Dipandang Sebagai Istri yang Gagal
23 Mei 2012
Seakan dikubur hidup-hidup, begitu perasaan istri apabila mantan suami tidak mau mengakhiri pernikahan Islam atau Yahudi mereka. Organisasi "Femmes for Freedom" yang berjuang bagi persamaan hak mantan suami dan mantan istri menggelar kongres pekan ini di Belanda.
Koran Trouw menyorot nasib seorang korban, sebut saja namanya Zareen Amini. Zareen Amini (48) selama bertahun-tahun disiksa suami. Dipukul, kalau menurut suami ada yang tidak beres. Amini harus masak, membersihkan rumah, mengasuh anak, pokoknya segalanya.
Tidak pernah dipuji. Menurut suami, istri harus rendah hati. Begitu juga menurut keluarganya.
Tidak ada hak
Nasib tidak berubah setelah pindah ke Belanda 12 tahun lalu. Juga di Belanda, Amini tidak punya hak apapun sebagai istri. Wanita itu dihina dan harus mengikuti kemauan suami. Hidupnya bagaikan seorang budak.
"Seperti dikubur hidup-hidup. Ibarat dalam peti, tidak bisa berkutik," kata Amini. Sekarang ia menceritakan penderitaannya kepada semua orang untuk mencegah jangan sampai ada perempuan lain mengalami nasib yang sama.
Zareen Amini bukan nama sebenarnya. Nama samaran. Ia hanya mau menceritakan pengalamannya di sebuah kafe, jauh dari rumahnya. Ia takut mantan suaminya akan balas dendam.
"Saya takut akan terjadi sesuatu dengan saya. Beberapa bulan lalu di Belanda, seorang suami balas dendam. Istri dan anak perempuannya dibunuh. Ini terjadi di Belanda. Saya cerai dari suami tahun lalu, tapi dia masih menganggap dan memberlakukan saya seperti miliknya. Mengapa? Hidup adalah anugerah, bukan? Saya tidak pernah memikirkan lelaki lain, saya selalu setia. Baginya saya tidak ada artinya, hanya karena saya perempuan. Rasanya seperti di pinggir sungai, dan hidup saya lewat begitu saja seperti sungai mengalir," kata Amini lemas.
Hukum agama
Tiga puluh tahun Amini bertahan sebagai istri. Tahun lalu setelah berulangkali disiksa ia memutuskan untuk cerai menurut UU Belanda. Tapi ia tidak bebas. Cerai menurut UU tidak otomatis berarti cerai menurut hukum agama. Menurut agama Islam dia harus juga cerai di depan imam dengan menanggung segala konsekuensinya.
Di negara-negara Islam, nikah agama lebih penting daripada pernikahan di catatan sipil. Sebagai muslimah sekalipun sudah cerai di Belanda, istri tetap istri.
Di Iran, istri yang cerai tidak boleh mengunjungi keluarga, kecuali dengan ijin mantan suami. Kalau punya relasi baru, di negara Islam dia bisa ditahan atau dirajam dengan alasan selingkuh. Keluarganya pun masih tetap menganggapnya istri, bahkan lebih parah lagi dia dipandang sebagai istri yang gagal.
Hukum Belanda
Satu-satunya jalan untuk putus hubungan dengan mantan suami, si istri harus minta ke pengadilan. Hakim bisa mendesak mantan suami agar minta kepada imam untuk mengakhiri pernikahan mereka. Tapi Zareen Amini tidak mau mengambil langkah itu.
"Apakah saya nanti tidak diganggu lagi?. Saya sedih karena menurut sistem yang berlaku di masyarakat, wanita itu tidak punya hak apapun. Tidak ada harganya. Sampai kapan saya bisa menahan penderitaan ini?" keluhnya lemas.
Shirin Musa pemrakarsa "Femmes for Freedom" menang di pengadilan sipil dari mantan suaminya. Hakim memutuskan bahwa Hak Azasi Manusianya sebagai perempuan, ibu dan mantan istri dilanggar oleh mantan suami yang tidak mau menceraikannya lewat hukum agama.
Hakim pengadilan Belanda memvonis mantan suami membayar denda yang besar setiap kali ia melanggar hak mantan istrinya sebagai perempuan dan ibu. Vonis yang sama juga berlaku bagi perceraian suami-istri Yahudi. Demikian koran Trouw.
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
uwwooOOOWWWW!
"DAMAI" buanget dah, ferempuan nyang jadi muslimah..........
Kek-nya ngga ada di ugama nyang laen...
Cuma satu2-nya ugama nyang begeneh, yaitu UGAMA ESLAAM...!!!
Tanya:
Maseh mau, PEREMPUAN NON moslem nikah pake acare hukum ugama gelo???
Ada moslem nyang protezzz?
