Hai manusia, berikan usulan kalian kepadaku!' Yang dimaksud Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan manusia tersebut ialah kaum Anshar, karena mereka bagian dari sahabat, dan ketika mereka berbaiat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, mereka berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami tidak bertanggung jawab atas keselamatanmu, ....
=========================================================================================================
Halaman 593
...hingga engkau tiba di negeri kami.
Jika engkau tiba di negeri kami, engkau berada dalam perlindungan kami. Kami akan melindungimu seperti kami melindungi anak-anak kami, dan wanita-wanita kami.' Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam khawatir kalau kaum Anshar berpendapat bahwa pertolongan kepada beliau itu hanya terjadi terhadap musuh yang datang ke Madinah, dan mereka tidak mau berangkat bersama beliau kepada musuh beliau di luar Madinah." (JGA: lho, koq bukan minta perlindungan kepada Allah SWT?)
Perkataan Sa'ad bin Muadz
Ibnu Ishaq berkata, "Setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda seperti itu, Sa'ad bin Muadz berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, sepertinya engkau menghendaki kami bicara?' Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 'Ya betul.' Sa'ad bin Muadz berkata, 'Sungguh, kami telah beriman kepadamu, membenarkanmu, bersaksi bahwa apa yang engkau bawa adalah benar, menyerahkan janji dan sumpah kami untuk mendengar dan taat. Wahai Rasulullah, kerjakan apa yang engkau inginkan, kami tetap bersamamu. Demi Dzat yang mengutusmu dengan membawa kebenaran, jika engkau menyuruh kami menyelami laut ini, kemudian engkau menyelaminya, kami pasti menyelaminya bersamamu, dan tidak ada seorang pun dari kami apa yang tidak ikut menyelam. Mudah-mudahan Allah memperlihatkan dari kami apa yang menghibur matamu. Berangkatlah bersama kami dengan berkah Allah.' Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam gembira dengan ucapan Sa'ad bin Muadz dan bersemangat. Beliau bersabda, 'Berangkatlah kalian, dan bergembiralah kalian, karena sesungguhnya Allah telah menjanjikan dua kelompok kepadaku. Demi Allah, sepertinya aku sekarang melihat tempat kematian kaum tersebut (orang-orang Quraisy).'
Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berangkat dari Dzafiran, kemudian berjalan melewati bukit yang bernama Al-Ashafir, kemudian turun daripadanya menuju daerah Ad-Dabbah. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak belok ke kanan ke Al-Hannan, karena Al-Hannan lebat, dan besar seperti gunung besar. Beliau berhenti di dekat Badar, kemudian meneruskan perjalanan dengan salah seorang dari sahabatnya."
Ibnu Hisyam berkata, "Sahabat yang dimaksud ialah Abu Bakar."
Ibnu Ishaq berkata bahwa seperti dikatakan kepadaku oleh Muhammad bin Yahya bin Habban, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berjalan hingga bertemu dengan salah seorang tua dari Arab. Beliau bertanya kepadanya tentang orang-orang Quraisy, Muhammad beserta sahabat-sahabatnya, dan informasi lain tentang mereka. Orang tua Arab tersebut menjawab, "Aku tidak akan memberi informasi kepadamu, hingga engkau menjelaskan kepada kami siapa sebenarnya kalian berdua!" Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Jika engkau menjelaskan kepada kami siapa engkau sebenarnya,...
=========================================================================================================
Halaman 594
...kami akan menjelaskan siapa kami berdua kepadamu!!" Orang tua Arab tersebut berkata, "Apakah ini dibalas dengan ini pula?" Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Ya, betul." Orang tua Arab tersebut berkata, "Aku mendapat informasi, bahwa Muhammad dan sahabat-sahabatnya berangkat pada hari ini dan itu. Jika informasi yang disampaikan kepadaku benar, maka pada hari ini mereka berada di tempat ini dan itu--yang ia maksudkan ialah tempat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berada. Aku juga mendapatkan informasi, bahwa orang-orang Quraisy berangkat pada hari ini dan itu. Jika orang yang memberiku informasi tidak berbohong, maka pada hari ini mereka berada di tempat ini dan itu --yang dimaksudkan ialah tempat orang-orang Quraisy."
Orang tua Arab tersebut bertanya, "Kalian berdua berasal dari mana?" Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, "Kami berasal dari air." (JGA: ckckck...nabi koq berbohong??? nabi apaan tuh...!) Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berpaling dari hadapan orang tua Arab tersebut. Orang tua Arab tersebut bertanya, "Kalian berdua dari air yang mana? Apakah dari air yang ada di Irak?"
Ibnu Hisyam berkata, "Ada yang mengatakan bahwa orang tua Arab tersebut ialah Sufyan Adh-Dhamri."
Ibnu Ishaq berkata, "Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kembali kepada sahabat-sahabatnya. Pada sore harinya, beliau mengutus Ali bin Abu Thalib, Az-Zubair bin Al-Awwam, dan Sa'ad bin Abu Waqqash bersama beberapa sahabat pergi ke air Badar guna mencari informasi untuk beliau tentang air tersebut--seperti dikatakan kepadaku oleh Yazid bin Ruman dari Urwah bin Az-Zubair. Mereka berhasil menangkap unta milik orang-orang Qurasiy, dan di unta tersebut terdapat Aslam budak Bani Al-Hajjaj, dan Aridh Abu Yasar budak Bani Al-Ash bin Sa'id. Mereka membawa keduanya dan bertanya kepada keduanya. Ketika itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sedang shalat. Kedua orang tersebut menjawab, "Kami petugas pengambil air orang-orang Quraisy. Mereka mengirim kami untuk mengambil air untuk mereka dari air Badar." Para sahabat tidak menerima jawaban kedua orang tersebut, karena mereka berharap bahwa keduanya adalah milik Abu Sufyan. Kemudian para sahabat memukuli kedua orang tersebut. Setelah para sahabat memukuli kedua orang tersebut dengan bertubi-tubi, kedua orang tersebut berkata, "Ya, kami milik Abu Sufyan." Setelah keduanya berkata seperti itu, para sahabat membiarkan keduanya, sendang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ruku', sujud dua kali, mengucapkan salam, kemudian beliau bersabda, "Ketika dua orang ini berkata dengan benar kepada kalian, tetapi justru kalian memukulinya. Dan ketika keduanya berbohong kepada kalian, kalian membiarkan keduanya. Demi Allah, dua orang ini berkata benar bahwa keduanya milik orang-orang Quraisy." Kepada kedua orang tersebut, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Coba jelaskan kepada kami informasi tentang orang-orang Quraisy." Kedua orang tersebut menjawab, "Demi Allah, mereka berada di balik bukit pasir yang engkau lihat ini, tepatnya di tepi...
