Buku ini karangan MUSLIM ARAB .
===================================
==========
Untuk pemanasan. Baca2 aja dulu KORAN republika edisi 11 Mei 2007 dan review dari site penerbitnya :
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=292808&kat_id=373
=========Betulkah Nabi SAW Buta Huruf?
Judul Buku : Nabi Muhammad Buta Hurup atau Genius?
Judul Asli : Khurafatu 'Ummiyati Muhammad
Penulis : Syekh Al Maqdisi
Kata Pengantar : Prod Dr H Nasaruddin Umar MA
Penerbit : Nun Publisher
Cetakan Pertama : April 2007
Tebal : 130 halaman plus indeks
Dalam pandangan banyak umat Islam --dan itu lebih sering dipaparkan para acara peringatan maulid Nabi Muhammad SAW-- Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang ummi yakni buta huruf alias tidak mampu membaca dan tidak mampu menulis. Pemahaman ini berdasar dari ungkapan di Alquran pada surat Al Ankabut ayat 48 yang artinya: ''Dan kau tiada (dapat) membaca Kitab sebelum (Alquran) ini (datang) dan tiada pula kau (dapat) menuliskannya dengan tangan kananmu. (Sekiranya kau dapat membaca dan menuliskannya), tentulah ragu-ragu orang yang mengingkarimu.'' Tujuannya? Untuk memperkuat klaim bahwa Alquran memang benar-benar kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara ajaib, karena ia buta huruf.
Syekh Al Maqdisi, ulama Timur Tengah yang berpengetahuan luas dan dikenal sebagai penulis yang produktif justru membongkar habis pemahaman kebanyakan umat Islam itu. Ia menegaskan, Nabi Muhammad SAW sesungguhnya tidaklah buta huruf dan tidak buta tulisan. Ayat di atas menurut Syekh Al Maqdisi, justru tidak menafikan kemungkinan Nabi SAW mampu baca tulis, tetapi hanya menafikan pembacaan dan penulisan langsung oleh Nabi Muhammad SAW.
''Apa yang dimaksud dengan kata 'kitab' dalam ayat itu, apakah itu kitab apa pun secara umum? Bukankah maksudnya adalah kitab suci dari kitab suci samawi sebelumnya? Saya berpendapat makna yang kedua inilah yang paling tepat. Maksudnya, Nabi Muhammad SAW bukanlah seorang dukun dan beliau tidak punya pengetahuan asal tentang agama-agama samawi sebelumnya.'' (halaman 52).
Buku ini sangat menarik dibaca terutama buat mereka yang bergerak di bidang dakwah dan taklim, sehingga dapat menyampaikan kebenaran kepada umat. Buku ini pun dilengkapi tulisan pengantar yang disampaikan Prof Dr H Nasaruddin Umar MA, salah seorang tokoh penggiat studi Quran.
http://www.nunpublisher.com/content/view/1/1/
Runtuhnya Mitos Kebutahurufan Nabi Muhamad
Ajaran bahwa Rasulullah tidak mampu baca-tulis adalah sebuah kekeliruan tafsir sejarah yang konyol. Inilah buku kontroversial yang mematahkan mitos kebutahurufan Nabi Muhammad.
Kalau ada umat yang begitu bangga menerima kenyataan bahwa pemimpin atau nabi-nya sebagai sosok yang buta huruf, itulah umat Islam. Tak ada lain. Sejak kecil, ketika seorang anak muslim mulai mengenal baca-tulis, ajaran bahwa Nabi adalah sosok yang buta huruf selalu ditekankan.
Kebutahurufannya seakan menjadi kenyataan yang patut dibanggakan dan bisa membangun kepercayaan diri umat Islam! Pertanyaannya, benarkah ajaran itu? Atas dasar apa Nabi dianggap sebagai sosok yang buta huruf? Apakah ia pernah menyatakan dirinya betul-betul tidak mampu membaca dan menulis sejak kecil hingga akhir hayatnya? Lalu, jika ada anggapan ia mampu membaca dan menulis, apakah itu akan mengurangi keabsahannya sebagai utusan Allah?
Bagi Syekh Al-Maqdisi, jawabannya cukup jelas: Ada tafsir sejarah yang keliru terhadap kapasitas Rasulullah, khususnya dalam soal baca-tulis. Dan semua itu, bersumber dari kekeliruan kita dalam menerejamahkan kata “ummi” dalam Alquran maupun Hadis, yang oleh sebagian besar umat Islam diartikan “buta huruf”.
Menurut Al-Maqdisi, “ummi” memang bisa berarti “buta huruf”, tapi ketika menyangkut Nabi Muhammad, “ummi” di situ lebih berarti orang yang bukan dari golongan Yahudi dan Nasrani. Pada masa itu, kaum Yahudi dan Nasrani sering kali menyebut umat di luar dirinya sebagai orang-orang “ummi” atau “non-Yahudi dan non-Nasrani”. Termasuk Rasulullah dan orang Arab lainnya.
Selain itu, kata “ummi” di situ juga bisa merujuk pada kata “umm” atau ibu kandung. Jadi, maknanya adalah “orang-orang yang seperti masih dikandung oleh rahim ibunya, sehingga belum tahu apa-apa”.
Dalam buku ini, Syekh Al-Maqdisi menunjukkan bukti-bukti otentik (hadis) yang menunjukkan fakta sebaliknya bahwa Rasulullah adalah sosok yang justru pintar membaca dan menulis. Antara lain, sebuah hadis yang diungkapkan Zaid bin Tsabit bahwa Nabi pernah bersabda: ”Jika kalian menulis kalimat Bismillahirrahmanirrahim, maka perjelaslah huruf sin di situ.”
Pikirkan, kalau untuk soal huruf saja ia memperhatikan, ibarat seorang editor naskah, mungkinkah Nabi seorang yang buta huruf? Buku Maqdisi ini, sekali lagi, mematahkan semua kekeliruan sejarah ini.