Penyesatan 1: Kafir Tidak ikut berjuang dalam Kemerdekaan RI

Pelanggaran HAM terhadap sesama umat Muslim, kemiskinan dan keterbelakangan yang disebabkan oleh Islam dan penerapan Syariah Islam.
User avatar
MaNuSiA_bLeGuG
Posts: 4292
Joined: Wed Mar 05, 2008 2:08 am
Location: Enies Lobby

Re: Penyesatan 1: Kafir Tidak ikut berjuang dalam Kemerdekaa

Post by MaNuSiA_bLeGuG »

lagi2 PAPUAN,

Marthen Indey

Image

ini sumbernya emg batu, susah di copas. jdi baca sendiri aja ya... :green:
User avatar
MaNuSiA_bLeGuG
Posts: 4292
Joined: Wed Mar 05, 2008 2:08 am
Location: Enies Lobby

Re: Penyesatan 1: Kafir Tidak ikut berjuang dalam Kemerdekaa

Post by MaNuSiA_bLeGuG »

Yap Tjwan Bing

Image

Studinya selesai tepat pada saat dimulainya Perang Dunia ke-II tahun 1939. Yap pun memilih pulang segera ke Hindia. Di Hindia ia bekerja di Apotik Suniaraja, Bandung.Di Bandung lah Yap benar-benar terjun langsung dalam politik pergerakan. Ia bergabung dengan Partai Nasional Indonesia pimpinan Soekarno dan membantu di bidang ekonomi.Ketertarikan Yap terhadap Marhaenisme Soekarno membuatnya loyal pada Soekarno sampai masa kemerdekaan. Tak lama setelah itu, tahun 1942 Jepang datang. Ketika dibentuk badan-badan baru buatan Jepang yang dipakai sebagai “alat” perjuangan oleh para tokoh seperti Soekarno dan Hatta, Yap pun ikut serta, khususnya dalam Gerakan Angkatan Baru Indonesia dan Gerakan Rakyat Baru.

Kemudian pada masa “kepepet”, Jepang mewujudkan janjinya memberi jalan bagi kemerdekaan Indonesia lewat Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Yap pun diangkat menjadi anggota, mewakili etnis China di Indonesia. Juga saat perkembangannya BPUPKI dirubah menjadi Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI), Yap pun masih menjadi anggota.

Dalam buku Peranakan idealis: dari Lie Eng Hok sampai Teguh Karya karya Yunus Yahya menyebutkan, saat peristiwa proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, Yap sedang berada di rumahnya di Bandung, yang terletak di Jalan Naripan no.31 bersama A.H Nasution dan tokoh-tokoh lain. Disebutkan bahwa Yap dan kawan-kawan merayakan kemerdekaan dengan bersulang dan bergembira. Catatan yang cukup aneh mengingat berita proklamasi tentunya sulit disebarluaskan keluar Jakarta karena pengawasan ketat Jepang.

Yap ikut dalam rapat perumusan Undang-undang Dasar 1945 yang diselenggarakan PPKI yang selesai pada 18 Agustus 1945. Perlu dicatat bahwa pembentukan BPUPKI dan PPKI sendiri diusahakan semaksimal mungkin mengakomodir setiap kepentingan kelompok-kelompok calon rakyat Indonesia. Setelah 27 Agustus PPKI dibubarkan dan dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai parlemen sementara, nama Yap Tjwan Bing pun ada didalamnya, lagi-lagi sebagai wakil golongan China. Saat pemerintahan pindah ke Jogjakarta, Yap turut hijrah sebagai anggota DPR-RI dan kemudian DPR-RIS.

pahlawan kita ini termasuk korban kerusuhan rasial anti cina tahun 1963 di bandung dan terpaksa melarikan diri ke luar negeri. rumah dan mobil barunya dibakar dan dihancurkan.

nb: susah menemukan catatan ttg keyakinan pahlawan satu ini, cuma dari berbagai sumber tampaknya tokoh satu ini menganut kepercayaan kong hu cu. salah satu organisasi konghucu juga yg mengajukan namanya menjadi nama jalan di solo.
User avatar
MaNuSiA_bLeGuG
Posts: 4292
Joined: Wed Mar 05, 2008 2:08 am
Location: Enies Lobby

Re: Penyesatan 1: Kafir Tidak ikut berjuang dalam Kemerdekaa

Post by MaNuSiA_bLeGuG »

Ignatius Joseph Kasimo

Image



Pada masa kemerdekaan awal, PPKI yang dilarang oleh Jepang dihidupkan kembali atas gagasan Kasimo dan berubah nama menjadi Partai Katolik Republik Indonesia. Antara tahun 1947-1949 ia duduk sebagai Menteri Muda Kemakmuran dalam Kabinet Amir Sjarifuddin, Menteri Persediaan Makanan Rakyat dalam Kabinet Hatta I dan Hatta II. Dalam kabinet peralihan atau Kabinet Soesanto Tirtoprodjo ia juga menjabat sebagai menteri. Kasimo pun juga pernah ikut menjadi anggota Delegasi Perundingan Republik Indonesia.

Pada masa Agresi Militer II (Politionele Actie) ia bersama menteri lainnya yang tidak dikurung Belanda bergerilya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lalu ketika bisa kembali ke Yogyakarta ia memprakarsai kerja sama seluruh partai Katolik Indonesia untuk bersatu menjadi Partai Katolik.

Pada masa Republik Indonesia Serikat (RIS), Kasimo duduk sebagai wakil Republik Indonesia dan kemudian setelah RIS dilebur sebagai anggota DPR. Dalam Kabinet Burhanuddin Harahap ia menjabat sebagai Menteri Perdagangan. Kasimo juga ikut berjuang merebut Irian Barat.