=========================================================================================================
Halaman 595
...lembah yang jauh (dari Madinah)." Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya kepada kedua orang teresebut, "Berapa jumlah mereka?" Kedua orang tersebut menjawab, "Mereka banyak sekali." Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya kepada keduanya, "Apa saja persenjataan mereka?" Kedua orang tersebut menjawab, "Kami tidak tahu." Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya kepada keduanya, "Berapa hewan yang mereka sembelih dalam setiap hari? Kedua orang tersebut menjawab, "Dalam sehari kadang-kadang mereka menyembelih sembilan atau sepuluh." Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Kalau begitu jumlah mereka berkisar antara sembilan ratus hingga seribu." Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya kepada kedua orang tersebut, "Siapa saja tokoh-tokoh Quraisy yang ikut?" Kedua orang tersebut menjawab, "Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Abu Al-Bakhtari bin Hisyam, Hakim bin Hizam, Naufal bin Khuwailid, al-Harits, Zam'ah bin Al-Aswad, Abu Jahal bin Hisyam, Umaiyyah bin Khalaf, Nubaih bin Al-Hajjaj, Munabbih bin Al-Hajjaj, Suhail bin Amr, dan Amr bin Abdu Wudd."
Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menemui para sahabat dan bersabda, "Inilah Makkah. Ia telah melemparkan semua buah hatinya kepada kalian."
Ibnu Ishaq berkata, "Basbas bin Amr dan Adi bin Abu Az-Zaghba' pergi hingga berhenti di Badar, dan mendudukkan untanya di anak bukit yang dekat dengan air. Kemudian keduanya mengambil
qirbah (tempat air dari kulit) milik keduanya untuk keduanya isi dengan air. Ketika itu, Majdi bin Amr sedang berada di air tersebut. Tiba-tiba Adi dan Basbas mendengar suara dua wanita milik musafir. Kedua budak wanita tersebut sedang saling menagih di air tersebut. Budak wanita yang ditagih berkata kepada budak yang menagihnya,
"Sesungguhnya kafilah dagang akan datang besok atau besok lusa. Jika mereka telah datang, aku kerja pada mereka, dan uang hasil kerjaku akan aku bayarkan kepadamu." Majdi bin Amr Al-Juhani berkata kepada budak wanita yang ditagih, "Engkau berkata benar." Majdi bin Amr Al-Juhani membebaskan keduanya, dan hal tersebut didengar Adi dan Basbas. Kemudian Adi dan Basbas duduk di unta keduanya, kemudian pulang hingga tiba di tempat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Keduanya melaporkan apa yang keduanya dengar kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam."
Abu Sufyan Melarikan Diri bersama Kafilah Dagangnya
Ibnu Ishaq berkata, "Tidak lama kemudian datanglah Abu Sufyan bin Harb. Tiba di air Badar, Abu Sufyan bin Harb bertanya kepada Majdi bin Amr Al-Juhani, 'Apakah engkau melihat seseorang?' Majdi bin Amr Al-Juhani menjawab, 'Aku tidak melihat seseorang yang aku curigai. Tapi tadi aku melihat dua musafir menghentikan unta di bukit pasir ini, mengisi
qirbah keduanya....
=========================================================================================================
Halaman 596
...dengan air, kemudian keduanya pergi.' Abu Sufyan bin Harb pergi ke bekas tempat pemberhentian unta kedua musafir yang dimaksud. Ia ambil kotoran unta keduanya, meremukkannya, dan ternyata di dalamnya terdapat biji kurma. Ia berkata, 'Demi Allah, ini kotoran hewan orang-orang Yatsrib.' Abu Sufyan bin Harb menemui sahabat-sahabatnya, kemudian ia mengubah arah perjalanannya. Ia berjalan melalui pantai dan tidak belok ke kiri dari Badar. Ia berjalan dengan terburu-buru."
Mimpi Juhaim bin Ash-Shalt
Ibnu Ishaq berkata, "Pada saat yang sama, orang-orang Quraisy terus berjalan. Ketika mereka berhenti di Al-Juhfah, Juhaim bin Ash-Shalt bin Makhramah bin Abdul Muththalib bin Abdu Manaf bermimpi. Juhaim bin Ash-Shal berkata, 'Aku bermimpi seperti layaknya orang tidur bermimpi. Aku berada di antara tidur dan tidak tidur, tiba-tiba aku lihat seseorang datang mengendarai kuda. Ia berhenti dengan untanya, dan berkata, 'Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Al-Hakam bin Hisyam, Umaiyyah bin Khalaf, Si Fulan, dan Si Fulan--berkata seperti itu sambil menyebutkan tokoh-tokoh Quraisy yang tewas di Perang Badar.' Aku lihat orang tersebut memukul leher untanya, kemudian mengirimkannya ke barak-barak. Tidak ada satu kemah pun kecuali terkena cipratan darahnya.' Mimpiku ini aku ceritakan kepada Abu Jahal. Ia berkata, 'Ini nabi yang lain dari Bani Abdul Muththalib. Besok akan terlihat siapa sebenarnya yang terbunuh, jika kami telah bertemu'."
Surat Abu Sufyan kepada Orang-orang Quraisy
Ibnu Ishaq berkata, "Ketika Abu Sufyan bin Harb melihat ia telah berhasil menyelamatkan kafilah dagangnya, ia menulis surat kepada orang-orang Quraisy. Dalam suratnya, ia berkata, 'Sesungguhnya kalian keluar dari Makkah untuk melindungi unta-unta kalian, orang-orang kalian, dan harta kekayaan kalian. Sungguh Allah telah menyelamatkan mereka semua. Oleh karena itu, pulanglah kalian.' Abu Jahal berkata, 'Demi Allah, kita tidak pulang hingga kita tiba di Badar--Badar ketika itu adalah salah satu dari tempat pertemuan orang-orang Arab, dan di sana terdapat pasar tahunan. Kita tinggal di sana selama tiga hari. Di sana kita menyembelih unta, memberi makan orang-orang, meminum minuman keras, para penyanyi bernyanyi untuk kita, orang-orang Arab mendengar kita, perjalanan kita, dan kekompakan kita, agar mereka selama-lamanya takut kepada kita. Silahkan kalian berangkat terus!' "
Kepulangan Bani Zuhrah
Ibnu Ishaq berkata, "Al-Akhnas bin Syariq bin Amr bin Wahb Ars-Tsaqafi, sekutu Bani Zuhrah berkata ketika mereka sedang berada di Al-Juhfah, 'Hai orang-orang Bani Zuhrah, sungguh Allah telah menyelamatkan harta kekayaan kalian, dan membebaskan sahabat kalian, Makhramah bin Naufal. Kalian...
