Ajaran jahat bisa ditafsirkan baik, Ajaran baik tidak bisa

Pelanggaran HAM terhadap sesama umat Muslim, kemiskinan dan keterbelakangan yang disebabkan oleh Islam dan penerapan Syariah Islam.
jj
Posts: 1444
Joined: Tue Oct 23, 2007 3:30 am

Re: Ajaran jahat bisa ditafsirkan baik, Ajaran baik tidak bi

Post by jj »

gateway wrote: Lah.. memang jawaban loe kagak nyambung dengan komentarnya abubakar..malah sok pake next.
Nih gw kasih pantat :butthead:
jj wrote: Orang seperti ini memang lebih bangga memperlihatkan pantatnya dari pada isi otaknya.... top deh.. :finga:
gateway wrote: Manusia modal ngeyel bin sok macam loe mah cukup gw kasih pantat lah..:butthead:
Itupun sudah lebih dari yang seharusnya loe terima.
jj wrote:Manusia modal pantat bin sok sexy macam loe mah cukup gw kasih "next"...
gateway wrote: Sudah kehabisan alasan ngeyel. :lol:
Ayo..tunjukan kemampuan ngeyel loe yg lain masa cuma bisanya digamparin kafirun. :goodman:
Sudah kehabisan pantat untuk ngeyel ya? :lol:
Ayo..tunjukan kemampuan pantat loe yg lain masa cuma bisanya kentut doank! :goodman:
jj
Posts: 1444
Joined: Tue Oct 23, 2007 3:30 am

Re: Ajaran jahat bisa ditafsirkan baik, Ajaran baik tidak bi

Post by jj »

simplyguest wrote:Tuh kan... udah saya duga, pasti jawabannya malah ngasih pertanyaan lagi. #-o

Gini ya bung jj. Anda menanyakan tentang yang dimaksud "menggenapi" di kata2 Yesus. Tapi apa anda udah baca ayat2 selanjutnya sampe abis? Ayat2 yang intinya bilang bahwa Yesus memang pada dasarnya tidak menghapuskan inti/essence dari ajaran Taurat, tapi "menggenapi" hukum Taurat itu dengan hukum yang lebih baik, yaitu Hukum Kasih?
Kalo gak mau baca dan gak mau ngerti konteks maksud keseluruhan kata2 Yesus, ya susah atuh.... #-o

Jadi sederhananya adalah inti/essence dari hukum Taurat itu sebenarnya sudah tercangkup di dalam hukum Kasih yang Yesus ajarkan. Yesus mengharapkan pengikut2nya melakukan hukum yang lebih baik dari Taurat, yaitu hukum Kasih yang adalah penggenapan dari hukum Taurat. Dengan mempraktekkan hukum Kasih ini, berarti otomatis juga secara tidak langsung pengikut2nya 'mempraktekkan' hukum Taurat. Paham?
jj wrote:Tapi kalau ada orang yg masih mau menjalankan hukum Taurat apakah salah dan dilarang?
simplyguest wrote: Loh, untuk apa masih menjalankan hukum Taurat sampai ngerjain detail2 kecil, kalo memang semuanya udah digenapi di dalam hukum yang lebih baik, yaitu hukum Kasih? Anda sebenernya ngerti gak sih sama uraian Yesus di pasal itu? :-s
Kalo masih mengerjakan hukum Taurat dengan detail2 seperti yang dikerjakan orang Israel, untuk apa Yesus ngasih hukum Kasih? #-o
Itu kan sama aja udah dikasih sesuatu yang jauh lebih baik, tapi malah membuangnya dan lebih memilih sesuatu yang sudah usang dan jelek. Ini kan sama dengan perumpamaan Yesus tentang memberi mutiara kepada babi. #-o
jj wrote:Makanya anda jawab dulu digenapi itu sama dengan ditiadakan kah?
Dan kalau masih mau dijalankan apakah salah?
simplyguest wrote: Emang menurut anda kata "menggenapi" itu artinya cuma "membuat genap sesuatu yang ganjil" kayak menambah jumlah bilangan yang ganjil sampai menjadi genap, gitu? :shock:
Anda itu sebenernya ngerti artinya "menggenapi nubuat" tidak?
Sebuah nubuat dibilang tergenap itu kan kalo nubuat yang bersifat lambang nya sudah "diganti" dengan kejadian nyata yang sesuai/selaras dengan lambang2nya.
Makanya, bung jj. Jangan selalu membuat pengertian sendiri cuma berdasar literal tulisannya aja dong.
Udah berapa kali saya ngomong gini nih.... sampe bosen saya..... #-o
Saya kurang setuju dengan anda, nubuat yg tergenapi artinya bukan sudah "Diganti" tetapi sudah benar2 "Terjadi".
Lihat ayat dibawah ini yang justru bertentangan dengan pendapat anda bahwa itu sudah "Diganti" atau "Ditiadakan"

Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinyap

Apa anda belum pernah baca ayat yg bunyinya spt ini?