Kasimo menyatakan pendiriannya untuk menolak gagasan Nasakom yang ditawarkan Bung Karno. Kasimo pun juga menolak Kabinet yang diprakarsai Soekarno dan terdiri dari empat partai pemenang pemilu 1955: PNI, Masyumi, NU dan PKI. Kala itu Masyumi dan Partai Katolik Indonesia yang satu-satunya menolak bekerja sama dengan PKI di kabinet.
User avatar
MaNuSiA_bLeGuG
Posts: 4292
Joined: Wed Mar 05, 2008 2:08 am
Location: Enies Lobby

Re: Penyesatan 1: Kafir Tidak ikut berjuang dalam Kemerdekaa

Post by MaNuSiA_bLeGuG »

Mangihut Mangaradja Hezekiel Manulang

Image

berhub sumber beritanya ga bisa di copas, lgsg aja baca dari sumbernya dgn mengklik nama dari sang tokoh. jgn liat dari tampang muslim plus peci loh, gitu2 dia pendeta hihihi... :green:
Last edited by MaNuSiA_bLeGuG on Sat Mar 03, 2012 1:26 pm, edited 1 time in total.
User avatar
MaNuSiA_bLeGuG
Posts: 4292
Joined: Wed Mar 05, 2008 2:08 am
Location: Enies Lobby

Re: Penyesatan 1: Kafir Tidak ikut berjuang dalam Kemerdekaa

Post by MaNuSiA_bLeGuG »

Arie Frederik Lasut

Image




Arie Frederick Lasut mencapai umur 35 tahun ketika pada 7 Mei 1949 ia diculik dan ditembak mati di suatu tempat di Jalan Pakem, Yogyakarta, oleh tentara Belanda yang menduduki kota itu. Ia dilahirkan di Tondano, Sulawesi Utara, pada 6 Mei 1914 (seperti tertulis pada Prasasti A.F. Lasut di Museum Geologi), dari keluarga guru, sebagai anak kedua dari delapan bersaudara (keterangan lain menyebutkan bahwa A.F. Lasut lahir pada 6 Juli 1918 (S. Darsoprajitno, 1985)).

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, A.F. Lasut bersama dengan R. Sunu Somosoesastro dan rekan-rekan sejawat lainnya berjuang melakukan pengambilalihan kantor Sangyobu Chishitsuchosacho dari penguasa Jepang. Pada waktu itu aksi pengambilalihan kekuasaan dari tangan Jepang terjadi di mana-mana di daerah pertambangan, mulai dari kantor pusat Sangyobu Chishitsuchosacho di Bandung sampai ke pertambangan yang tersebar di daerah-daerah. Aksi pengambilalihan kantor Sangyobu Chishitsuchosacho di Rembrandt Straat Bandung, diikuti dengan pembentukan Pusat Djawatan Tambang dan Geologi dengan kantor yamg sama.

Sebagai pejuang yang gigih, A.F. Lasut bersama rekan sejawatnya setelah merebut dan mempertahankan Pusat Djawatan Tambang dan Geologi, ia juga menyelamatkan dan mengembangkannya. Dalam suasana perang itu, ia juga sempat mengomandani Kompi BS dari Brigade-16, menyelamatkan dokumen tambang dan geologi ke Bukittinggi menjelang Agresi Militer Belanda II Desember 1948, dan memperbantukan 6 orang mantri opnemer-nya ke Markas Besar TRI untuk menyiapkan peta-peta militer daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Sebagai seorang nasionalis, ia pernah menerbitkan pengumuman bahwa “Semua perusahaan pertambangan harus berada di bawah pengawasan Pusat Djawatan Tambang dan Geologi” (Oktober 1945), pernah menolak tawaran Ir. Buurman dan Ir. Akkersdijk untuk bekerjasama dengan Opsporingsdienst di Bandung , dan pernah pula menjadi setaf ahli delegasi Indonesia pimpinan Mr. Moh Roem dalam perundingan dengan pihak Belanda.
User avatar
je_prince97
Posts: 1082
Joined: Wed Oct 01, 2008 1:44 pm

Re: Penyesatan 1: Kafir Tidak ikut berjuang dalam Kemerdekaa

Post by je_prince97 »

Muslim benar2 menjijikkan. Giliran dibeberin kebenarannya, pada kabur semua lipat ekor gak berani nyahut. :axe: Di tempat lain masih dengan tidak tahu dirinya ngaku2 islam yang berjuang melawan penjajah. CUIIIIH!!!! :vom:
nadia ghazali
Posts: 1141
Joined: Fri Nov 19, 2010 9:48 am

Re: Penyesatan 1: Kafir Tidak ikut berjuang dalam Kemerdekaa

Post by nadia ghazali »

je_prince97 wrote:Muslim benar2 menjijikkan. Giliran dibeberin kebenarannya, pada kabur semua lipat ekor gak berani nyahut. Di tempat lain masih dengan tidak tahu dirinya ngaku2 islam yang berjuang melawan penjajah. CUIIIIH!!!!
itulah muslim..jangankan mengakui dgn gentleman ttg pejuang kafir yg turut memperjuangkan negara NKRI ini
wong udah nyari makan dan hidup dr boss kafir..masih tdk berterima kasih..sambil terima uang gaji..dlm hati sibuk mengutuk kafir najis..lah kl najis jgn kerja dan makan gaji dr kafir dong
tdk ada seorang kafir yg merasa jijik dan najis dgn muslim...
makanya tdk ada kafir yg sambil kasihkan uang gaji ke muslim trus dlm hati sibuk menghujat dan menajiskan muslim
malah kebalikan...muslim aja yg tdk tahu diri...udah hidup dr uang kafir masih tdk tahu terima kasih dan menajiskan orang2 yg memberi dia makan dan hidup

Hal yg sama dgn Yahudi.dan Amerika...tiap hari menghujat Yahudi dan Amerika..lah koq masih muka tembok pakai internet dan komputer dan Face book ciptaan kafir
koq masih makai loudspeaker and toa made in kafir
kok masih suka pakai motor bebek buatan kafir sambil teriak2 kesetanan menghujat kafir dan baca mantra awlokubarbar sambil bawa pentungan

