Bocor yth,
Saya hargai pendapat seperti anda juga menghargai pendapat saya. Biar saya terangkan disini bahwa saya tidak berdusta pada siapa pun. Ini isi posting saya:
Terimakasih untuk tanggapannya Bung Foxhound.
Malam ini saya ada ngumpul2 di rumah dengan beberapa workmates. Kita paling seru kalau berdiskusi soal agama atau politik, apalagi kalau udah ditemani beer & barbeque. Kebetulan ada 3 orang muslim di kelompok 'ngocol' kami (satu Turki, satu Bangladesh, satu Malay), tapi saya ngga kuatir dipenggal, soalnya mereka semua paling suka minum beer & makan BBQ pork ribs (ciri paling gampang untuk melihat apakah seseorang itu Muslim kaffah atau udah jinak). Topik yang anda tulis di thread ini mau saya bawa ke ajang diskusi nanti. Kalau ada opini yang menarik dari mereka akan saya coba tuliskan disini.
Sekali lagi terimakasih. Have a great weekend. I know I will.
Saya tidak pernah bilang kalau acara ngumpul2 itu khusus untuk diskusi agama. Ini persepsi anda sendiri. Namanya ngumpul ya bawaannya ngobrol, bisa serius (diskusi), bisa tidak (ngerumpi). Yang jadi bahan diskusi bisa macam2: politik, sport, masalah kantor, keluarga, automotif dan bisa juga agama. Agama yang dibicarakan tidak selalu Islam, bisa Kristen, Hindu, Buddha, etc. Diskusinya bisa sambil minum beer kalau mau, bisa juga minum yang lain. Di bagian mana saya berdusta? Kan saya sudah tulis ini kelompok 'ngocol'. Ngumpul2nya terjadi, teman2 muslim yang saya sebut termasuk yang hadir, ada beer (juga tersedia air putih, coca cola, es buah buatan istri saya, dan soft drinks lain yang halal) dan pork ribs (hadir juga steak beef, satay, sausage, lamb, chicken, shrimp, etc). Dan ada diskusi yang menarik juga, cuma bukan tentang agama karena pajak baru yang menyebalkan itu menjadi topik yang actual dan seru.
Ini tanggapan anda:
Hebat sekali ajaran tuan yesus, diskusi agama dengan beer dan barbeque...habis itu ada sex bebas ga?
Yesus? Sex bebas? Di posting saya, apa ada disinggung soal Yesus atau sex? Darimana prasangka ini datang kalau bukan dari persepsi yang dibentuk oleh subconscious anda sendiri? Apanya yang tidak fair? Memang ini yang dicari. Tulisan saya memicu subconscious anda sehingga memberi reaksi demikian.
Jangan salah sangka, saya tidak bermaksud menggurui anda. Semua orang punya sesuatu yang tertanam di subconsciousnya, hasil dari conditioning, experience dan input yang dia terima sepanjang hidupnya, termasuk saya dan anda. Walaupun tidak mengenal anda, saya percaya kok bahwa anda ini orang baik2, santun, taat hukum, menghormati sesama, dsb. Tanpa prasangka. Disini saya berusaha memanage sikap saya agar apa yang ada di subconscious saya (prasangka, persepsi, asumsi, whatever they are) tidak ikut mempengaruhi tindakan saya terhadap sesama.
Kebetulan dalam kasus ini memang pancingan saya ada unsur sengaja. Tapi bagaimana dalam kehidupan sehari2 anda kalau anda menerima stimulus yang bukan 'on purpose'? Apakah anda juga akan terjebak dengan bereaksi seperti di atas? Jangan bilang itu tidak mungkin terjadi. Sangat mungkin. Terbukti ada di subconscious anda kok. Sekali lagi, mohon maaf kalau kesannya menggurui. Tapi saya sama sekali tidak ada niat jelek.
Soal valid atau tidaknya result dari perjumpaan kita ini, terserah pendapat masing2 individu pembaca. Saya tidak mengklaim kemenangan atau kekalahan, karena ini bukan soal kalah menang. Dan saya juga tidak menghakimi anda, reaksi anda adalah milik anda sendiri.
Mudah-mudahan penjelasan saya bisa dimaklumi oleh Bung Bocor.
NB: kalau soal keyakinan sendiri, saya tidak berminat untuk mendiskusikannya. Tapi untuk menjawab keingintahuan Bung Bocor, saya beri hint yang kedua: saya berkeyakinan bahwa spirituality lebih penting daripada agama, dan spirituality bisa dikembangkan tidak harus lewat satu agama saja. hint yang pertama ada di posting saya sebelumnya di thread ini. Tapi sekali lagi, I'll leave it at that. Have an awesome day.