=========================================================================================================
Halaman 597
...berangkat untuk melindungi Makhramah dan harta kekayaan kalian. Tidak ada masalah aku dicap sebagai pengecut. Pulanglah kalian, karena kalian tidak boleh keluar tanpa sebab, tidak seperti yang dikatakan orang ini--Abu Jahal.' Mereka pun pulang, dan tidak ada seorang pun dari Bani Zuhrah yang ikut Perang Badar. Mereka taat kepada Al-Akhnas bin Syariq bin Amr, karena ia orang yang mereka taati."
Bani Adi Tidak Ikut Perang Badar
Ibnu Ishaq berkata, "Tidak ada satu kabilah pun di Quraisy, melainkan mereka berangkat kecuali Bani Adi. Tidak ada satu orang pun dari Bani Adi yang berangkat ke Badar.
Bani Zuhrah pulang bersama Al-Akhnas bin Syariq. Jadi tidak ada seorang pun dari kedua kabilah tersebut yang ikut Perang Badar, sedang kabilah-kabilah Quraisy tetap berangkat ke Badar.
Terjadi dialog antara Thalib bin Abu Thalib yang ada di tengah-tengah orang-orang Quraisy dengan sebagian orang-orang Quraisy. Mereka berkata kepada Thalib bin Abu Thalib, 'Demi Allah, hai Bani Hasyim, sesungguhnya kendati kalian keluar bersama kami, namun sesungguhnya hati kalian bersama Muhammad.' Kemudian Thalib bin Abu Thalib berkata,
- Ya Allah, jika Thalib berangkat bersama kelompok penentang
Di dalam sekawanan unta di antara unta-unta ini,
Maka jadikan orang yang dirampas itu berbeda dengan orang yang merampas
Dan orang yang dikalahkan itu berbeda dengan orang yang mengalahkannya
Ibnu Hisyam berkata, "Bait syair,
'Maka jadikan orang yang dirampas itu berbeda dengan orang yang merampas. Dan orang yang dikalahkan itu berbeda dengan orang yang mengalahkannya,' berasal dari berbagai perawi syair."
Persinggahan Orang-orang Quraisy di Tepi Lembah Yang Jauh dari Madinah
Ibnu Ishaq berkata, "Orang-orang Quraisy tetap berangkat hingga tiba di tepi lembah yang jauh (dari Madinah) tepatnya di lembah di belakang bukit pasir dan di tengah lembah, yaitu Yalyal yang terletak di antara Badar dan bukit pasir di belakang orang-orang Quraisy. Sedang Sumur Badar terletak di lembah yang dekat (dengan Madinah) di kabilah Yalyal menuju Madinah. Kemudian Allah menurunkan hujan. Lembah tersebut tanahnya lembek. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabatnya mendapatkan air hujan yang membuat tanah menjadi padat, dan perjalanan mereka pun tidak terganggu. Sedang orang-orang Quraisy mendapatkan air, dan karenanya...
=========================================================================================================
Halaman 598
...mereka tidak bisa berjalan. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendahului orang-orang Quraisy tiba di lembah tersebut. Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba di air yang paling dekat dengan Badar, beliau berhenti di sana."
Usulan Al-Hubab bin Al-Mundzir kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
Ibnu Ishaq berkata bahwa aku diberitahu oleh beberapa orang dari Bani Salamah yang berkata bahwa Al-Hubab bin Al-Mundzir bin Al-Jamuh berkata, "Wahai Rasulullah, apakah tempat ini termasuk tempat yang ditentukan Allah dan kita tidak boleh memajukannya atau mengakhirinya. Ataukah tempat ini termasuk pendapat, perang, dan skenario perang?" Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, "Ini termasuk pendapat, perang, dan skenario perang." Al-Hubab bin Al-Mundzir berkata, "Wahai Rasulullah, ini bukan tempat yang tepat. Pergilah bersama para sahabat hingga tiba di air yang paling dekat orang-orang Quraisy. Kita berhenti di sana, kemudian kita menuntupnya, menimbunnya, membangun kolam, memenuhi kolam tersebut dengan air, kemudian kita berperang melawan orang-orang Quraisy dalam keadaan kita bisa minum, sedang mereka tidak bisa minum." Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Sungguh engkau memberi pendapat yang tepat." Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan para sahabat pergi. Ketika tiba di air yang dekat dengan orang-orang Quraisy, beliau berhenti. beliau perintahkan air sumur dialirkan, kemudian beliau membangun kolam di dekat sumur tersebut, memenuhinya dengan air, dan para sahabat melemparkan tempat-tempat air mereka ke kolam tersebut.
(JGA: penghalalan segala cara sampai dengan menyediakan kolam air yang diisi racun tuba atau sejenisnya)
Para Sahabat Membangun Bangsal untuk Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
Ibnu Ishaq berkata bahwa Abdullah bin Abu Bakar berkata kepadaku bahwa ia diberitahu Sa'ad bin Muadz Radhiyallahu Anhu berkata, "Wahai Rasulullah, kenapa kita tidak membangun bangsal untukmu, dan kita siapkan kendaraan untukmu, kemudian kita berperang melawan musuh-musuh kita? Jika Allah memuliakan kita, dan memenangkan kita atas musuh-musuh kita, itulah yang kita harapkan. Jika yang terjadi adalah sebaliknya, engkau duduk di atas kendaraanmu, kemudian engkau menyusul kaum kami yang ada di belakang kami, karena kaum tersebut berjalan di belakang. Wahai Nabi Allah, sesungguhnya kita lebih mencintaimu daripada mereka. Jika mereka melihat engkau mendapatkan perlawanan, mereka tidak akan meninggalkan.