Tp kl udah dihadapkan dgn tuannya si bandot arab..walaupun selangkangan TKI udah dirusak sama burung arab yg sangat menjijikan (cihhh), dipancung, disetrika , di gunting mulutnya..
zombie2 arab pada mingkem tak berkutik......dasar budak
User avatar
MaNuSiA_bLeGuG
Posts: 4292
Joined: Wed Mar 05, 2008 2:08 am
Location: Enies Lobby

Re: Penyesatan 1: Kafir Tidak ikut berjuang dalam Kemerdekaa

Post by MaNuSiA_bLeGuG »

ini dia pahlawan kita dari dayak

Tjilik Riwut


Image




Tjilik Riwut (lahir di Kasongan, Katingan, Kalimantan Tengah, 2 Februari 1918 – meninggal di Rumah Sakit Suaka Insan, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 17 Agustus 1987 pada umur 69 tahun) adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia dan Gubernur Kalimantan Tengah. Ia meninggal setelah dirawat di rumah sakit karena menderita penyakit lever/hepatitis dalam usia 69 Tahun, dimakamkan di makam Pahlawan Sanaman Lampang, Palangka Raya Kalimantan Tengah. Namanya kini diabadikan untuk salah satu bandar udara di Palangka Raya.

Tjilik Riwut yang dengan bangga selalu menyatakan diri sebagai "orang hutan" karena lahir dan dibesarkan di belantara Kalimantan, adalah pencinta alam sejati juga sangat menjunjung tinggi budaya leluhurnya. Ketika masih belia ia telah tiga kali mengelilingi pulau Kalimantan hanya dengan berjalan kaki, naik perahu dan rakit.

Tjilik Riwut adalah salah satu putera Dayak yang menjadi KNIP. Perjalanan dan perjuangannya kemudian melampau batas-batas kesukuan untuk menjadi salah satu pejuang bangsa. Penetapannya sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1998 merupakan wujud penghargaan atas perjuangan pada masa kemerdekaan dan pengabdian membangun Kalimantan (Tengah).

Setelah dari Pulau Jawa untuk menuntut ilmu, Tjilik Riwut diterjunkan ke Kalimantan sebagai pelaksana misi Pemerintah Republik Indonesia yang baru saja terbentuk, namun beliau tidak terjun. Nama-nama yang terjun merebut kalimantan adalah Harry Aryadi Sumantri, Iskandar, Sersan Mayor Kosasih, F. M. Suyoto, Bahrie, J. Bitak, C. Williem, Imanuel, Mika Amirudin, Ali Akbar, M. Dahlan, J. H. Darius, dan Marawi.

Rombongan-rombongan ekspedisi ke Kalimantan dari Jawa yang kemudian membentuk barisan perjuangan di daerah yang sangat luas ini. Mereka menghubungi berbagai suku Dayak di berbagai pelosok Kalimantan untuk menyatukan persepsi rakyat yang sudah bosan hidup di alam penjajahan sehingga bersama-sama dapat menggalang persatuan dan kesatuan.

Selain itu, Tjilik Riwut berjasa memimpin Operasi Penerjunan Pasukan Payung Pertama dalam sejarah Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada tanggal 17 Oktober 1947 oleh pasukan MN 1001, yang ditetapkan sebagai Hari Pasukan Khas TNI-AU yang diperingati setiap 17 Oktober. Waktu itu Pemerintah RI masih di Yogyakarta dan pangkat Tjilik Riwut adalah Mayor TNI. Pangkat Terakhir Tjilik Riwut adalah Marsekal Pertama Kehormatan TNI-AU.

Tjilik Riwut adalah salah seorang yang cukup berjasa bagi masuknya pulau Kalimantan ke pangkuan Republik Indonesia. Sebagai seorang putera Dayak ia telah mewakili 142 suku Dayak pedalaman Kalimantan bersumpah setia kepada Pemerintah RI secara adat dihadapan Presiden Sukarno di Gedung Agung Yogyakarta, 17 Desember 1946.

Sebagai tentara, pengalaman perangnya meliputi sebagian besar pulau Kalimantan dan Jawa. Setelah perang usai, Tjilik Riwut aktif di pemerintahan. Dia pernah menjadi Gubernur Kalimantan Tengah, menjadi koordinator masyarakat suku-suku terasing untuk seluruh pedalaman Kalimantan, dan terakhir sebagi anggota DPR RI.

Keterampilan dalam menulis diasahnya semasa dia bergabung dengan Sanusi Pane di Harian Pembangunan. Tjilik Riwut telah menulis sejumlah buku mengenai Kalimantan: Makanan Dayak (1948), Sejarah Kalimantan (1952), Maneser Panatau Tatu Hiang (1965,stensilan, dalam bahasa Dayak Ngaju), Kalimantan Membangun (1979).
User avatar
MaNuSiA_bLeGuG
Posts: 4292
Joined: Wed Mar 05, 2008 2:08 am
Location: Enies Lobby

Re: Penyesatan 1: Kafir Tidak ikut berjuang dalam Kemerdekaa

Post by MaNuSiA_bLeGuG »

another Dayak warrior...

Pang Suma


Image


Cerita dibawah ini sepenuhnya menurut sumber adalah penuturan dari "Pang Ronda" dari cerita mulut ke mulut orang tua dan kakeknya.