"Itulah suatu ketetapan untuk selamanya bagi kamu turun-temurun."

Nah apakah arti "selamanya" itu "hanya sementara"?
jj wrote:Lihat anda justru mengajarkan untuk tidak menjalankan Taurat walaupun itu kecil2...dan apa yg Yesus akan katakan kepada anda:
5:19 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
simplyguest wrote: Makanya, saya ulang lagi ya....LIHAT KONTEKSNYA.
Lihat Yesus itu sedang berbicara tentang apa. Lihat kaitan2 ayat selanjutnya, bung. Udah baca belum?
Di ayat2 selanjutnya, Yesus kan mengajarkan bahwa hukum Kasih yang dia ajarkan itu berisi essence dari hukum Taurat. Yesus menekankan bahwa essence hukum Taurat itu tidak bisa dilakukan dengan cara2 yang kaku seperti yang orang Israel lakukan di bawah hukum Taurat. Tapi Yesus mengajarkan cara menerapkan essence hukum Taurat itu dengan cara yang lebih baik, yaitu dengan menerapkan hukum Kasih. Paham?
Jangan2 karena di islam itu mirip sama orang Israel ya, yang secara kaku menetapkan hukum2nya, makanya anda gak bisa ngerti2 maksud Yesus ini? :-s
Saya paham Yesus memberikan contoh dan pengajaran dan inti dari hukum Taurat, yang mana saat itu para ahli taurat bukannya kaku tetapi melenceng dari hukum taurat yang benar.
misalnya, kuduskanlah hari sabath, bukan berarti pada hari itu manusia tidak boleh mengerjakan apa2 termasuk menolong orang sakit, padahal para ahli taurat kalau dombanya sendiri terjatuh pasti dibantuin.

simplyguest wrote: Bahwa hukum Taurat bakal diganti dengan hukum Kasih juga ada di dalam perumpamaan Yesus ini :
jj wrote:Tuh kan sekarang anda berpendapat bahwa digenapi itu artinya "diganti" dan berarti sudah tidak boleh lagi donk dijalankan?
simplyguest wrote: Pelajari lagi ya arti kata "menggenapi nubuat".... :goodman:
Anda ini kayaknya sama sekali gak tahu arti kata "menggenapi" ya? Apa karena di quran gak pernah ada nubuat, apalagi nubuat yang tergenap ya? :-s
Sudah saya jelaskan diatas, coba anda jawab dengan tegas, apakah menggenapi = meniadakan?
simplyguest wrote:
  • 9:16 Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya.
    9:17 Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya."
jj wrote:Coba anda perhatikan jawaban anda sendiri, apakah menggenapi = diganti = meniadakan?
Dan liat dari ayat diatas yg bilang "terpeliharalah kedua-duanya",
simplyguest wrote: Coba tolong baca lagi ya argumen saya di atas.
Menurut anda apa maksud "kantong yang baru" di atas? Bukannya itu pengganti dari kantong yang udah tua?
Dan apa yang dimaksud dengan "terpelihara kedua-duanya"? Apa yang terpelihara? Air anggur lama dan anggur yang baru kan?
Sementara di penjelasan saya sebelumnya udah saya bilang, essence dari Taurat itu terkandung juga di dalam hukum Kasih yang Yesus ajarkan. Paham sekarang? :goodman:
jj wrote:Saya sudah baca argumen anda, dan sayapun sudah jawab, dan liat dari ayat diatas yg bilang "terpeliharalah kedua-duanya"
simplyguest wrote: Aduh... gak ngerti2 juga ya #-o
Menurut anda, apa sih makna "kantong baru" dan "kantong yang sudah tua" di atas?
Trus anda ngerti gak yang saya bilang tentang "essence"? Jangan2 gak ngerti lagi.... :-s
Lho kok jadi pengganti sih, kalau begitu apa artinya "terpelihara kedua-duanya"?
Inilah memang perbedaan kita, saya lebih cenderung melihat literalnya, sedangkan anda hanya melihat dari global dan menyambung2kan ayat,
sehingga ayat yang literalnya bilang A bisa saja anda artinya B.
User avatar
gateway
Posts: 1031
Joined: Sun Aug 21, 2011 8:59 am