Allah akan melindungimu dengan mereka ;
mereka akan menasihatimu dan berjihad bersamamu."
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memuji Sa'ad bin Muadz dengan baik dan mendoakannya. Kemudian bangsal dibangun untuk beliau dan beliau menetap di dalamnya.
(JGA: Seharusnya sebagai nabi, muhammad haruslah didepan pasukannya dan menolak untuk ditempatkan dibarisan paling belakang untuk melindunginya. Bukankah Allah SWT sanggup melindungi muhammad dari keadaan paling gawatpun. Koq malah sangat senang menerima tawaran manusia untuk melindunginya? )
=========================================================================================================
Halaman 599
Perjalanan Orang-orang Quraisy
Ibnu Ishaq berkata, "Orang-orang Quraisy tetap berjalan, dan tiba esok harinya. Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melihat mereka turun dari bukit pasir, beliau bersabda, 'Ya Allah, inilah orang-orang Quraisy datang dengan kepongahannya dan kesombongannya memusuhi-Mu, dan mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, berikan pertolongan-Mu yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, binasakan mereka pada pagi ini.' Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melihat Utbah bin Rabi'ah mengendarai unta merahnya bersama orang-orang Quraisy, beliau bersabda, 'Jika pada kaum tersebut terdapat kebaikan, maka kebaikan itu ada pada pemilik unta merah itu. Jika mereka taat kepadanya, mereka mendapatkan petunjuk'."
Anak Rahadhah Al-Ghifari Menghadiahkan Hewan Sembelihan kepada Orang-roang Quraisy
Ibnu Ishaq berkata, "Khufaf bin Aima' bin Rahadhah Al-Ghifari atau ayahnya, Aima' bin Rahadhah Al-Ghifari--ketika orang-orang Quraisy berjalan melewatinya--mengutus anaknya membawa hewan sembelihan sebagai hadiah untuk mereka. Ia berkata kepada mereka, 'Jika kalian ingin kami mensuplai kalian dengan senjata dan pasukan, kami akan melakukannya.' Orang-orang Quraisy mengirim utusan bersama anaknya dengan membawa pesan, 'Engkau telah menyambung hubungan sanak kerabat, kita tidak lemah untuk menghadapi mereka. Namun jika kita memerangi Allah seperti yang dikatakan Muhammad, siapa pun tidak mempunyai kekuatan untuk melawan Allah.'
Ketika orang-orang Quraisy telah berhenti, beberapa orang dari mereka termasuk Hakim bin Hizam pergi hingga tiba di kolam Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 'Biarkan mereka.' Ketika itu, tidak seorang pun yang meminum air kolam tersebut, melainkan ia mati, kecuali Hakim bin Hizam yang tidak mati. Kemudian Hakim bin Hizam masuk Islam, dan keislamannya baik. Jika ia bersumpah dengan serius, ia berkata, 'Tidak, demi Dzat yang menyelamatkanku di Perang Badar'."
Musyawarah Orang-orang Quraisy untuk Mengundurkan Diri dari Perang
Ibnu Ishaq berkata bahwa Abu Ishaq bin Yasar dan ulama-ulama lain berkata kepadaku dari orang-orang tua kaum Anshar yang berkata,
"Setelah beristirahat, orang-orang Quraisy mengirim Umair bin Wahb Al-Jumahi. Mereka berkata kepada Umair bin Wahb Al-Jumahi, 'Cobalah hitung jumlah sahabat-sahabat Muhammad!' Umair bin Wahb Al-Jumahi berjalan mengelilingi markas Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan para sahabat dengan mengendarai kudanya. Kemudian ia pulang menemui orang-orang...
=========================================================================================================
Halaman 600
...Quraisy, dan berkata, 'Jumlah sahabat-sahabat Muhammad kurang lebih kira-kira tiga ratus orang. Tapi, beri aku waktu hingga aku bisa melihat apakah mereka mempunyai kekuatan tersembunyi atau bala bantuan.' Umair bin Wahb Al-Jumahi berjalan lagi mengelilingi lembah hingga berjalan jauh, namun ia tidak melihat apa-apa. Kemudian ia pulang menemui orang-orang Quraisy, dan berkata kepada mereka, 'Aku tidak menemukan apa-apa. Namun wahai orang-orang Quraisy, aku lihat unta mengangkut kematian. Unta-unta Yatsrib datang membawa kematian yang mengerikan. Mereka kaum yang tidak mempunyai perlindungan, dan tempat melarikan diri kecuali pedang-pedang mereka. Demi Allah, aku lihat seorang pun dari mereka tidak terbunuh, melainkan sebelumnya ia telah membunuh salah seorang dari kalian. Jika jumlah mereka mendekati jumlah kalian, apa enaknya hidup setelah itu? Keluarkan pendapat kalian!'
Mendengar perekataan Umair bin Wahb Al-Jumahi, maka Hakim bin Hizam berjalan kepada orang-orang Quraisy. Ia menemui Utbah bin Rabi'ah, dan berkata kepadanya, 'Hai Abu Al-Walid, engkau orang tua Quraisy, pemimpinnya, dan orang yang ditaati. Kenapa engkau tidak ingin dikenang baik sepanjang zaman?' Utbah bin Rabi'ah berkata, 'Apa itu, wahai Hakim?' Hakim bin Hizam berkata, 'Engkau pulang bersama orang-orang dan menanggung persoalan sekutumu, Amr bin Al-Hadhrami.' Utbah bin Rabi'ah berkata, 'Ya, aku akan melakukannya. Engkau sama denganku dalam hal ini. Amr bin Al-Hadhrami adalah sekutuku, dan aku berhak menanggung ganti ruginya dan harta yang diambil darinya. Pergilah engkau kepada anak Al-Handhaliyah!' (Ibnu Hisyam berkata, "Al-Handhaliyah ialah ibu Abu Jahal. Nama lengkapnya ialah Asma' binti Mukharribah, salah seorang dari Bani Nahsyal bin Darim bin Malik bin Handhalah bin Malik bin Zaid Manat bin Tamim"). Karena aku yakin tidak ada manusia yang menentang hal ini, kecuali dia saja -- yang ia maksud ialah Abu Jahal'."