Konon Pangsuma berjuang dalam membebaskan negerinya dari penjajah hanya dengan berbekal keberanian dan sebilah Sabur (sejenis mandau/parang panjang), Pangsuma berhasil membunuh pimpinan Jepang di tiga lokasi yakni Sekucing Balai Bekuak (sekarang terletak di perbatasan Kabupaten Ketapang dan Kecamatan Toba Kabupaten Sanggau), kedua di Desa Kunyil Kecamatan Meliau dan ketiga di pusat Kota Meliau sendiri yang merupakan basisnya Jepang. Oleh karena keberhasilannya tersebut Pangsuma merupakan sosok yang oleh Jepang dianggap membahakan kedudukannya, untuk itu Jepang membayar teman seperguruan Pangsuma untuk membunuh Pangsuma. Pangsuma ditembak bersama adiknya, namun sang adik dapat menyelamatkan diri, tetapi perjuangan Pangsuma berakhir dengan meninggalnya beliau di bawah jembatan, yang saat ini berlokasi disebelah dermaga Meliau dan tidak jauh dari tempat itulah Pangsuma dimakamkan. Kini berdiri sebuah tugu yang diberi nama Tugu Pangsuma.

Menurut Sumber lain ( http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nu ... 1942-1945) ) Pangsuma melakukan perlawanan terhadap Jepang dengan bergerilya untuk mengganggu aktivitas Jepang di Kalimantan. Sampai meletuslah sebuah peperangan yang disebut Perang Majang Desa ( April-Agustus 1944) di daerah Tayan-Meliau-Batang Tarang (Kabupaten Sanggau). Perang meletus karena disebabkan karena adanya pemukulan Jepang terhadap salah satu tenaga kerja Dayak di antara sekitar 130 pekerja oleh pengawas Jepang, pada sebuah perusahaan kayu Jepang, perang ini menyebabkan korban sekitar 600 pejuang kemerdekaan dibunuh oleh Jepang, termasuk salah satunya Pangsuma.
1234567890
Posts: 3862
Joined: Sun Aug 09, 2009 2:31 am

Re: Penyesatan 1: Kafir Tidak ikut berjuang dalam Kemerdekaa

Post by 1234567890 »

semua yang disebut di thread ini tuh muslim !!!!
hanya kapir berusaha membuat hoax kalau mereka itu non muslim

semua orang terlahir sebagai muslim ... dan kapir di sini ga bisa membuktikan kalau orang2x ini non kapir .... coba aja tanya ke orang yang bersangkutan kalau mereka itu muslim atau kapir ... pasti kapir di sini ga mampu !!!! jadi kesimpulan mereka itu muslim !!!!

islam pasti benar!!!

:rolling:
User avatar
MaNuSiA_bLeGuG
Posts: 4292
Joined: Wed Mar 05, 2008 2:08 am
Location: Enies Lobby

Re: Penyesatan 1: Kafir Tidak ikut berjuang dalam Kemerdekaa

Post by MaNuSiA_bLeGuG »

Johan Pais

Johan Pais adalah Orang Kaya Hative di Pulau Ambon Jasirah Laitimor. Ia juga menjabat sebagai pembantu pendeta. Jan Pais ini dituduh mengepalai perlawanan di Leitimor. Gubernur Belanda yaitu Arnold de Vlamingh van Oudshoorn menangkapnya. Ia disiksa untuk mengakui kesalahannya. Dia dituduh berkomplot dengan Kimelaha Madjiraa yaitu wakil Sultan Ternate yang berkuasa di Jasirah Huamoal Pulau Seram untuk mengusir kompeni Belanda. Sesudah itu dia akan menjadi kepala dari semua orang Kristen dan Madjira dari semua orang Islam.

Sewaktu disiksa Jan Pais mengaku, tetapi dalam keadaan tidak disiksa dia menyangkal. De Vlamingh berpendapat bahwa dia bersalah. Pada malam hari dia dieksekusi mati. Kepalanya dipancung dan tubuhnya dibagi empat. Peristiwa ini terjadi secara rahasia agar tidak diketahui rakyat, mungkin juga supaya jangan menimbulkan kegoncangan di kalangan rakyat. Keesokan harinya Orang-Orang Kaya (pemimpin Negeri) diundang ke benteng Victoria dan mereka menyaksikan keganasan de Vlamingh itu, maksudnya untuk menakutkan mereka.

Bersalah tidaknya Jan Pais ini, memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Namun yang jelas bahwa di daerah Leitomor, rakyat yang sudah lama menderita dan jenuh dengan tuntutan-tuntutan VOC, bangkit menyerang Belanda dimana-mana. Jan Pais adalah pahlawan mereka yang tampil membela kebenaran dan keadilan dan diakui sebagai salah seorang pejuang kemerdekaan rakyat Maluku


==============================================================================================================================================================================================================
Yeremias Latuihamallo


Yeremias Latuihamallo adalah penasihat utama Thomas Matulessy Kapitan Pattimura, ia berasal dari Negeri Porto di Pulau Saparua, berumur 47 tahun waktu pecah perang Pattimura tahun 1817. Ia disebut pula dengan nama Salemba. Pada waktu pemerintahan Inggris, dituduh membunuh Residen Inggris di Saparua. Karena itu ia ditangkap dan dibuang ke Jawa, lalu ke Madras (India). Kemudian dibebaskan dan kembali menetap di Porto. Dia diangkat oleh Pattimura menjadi raja Negeri Porto menggantikan Raja W. P. Nanlohy dan Yeremias ikut menandatangani “Proklamasi Haria” tanggal 28 Mei 1817 di Baileu Negeri Haria sebagai perwujudan tekad seluruh rakyat menentang kelaliman pemerintahan Belanda.