Re: Ajaran jahat bisa ditafsirkan baik, Ajaran baik tidak bi

Post by gateway »

gateway wrote: Sudah kehabisan alasan ngeyel. :lol:
Ayo..tunjukan kemampuan ngeyel loe yg lain masa cuma bisanya digamparin kafirun. :goodman:
jj wrote: Sudah kehabisan pantat untuk ngeyel ya? :lol:
Ayo..tunjukan kemampuan pantat loe yg lain masa cuma bisanya kentut doank! :goodman:

:butthead: NEXT !!
User avatar
simplyguest
Posts: 1909
Joined: Mon Apr 02, 2012 1:40 pm

Re: Ajaran jahat bisa ditafsirkan baik, Ajaran baik tidak bi

Post by simplyguest »

simplyguest wrote:Emang menurut anda kata "menggenapi" itu artinya cuma "membuat genap sesuatu yang ganjil" kayak menambah jumlah bilangan yang ganjil sampai menjadi genap, gitu? :shock:
Anda itu sebenernya ngerti artinya "menggenapi nubuat" tidak?
Sebuah nubuat dibilang tergenap itu kan kalo nubuat yang bersifat lambang nya sudah "diganti" dengan kejadian nyata yang sesuai/selaras dengan lambang2nya.
Makanya, bung jj. Jangan selalu membuat pengertian sendiri cuma berdasar literal tulisannya aja dong.
Udah berapa kali saya ngomong gini nih.... sampe bosen saya..... #-o
jj wrote: Saya kurang setuju dengan anda, nubuat yg tergenapi artinya bukan sudah "Diganti" tetapi sudah benar2 "Terjadi".
Bung jj, kalo nubuatnya sudah tergenapi/terjadi atau yang lengkapnya sudah "datang", apakah nubuatnya yang masih berbentuk lambang akan masih mau dipakai terus2an?
jj wrote:Lihat ayat dibawah ini yang justru bertentangan dengan pendapat anda bahwa itu sudah "Diganti" atau "Ditiadakan"

Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinyap
Apakah sampai sekarang catatan mengenai hukum2 Taurat ini sudah hilang? Masih ada kan? Berarti memang tidak ditiadakan kan?
Anda itu sebenernya tahu maknanya "essence" yang saya bilang gak sih? Kok pertanyaannya balik2 ke situ lagi?
Ato sebenernya emang gak mau tahu? :-k
jj wrote:Apa anda belum pernah baca ayat yg bunyinya spt ini?

"Itulah suatu ketetapan untuk selamanya bagi kamu turun-temurun."