Utbah bin Rabi'ah Mengajak Orang-orang Quraisy Pulang ke Makkah
Ibnu Ishaq berkata, "Kemudian Utbah bin Rabi'ah berdiri berpidato, 'Hai orang-orang Quraisy, demi Allah, kalian tidak sanggup mengerjakan apa-apa, jika kalian bertemu dengan Muhammad dan sahabat-sahabatnya. Demi Allah, jika kalian bisa mengalahkannya, ia tetap melihat wajah orang lain dengan wajah tidak suka. Ia telah membunuh saudara misannya dari ayahnya, atau saudara misannya dari ibunya, atau salah seorang dari keluarganya. Pulanglah kalian, dan biarkan Muhammad dengan seluruh orang-orang Arab. Jika kalian berhasil mengalahkannya, itulah yang kalian harapkan. Jika itu tidak terjadi, berarti ia mengalahkan kalian, dan kalian tidak berhasil mewujudkan apa yang kalian inginkan padanya'."
=========================================================================================================
Halaman 601
Abu Jahal Mengecam Usulan Utbah bin Rabi'ah
Ibnu Ishaq berkata, 'Hakim bin Hizam berkata, 'Kemudian aku pergi kepada Abu Jahal. Aku lihat dia mengeluarkan baju besinya dari kantong kulitnya, dan mengecatnya dengan endapan minyak. Aku berkata kepadanya, 'Hai Abu Al-Hakam, sesungguhnya Utbah bin Rabi'ah mengutusku datang kepadamu dengan membawa pesan ini dan itu.' Abu Jahal berkata, 'Demi Allah, paru-paru Utbah telah menggembung (Ia menjadi pengecut), ketika ia melihat Muhammad dan sahabat-sahabatnya. Tidak, demi Allah kita tidak pulang hingga Allah memutuskan persoalan kita dengan Muhammad. Utbah bin Rabi'ah tidak boleh berkata seperti itu, karena ia sudah tahu bahwa Muhammad dan sahabat-sahabatnya itu cukup makan dengan satu unta (maksudnya jumlah mereka sedikit), dan karena anak kandungnya ada pada mereka. Jadi ia takut anaknya terbunuh.'
Abu Jahal pergi menemui Amir bin Al-Hadhrami dan berkata kepadanya, 'Inilah sekutumu ingin pulang ke Makkah bersama orang-orang. Sungguh aku lihat dendammu di kedua matamu. Berdirilah, kemudian suruh orang-orang Quraisy memenuhi janji mereka kepadamu, dan tempat kematian saudaramu!' Amir bin Al-Hadhrami berdiri menampakkan dirinya dan berteriak keras, 'Duhai Amr. Duhai Amr, perang telah berkobar, persoalan manusia telah meruncing, mereka sepakat terhadap keburukannya, kemudian hal ini dirusak oleh pendapat Utbah bin Rabi'ah.' Ketika Utbah bin Rabi'ah mendengar perkataan Abu Jahal yang mengatakan bahwa paru-paru dirinya telah menggembung (ia menjadi pengecut), ia berkata, 'Orang yang melumuri pantatnya dengan za'faron (Abu Jahal) mengetahui siapa yang paru-parunya mengembung (pengecut); aku atau dia.'
Kemudian Utbah bin Rabi'ah mencari topi baja untuk ia kenakan di kepalanya, namun ia tidak mendapatkan topi baja yang sesuai dengan ukuran kepalanya, karena kepalanya besar. Sebagai gantinya, Utbah bin Rabi'ah menggunakan kainnya sebagai sorban di kepalanya."
Tempat Kematian Al-Aswad bin Abdul Asad Al-Makhzumi
Ibnu Ishaq berkata, "Al-Aswad bin Abdul Asad Al-Makhzumi ikut keluar ke Badar. Ia kejam dan akhlaknya bejat. Ia berkata, 'Aku bersumpah dengan nama Allah, aku pasti minum dari kolam mereka (kaum Muslimin), atau aku menghancurkannya, atau aku mati karenanya.' Ketika Al-Aswad bin Abdul Asad Al-Makhzumi telah keluar, Hamzah bin Abdul Muththalib Radhiyallahu Anhu juga keluar untuk menghadapinya. Ketika keduanya telah bertemu, Hamzah bin Abdul Muththallib memukul Al-Aswad bin Abdul Asad Al-Makhzumi, dan memotong kakinya hingga separuh betisnya ketika ingin pergi ke kolam. Al-Aswad bin Abdul Asad Al-Makhzumi ingin pergi kepada sahabat-sahabatnya, namun ia jatuh tersungkur dengan kaki berlumuran darah. Ia merayap ingin pergi ke kolam dengan harapan bisa mencebur ke dalamnya...
=========================================================================================================
Halaman 602
...hingga dengan begitu ia bisa mewujudkan sumpahnya, namun ia dibunuh Hamzah bin Abdul Muththalib, kemudian Hamzah bin Abdul Muththalib memukulnya hingga ia tewas di kolam tersebut."
Utbah bin Rabi'ah Menantang Duel
Ibnu Ishaq berkata, "Kemudian Utbah bin Rabi'ah bersama saudaranya yang bernama Syaibah bin Rabi'ah, dan anak Utbah sendiri yang bernama Al-Walid bin Utbah keluar dari barisan kaumnya dan menantang duel. Tiga pemuda Anshar, yaitu Auf bin Al-Harts, Muawwidz bin Al-Harts, dan Abdullah bin Rawahah keluar untuk menghadapi mereka bertiga. Ketiga orang Quraisy tersebut bertanya, 'Siapa kalian ini?' Ketiga orang dari kaum Anshar tersebut menjawab, 'Kami kaum Anshar.' Ketiga orang Quraisy tersebut berkata, 'Kami tidak punya urusan dengan kalian.' Penyeru orang-orang Quraisy berseru, 'Hai Muhammad, keluarkan untuk kami orang-orang dari kaum kami yang sepadan dengan kami!' Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 'Berdirilah engkau hai Ubaidah bin Al-Harits! Berdirilah engkau hai Hamzah! Berdirilah engkau hai Ali!' Ketika ketiga sahabat tersebut telah berdiri dan mendekat kepada tiga orang Quraisy tersebut, ketiga orang Quraisy tersebu berkata, 'Betul, kalian orang-orang mulia yang sepadan dengan kami.' Kemudian Ubaidah--sahabatt yang paling tua-- duel melawan Utbah bin Rabi'ah, Hamzah duel melawan Syaibah bin Rabi'ah, dan Ali duel melawan Al-Walid bin Utbah. Hamzah tidak membutuhkan waktu lama untuk membunuh Syaibah bin Rabi'ah. Ali juga tidak butuh waktu lama untuk membunuh Al-Walid. Sedang Ubaidah, dan Utbah bin Rabi'ah, keduanya memukul lawannya secara bergantian dan masing-masing dari keduanya memukul lawannya dengan pukulan yang tepat, kemudian Hamzah dan Ali memukul kedua pedangnya kepada Utbah bin Rabi'ah. Hamzah, dan Ali membantu Ubaidah dalam membunuh lawannya, kemudian menggotong Ubaidah ke tempat para sahabat."