\Yeremias Latuihamallo alias Salemba pada akhir peperangan tertangkap. Tanggal 24 Desember 1817 diinterogasi dan pada tanggal 2 Pebruari 1818 dia dihukum mati gantung oleh Ambonsche Raad van Justitie (Pengadilan Belanda di Ambon). Dia dipersalahkan menjadi penasehat utama Thomas Matulessy Kapitan Pattimura dan turut bertanggung jawab atas segala peristiwa yang telah terjadi. Tetapi nasibnya agak baik. Buykes memberi keampunan kepadanya karena tidak terbukti pernah membunuh seseorang. Hukumannya diperingan menjadi hukuman pembungan ke Pulau Jawa selama 25 tahun. Yeremias Latuihamallo berangkat ke pengasingan dengan kapal perang “Wilhelmina”


===============================================================================================================================================================================================================
Kapitan Lukas Lisapaly (Aaron)


Lukas Lisapaly berasal dari Negeri Ihamahu di Pulau Saparua. Terkenal pula dengan sebutan atau nama Kapitan Aron. Dia mengambil bagian bersama pasukan rakyat dari Hatawano dalam penyerangan benteng Belanda Duurstede di kota Saparua dan penghancuran tentara Mayor Beetjes dalam pertempuran di pantai Waisisil di Pulau Saparua. Sesudah itu dia diangkat sebagai salah seorang komandan pasukan rakyat di Pulau Haruku, dibawah pimpinan Kapitan Lukas Selanno untuk merebut benteng Zeelandia dan juga diserahi tugas memimpin pasukan di Jasirah Hatawano untuk menangkis serangan pasukan Belanda. Pada akhir peperangan, Lukas Lisapaly alias

Kapitan Aron tertangkap dan dibawa ke Ambon. Ambonsche Raad van Yustitie memutuskan hukuman mati gantung. Dia dipersalahkan menyerang benteng Duurstede di kota Saparua dan turut dalam pembunuhan seorang guru di Amahai dengan kakak dan anak-anaknya serta terhadap pembunuhan Yulianus Tuankotta, kakak dari Patih Akoon yang berkhianat. Pada tanggal 16 Januari 1818 Lukas menjalani eksekusi mati gantung di depan benteng Victoria kota Ambon

===============================================================================================================================================================================================================
Anthone Rhebok

Anthone Rhebok Kapten orang Borgor, salah satu dari keempat pahlawan dalam perang Pattimura pada tahun 1817 yang dipimpin oleh Thomas Matulessy Kapitan Pattimura. Anthone Rhebok bersama Thomas Matulessy dan pasukan rakyat merebut benteng Duurstede dan memimpin pertempuran melawan ekspedisi tentara Belanda di pantai Waisisil di Pulau Saparua. Anthone Rhebok juga diserahi tugas oleh Thomas Matulessy untuk mengatur pertahanan rakyat di Pulau Nusalaut dan merebut benteng Belanda yaitu Beverwijk di Sila Leinitu. Ia juga aktif di medan-medan pertempuran di Pulau Saparua dan sekitarnya.

Pahlawan dari staf inti Thomas Matulessy Kapitan Pattimura yang juga bekas mantan pasukan “Korps Limaratus” tentara cadangan Inggris itu tertangkap bersama Patih Negeri Tiouw Jacobus Pattiwael pada tanggal 13 November 1817. Mereka diangkut dengan kapal perang “Evertsen” ke Ambon. Di atas kapal dia bertemu dengan panglimanya Thomas Matulessy dan lain-lain tawanan. Anthone Rhebok mendapat hukuman mati gantung oleh Pengadilan Belanda Ambonsche Raad van Justitie. Laksamana Buyskes mengesahkan hukuman tersebut dengan Surat Keputusan tanggal 13 Desember 1817 Nomor 131. Akhirnya pada tanggal 16 Desember 1817 Anthone Rhebok menaiki tiang gantungan sebagai orang kedua bersama Thomas Matulessy di lapangan eksekusi di depan benteng Victoria di kota Ambon

===============================================================================================================================================================================================================
Philip Latumahina


Philips Latumahina Letnan orang Borgor, salah satu dari keempat pahlawan dalam perang Pattimura di tahun 1817. Bersama Thomas Matulessy dan pasukan rakyat merebut benteng Duurstede pusat pertahanan Belanda di kota Saparua dan membantu Thomas dalam pertempuran melawan tentara Belanda di pantai Waisisil di Saparua. Philips juga ikut memimpin pertempuran-pertempuran di Saparua, Tiouw dan tempat-tempat pertempuran lainnya di Jasirah Hatawano dan Jasirah Tenggara (Ouw – Ullath).

Pahlawan yang adalah staf inti Thomas Matulessy Kapitan Pattimura ini juga bekas mantan pasukan “Korps Limaratus”. Ia tertangkap bersama Johanis Matulessy kakak Thomas Matulessy pada tanggal 13 Nopember 1817 oleh pasukan Letnan Veerman di Hutan Booi – Paperu. Mereka ditahan dan diangkut dengan kapal perang “Reygersbergen”. Pada tanggal 12 Desember 1817, Ambonsche Raad van Justitie (Pengadilan Belanda di Kota Ambon) menjatuhkan hukuman mati gantung atas diri Letnan Philips Latumahina. Vonis ini disahkan oleh Laksanaman Buyskes dengan Surat Keputusan tanggal 13 Desember 1817 Nomor 129.

Pada tanggal 16 Desember 1817 pagi hari, dengan disaksikan oleh para hakim, pasukan Alifuru dari Ternate dan Tidore serta rakyat kota Ambon, Philips Latumahina menjalani hukuman gantung. Philips yang pertama-tama naik tiang gantungan. Ketika algojo melaksanakan tugasnya, Philips jatuh terpelanting karena tali gantungannya putus, sebab badannya besar, gemuk dan kuat. Dengan sudah payah, dia diseret ke atas lagi kemudian dipasang lagi jerat yang baru maka beberapa saat kemudian pahlawan ini tewas



===============================================================================================================================================================================================================
Paulus Tiahahu

Kapitan Paulus Tiahahu (wafat di Nusalaut, 17 November 1817) adalah seorang kapitan perang dari Negeri Abubu di Pulau Nusalaut yang turut dalam perang Pattimura tahun 1817. Paulus dan Anthony Reebok ditugaskan Pattimura untuk mengatur pertahanan di Nusalaut. Bersama-sama dengan pasukan rakyat ia merebut benteng Beverwijk di Negeri Sila Leinitu. Pasukan Belanda di benteng tersebut disergap dan dibunuh. Para pejuang dari Nusalaut mengambil bagian pula dalam pertempuran-pertempuran di Saparua, Haruku dan Jazirah Hatawano di Pulau Saparua. Paulus Tiahahu beserta raja-raja dan pati di Pulau Nusalaut ikut menandatangani Proklamasi Haria di Baileu Haria tanggal 28 Mei 1817.