Nah apakah arti "selamanya" itu "hanya sementara"?
Anda emang gak tahu, kalo kata asli Ibrani "עוֹלָם" juga bisa menunjukkan arti yang sementara atau bukan selama-lamanya dalam arti tidak pernah berhenti? :-s
simplyguest wrote: Makanya, saya ulang lagi ya....LIHAT KONTEKSNYA.
Lihat Yesus itu sedang berbicara tentang apa. Lihat kaitan2 ayat selanjutnya, bung. Udah baca belum?
Di ayat2 selanjutnya, Yesus kan mengajarkan bahwa hukum Kasih yang dia ajarkan itu berisi essence dari hukum Taurat. Yesus menekankan bahwa essence hukum Taurat itu tidak bisa dilakukan dengan cara2 yang kaku seperti yang orang Israel lakukan di bawah hukum Taurat. Tapi Yesus mengajarkan cara menerapkan essence hukum Taurat itu dengan cara yang lebih baik, yaitu dengan menerapkan hukum Kasih. Paham?
Jangan2 karena di islam itu mirip sama orang Israel ya, yang secara kaku menetapkan hukum2nya, makanya anda gak bisa ngerti2 maksud Yesus ini? :-s
jj wrote:Saya paham Yesus memberikan contoh dan pengajaran dan inti dari hukum Taurat, yang mana saat itu para ahli taurat bukannya kaku tetapi melenceng dari hukum taurat yang benar.
misalnya, kuduskanlah hari sabath, bukan berarti pada hari itu manusia tidak boleh mengerjakan apa2 termasuk menolong orang sakit, padahal para ahli taurat kalau dombanya sendiri terjatuh pasti dibantuin.
Bung jj, coba anda baca deh Matius 5:21-48.
Di situ kan sudah jelas bahwa Yesus memberikan hukum baru yang lebih baik dari hukum Taurat, tapi essence hukum Taurat sendiri ada di dalam hukum yang Yesus beri. Jadi intinya yang Yesus tekankan adalah dia ingin agar pengikutnya tidak lagi melakukan hukum Taurat yang kaku, tapi harus berdasarkan hukum baru yang dia ajarkan, yaitu hukum Kasih, yang didalamnya juga terdapat essence hukum Taurat.
Paham? Pasti nggak deh... #-o
simplyguest wrote: Pelajari lagi ya arti kata "menggenapi nubuat".... :goodman:
Anda ini kayaknya sama sekali gak tahu arti kata "menggenapi" ya? Apa karena di quran gak pernah ada nubuat, apalagi nubuat yang tergenap ya? :-s
jj wrote:Sudah saya jelaskan diatas, coba anda jawab dengan tegas, apakah menggenapi = meniadakan?
Sudah saya jawab di bagian atas. Silakan baca lagi :goodman:
simplyguest wrote:Aduh... gak ngerti2 juga ya #-o
Menurut anda, apa sih makna "kantong baru" dan "kantong yang sudah tua" di atas?
Trus anda ngerti gak yang saya bilang tentang "essence"? Jangan2 gak ngerti lagi.... :-s
jj wrote:Lho kok jadi pengganti sih, kalau begitu apa artinya "terpelihara kedua-duanya"?
Nah loh.... pertanyaan belum dijawab, malah ngasih pertanyaan lagi... #-o
Jawab dulu pertanyaan saya :
Menurut anda, apa sih makna "kantong baru" dan "kantong yang sudah tua" di atas?
Bukankah "kantong baru" itu sebagai pengganti "kantong yang sudah tua"?
jj wrote:Inilah memang perbedaan kita, saya lebih cenderung melihat literalnya, sedangkan anda hanya melihat dari global dan menyambung2kan ayat,
sehingga ayat yang literalnya bilang A bisa saja anda artinya B.
Loh.... saya "hanya" melihat dari segi global dan menyambungkan ayat? :stun:
Bukankah itu yang seharusnya dilakukan untuk memahami konteks sebuah tulisan? :shock: :shock:

Apa jadinya kalo ahli2 sejarah seperti anda yang hanya berusaha memahami hanya dari literalnya saja, itupun cuma sepotong2 dan tidak global? #-o
Jadi kalo anda membaca ada tulisan "menusuk dari belakang" langsung anda artikan bahwa ada yang membunuh ya? :shock:
murtad_dari_lahir
Posts: 9
Joined: Fri Aug 16, 2013 2:35 pm

Re: Ajaran jahat bisa ditafsirkan baik, Ajaran baik tidak bi

Post by murtad_dari_lahir »

Maaf sekedar menambahkan, Mungkin bisa menambah sedikit pencerahan bagi saudara jj

Ketika orang Kristen menjalankan GOLDEN RULE pemberian Mr Y, dengan serta merta juga (secara otomatis, walaupun tanpa disadari) akan menjalankan Seluruh Hukum Taurat. Dengan demikian "Terpeliharalah Kedua-duanya".

Jadi pilih mana ? menjalankan Taurat dengan segala macam tetek bengeknya yg harus dihafal satu persatu ATAU jalankan GOLDEN RULE.
Dengan memilih salah satunya, maka benarlah dihadapan ALLAH.

Yang perlu DIINGAT, Jika kita memilih menjalankan Taurat dengan segala macam tetek bengeknya yg harus dihafal satu persatu, ini beresiko untuk terjerumus kepada lebih mementingkan tetek bengek dg hafalan2 serta ritual2nya yang cukup jelimet, sehingga membuat kita lupa akan esensi utama yaitu Hukum Taurat itu sendiri. Dengan menerapkan GOLDEN RULE kita dituntun kembali untuk 'menjalankan Taurat' tanpa beresiko terjerumus pada hal2 tetek benget sehingga lebih terfokus kepada inti dari tujuan aturan itu dibuat

Ajaran jahat bisa ditafsirkan baik, Ajaran baik tidak bisa
Mirror
Faithfreedom forum static
Post Reply