Ibnu Ishaq berkata bahwa Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku bahwa Utbah bin Rabi'ah berkata kepada tiga pemuda Anshar, "Kalian orang-orang mulia yang sepadan dengan kami, namun kami ingin duel dengan kaum kami sendiri."
Jalannya Pertempuran
Ibnu Ishaq berkata, "Kemudian kedua belah pihak saling mendekat. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang para sahabat menyerang musuh, kecuali setelah ada perintah dari beliau. Beliau bersabda. 'Jika mereka telah berkumpul di sekitar kalian, seranglah mereka dengan anak panah.'
Ketika itu, beliau berada di bangsal dikawal Abu Bakar Radhiyallahu Anhu.
=========================================================================================================
Halaman 603
Perang Badar terjadi pada hari Jum'at, pagi hari tanggal 17 Ramadhan. Ini seperti dikatakan kepadaku oleh Abu Ja'far Muhammad bin Ali bin Al-Husain."
Ibnu Ishaq berkata bahwa Habban bin Wasi' bin Hibban berkata kepadaku dari orang-orang tua kaumnya yang berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam meluruskan barisan para sahabat pada Perang Badar. Beliau meluruskan barisan mereka dengan menggunakan anak panah yang tumpul. Beliau berjalan melewati Sawad bin Ghaziyyah sekutu Bani Adi bin An-Najjar yang agak menonjol dari barisan, dan menusuk perut Sawad bin Ghaziyyah dengan anak panah tumpul tersebut sambil bersabda, 'Luruskan barisanmu hai Sawad!' Sawad bin Ghaziyyah berkata, 'Wahai Rasulullah, engkau menyakitiku, padahal engkau diutus Allah membawa kebenaran dan keadilan. Aku harus meminta qishas kepadamu.' Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membuka perutnya, dan bersabda kepada Sawad bin Ghaziyyah, 'Silahkan lakukan qishas.' Sawad bin Ghaziyyah memeluk Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan mencium perut beliau. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada Sawad bin Ghaziyyah, 'Kenapa engkau bertindak seperti ini, hai Sawad?' Sawad bin Ghaziyyah, 'Wahai Rasulullah, aku hadir di sini seperti yang engkau lihat. Aku bertekad menjadikan akhir perjanjianku denganmu ialah kulitku menyentuh kulitmu.' Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendoakan kebaikan untuk Sawad bin Ghaziyyah dan bersabda kepadanya."
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Meminta Pertolongan kepada Allah
Ibnu Ishaq berkata, "Setelah meluruskan barisan para sahabat, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kembali ke bangsalnya. Beliau memasuki bangsal ditemani Abu Bakar dan tidak ada seorang pun selain keduanya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bermunajat kepada Tuhannya, dan meminta pertolongan yang dijanjikan kepadanya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata dalam doanya,
'Ya Allah, jika Engkau membinasakan kelompok ini (para sahabat) pada hari ini, Engkau tidak akan disembah.' Abu Bakar berkata, 'Wahai Nabi Allah, tahanlah munajatmu kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Allah pasti memenuhi janji-Nya kepadamu.'
Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tertidur di bangsal, kemudian beliau terbangun, dan bersabda, 'Bergembiralah hai Abu Bakar, sungguh pertolongan Allah telah datang kepadamu.
Inilah Jibril sedang memegang kendali kuda. Ia menuntun kuda tersebut, dan digigi depannya terdapat kematian'."
(JGA: watak jibril ekivalen dengan watak setan. satu-satunya keinginan setan ialah membunuh dan membinasakan!)
Syahid Pertama dari Kaum Muslimin
Ibnu Ishaq berkata, "Mihja', mantan budak Umar bin Khaththab terkena...
=========================================================================================================
Halaman 604
...lemparan anak panah dan ia meninggal dunia karenanya. Jadi dia
Rahimahullah syahid pertama dari kaum Muslimin. Kemudian Harisah bin Suraqah, salah seorang dari Bani Adi bin An-Najjar yang ketika itu sedang minum air kolam terkena lemparan anak panah dan mengenai lehernya, hingga meninggal dunia karenanya."
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Memobilisasi Semangat Perang Para Sahabat
Ibnu Ishaq berkata, "Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam keluar dari bangsal kepada sahabat-sahabatnya, dan memobilisasi mereka untuk perang. Beliau bersabda, 'Demi jiwa Muhammad yang berada dalam genggaman Tangan-Nya, pada hari ini tidak ada seorang pun yang memerangi mereka dengan sabar, mengharapkan ridha Allah, dan maju tanpa mundur, melainkan Allah memasukkannya ke dalam surga.' Umair bin Al-Humam, saudara Bani Salimah berkata sambil memegang beberapa kurma yang hendak ia makan, 'Hebat! Hebat! Tidak ada jarak bagiku untuk masuk surga kecuali aku dibunuh mereka.' Kemudian Umair bin Al-Humam membuang kurma dari tangannya, mengambil pedangnya, dan bertempur melawan musuh hingga gugur sebagai syahid. Semoga Allah merahmatinya."
Ibnu Ishaq berkata bahwa Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku bahwa Auf bin Al-Harits anak Afra' berkata,
"Wahai Rasulullah, apa yang membuat Tuhan berbahagia dengan hamba-Nya?" Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
"Ia tancapkan Tangan-Nya pada musuh tanpa menggunakan baju besi." Kemudian Auf bin Al-Harits melepas baju besinya, membuangnya, mengambil pedangnya, dan menyerang musuh, hingga gugur sebagai syahid. Semoga Allah merahmatinya.