Paulus mempunyai seorang putri yang bernama Martha Christina. Putrinya selalu mendampingi dirinya dalam medan-medan pertempuran. Semangat tempur srikandi Nusalaut yang masih remaja ini selalu mengobarkan semangat pasukan Pattimura. Selain memimpin kaum wanita ikut pertempuran, ia berada juga di tengah-tengah pasukan dengan ayahnya menghadang musuh dan menggabungkan keberaniannya dalam medan pertempuran di Negeri Ouw Ullath, yang berada di jazirah Tenggara Pulau Saparua. Pertempuran heroik di Front Ouw Ullath berakhir dengan kekalahan pejuang-pejuang rakyat. Kapitan Paulus Tiahahu, putrinya Martha Christina, Raja Hehanussa dari Negeri Titawaai, Raja Ullath dan Pati Ouw tertangkap. Mereka dibawa ke kapal perang “Everstsen”.

Di kapal ini para pejuang bertemu dengan Thomas Matulessy dan para tawanan lainnya. Sesudah diinterogasi, Buyskes menjatuhkan hukuman mati terhadap Paulus Tiahahu. Tanggal 16 Nopember 1817, Kapitan Paulus dengan putrinya Martha Christina diangkut ke Nusalaut dan ditahan di benteng Beverwijk. Pada tanggal 17 Nopember 1817, sesuai dengan vonis yang dijatuhkan Buyskes ia dihukum mati tembak oleh regu penembak Belanda di depan benteng Beverwijk. Putrinya tidak dapat membelanya. Setelah itu Martha dilepaskan dan ia bergerilya dari hutan hingga akhirnya tertangkap dan meninggal di atas kapal perang Eversten pada tanggal 2 Januari 1818.

===============================================================================================================================================================================================================
Yakob Sahetapy


Yakob Sahetapy adalah kepala sekolah rakyat sekaligus guru agama di Saparua. Dia adalah Bapak Rohani bagi rakyat yang berjuang khususnya bagi pejuang di medan pertempuran. Menjelang penyerbuan benteng Duurstede di kota Saparua, ia menaikkan doa untuk para pejuang.

Di dalam musyawarah, guru Sahetapy juga menaikkan doa agar Tuhan selalu menyertai perjuangan rakyat. Mazmur 17 menjadi pedoman untuk memperkuat iman para pejuang. Pengaruh Sahetapy sangat besar di kalangan rakyat dan pimpinan perang, khususnya bagi Thomas Matulessy Kapitan Pattimura. Pada akahir peperangan Yakob Sahetapy tertangkap dan dibawa ke Ambon. Pengadilan menjatuhkan hukuman mati gantung kepadanya. Tetapi Laksanaman Buyskes mengubah hukuman itu menjadi hukuman pembuangan ke Jawa. Yakob kemudian dibuang bersama Yohannis Matulessy (kakak Thomas Matulessy) ke Surabaya untuk bekerja di perkebunan pemerintah.

===============================================================================================================================================================================================================
Lukas Selano


Lukas Selanno berasal dari Negeri Noloth di Pulau Saparua. Setelah membantu Kapitan Pattimura dan Anthone Rhebok, mengatur strategi dan pertempuran melawan pasukan Marinir Belanda yang dipimpin Mayor Beetjes di pantai Waisisil di Pulau Saparua. Ia diangkat Pattimura sebagai komandan pasukan rakyat di Pulau Haruku dengan tugas menyerbu dan menduduki benteng Belanda “Zeelandia” di Haruku Sameth.

Lukas dibantu oleh Kapitan Pattisaha yaitu Melchior Kesaulya dan Kapitan Lukas Lisapally alias Kapitan Aron. Ia ikut juga membantu Kapitan Pattimura menyerbu benteng Duurstede di kota Saparua. Lukas Selanno akhirnya ditangkap dan dibawa ke Ambon. Ia dijatuhi vonis hukuman mati gantung oleh Raad van Justitie (Pengadilan Belanda di Ambon) karena dipersalahkan menyerang benteng Duurstede dan turut dalam pembunuhan dengan tuduhan pokok membunuh Nyonya Residen van den Berg. Pada tanggal 26 Januari 1818, Lukas naik tiang gantungan di lapangan eksekusi di depan benteng Victoria di kota Ambon, dan gugur sebagai pahlawan rakyat

===============================================================================================================================================================================================================
cerita2 menarik ttg perjuangan rakyat Maluku, dapat dibaca di sini, seperti apa itu Proklamasi Haria yg disusun oleh PAtimura dan panglima2nya, dan undangan Patimura kepada ayah kapten feldmen setelah mengetahui bhw ayah kapten feldmen adalh seorang pendeta. semakin membaca semakin susah utk diterima bahwa KAPITAN PATTIMURA adalah seorang MUSLIM.
Last edited by MaNuSiA_bLeGuG on Sun Mar 04, 2012 7:50 pm, edited 1 time in total.
User avatar
duren
Posts: 11117
Joined: Mon Aug 17, 2009 9:35 pm
Contact:

Re: Penyesatan 1: Kafir Tidak ikut berjuang dalam Kemerdekaa

Post by duren »

@Blegug

Pernah tau ga siapa oknum berikut ?

Saya pernah baca , di Kalimantan ada pemindahan kuburan seorang raja sakti beserta permaisurinya . Saat kuburan dibongkar , kondisi kedua jenazah masih utuh seolah olah baru meninggal . Padahal keduanya adalah KORBAN pembunuhan sadis pihak belanda dijaman penjajahan .
User avatar
MaNuSiA_bLeGuG
Posts: 4292
Joined: Wed Mar 05, 2008 2:08 am
Location: Enies Lobby

Re: Penyesatan 1: Kafir Tidak ikut berjuang dalam Kemerdekaa

Post by MaNuSiA_bLeGuG »

duren wrote:@Blegug

Pernah tau ga siapa oknum berikut ?

Saya pernah baca , di Kalimantan ada pemindahan kuburan seorang raja sakti beserta permaisurinya . Saat kuburan dibongkar , kondisi kedua jenazah masih utuh seolah olah baru meninggal . Padahal keduanya adalah KORBAN pembunuhan sadis pihak belanda dijaman penjajahan .
wah..saya kurang tau tuh...hehehe mungkin ada baiknya tanya ama netter dayaknese yg asli kalimantan... :green:

tar sambil jalan saya cari juga deh..mdh2an ketemu :-k
User avatar
MaNuSiA_bLeGuG
Posts: 4292
Joined: Wed Mar 05, 2008 2:08 am
Location: Enies Lobby

Re: Penyesatan 1: Kafir Tidak ikut berjuang dalam Kemerdekaa

Post by MaNuSiA_bLeGuG »

Mr. Johannes "Nani" Latuharhary

Image



Johanes Latuharhary dilahirkan dalam satu keluarga guru pada tanggal 6 Juli 1900 di Desa Ullath Pulau Saparua. Ia keturunan keluarga besar Latuharhary dari Desa Haruku di Pulau Haruku. Setelah menamatkan pendidikan dasar pada “Eerste Europeesche School” di Ambon tahun 1917, Johanes melanjutkan studi ke Batavia (Jakarta) dan masuk Sekolah Menengah Umum “HBS” dan tamat pada tahun 1923.

Kemudian ke Negeri Belanda dan berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Leiden. Pada tahun 1927 berhasil meraih gelar “Master in de Rechten”. Mr. Latuharhary adalah putera Maluku pertama yang meraih gelar Master di Universitas Leiden Negeri Belanda. Setelah kembali ke Indonesia tahun 1927, Mr. J. Latuharhary segera bekerja dan diangkat sebagai Amtenaar Fer Beschikleing van Yustitie (pegawai yang diperbantukan pada President van de Rood van Justitie (Ketua Pengadilan Tinggi di Surabaya). Di sana ia bekerja sampai tahun 1929.

Sebagai pengacara (advokat) kawakan, Mr. Latuharhary berjuang menolong rakyat kecil dalam menegakan hukum dan keadilan melawan kesewenangan pemerintah Belanda. Mr. Latuharhary kemudian terjun ke dunia politik dan pemerintahan. Di Surabaya di segera aktif dalam organisasi politik “Sarekat Ambon” dan pergerakan nasional. Ide persatuan dan kemerdekaan yang dibawa dari Eropa (Belanda) dimasukkan dalam Sarekat Ambon yang kemudian dipimpinnya.
Bersama dengan para pemimpin organisasi-organisasi politik lainnya, Mr. Latuharhary dengan Sarekat Ambon membawa masyarakat Maluku ke pintu gerbang Kemerdekaan Indonesia. Bersama Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Mr. J. Latuharhary kemudian diangkat menjadi Gubernur Maluku yang pertama dan berkedudukan di Yogyakarta.


Setelah pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan) dapat ditumpas pada tahun 1950, Gubernur Latuharhary dan stafnya menuju Ambon dan memimpin rakyat Maluku membangun daerah. Setelah menunaikan tugas pengabdiannya di daerah yang ia cintai melalui berbagai tantangan, pada akhir tahun 1954, Mr. J. Latuharhary menyerahkan jabatan gubernur kepada penggantinya dan kembali ke Jakarta dan memangku tugas barunya pada Kementrian Dalam Negeri. “TOKOH NASIONAL DAN PEJUANG KEMERDEKAAN” ini meninggal dunia pada tanggal 8 Nopember 1959 di Jakarta. Sebagai penghargaan dari negara dan bangsanya, Mr. Johanes Latuharhary dihargai sebagai seorang “MAHAPUTRA INDONESIA” dan dianugerahi bintang jasa tertinggi ‘MAHAPUTRA PRATAMA”
User avatar
MaNuSiA_bLeGuG
Posts: 4292
Joined: Wed Mar 05, 2008 2:08 am
Location: Enies Lobby

Re: Penyesatan 1: Kafir Tidak ikut berjuang dalam Kemerdekaa

Post by MaNuSiA_bLeGuG »

Djiauw Kie Siong

Image



Kamis, 16 Agustus 1945. Seperti biasa petang itu ia beristirahat dengan anak-isterinya. Beberapa pemuda mendatanginya. Tidak sekedar bertamu, bahkan mempersilakannya mengosongkan rumah yang cukup luas dan terhitung baik dibanding rurmah-rumah penduduk lainnya itu. Pagi sebelumnya, Oemar Bachsan sudah menemui anak kedua Kie Siong untuk pinjam rumah barang tiga-empat-hari. Dengan serta-merta ia pun memboyong keluarganya, lengkap dengan bantal dan kasur ke rumah Djiauw Kang Hien (anak sulungnya) 100 meter sebelah timur.