Ibnu Ishaq berkata bahwa Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri berkata kepadaku dari Abdullah bin Tsa'labah bin Shu'air Al-Udzri sekutu Bani Zuhrah yang berkata padanya bahwa ia diberitahu, ketika kedua belah pihak telah bertemu, dan sebagian telah mendekat kepada sebagian yang lain, maka Abu Jahal bin Hisyam berkata, "Ya Allah, orang yang telah memutus hubungan silaturahim di antara kita, dan datang kepada kita dengan sesuatu yang tidak diketahuinya, hancurkan dia pada pagi ini!" Abu Jahal juga meminta pertolongan kepada Allah.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Melempar Orang-orang Musyrikin dengan Kerikil
Ibnu Ishaq berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengambil segenggam kerikil, kemudian berjalan ke arah orang-orang Quraisy dan bersabda, 'Wajah-wajah kaum ini jelek.' Beliau meniup kerikil tersebut ke arah mereka, dan bersabda kepada para sahabat, 'Kuatkan serangan kalian!' Kemudian terjadilah kekalahan itu. Allah Ta'ala menewaskan tokoh-tokoh Quraisy...
=========================================================================================================
Halaman 605
...yang terbunuh dan menawan tokoh-tokoh mereka yang lain.
Ketika para sahabat sedang istirahat setelah berhasil menawan orang-orang Quraisy, dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berada di dalam bangsal, tiba-tiba Sa'ad bin Muadz berdiri di depan pintu bangsal tersebut dengan menghunus pedang bersama beberapa orang dari kaum Anshar guna menjaga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Mereka khawatir adanya serangan balik musuh. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melihat ketidaksukaan di wajah Sa'ad bin Muadz atas apa yang diperbuat para sahabat, kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepadanya, 'Hai Sa'ad, sepertinya engkau tidak suka atas apa yang diperbuat orang-orang itu?' Sa'ad bin Muadz menjawab, 'Betul, wahai Rasulullah. Ini perang pertama yang dikehendaki Allah melawan orang-orang musyrik. Oleh karena itu, pembunuhan lebih aku sukai daripada tersisanya orang-orang tersebut'."
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Melarang Pembunuhan terhadap Orang-orang Musyrikin Yang Ikut Perang karena Terpaksa
(JGA: alasan coy, bilang saja terus terang keluargaku jangan dibunuh meski mereka musyrik...susah amat sih?
Ibnu Ishaq berkata bahwa Al-Abbas bin Abdullah bin Ma'bad berkata kepadaku dari salah seorang dari keluarganya dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma bahwa
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada para sahabat ketika itu, "Sungguh aku tahu, bahwa banyak sekali orang-orang dari Bani Hasyim dan selain Bani Hasyim dipaksa keluar untuk perang. Mereka tidak mempunyai keperluan berperang dengan kita. Oleh karena itu, barangsiapa bertemu dengan salah seorang dari Bani Hasyim, maka jangan bunuh dia. Barangsiapa bertemu dengan Abu Al-Bakhtari bin Hisyam bin Al-Harits bin Asad, maka jangan bunuh dia. Barangsiapa bertemu dengan Al-Abbas bin Abdul Muththalib paman Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka jangan bunuh dia, karena ia dipaksa keluar untuk berperang."
Abu Hudzaifah berkata, "Kita bunuh ayah-ayah kita, anak-anak kita, saudara-saudara kita, dan keluarga kita, kemudian kita biarkan Al-Abbas begitu saja? Demi Allah, jika aku bertemu dengannya, aku pasti membunuhnya." Hal ini didengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, kemudian ia bersabda kepada Umar bin Khaththab, "Hai Abu Hafsh!" Umar bin Khaththab berkata, "Demi Allah, saat itulah untuk pertama kalinya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memanggilku dengan nama Abu Hafsh.
" Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam lebih lanjut, "Bolehkah paman Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dipukul dengan pedang?" Umar bin Khaththab menjawab, "Wahai Rasulullah, izinkan aku memenggal lehernya (Abu Hudzaifah)! Demi Allah, dia telah munafik." Abu Hudzaifah berkata, "Sejak saat itu, aku tidak merasa aman dengan ucapanku tersebut. Aku selalu dihantui ketakutan karenanya, namun aku tetap berharap ucapanku tersebut bisa dihapus dengan mati syahid." Abu Hudzaifah gugur sebagai syahid di Perang Yamamah.
(JGA: orang waras pasti mengatakan yang munafik adalah Muhammad dan Umar. Orang lain yang tidak kena mengena secara kekerabatan dengannya harus disikat, sedang yang merupakan kerabatnya dari penyembah berhala tidak boleh disikat. Jelas Al-Abbas tidak terima karena merasa sikap ini tidak adil, sebab ia tahu kerabatnya dihabisi oleh mereka termasuk oleh dirinya sendiri! Tapi apa akibatnya bagi Al-Abbas? Kritik kecilnya menimbulkan kesulitan keamanan bagi dirinya karena ancaman dari Umar. Luar biasa damainya Islam ini!)
=========================================================================================================
Halaman 606
Ibnu Hisyam berkata, "
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang pembunuhan terhadap Abu Al-Bakhtari, karena ia orang yang paling bisa menahan diri dari mengganggu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika beliau tinggal di Makkah.