Baru keesokan harinya ia mengetahui bahwa rumahnya telah digunakan sebagi tempat 'menginapkan' duo soekarno-hatta pada peristiwa Rengas dengklok dimana para pemuda 'menculik' pasangan proklamator ini utnuk merumuskan naskah proklamasi.
User avatar
MaNuSiA_bLeGuG
Posts: 4292
Joined: Wed Mar 05, 2008 2:08 am
Location: Enies Lobby

Re: Penyesatan 1: Kafir Tidak ikut berjuang dalam Kemerdekaa

Post by MaNuSiA_bLeGuG »

Boen Kin To ( Tony Wen )




"Tony Wen" adalah seorang etnis Tionghoa kelahiran Bangka yang sejak awal bersimpati dan mendukung perjuangan Nasional Indonesia. Tony adalah pengurus dari organisasi "Perserikatan Rakyat dan Boeruh Tionghoa" di Surakarta yang menyatakan kesetiaannya kepada kepentingan Republik pada tahun 1946. Tony dianggap juga mewakili masyarakat Tionghoa didaerah Republik. Oleh sesuatu sebab Tony pindah ke Singapura dan tinggal bersama saudaranya Boen Kin Kioen.
Di Singapura Tony berperan sebagai "agen utama" dan terpenting dari pihak Republik, membantu perjuangan Indonesia dengan mengumpulkan dana melalui penjualan opium (candu) yang diselundupkan ke Singapura, dan dari dari hasil enjualan tersebut, dibelikan senjata yang diselundupkan ke daerah Republik di Indonesia. Selama di Singapura, Tony yang dipercayaai oleh pihak Republik, tetap mengadakan kontak dengan pihak Nasionalis di Indonesia.


Pada tahun 1948, Tony ditangkap oleh otoritas Inggris atas permintaan Belanda, tetapi karena tak cukup bukti, Tony tak lama kemudian dibebaskan kembali, Karena situasi memanas, Tony melarikan diri ke Shanghai, dimana dahulu dia pernah menetap dan belajar di kota tersebut.

Adam Malik pernah memberikan penghargaan kepada Tony Wen ini, karena jasa-jasanya, dan Tony adalah satu-satunya dari 5 orang yang ditunjuk oleh pihak Republik untuk menjual opium di Singapura dan menyerahkan uang hasil penjualan opium tersebut kepada pihak Republik, 4 orang lainnya (dari berbagai etnis) membawa kabur uang hasil penjualan tersebut.

Tony Wen meninggal dunia karena sakit pada 30 Mei 1963 dan dimakamkan di Menteng Pulo, Jakarta. Banyak sekali sanak saudara dan temen seperjuangan datang memberi penghormatan terakhir.
User avatar
dayaknesse
Posts: 261
Joined: Sat Feb 11, 2012 3:00 pm
Location: huang "Huma Betang" tu kueh itah "belum hapakat"

Re: Penyesatan 1: Kafir Tidak ikut berjuang dalam Kemerdekaa

Post by dayaknesse »

MaNuSiA_bLeGuG wrote: wah..saya kurang tau tuh...hehehe mungkin ada baiknya tanya ama netter dayaknese yg asli kalimantan... :green:

tar sambil jalan saya cari juga deh..mdh2an ketemu :-k
sepertinya di Kalteng ga ada...kemungkinan besar itu di Kaltim deh
tp nanti coba saya cari info lbh lanjut...moga2 dpt ;)

oya Mas Blegug thanks ya udah sharing pahlawan dr Dayak...sori barusan liat trit ini ;)
FYI anak2 dari Tjilik Riwut sampai saat ini msh tetap berjuang untuk Indonesia, bahkan bbrp dr mereka kmrn ikut turun langsung ke Bundaran HI ikut aksi damai #IndonesiaTanpaFPI

to kak KK nice job :heart:

salam damai
it's me
User avatar
MaNuSiA_bLeGuG
Posts: 4292
Joined: Wed Mar 05, 2008 2:08 am
Location: Enies Lobby

Re: Penyesatan 1: Kafir Tidak ikut berjuang dalam Kemerdekaa

Post by MaNuSiA_bLeGuG »

dayaknesse wrote:
sepertinya di Kalteng ga ada...kemungkinan besar itu di Kaltim deh
tp nanti coba saya cari info lbh lanjut...moga2 dpt ;)

oya Mas Blegug thanks ya udah sharing pahlawan dr Dayak...sori barusan liat trit ini ;)
FYI anak2 dari Tjilik Riwut sampai saat ini msh tetap berjuang untuk Indonesia, bahkan bbrp dr mereka kmrn ikut turun langsung ke Bundaran HI ikut aksi damai #IndonesiaTanpaFPI

to kak KK nice job :heart:

salam damai
it's me
jgn lupa sumbang2 nama pahlawan ya sis klo ada tau, terutama dayak. atau tionghoa juga boleh, kan banyak tuh di kalimantan :green:
1234567890
Posts: 3862
Joined: Sun Aug 09, 2009 2:31 am

Re: Penyesatan 1: Kafir Tidak ikut berjuang dalam Kemerdekaa

Post by 1234567890 »

muslim muslim ffi lagi pusing tujuh keliling sekarang
karena banyak nama pahlawan yang kapir dan muslim harus puter fantat untuk bisa membuat hoax kalau orang2x ini adalah muslim semua
seperti mat lessy :rolling:
User avatar
dayaknesse
Posts: 261
Joined: Sat Feb 11, 2012 3:00 pm
Location: huang "Huma Betang" tu kueh itah "belum hapakat"

Re: Penyesatan 1: Kafir Tidak ikut berjuang dalam Kemerdekaa

Post by dayaknesse »

sebenarnya banyak pahlawan Dayak, hanya saja tdk terdaftar sebagai Pahlawan Nasional...
yg asli Kalteng atau yg sudah pernah ke Kalteng pasti pernah mendengar nama Tambun Bungai
itu nama dari dua orang ksatria Dayak yaitu Tambun dan Bungai, 2 orang ksatria Dayak yg ikut mendampingi seorang perempuan Dayak bernama Nyai Undang dalam peperangan...
saat ini nama Tambun Bungai diabadikan sebagai nama Kodam XI Tambun Bungai, Kalimantan Tengah, nama sebuah Gedung Serba Guna terbesar di Palangka Raya, dan nama sebuah jalan persis disebelah dimana gedung Tambun Bungai berdiri...
sayang perjuangannya sdh mulai terlupakan...nanti coba saya cari bukunya...moga2 ada ;)

salam damai
it's me
Post Reply