Abu Al-Bakhtari tidak pernah menyakiti Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan tidak pernah mengucapkan sesuatu yang menyakiti beliau. (JGA: dengan apa yang diungkap oleh Ibnu Hisyam di atas, dengan terang benderang menjelaskan kepada kita bahwa motif awal Muhammad menyerang orang-orang Quraisy Pagan adalah sebagai aksi balas dendamnya saja. Penyerangan selanjutnya yang semakin luas ke luar kabilah Quraisy semata-mata disebabkan rasa ketagihan terhadap hasil rampasan harta, wanita dari kabilah-kabilah yang "dianggapnya" musuh) Abu Al-Bakhtari termasuk orang yang membatalkan
shahifah (nota perjanjian) yang diterapkan orang-orang Quraisy terhadap Bani Hasyim dan Bani Al-Muththalib. Di Perang Badar, Al-Mujadzdzar bin Dziyad Al-Balawi sekutu kaum Al-Anshar, kemudian dari Bani Salim bin Auf bertemu dengan Abu Al-Bakhtari, dan berkata kepada Abu Al-Bakhtari, "Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarangku membunuhmu." Ketika itu Abu Al-Bakhtari sedang berdua dengan temannya yang keluar bersamanya dari Makkah, yaitu Junadah bin Mulaihah binti Zuhair bin Al-Harits bin Asad. Junadah berasal dari Bani Laits. Nama asli Abu Al-Bakhtari ialah Al-Ash. Abu Al-Bakhtari bertanya kepada Al-Mujadzdzar, "Bagaimana dengan temanku ini?" Al-Mujadzdzar menjawab, "Tidak. Demi Allah, kita tidak membiarkan temanmu, karena Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hanya melarang pembunuhanmu saja!" Abu Al-Bakhtari berkata, "Tidak. Demi Allah, kalau begitu, aku akan mati bersamanya, agar wanita-wanita Quraisy tidak membicarakanku bahwa aku membiarkan temanku dibunuh dan aku lebih suka hidup." Abu Al-Bakhtari berkata ketika Al-Mujadzdzar mendebatnya dan berniat membunuh temannya,
- Anak Hurrah tidak akan menyerahkan temannya
Hingga ia ikut mati atau melihatnya bebas
Kemudian Abu Al-Bakhtari bertempur melawan Al-Mujadzdzar, dan Al-Mujadzdzar berhasil membunuhnya.
Al-Mujadzdzar bin Dziyad berkata tentang pembunuhannya terhadap Abu Al-Bakhtari,
- Engkau tidak tahu atau engkau lupa nasabku
Tulislah nasabku, bahwa aku berasal dari Bali
Yaitu orang-orang yang menikam dengan tombak,
Dan memukul pemimpin kaum hingga ia goyah
Ceritakan keyatiman orang yang ayahnya adalah Abu Al-Bakhtari
Atau ceritakan kisah yang sama kepada kabilahku, yaitu Bali
Bahwa aku telah menusuk (Abu Al-Bakhtari) dengan tombak hingga ia goyah
Aku bunuh orang yang sepadan denganku dengan pedang tajam dari Masyraf
Ia dilahirkan kepada kematian dengan susah payah seperti lahirnya anak unta dengan susah payah
Engkau tidak melihat Mujadzdzar mengerjakan sesuatu yang luar biasa
=========================================================================================================
Halaman 607
Ibnu Ishaq berkata, "Kemudian Al-Mujadzdzar pergi menghadap Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan berkata kepada beliau, 'Demi Dzat yang mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku sudah berusaha menjadikannya sebagai tawanan, dan membawanya kepadamu, namun ia tidak mau kecuali bertempur melawanku. Kemudian aku bertempur melawan dia, dan aku berhasil membunuhnya'."
Ibnu Hisyam berkata, "Abu Al-Bakhtari ialah Al-Ash bin Hisyam bin Al-Harits bin Asad."
Tempat Kematian Umaiyyah bin Khalaf
Ibnu Ishaq berkata Yahya bin Abbad bin Abdullah bin Az-Zubair berkata kepadaku dari ayahnya. Ibnu Ishaq juga berkata bahwa Abdullah bin Abu Bakar berkata kepada keduanya dan kepada selain keduanya dari Abdurrahman bin Auf yang berkata,
"Umaiyyah bin Khalaf adalah sahabat karibku di Makkah. Nama asliku Abdu Amr. Ketika aku masuk Islam, aku mengubah namaku dengan nama baru, yaitu Abdurrahman. Ini terjadi ketika kami tinggal di Makkah. Semasa masih di Makkah, Umaiyyah bin Khalaf sering menemuiku dan berkata, 'Hai Abdu Amr, apakah engkau benci dengan nama yang diberikan kedua orang tuamu?' Aku menjawab, 'Ya betul.'
Umaiyyah bin Khalaf berkata, 'Aku tidak kenal dengan Ar-Rahman. Oleh karena itu, buatkan nama kemudian aku memanggilmu dengan nama tersebut! Engkau jangan menjawab panggilanku jika aku memanggilmu dengan nama pertamamu, dan aku juga tidak akan memanggilmu dengan nama pertamamu, dan aku juga tidak akan memanggilmu dengan nama yang tidak aku kenal."
(JGA: Ar-Rahman adalah salah satu nama dewa yang disembah di daerah Yaman. Muslim tidak sadar bahwa di antara 99 nama yang disematkan pada Allah SWT beberapa di antaranya adalah nama dewa Pagan. Dengan penuh percaya diri muslim memuji-muji dalam dzikirnya nama-nama dewa tersebut!)
Abdurrahman bin Auf berkata, "Jika Umaiyyah bin Khalaf memanggilku dengan panggilan, 'Hai Abdu Amr,' aku tidak menyahutnya. Aku berkata kepada Umaiyyah bin Khalaf, 'Hai Abu Ali, panggil aku sesukamu!' Umaiyyah bin Khalaf berkata, 'Engkau aku panggil dengan nama Abdul Ilah.' Aku berkata, 'Ya, tidak apa-apa!' Sejak saat itu, jika aku berjalan melewati Umaiyyah bin Khalaf, ia berkata, 'Hai Abdul Ilah!' Aku menjawab panggilannya dan aku ngobrol dengannya. Pada Perang Badar, aku berjalan melewati Umaiyyah bin Khalaf yang ketika itu berdiri dengan anaknya yang bernama Ali bin Umaiyyah, dan memegang tangan anaknya. Ketika itu, aku membawa beberapa baju besi yang berhasil aku dapatkan dari orang-orang Quraisy. Ketika ia melihatku, ia berkata kepadaku, 'Hai Abdu Amr!' Aku tidak menyahut panggilannya. Umaiyyah bin Khalaf berkata lagi, 'Hai Abdu Ilah!' Aku menyahut, 'Ya.' Umaiyyah bin Khalaf berkata, 'Apakah engkau tertarik kepadaku, karena aku lebih baik daripada baju besi yang engkau bawa ini?' Aku berkata, 'Ya.' Kemudian aku buang baju-baju besi dari tanganku, dan aku pegang tangan Umaiyyah bin Khalaf dan tangan anaknya. Umaiyyah bin Khalaf berkata, 'Aku tidak pernah melihatmu seperti sekarang ini! Apakah engkau menginginkan susu?' Aku berjalan dengan membawa keduanya."
=========================================================================================================
Halaman 608